KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN

KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN
MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VI SDN 1 JOSARI
KABUPATEN PONOROGO
Mulyono
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh
tingkat keseringan (frekuensi) dan panjang pendeknya waktu (durasi)
untuk membaca. Ini berarti, semakin sering dan banyak waktu untuk
aktivitas membaca, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat
kemampuan dan semakin mudah dalam memahami isi bacaan.
Tingkat keseringan membaca ini akan membuahkan sebuah kebiasaan
membaca. Siswa yang memiliki kebiasaan membaca tinggi akan
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih tinggi pula jika
dibandingkan dengan siswa yang kebiasaan membacanya rendah.
Dengan kata lain, siswa yang memilki kebiasaan membaca tinggi
akan memiliki kemampuan memahami isi bacaan yang lebih baik.
Penelitian, mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan (1) kebiasaan
membaca siswa, (2) kemampuan membaca pemahaman siswa, dan (3)
hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca
pemahaman siswa. Penelitian menggunakan metode deskriptif

korelasional. Rancangan ini untuk mencari hubungan antara dua
variabel atau lebih yang dilakukan dengan menghitung korelasi antar
variabel yang akan dicari hubungannya. Pengumpulan data penelitian
menggunakan metode tes dan angket. Data penelitian berupa (1)
skor/nilai angket kebiasaan membaca, dan (2) skor/nilai kemampuan
membaca pemahaman. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
teknik korelasi Spearman Rank. Untuk menginterpretasikan hasil
analisis data, maka angka koefisien korelasi dibandingkan dengan
tabel nilai rho pada taraf kesalahan 1% atau 5%. Apabila hasil rho
hitung lebih besar dari rho tabel, maka hal ini berarti terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kedua variabel dalam
penelitian ini. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima. Berdasar hasil analisis data,
diketahui bahwa (1) tingkat kebiasaan membaca siswa berada pada
kategori B (baik), yaitu 76,85%; (2) tingkat kemampuan membaca
pemahaman siswa berada pada kategori B (baik), yaitu 75,42%; dan
(3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan
membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa, dengan
tingkat korelasi yang sangat kuat, yaitu 0,856.
Kata-kata kunci: kebiasaan membaca, kemampuan membaca pemahaman

Pada dasarnya belajar bahasa adalah
belajar berkomunikasi. Sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang berlaku saat ini,
pembelajaran Bahasa Indonesia pada

jenjang SD/MI, mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan
bersastra,
meliputi
(1)
aspek
mendengarkan/menyimak, (2) aspek
berbicara, (3) aspek membaca, dan (4)

NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 323

aspek menulis. Kemampuan bersastra
untuk sekolah dasar bersifat apresiatif,
karena dengan sastra dapat menanamkan

rasa
peka
terhadap
kehidupan,
mengajarkan
siswa
bagaimana
menghargai orang lain, mengerti hidup,
dan belajar bagaimana menghadapi
berbagai persoalan. Selain sebagai
hiburan dan kesenangan juga siswa
dapat belajar mempertimbangkan makna
yang terkandung di dalamnya (Zulela,
2012:5). Sesuai dengan judul penelitian
ini, selanjutnya penulis hanya akan
membahas aspek membaca.
Dalam membaca, kegiatan lebih
banyak
dititikberatkan
pada

keterampilan membaca daripada teoriteori membaca itu sendiri. Dalman
(2013:7) mengemukakan, “Membaca
adalah proses perubahan bentuk
lambang/tanda/ tulisan menjadi wujud
bunyi yang bermakna”. Kegiatan
membaca ini sangat ditentukan oleh
aktivitas fifik dan mental yang menuntut
seseorang untuk menginterpretasikan
simbol-simbol tulisan dengan aktif dan
kritis sebagai pola komunikasi dengan
diri sendiri, agar pembaca dapat
menemukan
makna
tulisan
dan
memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Sedangkan
Abidin
(2012:147)
mengemukakan, bahwa membaca adalah

sebagai suatu proses membunyikan
lambang bahasa tertulis (membaca
nyaring/membaca
permulaan).
Membaca juga dapat dikatakan sebagai
suatu proses untuk mendapat informasi
yang terkandung dalam teks bacaan
untuk beroleh pemahaman atas bacaan
tersebut
(membaca
pemahaman).
Membaca juga merupakan aktivitas
yang dilakukan guna mengkritisi isi
bacaan (membaca kritis). Di samping
itu, membaca juga dapat dikatakan
sebagai proses memperoleh informasi
sebagai bahan pengembangan produk
kreatif pembaca (membaca kreatif).
Setiap
guru

bahasa
haruslah
menyadari serta memahami benar-benar
bahwa membaca adalah suatu metode

yang
dapat
dipergunakan
untuk
berkomunikasi dengan diri kita sendiri
dan kadang-kadang dengan orang lain,
yaitu mengkomunikasikan makna yang
terkandung atau tersirat pada lambanglambang tertulis.
Tarigan (2008:7) berpendapat bahwa
“Membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata atau bahasa
tulis”. Sedangkan Hodgson (dalam

Tarigan, dkk., 2011:95) mengatakan,
“Membaca adalah sustu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh
seseorang untuk memperoleh kesankesan
yang
dikehendaki,
yang
disampaikan penulis melalui media katakata atau bahasa tulis”.
Rahim
(2009:3)
mengatakan,
“Membaca sebagai suatu proses visual
merupakan
proses
menerjemahkan
simbul tulis ke dalam bunyi”.
Sedangkan
Ghazali
(2013:207)
mengemukakan, “Membaca adalah

sebuah tindakan merekonstruksi makna
yang disusun penulis di tempat dan
waktu yang berjauhan dengan tempat
dan waktu penulisan”.
Dalman (2013:46) mengatakan,
“Kemampuan
membaca
adalah
kecepatan membaca dan pemahaman
isi”. Sedangkan Burns, dkk. (dalam
Rahim, 2009:1) mengemukakan bahwa
kemampuan
membaca
merupakan
sesuatu yang vital dalam suatu
masyarakat terpelajar. Namun, anakanak yang tidak memahami pentingnya
belajar membaca, tidak akan termotivasi
untuk belajar. Belajar membaca
merupakan usaha yang terus-menerus,
dan anak-anak yang melihat tingginya

nilai (value) membaca dalam kegiatan
pribadinya akan lebih giat belajar
dibandingkan dengan anak-anak yang
tidak menemukan keuntungan dari
kegiatan
membaca.
Menurut
Tampubolon (2008:7) yang dimaksud
dengan “Kemampuan membaca adalah

NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 324

kecepatan membaca dan pemahaman isi
secara keseluruhan”.
Bond, dkk. (dalam Tarigan, 2011:35)
mengatakan, “Membaca pemahaman
adalah
kegiatan
membaca
yang

bertujuan memperoleh pemahaman dan
penafsiran yang memadai terhadap
makna-makna yang terkandung di dalam
lambang-lambang
tulis”.
Sasaran
utamanya ialah menghasilkan para
pembaca
yang
efektif.
Dalman
(2013:87) mengemukakan, membaca
pemahaman adalah membaca secara
kognitif (membaca untuk memahami).
Dalam membaca pemahaman, pembaca
dituntut mampu memahmi isi bacaan.
Oleh sebab itu, setelah membaca teks, si
pembaca dapat menyampaikan hasil
pemahaman membacanya dengan cara
membuat rangkuman isi bacaan dengan

menggunakan bahasa sendiri dan
menyampaikannya baik secara lisan
maupun tulisan. Sedangkan Tarigan
(2008:58)
berpendapat
bahwa,
“Membaca pemahaman ialah sejenis
membaca
yang
bertujuan
untuk
memahami standar-standar atau normanorma kesastraan, resensi kritis, drama
tulis, dan pola-pola fiksi.”
Kemampuan membaca seseorang
sangat
ditentukan
oleh
tingkat
keseringan (frekuensi) dan panjang
pendeknya waktu (durasi) untuk
membaca. Ini berarti, semakin sering
dan banyak waktu untuk aktivitas
membaca, besar kemungkinan semakin
tinggi tingkat kemampuan dan semakin
mudah dalam memahami isi bacaan.
Tingkat keseringan membaca ini akan
membuahkan
sebuah
kebiasaan
membaca. Siswa yang memiliki
kebiasaan membaca tinggi akan
memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang lebih tinggi pula jika dibandingkan
dengan
siswa
yang
kebiasaan
membacanya rendah. Hal ini, akan
membantu siswa dalam mempelajari dan
memahami isi bacaan yang dibacanya.
Dengan kata lain, siswa yang memilki
kebiasaan membaca tinggi akan

memiliki kemampuan memahami isi
bacaan yang lebih baik.
Dalam usaha pembentukan kebiasaan
membaca, ada dua aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu minat (perpaduan
antara keinginan, kemauan, dan
motivasi) dan keterampilan membaca.
Yang
dimaksudkan
keterampilan
membaca ialah keterampilan mata dan
penguasaan teknik-teknik membaca.
Kalau minat tidak berkembang, maka
kebiasaan membaca sudah tentu tidak
akan berkembang. Oleh karena itu
diperlukan
usaha-usaha
untuk
meningkatkan minat dan kebiasaan
membaca.
Kebiasaan
membaca
merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang secara otomatis,
dengan sengaja atau terencana dan
teratur atau berulang-ulang dalam
rangka memahami, menafsirkan, dan
memaknai isi suatu bacaan. Aktivitas
membaca dikatakan otomatis, jika
seseorang yang memiliki kebiasaan
membaca, dengan sendirinya terangsang
untuk membaca, jika situasi dan kondisi
seperti waktu, tempat, dan jenis bacaan
dapat terpenuhi.
Tampubolon (2008:227) mengatakan
bahwa kebiasaan adalah kegiatan atau
sikap, baik fisik maupun mental, yang
telah
membudaya
dalam
suatu
masyarakat.
Kebiasaan
tersebut
merupakan bagian dari kebudayaan
suatu masyarakat. Kebiasaan juga
berkaitan dengan minat, dan merupakan
perpaduan antara keinginan dan
kemauan yang dapat berkembang jika
ada motivasi. Sedangkan Kemendikbud
(2014)
mengemukakan,kebiasaan
adalah sesuatu yang biasa dikerjakan,
atau suatu pola untuk melakukan
tanggapan terhadap situasi tertentu yang
dipelajari oleh seorang individu dan
yang dilakukannya secara berulang
untuk hal yg sama.
Lebih lanjut Tampubolon (2008:228)
mengatakan, kebiasaan membaca ialah
kegiatan membaca yang telah mendarah
daging pada diri seseorang. Dari segi

NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 325

kemasyarakatan, kebiasaan membaca
adalah kegiatan membaca yang telah
membudaya dalam suatu masyarakat.
Yang perlu dicapai ialah kebiasaan
membaca yang efesien, yaitu kebiasaan
membaca yang disertai minat yang baik
dan keterampilan yang efesien yang
secara
bersama-sama
berkembang
dengan maksimal.
Kenyataan menunjukkan bahwa soalsoal ujian, baik ujian nasional, ujian
sekolah maupun ujian akhir semester
sebagian besar menuntut pemahaman
siswa dalam mencari dan menentukan
tema, gagasan pokok, gagasan penjelas,
kalimat
utama,
kesimpulan,
pesan/amanat, tokoh utama, latar, dan
sebagainya. Nurgiyantoro (2013:378)
mengemukakan, “Soal yang umum
ditanyakan
dalam
tes
membaca
pemahaman adalah (1) tema, (2)
gagasan pokok, (3) gagasan penjelas, (4)
makna tersurat dan tersirat, (5) bahkan
juga makna istilah dan ungkapan. Jadi,
tes
kompetensi
kosakata
dapat
menumpang di sini”. Tanpa kemampuan
membaca pemahaman yang tinggi,
siswa tidak akan dapat menjawab soalsoal tersebut. Di sinilah peran penting
membaca
pemahaman
untuk
menentukan jawaban yang benar. Belum
lagi dengan adanya standar nilai
kelulusan yang terus meningkat dari
tahun ke tahun, hal ini memicu guru
bahasa Indonesia khususnya untuk dapat
mencapai target nilai tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh deskripsi objektif tentang
(1) kebiasaan membaca siswa kelas VI
SDN 1 Josari Kecamatan Jetis
Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran
2013/2014, (2) kemampuan membaca
pemahaman siswa kelas VI SDN 1
Josari Kecamatan Jetis Kabupaten
Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014,
dan (3) korelasi antara kebiasaan
membaca dengan kemampuan membaca
pemahaman siswa kelas VI SDN 1
Josari Kecamatan Jetis Kabupaten
Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, dipergunakan
metode
deskriptif
korelasional.
Rancangan ini untuk mencari hubungan
antara dua variabel atau lebih yang
dilakukan dengan menghitung korelasi
antarvariabel
yang
akan
dicari
hubungannya. Korelasi merupakan
angka yang menunjukkan arah dan
kuatnya hubungan antar dua variabel
atau lebih. Arah dinyatakan dalam
bentuk hubungan positif atau negatif,
sedangkan
kuatnya
hubungan
dinyatakan dalam besarnya koefisien
korelasi (Sugiyono, 2013:224).
Lebih lanjut Sugiyono (2013:225226) menyatakan, hubungan dua
variabel atau lebih dikatakan hubungan
positif, bila nilai suatu variabel
ditingkatkan, maka akan meningkatkan
variabel yang lain, dan sebaliknya bila
satu variabel diturunkan maka akan
menurunkan nilai variabel yang lain.
Sedangkan dua variabel atau lebih
dikatakan hubungan negatif, bila nilai
satu variabel dinaikkan maka akan
menurunkan nilai variabel yang lain, dan
juga sebaliknya bila nilai satu variabel
diturunkan, maka akan menaikkan nilai
variabel yang lain.
Kuatnya hubungan antar variabel,
dinyatakan dalam koefisien korelasi.
Koefisien korelasi positif terbesar adalah
1 dan koefisien korelasi negatif terbesar
adalah -1, sedangkan yang terkecil
adalah 0.
Dalam penelitian ini, metode
korelasional
digunakan
untuk
membuktikan ada atau tidak ada
hubungan positif yang signifikan antara
kebiasaan membaca dengan kemampuan
membaca pemahaman pada siswa kelas
VI SDN 1 Josari Kecamatan Jetis
Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran
2013/2014.
Instrumen dalam penelitian ini terdiri
atas angket dan tes. Pengisian angket
dilakukan untuk memperoleh data
skor/nilai kebiasaan membaca siswa.

NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 326

Sedangkan
tes
dilakukan
untuk
memperoleh data skor/nilai kemampuan
membaca pemahaman siswa.
Dalam penelitian ini, data yang
dikumpulkan berupa data ordinal, yaitu
data yang berupa angka yang
menunjukkan tingkatan. Data ordinal
disebut juga data berjenjang/ranking,
untuk menganalisisnya menggunakan
teknik korelasi Spearman Rank, dengan
rumus (Sugiyono, 2013: 245).
Untuk menginterpretasikan hasil
analisis data, maka angka koefisien
korelasi dibandingkan dengan tabel nilai
rho pada taraf kesalahan 1% atau 5%.
Apabila hasil rho hitung lebih besar dari
rho tabel, maka hal ini berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara kedua
variabel dalam penelitian ini. Dengan
demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima.
HASIL DAN PEMBAHASANNYA
Berdasar hasil pembahasan dan
analisis data, dapat diketahui bahwa data
kebiasaan membaca siswa kelas VI SDN
1 Josari Kecamatan Jetis Kabupaten
Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014,
adalah (1) responden yang memiliki
kebiasaan membaca dengan kategori A
(sangat baik), sebanyak 8 responden
(25,00%), (2) responden yang memiliki
kebiasaan membaca dengan kategori B
(baik),
sebanyak
15
responden
(46,88%), (3) responden yang memiliki
kebiasaan membaca dengan kategori C
(cukup),
sebanyak
9
responden
(28,12%), (4) responden yang memiliki
kebiasaan membaca dengan kategori D
(kurang), tidak ada (kosong), (5)
responden yang memiliki kebiasaan
membaca dengan kategori E (kurang
sekali), tidak ada (kosong), (6) skor
tertinggi kebiasaan membaca yang
diperoleh responden adalah 112
(93,33%), (7) skor terendah kebiasaan
membaca yang diperoleh responden
adalah 73 (60,83%), dan (8) skor ratarata kebiasaan membaca yang diperoleh
responden adalah 92,22 (76,85%).

Berdasar analisis data, dapat
diketahui bahwa data kemampuan
membaca pemahaman siswa kelas VI
SDN 1 Josari Kecamatan Jetis
Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran
2013/2014, adalah (1) responden yang
memiliki
kemampuan
membaca
pemahaman dengan kategori A (sangat
baik), sebanyak 8 responden (25,00%),
(2)
responden
yang
memiliki
kemampuan membaca pemahaman
dengan kategori B (baik), sebanyak 16
responden (50%), (3) responden yang
memiliki
kemampuan
membaca
pemahaman dengan kategori C (cukup),
sebanyak 5 responden (15,62%), (4)
responden yang memiliki kemampuan
membaca pemahaman dengan kategori
D (kurang), sebanyak 3 responden
(9,38%), (5) responden yang memiliki
kemampuan membaca pemahaman
dengan kategori E (kurang sekali), tidak
ada (kosong), (6) skor tertinggi
kemampuan membaca pemahaman yang
diperoleh
responden
adalah
29
(96,67%), (7) skor terendah kemampuan
membaca pemahaman yang diperoleh
responden adalah 15 (50,00%), dan (8)
skor rata-rata kemampuan membaca
pemahaman yang diperoleh responden
adalah 22,63 (75,42%).
Dalam penelitian ini, data dianalisis
dengan teknik korelasi Spearman Rank.
Dari hasil analisis data, diperoleh nilai p
(koefisien korelasi Spearman Rank)
sebesar 0,856. Dalam analisis data
selanjutnya, diperoleh nilai t sebesar
9,069.
Untuk mengetahui harga t hitung
tersebut signifikan atau tidak, maka
harus dibandingkan (dikonsultasikan)
dengan harga t tabel, untuk taraf
kesalahan tertentu, yaitu 1% maupun
5%, dengan dk = n – 2. Karena di sini
uji dua fihak, maka harga t dilihat pada
harga t uji dua fihak dengan dk = 30,
dengan taraf kesalahan 1% diperoleh
harga t = 2,750, dan taraf kesalahan 5%
diperoleh harga t = 2,042. Karena harga
t hitung lebih besar daripada harga t

NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 327

tabel untuk taraf kesalahan 1% maupun
5% (9,069 > 2,750 > 2,042), maka Ho
yang menyatakan tidak ada hubungan
yang signifikan antara kebiasaan
membaca dengan kemampuan membaca
pemahaman ditolak, dan Ha diterima.
Jadi kesimpulannya, terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara
kebiasaan membaca dengan kemampuan
membaca pemahaman siswa kelas VI

SDN 1 Josari Kecamatan Jetis
Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran
2013/2014, dengan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,856.
Berikut ini juga dikemukakan hasil
analisis data dengan teknik korelasi
Spearmans Rank, dengan bantuan SPSS
Statistics 17.0 sebagaimana di bawah
ini.

Descriptive Statistics

KebiasaanMembaca
MembacaPemahaman

Mean
92.2188
22.6250

Std.
Deviation
12.24148
3.74812

N
32
32

Correlations

Spearman's rho

Kebiasaan
Membaca

Kebiasaan
Membaca
1.000

Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.
N
32
Membaca
Correlation
.856**
Pemahaman
Coefficient
Sig. (2-tailed)
0.000
N
32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasar hasil pembahasan dan
analisis data, dapat diketahui bahwa
terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara kebiasaan membaca
dengan
kemampuan
membaca
pemahaman siswa kelas VI SDN 1
Josari Kecamatan Jetis Kabupaten
Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014,
dengan tingkat korelasi yang sangat
kuat, yaitu 0,856. Jadi, semakin tinggi
tingkat kebiasaan membaca siswa, maka
akan semakin tinggi pula tingkat
kemampuan membaca pemahaman
siswa tersebut. Implikasi dari hasil
penelitian
tersebut
terhadap
pemebelajaran
membaca,
dapat
dikemukakan (1) siswa diharapkan
memiliki tingkat kebiasaan membaca
minimal dalam kategori B (baik), namun
kenyataannya masih ada 28,12% siswa

Membaca
Pemahaman
.856**
0.000
32
1.000
.
32

yang memiliki tingkat kebiasaan
membaca dalam kategori C (cukup), (2)
siswa diharapkan memiliki tingkat
kemampuan membaca pemahaman
minimal dalam kategori B (baik), namun
kenyataannya masih ada 15,62% siswa
yang memiliki tingkat kemampuan
membaca pemahaman dalam kategori C
(cukup) dan 9,38% siswa yang memiliki
tingkat
kemampuan
membaca
pemahaman dalam kategori D (kurang),
(3)
siswa
diharapkan
selalu
meningkatkan kebiasaan membaca,
tanpa harus ada paksaan dari siapapun,
sehingga
kemampuan
membaca
pemahaman mereka pun bisa meningkat,
(4)
siswa
diharapkan
selalu
meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman,
sehingga
mereka
memperoleh berbagai macam informasi,

NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 328

ilmu, dan pengetahuan yang sangat
bermanfaat, (5) guru diharapkan dapat
meningkatkan kebiasaan membaca
siswa, misalnya dengan menambah jam
wajib kunjung perpustakaan dan
diadakannya jam wajib baca, (6) guru
diharapkan
dapat
meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman
siswa,
misalnya
dengan
banyak
memberi tugas membaca, khususnya
membaca pemahaman, (7) pihak sekolah
diharapkan
mendukung
usaha
peningkatan kebiasaan membaca siswa,
misalnya dengan melengkapi fasilitas
perpustakaan, seperti menambah koleksi
buku, ruang baca yang nyaman, dan
diadakannya lomba menulis sinopsis.
Hal ini perlu dilakukan, agar dapat
membangkitkan semangat dan motivasi
siswa dalam membaca, dan (8) pihak
sekolah dan orang tua, diharapkan dapat
memberikan contoh kepada siswa dalam
hal kebiasaan membaca, sehingga dapat
terbentuk budaya baca.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan
analisis data, dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan
(1) kebiasaan
membaca siswa kelas VI SDN 1 Josari
Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo
tahun pelajaran 2013/2014 dalam
kategori B (baik), yaitu 92,22 (76,85%),
(2) kemampuan membaca pemahaman
siswa kelas VI SDN 1 Josari Kecamatan
Jetis Kabupaten Ponorogo tahun
pelajaran 2013/2014 dalam kategori B
(baik), yaitu 22,63 (75,42%), dan (3)
terdapat korelasi positif yang signifikan
antara kebiasaan membaca dengan
kemampuan membaca pemahaman
siswa kelas VI SDN 1 Josari Kecamatan
Jetis Kabupaten Ponorogo tahun
pelajaran 2013/2014, dengan tingkat
korelasi yang sangat kuat, yaitu 0,856.
Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan
analisis data, dapat dikemukakan
beberapa saran (1) siswa hendaknya
memiliki tingkat kebiasaan membaca
minimal dalam kategori B (baik), namun
kenyataannya masih ada 28,12% siswa
yang memiliki tingkat kebiasaan
membaca dalam kategori C (cukup), (2)
siswa hendaknya memiliki tingkat
kemampuan membaca pemahaman
minimal dalam kategori B (baik), namun
kenyataannya masih ada 15,62% siswa
yang memiliki tingkat kemampuan
membaca pemahaman dalam kategori C
(cukup) dan 9,38% siswa yang memiliki
tingkat
kemampuan
membaca
pemahaman dalam kategori D (kurang),
(3)
siswa
hendaknya
selalu
meningkatkan kebiasaan membaca,
tanpa harus ada paksaan dari siapapun,
sehingga
kemampuan
membaca
pemahaman mereka pun bisa meningkat,
(4)
siswa
hendaknya
selalu
meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman,
sehingga
mereka
memperoleh berbagai macam informasi,
ilmu, dan pengetahuan yang sangat
bermanfaat, (5) guru hendaknya dapat
meningkatkan kebiasaan membaca
siswa, misalnya dengan menambah jam
wajib kunjung perpustakaan dan
diadakannya jam wajib baca, (6) guru
hendaknya
dapat
meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman
siswa,
misalnya
dengan
banyak
memberi tugas membaca, khususnya
membaca pemahaman, (7) sekolah
hendaknya
mendukung
usaha
peningkatan kebiasaan membaca siswa,
misalnya dengan melengkapi fasilitas
perpustakaan, seperti menambah koleksi
buku, ruang baca yang nyaman, dan
diadakannya lomba menulis sinopsis,
hal ini perlu dilakukan, agar dapat
membangkitkan semangat dan motivasi
siswa dalam membaca, (8) sekolah dan
orang tua, hendaknya dapat memberikan
contoh kepada siswa dalam hal
kebiasaan membaca, sehingga dapat
terbentuk budaya baca, dan (9) dalam

NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 329

penelitian
berikutnya,
hendaknya
peneliti menggunakan lebih dari dua
variabel, sehingga hasilnya lebih
representative,
selain
kebiasaan
membaca, masih ada faktor-faktor lain
yang
dapat
mempengaruhi
atau
meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman siswa yang perlu mendapat
perhatian, misalnya minat baca,
motivasi, dan emosi.
DAFTAR RUJUKAN
Abidin, Y. 2012. Pembeljaran Bahasa
Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Refika Aditama.
Dalman. 2013. Keterampilan Membaca.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Ghazali, S. 2013. Pembelajaran
Keterampilan Berbahasa dengan
Pendekatan Komunikatif-Interaktif.
Bandung: PT Refika Aditama.
Kemendikbub.
2014.Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia.
(Online),
(http://kbbi.web.id/, diakses 17
Februari 2014).
Nurgiyantoro, B. 2013. Penilaian
Pembelajaraan Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogjakarta: BPFE.
Rahim, F. 2009. Pengajaran Membaca
di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. 2013. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tampulonon, D.P. 2008. Kemampuan
Membaca, Teknik Membaca Efektif
dan Efisien. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. 2008. Membaca sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G., Saifullah, A.R., dan
Harnas, K.A. 2011. Membaca
dalam
Kehidupan.
Bandung:
Angkasa.
Zulela M.S. 2012. Pembelajaran
Bahasa Indonesia, Apresiasi Sastra di
Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 330