Hubungan Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Pemahaman Bacaan Siswa Kelas XI SMA Insan Kamil Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014

(1)

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Q Fathan Alfatih

108013000002

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H


(2)

KEMAMPUAN PEMAHAMAN BACAAN

SISWA

KELAS

XI

SMA INSAN

KAMIL

BOGOR

TAHUN PELAJARAN

2013 I2OI4

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

oleh O Fathan Alfatih Nim: 108013000002

Yang Mengesatrkan.

$

Dosen Pembimbing

JURUSAN

PENDIDIKA]\

BAIIASA DAN

SASTRA

INDONESIA

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH DAI{ KEGURUAI\

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

SYARTF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435

H

200901

I

10s


(3)

SMA INSAN KAMIL BOGOR TAHUN PELAJARAN 2013/2014", disusun oleh Q FATHAN ALFATIH Nomor Induk Mahasiswa 108013000002, diajukan kepada Fakultas Ilmu Keguruan [rIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dinyatakan LULUS pada Ujian Munaqasah tanggal l7 Mei 2014 di hadapan Dewan Penguji.

oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Pendidikan (s.pd)

pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 13 Agustus 2014 Panitia Uj ian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Dra. Mahmudah Fitriyah. ZA. M.Pd.

MP 196402121997 032002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

EEur0un

U.P<L

}\lIP 197012152009122001 Penguji

I

Dra. Hindun. M.Pd.

MP 1970121s2009 r22001 Penguji II

Dr.Nuryani. S.Pd. M.A. }\IIP 198206282009122003

?Uth

tb

Agt st'^t'

goq

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dcn Keguruan Tanggal

,'s4/ry

l3

2Lltt

l]

.t..O.-.

Ao,,

Dra. Nurl-ena Rifa'i. M.A NIP i 95910241986 032


(4)

Tempat, Tgl Lahir

NIM

Jurusan/Prodi Alamat

Bogor,2l\ovember 1990

108013000002

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Kebun Raya Residence Blok M-5 RT/RW 02110

Kel. Mekarjay4 Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor

MENYATAKAN

DENGAN SESUNGGUHN-YA

Bahwa skripsi yang berjudul "Hubungan antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Pemahaman Bacaan Siswa Kelas

XI SIMA Insan

Kamil Bogor Tahun Pelajaran 201312014'adalah benar hasil karya sendid di bawah bimbingan:

NamaPembimbing :Makyun Subuki,M.Hum.

MP

Jurusan/Prodi

: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 4 Februari 2014 Yang Menyatakan, METERA]

TE^^PEL

0E9'tsACF390

O Fathan Alfatih

NIM. 108013000002


(5)

iv

Kamil Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing Makyun Subuki, M. Hum., 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data secara empiris hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan pemahaman bacaan siswa kelas XI SMA Insan Kamil Bogor.

Adapun metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Korelasional. Metode ini digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan masalah yang diteliti pada siswa kelas XI SMA Insan Kamil Bogor. Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dari dua sumber yakni data nilai angket kebiasaan membaca dari hasil pengisian angket, dan nilai kemampuan pemahaman bacaan dari hasil tes kemampuan pemahaman bacaan. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes, dan non tes. Tes dilakukan dengan memberikan soal-soal isian yang berjumlah sepuluh, sedangkan untuk instrumen non tes dengan memberikan angket/kuesioner tentang data kebiasaan membaca siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan penulis di SMA Insan Kamil Bogor, dapat diketahui rata-rata tingkat kebiasaan membaca siswa tergolong tinggi, dengan rata-rata skor 72,88. Begitu pula dengan data kemampuan pemahaman bacaan siswa yang tergolong tinggi, dengan rata-rata skor 73,4. Dari hasil pengumpulan dan pengelolaan data, diketahui nilai rhitung adalah 0,605

sedangkan rtabel adalah 0,288 pada taraf signifikasi 5%. Dengan demikian

hipotesis nol (H0) dinyatakan ditolak, sedangkan hipotesis penelitian (H1)

dinyatakan diterima, artinya bahwa terdapat korelasi yang positif antara kebiasaan membaca dengan kemampuan pemahaman bacaan.

Kata Kunci: Kebiasaan Membaca, Kemampuan Pemahaman Bacaan, Analisis Korelasional.


(6)

v

Q Fathan Alfatih, NIM. 108013000002, "The Relationship Between Reading Habits of Students with Reading Comprehension Ability Class XI SMA Insan Kamil Bogor Academic Year 2013/2014". Education majors Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. Supervisor Makyun Subuki, M. Hum., 2014.

This study aims to determine the relationship between the empirical data in the habit of reading with reading comprehension ability of students in class XI SMA Insan Kamil Bogor.

The method used in this study is the method of Correlational Analysis. This method is used to prove the presence or absence of a relationship problem studied in class XI SMA Insan Kamil Bogor. In collecting the data, the authors collected data from two sources of data reading habits questionnaire value of the results of the questionnaire, and the value of the reading comprehension test reading comprehension abilities. The instrument used to obtain the data in this study was a test , and non- test. Tests done by providing questions totaling 10 entries, whereas for non-test instruments to provide a questionnaire about students reading habits of the data.

Based on the results obtained in SMA Insan Kamil author Bogor, known to the average level of the reading habits of students is high, with an average score of 72,88. Similarly, the students' reading comprehension ability of the data is high, with an average score of 73,4. From the results of data collection and management, known rhitung value is 0,605 while rtabel is 0,288 at 5% significance level. Thus the null hypothesis (H0) be rejected, while the research hypothesis (H1) is accepted, it means that there is a positive correlation between the reading habits of reading comprehension ability.

Keywords: Habit of Reading, Reading Comprehension Ability, Correlational Analysis.


(7)

vi

Syukur Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah swt yang telah memberikan segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Selawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad saw, keluarga, para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Skripsi berjudul “Hubungan Antara Kebiasaan Membaca Dengan

Kemampuan Pemahaman Bacaan Siswa Kelas XI SMA Insan Kamil Bogor Tahun Ajaran 2013/2014”, disusun guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S-1 pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sebagai ungkapan rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Dra. Hindun, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Rosida Erowati, M.Hum. dosen pembimbing akademik yang membantu

penulis dalam segala proses perkuliahan.

5. Makyun Subuki, M.Hum. dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

vii

7. KH. Abdul Kodir Nurhasan, S.Pd.I. kepala sekolah SMA Insan Kamil Bogor

yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian untuk penulisan skripsi ini.

8. Siti Masitoh, S.Kom. guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Insan Kamil Bogor, yang telah membantu dalam proses penelitian skripsi ini.

9. Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta, terkasih, dan tersayang Ayahanda Drs. H. Idih Alfatih (Alm.) dan Ibunda Daningsih yang selalu memberikan kasih sayang tak pernah padam dan tak pernah lelah berdoa serta bekerja keras untuk kesuksesan anak-anaknya.

10.Kakakku Q Naf’an Alfatih dan adik-adikku Muthii’ah Alfatih, Rida Fariidah

Alfatih yang selalu memberi semangat dan do’a.

11.Keluarga besar H. Enin Komarudin (Alm.) dan H. Sahru (Alm.) yang selalu

memberikan do’a, semangat dan motivasi kepada penulis.

12.Tim odong-odong (Ainnur Ulum Sugiarto, Abdul Kudus Putra Fajar, S.Pd., Junaedi Abdullah, dan Rio Noviza, S.Pd.), Rusvi, S.Pd., Sofwan Nizami, Eko Junianto, S.Pd., Muhammad Yusuf Prasetyo, S.Pd., dan seluruh kakak kelas yang selalu memberikan semangat dan motivasi yang besar kepada penulis. 13.Teman-teman seperjuanganku di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia khususnya angkatan 2008 yang selalu membuat suasana kelas begitu menyenangkan dan mengesankan.

14.Guru dan sahabat terbaik, Babeh Makyun, Pak Faisal, Bang Ipunk, dan keluarga besar Sanjo Boys yang selalu memberikan suasana nyaman dan tentram.

15.Sahabat, dan saudara dalam komunitas hobi Riders Independent Bogor (REIN) dan Second Family. Yang selalu memberikan kehangatan, dan hiburan dikala penulis penat dalam penulisan skripsi.


(9)

viii

Akhirnya penulis memohon maaf atas kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, dan menerima kritik serta saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca serta kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 4 Februari 2014


(10)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Membaca ... 8

1. Pengertian Membaca ... 8

2. Tujuan Membaca ... 10

3. Aspek-aspek Membaca ... 13

B. Hakikat Pemahaman Bacaan ... 13

1. Pengertian Pemahaman Bacaan ... 13

2. Tingkat-tingkat Pemahaman Bacaan ... 19

3. Pengukuran Pemahaman Bacaan ... 20

4. Kemampuan Membaca ... 24


(11)

x

1. Pengertian Kebiasaan Membaca ... 31

2. Kebiasaan Sejak Kecil ... 32

3. Membentuk Kebiasaan Membaca yang Efisien ... 32

4. Usaha-usaha Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak ... 33

D. Penelitian yang Relevan ... 35

E. Pengajuan Hipotesis ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B. Metode Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Insan Kamil Bogor ... 43

1. Profil SMA Insan Kamil Bogor ... 43

2. Visi dan Misi SMA Insan Kamil Bogor ... 43

a. Visi ... 43

b. Misi ... 44

3. Keadaan Guru, Siswa, Sarana Prasarana SMA Insan Kamil Bogor 44 a. Struktur Organisasi ... 44

b. Keadaan Siswa ... 45

c. Keadaan Guru ... 48


(12)

xi

C. Analisis Data ... 58 D. Interpretasi Data ... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA UJI REFERENSI


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Rekapitulasi Murid ……… 46

Tabel 4.2 Daftar Rekapitulasi Pendidik ……… 49

Tabel 4.3 Jumlah Skor Angket Kebiasaan Membaca ………... 53

Tabel 4.4 Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Bacaan ………. 55

Tabel 4.5 Hubungan Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Pemahaman Bacaan ………... 58


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Product Moment

Lampiran 2 : Angket Kebiasaan Membaca

Lampiran 3 : Angket Kemampuan Pemahaman Bacaan

Lampiran 4 : Hasil Angket Kebiasaan Membaca Siswa

Lampiran 5 : Hasil Angket Pemahaman Bacaan Siswa

Lampiran 6 : Foto Kegiatan Penelitian Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 9 : Biodata Penulis


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, terutama dalam teknologi percetakan maka semakin banyak informasi yang tersimpan di dalam buku. Pada semua jenjang pendidikan, kemampuan membaca menjadi skala prioritas yang harus dikuasai siswa. Dengan membaca siswa akan memperoleh berbagai informasi yang sebelumnya belum pernah didapatkan. Semakin banyak membaca semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Oleh karena itu, membaca merupakan jendela dunia, siapa pun yang membuka jendela tersebut dapat melihat dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi. Baik peristiwa yang terjadi pada masa lampau, sekarang, bahkan yang akan datang.

Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca. Oleh karena itu, sepantasnyalah siswa harus melakukannya atas dasar kebutuhan, bukan karena suatu paksaan. Jika siswa membaca atas dasar kebutuhan, maka ia akan mendapatkan segala informasi yang ia inginkan. Namun sebaliknya, jika siswa membaca atas dasar paksaan, maka informasi yang ia peroleh tidak akan maksimal.

Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang yang tertulis semata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca, agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya.

Kegiatan membaca juga merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Dikatakan aktif, karena di dalam kegiatan membaca sesungguhnya terjadi interaksi antara pembaca dan penulisnya, dan dikatakan reseptif, karena si pembaca bertindak selaku penerima pesan


(16)

dalam suatu korelasi komunikasi antara penulis dan pembaca yang bersifat langsung.

Bagi siswa, membaca tidak hanya berperan dalam menguasai bidang studi yang dipelajarinya saja. Namun membaca juga berperan dalam mengetahui berbagai macam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Melalui membaca, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui dan dipahami sebelum dapat diaplikasikan.

Membaca merupakan satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan1. Adapun kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu :

a. Keterampilan menyimak/mendengarkan (Listening Skills); b. Keterampilan berbicara (Speaking Skills);

c. Keterampilan membaca (Reading Skills);

d. Keterampilan menulis (Writing Skills)2.

Empat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat satu sama lain, dan saling berhubungan. Seorang bayi pada tahap awal, ia hanya dapat mendengar, dan menyimak apa yang dikatakan orang di sekitarnya. Kemudian karena seringnya mendengar dan menyimak secara berangsur ia akan menirukan suara atau kata-kata yang didengarnya dengan belajar berbicara. Setelah memasuki usia sekolah, ia akan belajar membaca dari mengenal huruf sampai merangkai huruf-huruf tersebut menjadi sebuah kata bahkan menjadi sebuah kalimat. Kemudian ia akan mulai belajar menulis huruf, kata, dan kalimat.

Keterampilan berbahasa berkorelasi dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa sehingga ada sebuah ungkapan, “bahasa seseorang mencerminkan pikirannya”. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya.

1

DP Tampubolon. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien (Bandung : Angkasa 1987) hlm. 5

2

Henry Guntur Tarigan. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung : Angkasa 1979) hlm. 1


(17)

Kegiatan membaca perlu dibiasakan sejak dini, yakni dari anak mengenal huruf. Jadikanlah kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan dan menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa. Membaca dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja asalkan ada keinginan, semangat, dan motivasi. Jika hal ini terwujud, diharapkan membaca dapat menjadi bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan seperti sebuah slogan yang mengatakan “tiada hari tanpa membaca”.

Tentunya ini memerlukan ketekunan dan latihan yang

berkesinambungan untuk melatih kebiasaan membaca agar kemampuan membaca khususnya membaca pemahaman dapat dicapai. Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan3.

Keluhan tentang rendahnya kebiasaan membaca dan kemampuan membaca di tingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA), tidak bisa dikatakan sebagai kelalaian guru pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini harus dikembalikan lagi pada pembiasaan membaca ketika siswa masih kecil. Peranan orang tualah yang lebih dominan dalam membentuk kebiasaan membaca anak. Bagaimana mungkin seorang anak memiliki kebiasaan membaca yang tinggi sedangkan orang tuanya tidak pernah memberikan contoh dan mengarahkan anaknya agar terbiasa membaca. Karena seorang anak akan lebih tertarik dan termotivasi melakukan sesuatu kalau disertai dengan pemberian contoh, bukan hanya sekadar teori atau memberi tahu saja. Ketika anak memasuki usia sekolah, barulah guru memiliki peran dalam mengembangkan minat baca yang kemudian dapat meningkatkan kebiasaan membaca siswa. Dengan demikian, orang tua dan guru sama-sama memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan meningkatkan kebiasaan membaca anak.

Kenyataan menunjukkan soal-soal Ujian Akhir Sekolah (UAS) sebagian besar menuntut pemahaman siswa dalam mencari dan menentukan pikiran pokok, kalimat utama, membaca grafik, alur/plot, amanat, setting,

3


(18)

dan sebagainya. Tanpa kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, mustahil siswa dapat menjawab soal-soal tersebut. Di sinilah peran penting membaca pemahaman untuk menentukan jawaban yang benar. Belum lagi dengan adanya standar nilai kelulusan, hal ini memicu guru bahasa Indonesia khususnya untuk dapat mencapai target nilai tersebut.

Inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana kebiasaan membaca dan pemahaman siswa di Sekolah Menengah Tingkat Atas. Penulis akan menuangkannya dalam skripsi ini dengan judul “Hubungan Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Insan Kamil

Bogor”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Rendahnya kebiasaan membaca dan kemampuan membaca di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

2. Kesulitan siswa dalam memahami suatu bacaan.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah pada hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan pemahaman bacaan siswa kelas XI SMA Insan Kamil Bogor.

D.

Perumusan Masalah

Setelah dilakukan pembatasan masalah, dalam penelitian ini masalah dirumuskan menjadi : Bagaimana hubungan antara kebiasaan membaca dan kemampuan pemahaman bacaan siswa kelas XI SMA Insan Kamil Bogor?


(19)

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan melihat pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin penulis peroleh dari penyusunan skripsi ini adalah untuk mengetahui data secara empiris hubungan kebiasaan membaca dengan kemampuan pemahaman bacaan siswa kelas XI SMA Insan Kamil Bogor.

2. Manfaat Penelitian

a. Berguna bagi pengembangan bidang pengajaran bahasa Indonesia di SMA Insan Kamil Bogor, karena dengan adanya penelitian ini sekolah menjadi tahu seberapa jauh tingkat kemampuan pemahaman bacaan siswa.

b. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi guru, yang nantinya dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan siswa.

c. Berguna bagi pembaca karena dapat mengetahui hubungan

kebiasaan membaca dengan kemampuan pemahaman bacaan.

d. Bagi penulis, dapat menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh dari program pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

e. Bagi mahasiswa, sebagai bahan penelitian lebih lanjut dan bahan tambahan informasi tentang kemampuan pemahaman bacaan.


(20)

F.

Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi dan materi yang dibahas dalam skripsi ini, maka penulis mengemukakannya dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Kajian Teoretis, meliputi: Hakikat Membaca yang

meliputi Pengertian Membaca, Tujuan Membaca, Aspek-aspek Membaca. Hakikat Pemahaman Bacaan

yang meliputi Pengertian Pemahaman Bacaan,

Tingkat-tingkat Pemahaman Bacaan, Pengukuran Pemahaman Bacaan, Kemampuan Membaca, Teknik Pengajaran Membaca, Metode Pengajaran Membaca, Mengembangkan Keterampilan Membaca. Hakikat

Kebiasaan Membaca yang meliputi Pengertian

Kebiasaan Membaca, Kebiasaan Sejak Kecil,

Membentuk Kebiasaan Membaca yang Efisien,

Usaha-usaha Mengembangkan Minat dan Kebiasaan

Membaca pada Anak. Penelitian yang Relevan, dan Pengajuan Hipotesis.

BAB III Metodologi Penelitian, meliputi: Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, dan Teknik Analisis Data.

BAB IV Hasil Penelitian, meliputi: Gambaran Umum SMA

Insan Kamil Bogor yang meliputi Profil SMA Insan Kamil Bogor, Visi dan Misi SMA Insan Kamil Bogor, Keadaan Guru, Siswa, Sarana Prasarana SMA Insan


(21)

Kamil Bogor yang meliputi Struktur Organisasi, Keadaan Siswa, Keadaan Guru, Keadaan Sarana Prasarana. Deskripsi Data yang meliputi Hasil Analisis Kebiasaan Membaca dan Hasil Analisis Kemampuan Pemahaman Bacaan. Analisis Data, dan Interpretasi Data.


(22)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A.

Hakikat Membaca

1.

Pengertian Membaca

Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teori-teori membaca itu sendiri.

Henry Guntur Tarigan menyebutkan tiga komponen dalam keterampilan membaca, yaitu:

1) Pengenalan terhadap aksara-aksara serta tanda-tanda baca.

2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur

linguistik yang formal.

3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.1

Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar-benar bahwa membaca adalah suatu metode yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.

Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa “Membaca adalah suatu

proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau

bahasa tulis”2

. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

1

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa 1979) hlm. 10

2


(23)

Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, yakni memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan / cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Membaca merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process).

Membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan membaca.

Harimurti Kridalaksana mengatakan “membaca adalah menggali

informasi dari teks, baik yang berupa tulisan maupun dari gambar atau

diagram maupun dari kombinasi itu semua”3

, kemudian Soedarso

berpendapat bahwa “membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan

mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan

mengingat-ingat”4. DP. Tampubolon berpendapat juga bahwa “membaca adalah kegiatan

fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan”5

.

3

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia 1984) hlm. 122

4

Soedarso, Sistem Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: PT. Gramedia 1989) hlm. 4

5

DP. Tampubolon, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien (Bandung: Angkasa 1987) hlm. 228


(24)

Dari paparan ketiga definisi memandang membaca sebagai sesuatu proses yang kompleks, berbagai faktor saling berhubungan satu sama lain, untuk memahami sebuah bacaan. Seorang pembaca dalam proses ini tidak lagi pasif melainkan sebagai proses yang aktif. Dengan kata lain, seorang pembaca harus dengan aktif berusaha menangkap isi bacaan yang dibacanya.

Bahkan ada pula beberapa penulis yang beranggapan bahwa membaca adalah suatu kemauan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui suatu metode pengajaran membaca seperti fonik (ucapan, ejaan berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi membaca lisan.

Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

2.

Tujuan Membaca

Buku adalah jendela dunia, begitulah kata pepatah. Hal ini seakan merupakan sebuah penekanan mengenai pentingnya arti membaca bagi manusia. Keterampilan membaca menempati posisi dan porsi yang sangat penting dalam kehidupan, terlebih pada era informasi dan komunikasi sekarang ini, yang mana segala informasi itu tersimpan dan perlu digali di dalam sebuah bahan bacaan. Membaca dapat dijadikan sebuah jembatan bagi siapa saja yang menginginkan kemajuan dan keberhasilan, baik di lingkungan dunia sekolah maupun di dunia pekerjaan.

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.

Henry Guntur Tarigan mengemukakan tujuan membaca adalah sebagai berikut:


(25)

1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).

2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).

4) Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for

inference).

5) Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk

mengklasifikasikan (reading to classify).

6) Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate).

7) Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading

to compare or contrast)6.

Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta misalnya untuk mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.

Membaca untuk memperoleh ide-ide utama misalnya untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.

Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita seperti menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian buat dramatisasi.

Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi seperti

menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara

6


(26)

mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.

Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan misalnya untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.

Membaca menilai, membaca mengevaluasi seperti untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.

Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan

dilakukan untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca.

Nurhadi berpendapat bahwa tujuan membaca adalah sebagai berikut:

1. Memahami secara detail dan menyeluruh isi buku.

2. Menangkap ide pokok atau gagasan utama secara tepat. 3. Mendapatkan informasi tentang sesuatu.

4. Mengenali makna kata-kata.

5. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar. 6. Ingin memperoleh kenikmatan dari karya sastra.

7. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia. 8. Ingin mencari merk barang yang cocok untuk dibeli.

9. Ingin menilai kebenaran gagasan pengarang.

10. Ingin memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan.

11. Ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) tentang definisi suatu istilah.7

7

Nurhadi, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca (Bandung: CV. Sinar Baru 1989) hlm. 14


(27)

3.

Aspek-aspek Membaca

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya.

Secara garis besar aspek-aspek membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Keterampilan yang bersifat mekanis mencakup: a) Pengenalan bentuk huruf

b) Pengenalan unsur-unsur liguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain).

c) Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis).

d) Kecepatan membaca bertaraf lambat.

2) Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup:

a) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal). b) Memahami signifikasi atau makna (misalnya maksud dan tujuan

pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).

c) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.8

B.

Hakikat Pemahaman Bacaan

1.

Pengertian Pemahaman Bacaan

Pemahaman bacaan atau reading for understanding adalah kegiatan membaca yang tujuan utamanya ialah untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam sebuah bacaan. Pemahaman bacaan lebih menekankan pada penguasaan isi bacaan, bukan indah, cepat atau lambatnya membaca.

Mackey dalam Suyatno menjelaskan bahwa pemahaman terdiri atas penafsiran (interpretation) dan harapan (expectation).9 Penafsiran terhadap sesuatau yang diperoleh dari tulisan yang dibaca, dan harapan untuk

8

Henry Guntur Tarigan, Op. Cit hlm. 11-12

9

Suyatno, Cerdas Membaca: Sebuah Strategi Pembelajaran Bahasa di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Uhamka Press, 2011), Cet. I, h. 35.


(28)

menemukan dan menggunakan hal-hal yang ditemukan dalam bacaan tersebut. Untuk memahami bacaan, pembaca harus benar-benar menguasai bentuk-bentuk bahasa tulis secara benar dan tepat.

Seperti telah disebutkan di atas, dalam memahami suatu teks bacaan tidaklah sekedar mengerti, tetapi diperlukan suatu pemahaman yang seefisien mungkin. Hal ini juga didukung oleh Grellet dalam Suyatno yang menyatakan bahwa mengerti suatu teks bacaan tidak hanya sekedar mengerti apa yang ada, tetapi lebih mendalam lagi, yakni memerlukan pemahaman.10

Pada bagian lain ia mencontohkan bila seseorang membaca iklan yang ada disurat kabar, berbeda dengan membaca artikel. Membaca iklan dapat dilakukan secara sepintas, sedangkan membaca artikel dalam jurnal ilmu perlu hati-hati dan teliti.

Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hanya pembaca yang menguasai bahasa dan simbol grafislah yang dapat melakukan pemahaman bacaan, sebab informasi yang disajikan oleh penulis disampaikan melalui tulisan atau bahan bacaan. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman bacaan itu berkaitan erat dengan unsur-unsur dalam teks dan keberhasilan dalam memahami teks. Seperti kutipan dalam Kholid Harras berikut ini.

Kesesuaian antara teks dengan pembaca merupakan salah satu syarat untuk dapat dipahaminya suatu teks secara optimal oleh pembacanya. Teks yang tidak sesuai dengan pembaca mengakibatkan pembaca tidak dapat memahami isi pesan yang terdapat dalam teks tersebut karena tidak ada interaksi pembaca dengan teks. Tidak terpahaminya teks oleh pembaca disebabkan oleh ketidakberhasilan pembaca mengangkat makna, baik makna gramatikal, makna leksikal, maupun makna kultural dalam teks karena teks tersebut tidak selaras dengan kemampuan pembaca. Ketidak mampuan ini terkait dengan pengetahuan tentang dunia (skemata). Kemampuan pembaca ini akan

10


(29)

menentukan tingkat kesukaran teks, yaitu mudah, sedang, atau sulitnya teks bagi pembaca.11

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman bacaan, di antaranya faktor karakteristik materi bacaan dan karakteristik pembaca itu sendiri. Teks bacaan sangat berpengaruh terhadap pemahaman bacaan. Oleh karena itu tingkat keterbacaan teks, adalah salah satu syarat yang harus diperhatikan dalam memilih teks.

Selain itu, kemenarikan dan keontetikan teks juga merupakan syarat untuk memilih teks yang baik. Karakteristik pembaca juga dapat mempengaruhi pemahaman pembaca terhadap teks. Karakteristik pembaca yang dapat mempengaruhi pemahaman teks di antaranya adalah IQ, minat baca, kebiasaan membaca yang jelek, dan minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat dan efektif.

Sementara itu, Suhendar dan Pien Supinah, mendefinisikan pemahaman bacaan sebagai kegiatan membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam dan dalam, sehingga terasa ada kepuasan tersendiri setelah bahan bacaan itu dibaca sampai selesai.12 Untuk membaca pemahaman di dalam pembicaraan ini dapat kita katakan berupa tulisan-tulisan fiksi seperti novel, cerita pendek, drama dan puisi.

Dari definisi yang diungkapkan Suhendar dan Pien Supinah di atas, dapat kita simpulkan bahwa seorang pembaca harus cerdas melihat apa yang disampaikan seorang penulis, tidak hanya sesuatu yang tertera di dalam teks semata, akan tetapi lebih dalam lagi, yakni makna dibalik teks itu sendiri. Sehingga setelah pembaca membaca teks tersebut, seorang pembaca akan merasakan kepuasan tersendiri.

11

Kholid Harras, Endah Tri Priyatni, dan Titik Harsiati, Membaca I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), Cet. II, h. 46.

12

M. E. Suhendar dan Pien Supinah, Bahasa Indonesia: Pengajaran dan Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis, (Bandung: Pionir Jaya, 1992), Cet. I, h. 27.


(30)

Karena para penulis-penulis kreatif dalam bidang fiksi pada umumnya memiliki beberapa pengalaman hidup yang hendak disampaikannya kepada para pembaca. penulis ingin agar kita merasakan apa yang telah dirasakan mengenai fakta dan visi kebenaran yang dilihat dan dirasainya. Sehingga pembaca dapat melihat pengalaman-pengalaman yang nyata ataupun imajinatif melalui mata penulis, yang ditumpahkannya melalui media kata-kata..

Pada bagian lain, Suhendar dan Pien Supinah mengatakan seseorang yang tingkat pemahaman bacaannya tinggi akan dengan mudah menangkap apa pokok-pokok pikiran yang diungkapkan pengarang di dalam tulisannya, baik yang tersirat maupun tersurat. Pernyataan itu, sebagaimana terdapat pada kutipan berikut.

Membaca sebagai kegiatan menangkap apa yang tersirat dari bahan yang tersurat, sebagai kegiatan mengambil makna dari yang tersurat, tidak selamanya makna yang terkandung di dalam bahan bacaan itu sesuai dengan apa yang tertulis dalam bahan bacaan itu. hal ini karena adanya makna yang denotatif, yaitu makna yang sebenarnya atau makna menurut arti kamus. Dan ada makna yang konotatif yaitu makna yang lebih tinggi atau lebih dalam sesuai dengan lingkungan dan ragam bahasa yang dipakai. Contohnya, tertulisnya bunga, tetapi maknanya gadis cantik di kota itu. tersuratnya tiga anak kecil, tetapi maknanya tiga tuntutan rakyat (TRITURA), Makna yang lebih tinggi atau lebih dalam itu terdapat di dalam karya-karya sastra seperti novel, cerpen, drama, dan puisi. Maknanya lebih dalam dan lebih tajam dari pada prosa biasa.13

Hal ini pun diaminkan oleh Tarigan, yang menggolongkan pemahaman bacaan ke dalam beberapa golongan, yakni membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards),

13


(31)

resensi kritis (critical review), drama tulis (printed drama) serta pola-pola fiksi (patterns of fiction).14

Goodman dalam Suyatno mendefinisikan pemahaman bacaan rekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks.15 Menurutnya, rekonstruksi itu berlapis dan interaktif. Selain itu, rekonstruksi adalah proses pembentukan serta pengujian hipotesis.

Pesan digali melalui lapisan-lapisan makna yang terdapat dalam teks tersebut.Oleh sebab itu, pembaca membuat dan menguji hipotesis dari bacaannya. Hasil dari pengujian hipotesis tersebut dapat dipakai sebagai dasar untuk menarik inferensi bagi pembaca mengenai pesan yang dimaksud dan yang ingin disampaikan oleh penulis.

Sementara itu pada bagian lain Harjasujana dalam Suyatno menganggap pemhaman bacaan sebagai pemahaman kalimat-kalimat. Pemahaman tentang kalimat-kalimat itu meliputi pula kemampuan menggunakan teori tentang hubungan-hubungan struktural antarkalimat. Pengetahuan tentang hubungan struktural itu berguna bagi proses pemahaman kalimat, sebab kalimat bukanlah untaian kata-kata saja melainkan untaian kata yang saling berkaitan mengikuti cara-cara yang spesifik.16

Lebih lanjut dikatakan bahwa hubungan-hubungan struktural yang penting untuk memahami makna kalimat itu tidak hanya diberikan dalam struktur luar, akan tetapi juga diberikan dalam struktur isi kalimat itu sendiri. Pemahaman kalimat tidak akan dapat dilakukan dengan baik tanpa dukungan pemahaman atas hubungan isi antarkalimat tersebut. Untuk itu, agar memiliki keterbacaan yang tinggi, kalimat yang disusun dalam suatu wacana harus selalu memperhatikan unsur struktur luar, struktur isi, dan hubungan antarkeduanya.

14

Tarigan, Op.Cit., h. 58.

15

Suyatno, Op.Cit., h. 36.

16


(32)

Masalah yang berhubungan dengan pengaruh struktur kalimat terhadap proses membaca ada dalam bidang yang sangat khusus yakni keterbacaan. Dale dan Chall dalam Kholid Harras menyatakan bahwa keterbacaan adalah keseluruhan unsur teks yang mempengaruhi keberhasilan pembaca dalam memahami teks yang dibaca.17Sejalan dengan Dale dan Chall dalam Kholid Harras, Ajat Sakri dalam Suyatno mengemukakan bahwa keterbacaan (readability) bergantung pada kosakata dan bangun kalimat yang dipilih oleh pengarang untuk tulisannya.18

Tulisan yang banyak mengandung kata yang tidak umum lebih sulit dipahami daripada yang menggunakan kosakata sehari-hari. Tentang hal ini telah dijelaskan pada penjelasan tentang kosakata baca. Demikian pula, bangun kalimat yang panjang dan menyulitkan pembaca yang tingkat perkembangan usianya berbeda.

Uraian-uraian tentang keterbacaan di atas mengimplikasikan bahwa penyusunan bacaan yang menurut pengarang sudah sesuai dengan tingkat pekembangan usia anak, namun tanpa mengindahkan penguasaan kosakata dan kalimat yang digunakan dalam suatu wacana yang mereka kenal, maka bacaan tersebut akan gagal dalam hal keterbacaan.

Dari pendapat para ahli di atas tentang pemahaman bacaan, dapat disimpulkan bahwa pemahaman bacaan diperoleh dari aktivitas membaca. Aktivitas ini melibatkan pembaca, teks, dan isi pesan yang disampaikan penulis. Seseorang dapat dikatakan memahami bacaan apabila ia telah mendapatkan informasi atau pesan yang disampaikan oleh penulis, baik tersurat maupun tersirat.

17

Suhendar, Op.Cit., h. 46.

18


(33)

2.

Tingkat-tingkat Pemahaman Bacaan

Pembelajaran membaca pemahaman menurut Akhadiah dalam Novi Resmini dan Dadan Juanda dimulai di kelas III Sekolah Dasar yaitu setelah siswa memiliki pengetahuan dasar membaca yang diperoleh di kalas I dan II yang diberikan melalui sub-sub pokok bahasan membaca pemahaman dengan tujuan agar siswa mampu memahami, menafsirkan serta menghayati isi bacaan.19

Pengajaran membaca pemahaman akan memberikan dampak positif bagi keberhasilan siswa di masa mendatang apabila diselenggarakan dengan baik. Melalui pengajaran pemahaman yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik, siswa tidak saja memperoleh peningkatan dalam kemampuan bahasanya, melainkan juga mampu dalam bernalar, berkreativitas, dan penghayatannya tentang nilai-nilai moral.

Menurut Barret dalam Suyatno, pada dasarnya tingkat pemahaman seseorang terhadap bacaan dapat diklasifikasikan atas beberapa tingkat.

Tingkatan ini terkenal dengan nama “Taksonomi Barret”, yakni: (1)

pemahaman literal, (2) pemahaman inferensial, (3) pemahaman evaluasi, (4) pemahaman apresiasi.20

Pada bagian lain, dijelaskan bahwa pemahaman literal adalah pemahaman yang dibutuhkan ingatan mengenai gagasan, kejadian-kejadian yang menyatakan secara jelas pada bacaan. Pemahaman inferensial adalah pemahaman yang ditujukan ketika pembaca menggunakan sintesis pada isi lateral tersebut pada suatu seleksi, pengetahuan personalnya, intuisi, dan imajinasinya sebagai suatu dasar untuk penghubung-penghubung hipotesis.

Pada pemahaman inferensial ini, pernyataan-pernyataan imajinasi

memerlukan pemikiran.

19

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: Upi Press, 2007), Cet. I, h. 80.

20


(34)

Sedangkan pemahaman evaluasi yaitu pemahaman yang ditujukan ketika pembaca menilai isi bacaan. Ia membandingkan kriteria eksternal dan internal. Kriteria eksternal ditunjukan dari subjektivitas pengarang dan

internal berdasarkan pengalaman membaca, pengetahuannya yang

menghubungkan antara yang ditulis dengan pembaca. Pemahaman apresiasi adalah pemahaman yang berkaitan dengan kesadaran teknik sastra, bentuk, gaya, dan struktur yang dikerjakan pengarang untuk mendorong respon-respon emosional pembacanya.

Berdasarkan pendapat Barret tersebut, terlihat bahwa kegiatan pemahaman bacaan sangat perlu dilakukan untuk mengungkapkan makna dari seluruh bacaan. Melalui kegiatan pemahaman bacaan maka dengan mudah kita dapat memperoleh gagasan dan pesan yang terdapat dalam bacaan sehingga dengan mudah pula pembaca mampu menghubung-hubungkan gagasan yang satu dengan gagasan yang lain.

3.

Pengukuran Pemahaman Bacaan

Mengukur pemahaman bacaan siswa tidak terlepas dari kecepatan atau waktu membacanya. Setiap pengukuran yang berkaitan dengan kemampuan membaca ini tentu mencakup kecepatan dan pemahaman isi bacaan. Tampubolon dalam Suyatno mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman secara keseluruhan. Jadi, antara kecepatan dan pemahaman terhadap bacaan keduanya seiring.21

Ditambahkan oleh Tampubolon, cara mengukur kemampuan membaca adalah jumlah kata yang dapat dibaca permenit dikalikan dengan presentase pemahaman isi bacaan. Pemahaman bacaan dapat diukur melalui pertanyaan yang menanyakan tentang apa yang dimaksud pengarang, dan hal-hal apa saja

21


(35)

yang tersurat dalam bacaan tersebut. Nuttall dalam Kholid Harras mengemukakan bahwa kemampuan pemahaman bacaan dapat diukur melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

a. Pertanyaan pemahaman literal (Questions of literal comprehension) Pertanyaan pemahaman literal pada dasarnya menanyakan sesuatu yang tertera secara jelas dalam teks. Oleh karena itu, jawaban terhadap pertanyaan literal ini terdapat di dalam teks dan biasanya berupa kata-kata yang jelas dalam teks. Pertanyaan pemahaman literal ini penting untuk mengarahkan pembaca pada pemahaman yang lebih lanjut.

b. Pertanyaan yang melibatkan reorganisasi dan interpretasi

Pertanyaan yang melibatkan reorganisasi dan interpretasi ini lebih sulit dibandingkan dengan pertanyaan literal. Untuk menjawab pertanyaan jenis yang kedua ini pembaca harus mengumpulkan sejumlah informasi literal dari berbagai bagian teks kemudian menyatakan atau menginterpretasikan kembali informasi tersebut.

c. Pertanyaan inferensi

Pertanyaan jenis ini menanyakan sesuatu yang tidak secara eksplisit ada dalam teks. Pembaca harus memahami teks lebih baik untuk menemukan apa yang tersirat, menemukan implikasi dari apa yang tertera secara literal. pembaca harus mengumpulkan informasi-informasi yang

tersebar dalam teks kemudian menyimpulkan, dan kemudian

mengungkapkan apa yang terimplikasikan dibalik semua itu.

d. Pertanyaan evaluasi

Pertanyaan evaluasi mengharuskan pembaca untuk menilai teks, di sini pembaca dituntut tidak hanya merespon saja tetapi juga menganalisis respon yang dikemukakan serta menemukan alasannya.


(36)

e. Pertanyaan yang memerlukan respon personal

Pertanyaan yang memerlukan respon personal ini mengharuskan pembaca mereaksi isi teks yang dibacanya. Respon yang diberikan oleh pembaca tidak boleh mengabaikan bukti-bukti tertulis yang terdapat dalam teks.

f. Pertanyaan aplikasi

Jenis pertanyaan terakhir ini dapat dikategorikan sebagai pertanyaan aplikasi karena pada dasarnya pertanyaan kategori ini menanyakan apa yang bisa dilakukan pembaca setelah memahami teks. Pertanyaan jenis ini menyadarkan pembaca untuk melakukan sesuatu setelah memahami teks secara keseluruhan.22

Sementara itu, Anderson dalam Suyatno mengemukakan bahwa tes kemampuan pemahaman bacaan mencakup hal-hal berikut.

a. Tingkat pemahaman literal

1. Perbuatan apa pada cerita tersebut?

2. Siapa yang menjadi karakter-karakter utama? 3. Di mana hal itu berlangsung?

b. Tingkat interpretasi

1. Apa yang pengarang coba katakan?

2. Apa tema pokoknya?

3. Bagaimana fakta ini cocok dengan apa yang telah diketahui?

c. Tingkat ketiga

1. Simbol-simbol apa yang disampaikan?

2. Apakah saya dapat menyimpulkan dari apa yang dikatakan?

3. Evidensi-evidensi apa untuk generalisasi-generalisasi berikut?.23

22

Harras, Op.Cit., h. 314-315.

23


(37)

Jadi, Anderson mengungkapkan bahwa pemahaman bacaan dapat diukur dalam tiga tingkatan, yaitu (1) tingkat pemahaman literal, (2) tingkat interpretasi, dan (3) tingkat pemahaman di luar wacana. Tingkat literal menanyakan hal-hal yang tersurat dalam bacaan, tingkat interpretasi menanyakan tentang apa yang dimaksud pengarang, dan tingkat pemahaman ketiga menanyakan hal-hal di luar wacana.

Farr dalam Suyatno mengemukakan bahwa untuk mengukur pemahaman bacaan diantaranya haruslah berisi pertanyaan tentang pandangan atau maksud pengarang dan pertanyaan tentang kesimpulan bacaan. Secara terinci Farr membagi pertanyaan itu menjadi sembilan.

a. Pengetahuan tentang makna kata;

b. Kemampuan memilih makna yang dimiliki kata atau frasa dalam latar

kontekstual khusus;

c. Kemampuan untuk memilih atau memahami susunan dari bacaan dan identitas sebelumnya dan kesimpulan-kesimpulan di dalamnya;

d. Kemampuan menyeleksi gagasan pokok melalui bacaan;

e. Kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dijawab khusus

dalam suatu bacaan;

f. Kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dalam

bacaan, tetapi tidak pada setiap kata-kata yang mana pertanyaan dijawab;

g. Kemampuan menyimpulkan dari bacaan tentang isinya;

h. Kemampuan mengingat apa yang ditulis dalam bacaan dan maksud dan

suara hati pengarang;

i. Kemampuan menentukan tujuan-tujuan pengarang, dan pandangan

pengarang, yaitu membuat kesimpulan-kesimpulan tentang suatu tulisan.24

24


(38)

Jadi, secara garis besar pertanyaan-pertanyaan tes pemahaman bacaan menurut Farr dibagi menjadi tiga, yaitu (1) kemampuan memahami makna kata dalam bacaan (2) kemampuan memahami organisasi karangan dalam bacaan, dan (3) kemampuan menentukan tujuan-tujuan pengarang, maksud, pandangan, dan kesimpulan tentang bacaan.

Berdasarkan kajian-kajian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman bacaan adalah kesanggupan seseorang untuk menangkap informasi atau ide-ide yang disampaikan oleh penulis melalui bacaan sehingga ia dapat menginterpretasikan ide-ide yang ditemukan, baik makna yang tersurat maupun yang tersirat dari sebuah teks. Pemahaman bacaan meliputi pemahaman literal, pemahaman inferensial, dan pemahaman evaluasi.

4.

Kemampuan Membaca

DP. Tampubolon berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara

keseluruhan25. Menurut Akhmad bahwa “Kemampuan membaca adalah

kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam materi

cetak”26

. Sedangkan menurut Yeti Mulyati, bahwa “Kemampuan membaca adalah kesanggupan melihat serta memahami isi dari pada yang tertulis

dengan melisankan atau hanya dalam hati”27

.

Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efektif dan efisien. Membaca pemahaman dan efektif bukan berarti asal membaca pemahaman saja, sehingga karena cepatnya begitu selesai baca tak ada yang diingat dan dipahami. Kemampuan membaca harus diimbangi oleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Pembaca yang efektif dan kritis harus mampu menemukan bagian penting dari bahan bacaan

25

DP. Tampubolon, Op. Cit., hlm. 7

26

Akhmad, Membaca 2 (Jakarta: Cipta Karya 1996) hlm. 88

27


(39)

tersebut secara tepat. Biarkan bagian yang kurang penting bahkan melewatinya bila memang tidak diperlukan.

5.

Teknik Pengajaran Membaca

1) Lihat dan Baca

Teknik ini dapat berupa fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, semboyan dan puisi pendek.

2) Menyusun Kalimat

Melalui kegiatan ini siswa dapat belajar menyusun kalimat. Teknik

pengajaran membaca melalui penyusunan kalimat melibatkan

keterampilan membaca dan menulis.

3) Menyempurnakan Paragraf

Suatu paragraf yang telah disusun oleh guru dihilangkan sebuah kata pada setiap kalimat. Paragraf ini kemudian diberikan kepada guru untuk dibaca kemudian mengisi kotak kosong dengan kata yang tepat.

4) Mencari Kalimat Topik

Suatu bacaan yang panjang dalam suatu cerita dapat disingkat dengan mengambil kalimat topik.

5) Menceritakan Kembali

Melaui kegiatan ini siswa mampu menceritakan kembali suatu informasi yang telah diterimanya melalui suatu bacaan.

6) Parafrase

Guru mempersiapkan bahan bacaan puisi bila perlu menerangkan makna kata-kata puisi yang dianggap sukar, setelah itu siswa membaca kembali puisi itu dengan teliti lalu mengekspresikan isinya dengan kata-kata sendiri.

7) Melanjutkan Cerita

Guru memilih suatu cerita yang cocok untuk siswa, cerita tiu dihilangkan sebagian. Bagian yang dihilangkan boleh permulaan cerita atau akhir cerita, setelah siswa membawa cerita yang sebagian itu mereka


(40)

ditugaskan melengkapi cerita yang kemudian dibandingkan dengan cerita aslinya.

8) Mempraktikkan Petunjuk

Membaca petunjuk sering kali kita praktikkan dalam hidup sehari-hari. Obat yang dibeli selalu mengikuti petunjuk cara pemakaiannya. Radio yang dibelipun ada petunjuk pengoperasiannya.

9) Baca dan Terka

Kecermatan membaca dan menangkap isi dalam baca dan terka sangat diperlukan. Tidak hanya isi yang tersurat kadang-kadang pun isi yang tersirat. Beda yang tidak pernah disebutkan namanya secara ekplisit. Karena itu diperlukan kejelian dan ketajaman pemahaman.

10)Membaca Sekilas

Membaca sekilas dilakukan untuk memperoleh kesan umum dari sesuatu bacaan. Bila yang dibaca daftar isi maka perhatian pembaca hanya kepada butir-butir yang dibicarakan. Dalam membaca sekilas terkandung makna mencari intisari bahan bacaan.

11)Membaca Sepintas

Dilakukan untuk menemukan suatu informasi secara tepat. Informasinya sudah ditentukan sebelumnya. Membaca sepintas walaupun cepat harus teliti dan penuh kesiapan menangkap informasi.

12)SQ3R

Salah satu teknik pengajaran membaca yang digunakan dalam kelas 3 tinggi ialah metode telaah tugas atau SQ3R. S adalah singkatan dari Survey, Q adalah singkatan dari Question, R1 adalah singkatan dari Read,

R2 adalah singkatan dari Ricite dan R3 adalah singkatan dari Review.

13)Individualize Intruction

Salah satu teknik pengajaran membaca yang tergolong maju dan modern ialah Individualize Intruction. Prinsip dasar yang mendasari teknik pengajaran ini adalah bahwa anak normal dapat belajar membaca dan dapat mempunyai sikap cinta membaca.


(41)

6.

Metode Pengajaran Membaca

Metode pengajaran membaca akan sedikit banyak dipengaruhi oleh materi, tugas metode-metode yang lazim di pakai antara lain:

a) Metode Ceramah

Penuturan bahan pengajaran secara lisan.

b) Metode Diskusi

Yakni bertukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas. Metode ini berusaha mendiskusikan suatu masalah dan mencari jalan keluarnya serta melatih keterampilan berpikir murid secara kritis.

c) Metode Pemberian Tugas

Yakni memberikan kesempatan kepada siswa melakukan tugas yang berhubungan dengan pelajaran seperti mengerjakan soal-soal.

d) Metode Tanya Jawab

Yakni metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat terarah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.

e) Metode Sosio Drama atau Bermain Peran Dan lain-lain

Semua metode pada dasarnya baik. Hal ini berhubungan dengan jenis materi, tujuan materi, tujuan dan situasi serta keterampilan guru yang menggunakannya. Pemilihan metode yang tepat dalam pelaksanaan pengajaran membaca inilah yang dinamakan teknik. Jadi teknik adalah operasional yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pengajaran membaca.

f) Metode Karyawisata

Mengajar dengan peragaan secara langsung berupa objek pelajaran yang sesungguhnya, sehingga murid memperoleh gambaran langsung tentang apa yang dipelajarinya.


(42)

g) Metode Demontrasi dan Eksperimen

Mencoba mengusahakan agar para murid memperoleh pengertian lebih jelas tentang suatu hal, misalnya dengan peragaan atau murid mencoba sendiri.

h) Metode Drill

Metode mengajar dengan latihan-latihan.

7.

Mengembangkan Keterampilan Membaca

Tugas guru ialah membimbing dan membantu siswa untuk

mengembangkan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan yang

seharusnya dimiliki oleh siswa. Dalam hal ini adalah keterampilan membaca. Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar siswa memiliki keterampilan membaca ialah:

1) Membantu siswa untuk memperkaya kosakata dengan cara:

a) Memperkenalkan sinonim, antonim, parafrase, kata-kata dasar yang mendasar sama.

b) Memperkenalkan imbuhan (awalah, sisipan dan akhiran).

c) Mengira-ngira makna kata-kata dari konteks atau hubungan kalimat. d) Menjelaskan arti suatu kata abstrak.

2) Membantu siswa untuk memahami makna struktur-struktur kata,

kalimat dan sebagai dan diberikan seperlunya.

3) Guru dapat memberikan penjelasan pengertian kiasan, sindiran,

ungkapan, pepatah, pribahasa.

4) Guru mengajukan pertanyaan menanyakan ide pokok suatu paragraf, menunjukan kalimat yang kurang baik, menyuruh membuat rangkuman.

5) Guru menyuruh membaca dalam arti dengan waktu yang terbatas, bibir

tidak boleh digerak-gerakkan. Agar hal ini dapat berhasil dengan baik di informasikan kepada siswa tentang tujuan membaca itu, misalnya: Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pikiran pokok dan sebagainya.

Apabila langkah-langkah itu telah dilakukan oleh guru, besar kemungkinan keterampilan siswa dalam membaca akan meningkat. Maka


(43)

perlu sekali calon guru memahami langkah-langkah seperti yang disebutkan di atas.

Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan keterampilan membaca. Beberapa contoh langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan membaca:

1) Melatih kemampuan membaca ide pokok sebuah wacana,

langkah-langkah sebagai berikut:

a) Setiap paragraf, kelompok menentukan ide pokok.

b) Setelah itu didiskusikan untuk menetapkan judul yang tepat.

c) Setiap pasangan memusatkan perhatian pada kalimat topik serta paragraf wacana tersebut.

d) Setiap pasangan memperhatikan/membaca rangkuman bab terakhir.

2) Melatih kemampuan memahami bagian sebuah wacana,

langkah-langkahnya sebagai berikut: a) Bahan bacaan ditentukan guru.

b) Setiap kelompok mencatat sebanyak-banyaknya bagian yang

terdapat pada bacaan untuk mempermudah digaris bawahi.

c) Setelah itu pasangan membacakan hasil kerjanya, kemudian

dicocokkan dengan yang asli.

d) Guru dan siswa memeriksa hasil jawaban yang berpedoman pada kunci jawaban.

3) Melatih kemampuan mengenal kalimat yang tak ada hubungannya

dalam wacana. Langkah-langkahnya sebagai berikut: a) Bahan bacaan ditentukan guru.

b) Setiap pasangan atau kelompok menentukan tempat kalimat yang salah (tidak berhubungan).

c) Mendiskusikan.

d) Diperiksa bersama hasil dari tiap-tiap kelompok, dibicarakan kesalahan-kesalahan.


(44)

4) Melatih kemampuan untuk kritis terhadap bacaan, langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Setiap kelompok membuat pertanyaan-pertanyaan

sebanyak-banyaknya mengenai isi bacaan.

b) Setelah itu antara kelompok tukar pekerjaan dan memberikan penilaian yang sebelumnya telah diarahkan oleh guru.

DP. Tampubolon mengatakan bahwa “kemampuan membaca ialah

kecepatan membaca dan pemahaman isi”28. Kemampuan membaca

ditentukan oleh faktor-faktor pokok yang berikut:

1) Kompetensi Kebahasaan

Penguasaan bahasa (dalam hal ini bahasa Indonesia) secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosa kata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan pengelompokan kata.

2) Kemampuan Mata

Keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien.

3) Penentuan Informasi Fokus

Yaitu menentukan lebih dahulu informasi yang diperlukan sebelum mulai membaca pada umumnya dapat meningkatkan efisiensi membaca.

4) Teknik-teknik dan Metode-metode Membaca

Yakni cara-cara membaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan informasi fokus yang diperlukan. Teknik-teknik yang umum ialah baca pilih, baca lompat, baca-layap, dan baca-tatap.

5) Fleksibilitas Membaca

Yaitu kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi baca, yang dimaksud dengan strategi membaca ialah teknik dan metode membaca, kecepatan membaca, dan gaya membaca (santai, serius, dengan konsentrasi, dan lain-lain). Kondisi baca ialah tujuan membaca informasi fokus, dan materi bacaan dalam arti keterbacaan.

28


(45)

6) Kebiasaan Membaca

Yaitu minat (keinginan, kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca yang baik dan efisien, yang telah berkembang dan membudaya secara maksimal dalam diri seseorang29. Faktor kebiasaan membaca akan penulis kemukakan lebih lanjut lagi.

C.

Hakikat Kebiasaan Membaca

1.

Pengertian Kebiasaan Membaca

Apabila suatu kegiatan atau sikap, baik yang bersifat fisik maupun mental, telah mendarah daging pada diri seseorang, maka dikatakan bahwa kegiatan atau sikap itu telah menjadi kebiasaan. Terbentuknya suatu kebiasaan tidak dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi pembentukan itu adalah proses perkembangan yang memakan waktu relatif lama.

Menurut DP. Tampubolon, kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang (dari segi kemasyarakatan, kebiasaan adalah kegiatan membaca yang telah membudaya dalam suatu masyarakat)30. Sedangkan Dewa Ketut Sukardi berpendapat

bahwa “apabila membaca buku itu diwajibkan untuk mengulang berkali-kali maka akan terbentuklah kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca akhirnya

akan menimbulkan kegemaran membaca”31

.

2.

Kebiasaan Sejak Kecil

Pada waktu anak belajar membaca, ia belajar mengenal kata demi kata, mengejanya, dan membedakannya dengan kata-kata lain. Anak harus membaca dengan bersuara, mengucapkan setiap kata secara penuh agar diketahui apakah benar atau salah ia membaca. Selagi belajar anak diajari membaca secara struktural, yaitu dari kiri ke kanan dan mengamati tiap kata

29

Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 244

30

DP. Tampubolon, Op. Cit., hlm. 229

31

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak (Jakarta: Ghalia Indonesia 1987) hlm. 105


(46)

dengan seksama pada susunan yang ada. Oleh karena itu, pada waktu membaca anak melakukan kebiasaan berikut:

1) Menggerakkan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca; 2) Menggerakkan kepala dari kiri ke kanan;

3) Menggunakan jari atau benda lain untuk menunjuk kata demi kata.32 Secara tidak disadari, cara membaca yang dilakukan waktu kecil itu tetap diteruskan hingga dewasa.

3.

Membentuk Kebiasaan Membaca yang Efisien

Membentuk kebiasaan membaca yang efisien memakan waktu yang relatif lama. Selain waktu, faktor keinginan dan kemauan serta motivasi perlu ada. Tetapi keinginan dan kemauan harus diperkuat oleh motivasi. Selain itu faktor lingkungan juga berperan. Jika lingkungan tidak mendorong, dan bahkan menghambat, maka kebiasaan sukar, atau bahkan tidak akan terbentuk.

Oleh karena itu, usaha-usaha pembentukan hendaklah dimulai sedini mungkin dalam kehidupan, yaitu sejak masa anak. Pada masa anak-anak, usaha pembentukan dalam arti peletakkan pondasi minat yang baik dapat dimulai sejak kira-kira umur dua tahun, yaitu sesudah anak mulai dapat mempergunakan bahasa lisan (memahami yang dikatakan dan berbicara).

4.

Usaha-usaha Mengembangkan Minat dan Kebiasaan

Membaca pada Anak

Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk mengembangkan minat dan kebiasaan membaca pada anak. Namun usaha-usaha itu memiliki sasaran yang berbeda. Bagi anak-anak yang belum dapat membaca, bertujuan utama untuk menumbuhkan minat membaca, yang sendirinya juga untuk mencapai kesiapan membaca. Akan tetapi, bagi anak-anak yang sudah dapat membaca,

32


(47)

usaha-usaha itu mempunyai tujuan bukan hanya menumbuhkan, melainkan juga mengembangkan minat dan kebiasaan membaca.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Pengaruh dan Peranan Orang tua

Komisi Plowden (1964) mengadakan survei nasional atas Sekolah-sekolah Dasar menyimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kemajuan anak di sekolah adalah tingkat perhatian orang tua pada anak di rumah.

Begitu pula Komisi Bullock (1975) menyimpulkan penelitiannya bahwa peranan orang tua sangat menentukan dalam pendidikan anak, terutama pada tingkat prasekolah dan SD, khususnya dalam membaca dan perkembangan bahasa. Pengaruh dan peranan orang tua dapat dilakukan dengan:

a) Mendorong perkembangan bahasa anak;

b) Menjadi teladan dalam membaca;

c) Membaca dan bercerita;

d) Bermain dengan bacaan dan tulisan; e) Memanfaatkan sarana-sarana lingkungan.33

Mendorong perkembangan bahasa anak dapat dilakukan terutama

melalui percakapan-percakapan dengan anak. Cara mendorong

perkembangan bahasa anak yaitu melalui peniruan, penyempurnaan, pengomentaran, dan responsi dorongan.

Orang tua harus menjadi teladan bukan hanya dalam kehidupan keluarga dan masyarakat umumnya, tetapi juga dalam membaca. Bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak. Bermain-main dengan bacaan dan tulisan menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca dan menulis dalam diri anak-anak.

33

DP. Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak (Bandung: Angkasa 1991) hlm. 45-61


(48)

Selain dari kegiatan-kegiatan di rumah dengan memanfaatkan sarana-sarana yang ada, orang tua juga perlu memanfaatkan berbagai sarana yang terdapat dalam lingkungan seperti toko buku, perpustakaan, kantor pos, televisi (TV), plaza, dan toko swalayan, dan lain-lain.

2) Membaca Dini

Membaca dini ialah membaca yang diajarkan secara terprogram (secara formal) kepada anak prasekolah.

DP. Tampubolon mengemukakan ada empat keuntungan mengajar anak membaca dini dilihat dari segi proses belajar mengajar:

a) Belajar membaca dini memenuhi rasa ingin tahu anak;

b) Situasi akrab dan informal di rumah dan di kelompok bermain (KB)

atau taman kanak-kanak (TK) merupakan faktor yang kondusif bagi anak untuk belajar;

c) Anak-anak yang berusia dini pada umumnya perasa dan mudah terkesan, serta dapat diatur;

d) Anak-anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu dengan mudah dan cepat.34

Bertitik tolak dari pengertian bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, dan membaca dini merupakan usaha mempersiapkan anak memasuki pendidikan dasar, DP. Tampubolon menyebutkan lima prinsip pokok membaca dini, yaitu:

(a) Materi bacaan harus terdiri dari kata-kata, frase-frase, dan kalimat-kalimat. Ini berarti bahwa bacaan itu harus mempunyai makna yang dapat dipahami oleh anak;

(b) Membaca terutama didasarkan pada kemampuan memahami bahasa

lisan, dan bukan pada kemampuan berbicara;

(c) Mengajarkan membaca bukan mengajarkan aspek-aspek kebahasaan

seperti tata bahasa, kosa kata, dan lain-lain, dan bukan mengajarkan logika atau cara berpikir (walaupun membaca tidak terlepas dari

34


(49)

proses berpikir). Bahan-bahan pelajaran membaca dini haruslah yang berada dalam ruang lingkup kemampuan bahasa dan berpikir anak;

(d) Membaca tidak harus bergantung pada pengajaran menulis. Ini berarti bahwa anak dapat diajar membaca, walaupun dia belum dapat menulis;

(e) Pengajaran membaca harus menyenangkan bagi anak.

Dari penjelasan di atas kiranya dapat dilihat bahwa pengajaran membaca adalah bersifat individual. Program dan metode harus disesuaikan dengan perkembangan setiap anak. Dengan demikian, pada dasarnya orang tua atau guru KB atau TK dapat juga menyusun dan mengembangkan program (bahan-bahan pelajaran) nya sendiri dan juga metode mengajar sesuai dengan perkembangan anak atau anak-anak yang bersangkutan.

D.

Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yang pertama dilakukan oleh Megita Maha Putri Sandani pada tahun 2011 dalam skripsinya yang

berjudul “Hubungan Kecepatan Membaca dan Pemahaman Isi Bacaan dengan Indeks Prestasi Mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara”.35

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa indeks prestasi dapat dioptimalkan dengan meningkatkan kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaan. Untuk itu diperlukan startegi khusus untuk meningkatkan kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaan mahasiswa keperawatan USU.

Perbedaan penelitian yang dilakukan Magita dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah, penulis meneliti tentang hubungan antara kebiasaan membaca dangan kemampuan pemahaman bacaan siswa kelas XI SMA Insan Kamil Bogor, sedangkan penelitian yang dilakukan Megita bertujuan untuk mencari hubungan antara kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaan

35

Megita Maha Putri Sandani, Hubungan Kecepatan Membaca dan Pemahaman Isi Bacaan dengan Indeks Prestasi Mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara, (Sumatera Utara: USU, 2011)


(50)

dengan indeks prestasi, selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mencari prediksi indeks prestasi dari kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaan mahasiswa keperawatan USU.

Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Amalia Harjanti pada

tahun 2012 dalam skripsinya yang berjudul “Korelasi Antara Kemampuan

Membaca Pemahaman dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo”.36 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo.

Perbedaan penelitian yang dilakukan Amalia Harjanti dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah, penelitian yang dilakukan penulis bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan pemahaman bacaan siswa kelas XI SMA Insan Kamil Bogor, sedangkan penelitian yang dilakukan Amalia Harjanti bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo.

Selanjutnya penelian relevan yang ketiga dilakukan oleh Evi Rahmawati pada tahun 2012 dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Membaca Tajuk Rencana dengan Kemampuan Menulis Argumentasi Siswa Kelas XI SMA Negeri Kota Yogyakarta Yang

Berkategori Sedang”37

. Penelitian yang dilakukan Evi Rahmawati bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan tingkat kebiasaan membaca tajuk rencana; (2) mendeskripsikan tingkat kemampuan menulis argumentasi; (3) menguji hubungan antara kebiasaan membaca tajuk rencana dengan kemampuan menulis argumentasi. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa

36

Amalia Harjanti, Korelasi Antara Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo, (Yogyakarta: UNY, 2012)

37

Evi Rahmawati, Hubungan Kebiasaan Membaca Tajuk Rencana dengan Kemampuan Menulis Argumentasi Siswa Kelas XI SMA Negeri Kota Yogyakarta Yang Berkategori Sedang, (Yogyakarta: UNY, 2012)


(51)

tajuk rencana dengan karangan argumentasi mempunyai hubungan timbal balik. Hal ini dikarenakan dalam tajuk rencana pasti terdapat argumentasi yang menjadi dasar sebuah tajuk rencana.

Perbedaan penelitian yang dilakukan Evi Rahmawati dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada hubungan yang diteliti, penelitian yang dilakukan Evi Rahmawati bertujuan untuk menguji hubungan antara kebiasaan membaca tajuk rencana dengan kemampuan menulis argumentasi siswa kelas XI SMA Negeri Kota Yogyakarta yang berkategori sedang, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan pemahaman bacaan siswa kelas XI SMA Insan Kamil Bogor.

Dari ketiga penelitian yang relevan dipaparkan, penulis akan mencoba melakukan penelitian mengenai hubungan kebiasaan membaca dengan kemampuan pemahaman bacaan. Penulis akan melihat hubungan yang terjadi, apakah kebiasaan membaca dapat mempengaruhi kemampuan pemahaman bacaan siswa.

E.

Pengajuan Hipotesis

1. Hipotesis verbal

Hipotesis verbal dalam penelitian ini adalah:

Ho = Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara kebiasaan

membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Insan Kamil Bogor.

H1 = Ada korelasi positif yang signifikan antara kebiasaan membaca

dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Insan Kamil Bogor.

2. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:

X = Kebiasaan membaca siswa kelas XI SMA Insan Kamil Bogor

Y = Kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Insan


(52)

XY = Hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Insan Kamil Bogor.

H0 = XY = 0

H1 = XY ≠ 0

H0 = Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara variabel XI dan variabel Y.

H1 = Ada korelasi positif yang signifikan antara variabel XI dan variabel Y.


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Insan Kamil yang berlokasi di Jl. R. Aria Surialaga, Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Ciomas, Kota Bogor. Penulis melakukan penelitian secara langsung ke sekolah tersebut, khususnya pada siswa-siswi kelas XI tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan waktu penelitian, pengumpulan data dilakukan pada satu waktu (cross sectional) yakni pada September – November 2013. Dalam kurun waktu tersebut, penulis melakukan pengumpulan data tentang kebiasaan membaca dan kemampuan pemahaman bacaan siswa kelas XI SMA Insan Kamil.

B.

Metode Penelitian

Menurut M. Subana dan Suderajat metode penelitian adalah suatu cara dari sekian cara yang pernah ditempuh untuk mencari kebenaran dalam penelitian ilmiah.1 Lebih lanjut diungkapkan bahwa metode penelitian memiliki tujuan untuk meramalkan, mengontrol, dan menjelaskan gejala-gejala yang teramati guna mendapat kebenaran yang diinginkan.

Adapun metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Korelasional. Metode ini digunakan untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan masalah yang diteliti pada siswa kelas X SMA Insan Kamil Bogor.

1

M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), Cet. I, h. 10.


(54)

C.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian2. Populasi siswa kelas XI SMA Insan Kamil tahun ajaran 2013/2014 terdiri dari tiga rombel jurusan IPA Hidayah/Reguler, tiga rombel jurusan IPS Hidayah/Reguler, tiga rombel jurusan IPA Barokah/Unggulan, dan tiga rombel jurusan IPA Puji Syukur/Akselerasi, dengan jumlah siswa 175 orang. Namun peneliti tidak akan mengambil jumlah populasi secara keseluruhan, melainkan hanya mengambil sampel saja, agar subjek yang diteliti tidak terlalu banyak.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti3. Adapun sampel yang akan diteliti sejumlah lima puluh orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling (acak).

D.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dari dua sumber yakni data nilai angket kebiasaan membaca dari hasil pengisian angket, dan nilai kemampuan pemahaman bacaan dari hasil tes kemampuan pemahaman bacaan.

Penulis terlebih dahulu membagikan angket/kuesioner tentang kebiasaan membaca yang berjumlah dua puluh lima pertanyaan kebiasaan membaca yang berbentuk pilihan, dengan pilihan SS (Sangat Setuju), S (setuju), KS (Kurang Setuju), dan TS (Tidak Setuju). Instrumen angket kebiasaan membaca digunakan nilai/skor antara satu sampai dengan empat. Skor satu untuk jawaban TS, skor dua untuk jawaban KS, skor tiga untuk jawaban S, dan skor empat untuk jawaban SS. Jadi masing-masing pilihan jawaban itu

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta 1997) hlm. 115

3


(55)

dimaksudkan untuk melambangkan perbedaan kadar atau kualitas kebiasaan membaca yang dimiliki siswa secara tafsiran kuantitatif.

Kemudian melakukan tes kemampuan pemahaman bacaan siswa dengan memberikan soal isian singkat dengan jumlah soal 10. Dengan kriteria penilaian setiap jawaban yang benar diberi nilai/skor 10.

E.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes, dan non tes. Tes dilakukan dengan memberikan soal-soal isian yang berjumlah sepuluh, sedangkan untuk instrumen non tes dengan memberikan angket/kuesioner tentang data kebiasaan membaca siswa. Angket/kuesioner yang diberikan berbentuk pilihan, sebuah daftar pertanyaan di mana responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan kebiasaan membacanya masing-masing dengan memberi tanda ceklis (V) pada jawaban yang dipilih (tes dan angket terlampir).

F.

Teknik Analisis Data

Prosedur yang dilaksanakan dalam menganalisis data sebagai berikut : 1. Pemeriksaan dan pemberian nilai pada setiap angket dan hasil tes.

2. Untuk angket/kuesioner kebiasaan membaca diberi nilai antara 1 sampai dengan 4.

3. Hasil tes kemampuan membaca pemahaman, setiap jawaban yang benar diberi nilai 10, jawaban yang mendekati benar diberi nilai 5, dan yang salah diberi nilai 0.

4. Menghitung hasil nilai angket/kuesioner kebiasaan membaca siswa yang dijadikan sampel dengan simbol X, X2, dan XY.

5. Menghitung hasil nilai kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan simbol Y, Y2, dan XY.

6. Menjumlahkan hasil perkalian antara kebiasaan membaca dengan


(1)

(2)

(3)

(4)

KEMENTERIAN AGAMA\L[rErt I Lt\tAtl Al.rAlYlA

,W;;

ulN JAKARTA

lwrm

I

Flil(

*_*-_, Jr. rr. H. Juanda No 95 Ciputat ts4l2 tndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

'

p116-pp.4([462

Tgl.Terbit

: t

Miret-ZOtO

No.

Revisi: :

01

SURAT

PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un. 01/F. 1 /KM.O1 .tt.\l.9.EtZOl S

Lamp : Outtine/proposal

Hal

. Permohonan lzin penelitian

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, 3 Septemb er 2013

Kepada Yth.

Kepala SMA lnsan Kamil Bogor

di

Tempat

Assal a m u' a I ai ku m wr.wb.

Dengan hormat kami'sampaikan bahwa,

Nama

:e

FathanAlfatih

NIM

: 108013000002

Jurusan

: pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia

Semester

: Xl (sebelas)

Judul

skripsi

: Hubungan Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan pemahaman Bacaan siswa Keras

xr

sMA rnsan Kamir B6gor Tahun Ajaran ZOfi!2A1H

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Jakarta yang

sedang menyusun skripsi,

dan

akan. meng"dar,a; peneritian

(riset)

di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon sauoara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut

melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassal a m u' al aiku m wr.wb.

a.n. Dekan

Bahasa dan Sastra Indonesia

M.Pd

Jl4iwBpnd.

s#ff'&a

t!;L

-':

t'i l-,'.'-,1t, {$/.q::#

:.p".r,4,,5d5

-:r,,rol""'NB} 2 199703 FitriyahZA,2 001


(5)

YAYA$Ail PEI{DIDIKAI{

I1{SA1{

KAMIT

BllGtlR

sEKorAH

MEI{E]{GAH

ATAS

(SMAI

tl{$A]t

KAMIL

B0G0R

Jl. R. Aria Surialaga Batutapak, Pasirjaya, Kota Bogor 16119 Telp. 0251 .8638343 . 8632115 PROGRAM AKSELERASI

SK.

Kadis

Pendidikan

Prop. Jabar

No.

422.215K-1779lPLBltVt04

TERAKREDITASI PERINGKAT A NILAI 97.88 SK. Kadis Pendidikan Prop Jabar No. 02.00/375/BAP-SM1XJ2A08

SURAT KETERANGAN

No. 145 / 1.02.5.1 / SMA.INKA/ S.5 / 2013

Yang bertanda tangan di'bawah ini kepala SMA lnsan Kamil BWor menerangkan bahwa murid tersebut di bawah,ini :

Nama NIM Fakultas Jurusan

Perguruan Tinggi

:

Q FATHAII ALFATIH

:

108013000002

:

llmu Tarbiyah dan Keguruan

:

Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia

:

Universitas lslam Negeri Syafif Hidayatullah Jakarta

Telah melakukan penelitian

di

kelas

Xl

lPl/lPS

SMA lnsan Kamil BoEor pada bulan September-Nopember 2013 dengan Judul.Penelitian "Hubungar

-lfliasaan

ilembaca

dengan Kernampuan Pemahaman Bacaan Siswa Kelas Xl SMA lnsan Kamil Bogor" Demikan suratketerangan ini dibuat, untuk dipergnakan sebagaimana meshnya.


(6)

BIODATA PENULIS

Q Fathan Alfatih atau biasa dipanggil Fathan, penulis lahir

di Bogor pada tanggal 21 November 1990. Bertempat tinggal di Kebun Raya Residence Blok M-5 RT 02 RW 10 Kelurahan Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Terlahir dari pasangan Drs. H. Idih Alfatih alm. dengan Daningsih. Anak kedua dari empat bersaudara ini memulai pendidikan di SD Insan Kamil Bogor, lalu dilanjutkan ke SMP Insan Kamil Bogor, kemudian melanjutkan kembali ke SMA Insan Kamil Bogor, dan menyelesaikan program Strata 1 (S-1) di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.