Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta

PENCEGAHAN KECACATAN PADA
TANGAN PENDERITA KUSTA

dr. Imam Budi Putra, SpKK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008

PENCEGAHAN KECACATAN PADA TANGAN
PENDERITA KUSTA

PENDAHULUAN
Penyakit kusta adalah penyakit yang memberi stigma yang sangat besar pada
masyarakat, sehingga penderita kusta menderita tidak hanya karena penyakitnya saja,
tetapi juga dijauhi atau dikucilkan oleh masyarakat, sehingga kusta merupakan
masalah sosio-medis yang kompleks. Penyakit ini menyerang saraf perifer dengan

komplikasi cacat primer maupun sekunder yang tampak menyeramkan sehingga
penderitanya ditakuti, dijauhi dan diisolasi secara sosial.(1,2,3,4,5,6)
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk timbulnya cacat seminimal mungkin
dan mencegah bertambah beratnya cacat yang sudah ada. Diantaranya dengan
diagnosis dan penanganan penyakit dilakukan secara dini. Demikian pula diperlukan
pengetahuan berbagai hal yang dapat menimbulkan kecacatan sehingga tidak
menimbulkan cacat tubuh yang tampak menyeramkan t rsebut. (l,2,3,4,5)

PATOGENESIS KECACATAN(I,7,8)
Kecacatan akibat kerusakan saraf tepi tersebut dapat dibagi menjadi 3 tahap
yaitu :
1. Terjadi lesi pada saraf berbentuk penebalan saraf, nyeri, tanpa ada gangguan
fungsi gerak, terjadi gangguan sensorik.
2. Terjadi kerusakan pada saraf, timbul paralysis tidak lengkap atau paralysis awal
termasuk pada otot kelopak mata, otot jari tangan, dan otot kaki. Pada stadium ini
masih dapat terjadi pemulihan kekuatan otot.

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008


3. Terjadi penghancuran saraf. Kelumpuhan akan menetap pada stadium ini dapat
terjadi infeksi yang progresif dengan kerusakan tulang dan kehilangan
penglihatan.

JENIS CACAT KUSTA(I,6,7,8,9,10,11)
Sebagian besar masalah kecacatan pada kusta ini terjadi akibat penyakit kusta
yang terutama menyerang saraf perifer.
Cacat yang timbul pada penyakit kusta dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok :
1. Cacat Primer ; cacat yang disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama
kerusakan akibat respons jaringan terhadap M.Leprae, yang termasuk cacat
primer :
a. Cacat pada fungsi saraf sensorik ; misalnya ; anestesia, fungsi saraf motorik,
misalnya ; claw hand, wrist drop, foot drop, claw toes, lagoftalmos.
Dan cacat pada fungsi otonom menyebabkan, kulit kering, elastisitas kulit
berturang serta gangguan refleks vasodilatasi.
b. Infiltrasi kuman pada kulit dan jaringan subkutan menyebabkan alopesia atat
madarosis, kerusakan glandula sebasea dan sudorifera menyebabkan kulit
kering dan tidak elastis.
c. Cacat pada jaringan lain akibat infiltasi kuman kusta dapat terjadi pada
tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, tulang testis dan bola mata.

2. Cacat Sekunder :
Cacat sekunder ini terjadi akibat cacat primer, terutama akibat adanya kerusakan
saraf (sensorik, motorik, otonom). Anestesi akan memudahkan terjadinya luka

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008

akibat trauma mekanis atau termis yang dapat mengalami infeksi sekunder dengan
segala akibatnya.
Kelumpuhan motorik menyebabkan kontraktur sehingga dapat menimbulkan
gangguan menggenggam atau berjalan, juga memudahkan terjadinya luka.
Kelumpuhan saraf otonom menyebabkan kulit kering dan elastisitas berkurang.
Akibatnya kulit mudah retak-retak dan dapat terjadi infeksi sekunder.

PROSES TERJADINYA CACAT KUSTA (1,7,8,9,11)

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008

DERAJAT CACAT KUSTA MENURUT WHO (1988) (1,11,12,13)

Mengingat bahwa organ yang paling berfungsi dalam kegiatan sehari-hari
adalah mata, tangan dan kaki, maka WHO membagi cacat kusta menjadi tiga tingkat
kecacatan yaitu :
Cacat pada tangan dan kaki :
Tingkat 0

: tidak ada anestesdi an kelainan anatomis

Tingkat 1

: ada anestesi tetapi tidak ada kelainan anatomis

Tingkat 2

: terdapat kelainan anatomis

Cacat pada mata :
Tingkat 0

: tidak ada kelainan pada mata (termasuk visus)


Tingkat 1

: ada kelainan mata, tetapi tidak terlihat, visus sedikit berkurang

Tingkat 2

: ada langoftalmos dan visus sangat terganggu

KECACATAN SPESIFIK PADA TANGAN (1,5,7,8,9,11,14,l5,16,17,18,19)
Dalam kondisi normal tangan dengan mudah melakukan berbagai gerak
spesifik, misalnya : menggenggam, cengkeram, menjepit dan lain-lain. Kelemahan
otot tangan akan menyebabkan hilangnya kemampuan gerak tersebut.
a). Gangguan n.ulnaris
X Anestesi pada ujung jari bagian anterior kelingking dan jari manis
X Clowing kelingking dan jari manis
X Atropi hipotenar dan otot interoseous dorsalis pertama
X Pada pergelangan tangan, fleksi melemah dan abduksi ke arah ulnar tak
mampu.
X Ketidak mampuan adduksi ibu jari


Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008

X Terjadi gangguan sensasi pada sisi ulnar tangan dan jari V
X Terjadi gangguan vasamotor, yaitu : dingin, kering dan pucat pada sisi ulnar
tangan. Kuku jari V sering rusak, dan luka sering terjadi karena gangguan
sensasi serta gangguan proses penyembuhan.
b). Gangguan n.medianus
X Anestesi pada ujung jari bagian anterior ibu jari telunjuk dan jari tengah
X Tidak mampu adduksi ibu jari
X Clowing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
X Ibu jari kontraktur
c). Kombinasi gangguan n.ulnaris dan medianus
X Pergelangan tangan akan hiperekstensi dan tangan menetap kearah radial. Ibu
jari abduksi gerakan fleksor abduksi ataupun adduksi jari - jari tidak dapat
dikerjakan
X Atropi pada dorsal interosious tenar, hipotenar, gambaran tendon fleksor
menonjol.
X Gangguan sensasi terjadi hampir pada seluruh tangan.

X Gangguan otonomik seperti pada gangguan saraf ulnaris juga terjadi.
d). Gangguan n.radialis
X anastesi dorsum manus
X Tangan gantung (Wrist Drop)
X Tak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008

PENCEGAHAN CACAT (1,5,7,8,11,14,15,16,17,18,19)
Tujuan pencegahan cacat:
1. Mencegah timbulnya cacat pada saat diagnosis kusta ditegakkan dan diobati.
Untuk tujuan ini diagnosis dini dan terapi yang rasional perlu ditegakkan dengan
cepat dan tepat.
2. Mencegah agar cacat yang telah terjadi jangan menjadi lebih berat.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan :
Ü Melindungi dan menjaga tangan yang anastesi (mungkin pula yang telah
cacat). Agar jangan tangannya sampai terjadi luka. Karena luka-luka ditangan
biasanya disebabkan hanya oleh kelalaian misalnya ; terbakar oleh api rokok,
terkena benda panas atau api pada waktu memasak atau lecet-lecet ketika

rnengerjakan sesuatu, karena alat yang bergagang (berpegangan) kasar dan
keras.
Untuk mencegah terjadinya luka-luka seperti itu, mereka perlu diingatkan
untuk :
-

Berhati-hati terhadap benda-benda panas atau api.

-

Pada waktu merokok sebaiknya menggunakan pipa untuk mencegah luka
terbakar dari jari-jari.

-

Memakai sarung tangan atau alas kain yang tebal apabila hendak
mengangkat atau mengambil barang yang masih panas.

-


Menggunakan alat penjepit pada waktu memegang kayu bakar yang
berapi dan selalu waspada agar tangan tidak menyentuh api.

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008

-

Pada waktu mencangkul atau kerja lain agar tidak menggunakan alat-alat
yang bergagang kasar dan keras. Lapisan kain pada pegangan (gagang)
akan membantu mencegah terjadinya lecet-lecet.

-

Pada waktu sedang bekerja, supaya sering - sering melepaskan pegangan
dan memeriksa tangan, apakah telah terjadi lecet atau tidak.

-

Tangan juga perlu direndam setiap hari dengan air dingin selama lebih

kurang 20 - 30 menit.

-

Sehabis merendam tangan bisa digosok dengan minyak goreng atau
vaselin.

-

Kalau ada luka, supaya segera diobati, karena luka yang semula kecilpun
akan dapat menjadi parah, kalau saja lalai merawat dan mengobati.

-

Pembalut atau verban harus bersih untuk mencegah infeksi.

-

Tangan juga perlu dijaga kebersihannya.


-

Kalau tangan masih ada luka, mereka perlu berhenti bekerja. Tangan perlu
diistirahatkan (dengan pemasangan sepalk kalau perlu) agat lukanya
sembuh.

-

Memeriksa tangan setiap waktu sehabis bekerja dengan alat-alat yang
bergagang kayu dan keras, untuk mengetahui apakah telah terjadi lecet
atau tidak.

Ü Menjaga fungsi saraf.
3. Menjaga agar cacat yang telah baik tidak kambuh lagi. Pencegahan terjadinya
transisi dari disability ke handicap dapat dilakukan antara lain dengan penyuluhan
adaptasi sosial dan latihan.

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008

UPAYA PENCEGAHAN CACAT (1,2,3,4,5,6,14,15,16,18,19)
Pencegahan cacat

kusta

lebih baik

dan

lebih

ekonomis

daripada

penanggulangannya. Pencegahan ini harus dilakukan sedini mungkin, baik oleh
petugas kesehatan, maupun oleh penderita itu sendiri dan keluarganya.
Upaya pencegahan cacat terdiri dari :
1. Upaya pencegahan cacat primer, yang meliputi:
- Diagnosis dini
- Pengobatan secara teratur dan adekuat
- Diagnosis dini dan penatalaksanaan neuritis, termasuk silent neuritis.
- Diagnosis dini dan penatalaksanaan reaksi.
Oleh karena kecacatan kusta adalah akibat gangguan saraf perifer, maka
pemeriksaan saraf perifer harus dilakukan secara teliti dan benar, yang rneliputi
fungsi sensorik, fungsi motorik dan fungsi otonom. Pada keadaan dini, bila
berbagai gangguan ini cepat diketahui, maka dengan terapi medikamentosa serta
tindakan perlindungan saraf dari kerusakan lebih lanjut, maka hasilnya akan
sangat baik.
2. Upaya pencegahan cacat sekunder;
- Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka.
- Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah
terjadinya kontraktur.
- Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak
mendapat tekanan yang berlebihan.
- Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi sehingga pada proses
penyembuhan tidak terlalu banyak jaringan yang hilang
- Perawatan tangan yang anastesi atau mengalami kelumpuhan otot

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008

PENCEGAHAN

DAN

PERAWATAN

CACAT

TANGAN

OLEH

PENDERITA(1,6,9,11,14,15)
Pencegahan dan perawatan untuk mencegah terjadinya cacat dapat dilakukan
oleh penderita sendiri atau keluarganya sebagai berikut :
1. Mengamati dan melaporkan kepada petugas kesehatan adanya :
-

Perubahan rasa, berkurangnya petugas kekuatan otot, nyeri saraf.

-

Timbul luka, kulit retak-retak atau kekakuan sendi

-

Luka yang tidak sembuh-sembuh.

-

Perlu perbaikan / ganti alat bantu atau alat pelindung.

2. Perawatan Tangan
-

Bila ada kelemahan otot maka perlu latihan secara aktif, tetapi bila masih ada
sisa kekuatan otot atau kekuatan otot sudah tidak ada atau hampir hilang,
dapat dilakukan latihan secara pasif.

-

Pertahankan ROM (range of movement) sendi-sendi tangan dengan latihan
ROM baik pasif maupun aktif. Bila telah timbul kontraktur harus dilakukan
latihan peregangan.
a). Perawatan tangan yang mati rasa
-

Penderita perlu memeriksa tangannya setiap hari untuk mencari tandatanda luka seperti kemerahan kulit melepuh, luka dan lain-lain.

-

Tangan yang mati rasa perlu direndam setiap hari dalam air dingin
selama + 30 menit.

-

Dalam keadaan masih basah perlu dioleskan minyak.

-

Kulit yang keras dan tebal perlu digosok agar menjadi tipis dan halus.

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008

-

Jari-jari yang bengkok perlu diurut lurus agar sendi sendi tidak
menjadi kaku.

-

Tangan yang mati rasa perlu dilindungi dengan menghindari dari
panas dan benda-benda yang tajam dan kasar.

b). Perawatan tangan Yang luka
-

Luka perlu dibersihkan dengan sabun dan pada waktu direndam

-

Luka perlu dibalut agar tetap bersih

-

Bagian yang luka perlu diistirahatkan dari tekanan tekanan yang
menghambat Proses Penyembuhan.

-

Bila ada bengkak, panas dan bau penderita perlu segera dilaporkan ke
dokter.

Prinsip yang penting pada perawatan sendiri untuk pencegahanc acata dalah :
-

Pelderita mengerti bahwa daerah yang mati rasa merupakan ternpat resiko
terjadinya luka.

-

Penderita harus melindungi ternpat resiko tersebut.

-

Penderita mengetahui penyebab luka.

-

Penderita dapat melakukan perawatan kulit dan melatih sendi bila mulai kaku.

-

Penyembuhan luka dapat dilakukan oleh penderita sendiri dengan membersihkan
luka mengurangi tekanan pada luka dengan istirahat.

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008

KESIMPULAN
¬ Pada penyakit kusta, kerusakan pada saraf tepi merupakan sumber awal
kecacatan.
¬ Cara terbaik untuk melakukan pencegahan cacat adalah dengan melaksanakan
diagnosis dini kusta dengan pengobatan MDT yang cepat dan tepat.
¬ Pencegahan cacat ditujukan untuk :
1. Mencegah timbulnya cacat pada saat diagnosis kusta ditegakkan dan diobati.
2. Mencegah agar cacat yang telah terjadi jangan menjadi lebih berat.
3. Menjaga agar cacat yang telah baik tidak kambuh lagi.
¬ Rehabilitasi dan fisioterapi memegang peranan yang sangat penting untuk
mengatasi cacat yang disebabkan oleh penyakit kusta.
¬ Kecacatan yang dimiliki dilatih menurut fungsinya yang nantinya untuk bekerja
sesuai dengan keahliannya.

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda. A. et all, Kusta Diagnosis dan Penatalaksanaan, Edisi I, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, 1997.
2. Rosmini. D., Program Pemberantasan Penyakit Kusta di Indonesia Hasil Yang
Dicapai dan Masalah, dalam ; Makalah Lengkap dan Abstrak pada Pertemuan
Ilmiah Tahunan ke VI Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indornesia dan Lokakarya Dermatopatologi Kusta, Makassar, 2001.
3. Srinivasan, H., The Problem and Challenge of Disability and Rehabilitation in
Leprosy, Madras, India, 2002.
4. Gokhale. S. D., Social and Economic Rehabilitation. in ; International Journal of
Leprosy Vol. 69, No. 2. June 2001. (Supplement : Asian Leprosy Congress 9-13
Nov 2000, Agra, India).
5. Job. C.K. ; A Preventable and Treatable Complication ; in Intemational Journal of
Leprosy Vol. 69, No. 2. June 200L (Supplement : Asian Leprosy Congress 9 - 13
Nov 2000, Agra, India).
6. Brand P.W, Frischi E.P ; Rehabilitation in Leprosy. in : Hastings R. C, ed.
Leprosy First ed, Edinburgh ; Churchil Livingstone, 1989.
7. The African Medical and Research Foundaction ; Aguicle to leprosy for field
staff, Nairobi, 1983.
8. Ross W.F, Halim P.W., Penyakit Kusta, Edisi I, PT. Gramedia Jakarta, 1989.
9. Thangaraj R.H., A. Manual of Leprosy. 4th ed, New Delhi : The Leprosy Misiion
Southern Asia, 1985.
10. Srinivasan H., Prevention of Disabilities in Patients With Leprosy, First ed, WHO
Geneva, 1993.
11. Diden PPM&PLP, Depkes R.I., Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta,
Cetakan XIII, Depkes R.I, Jakarta, 1999.
12. Kosasih A, dkk ; Kusta, dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke - 3,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1999.
13. WHO, A. Guide to Leprosy Control, Second ed, WHO Geneva, 1998.
14. Rumah Sakit Kusta, Lau Simomo, Depkes R.I : Fisioterapi Sebelum Operasi
Penderita Kusta, 1985.

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008

15. Rumah Sakit Kusta Sitanala - Tangerang : Bagaimana Menjaga dan Merawat
Kaki, Tangan, Mata, Hidung Penderita Kusta.
16. Tarusaraya P., Halim. P.W : Penelitian Kecacatan Pasien Kusta di Rumah Sakit
Kusta Sitanala – Tangerang dalam : Cermin Dunia Kedokteran No. 1I7,1997.
17. WHO, A Guide to Eliminate Leprosy, WHO Geneva, 2000.
18. B rown. S.G : Acta Clinica, Docomenta geigy,Third Reviset ed, CIBA – GEIGY
Lirnited, Basle, Switszerland, 1984.
19. Amiruddin, M.D : Penyakit Kusta. dalam : Ilmu Penyakit Kulit, Cetakan I,
Penerbit Hipokrates, Jakarta, 2000.

Imam Budi Putra : Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta, 2008
USU e-Repository © 2008