Pengaruh Pengapuran dan Bahan Organik terhadap Toksisitas

19 Penambahan bahan organik pada tanah masam, seperti inseptisol, ultisol dan andisol akan mampu meningkatkan pH tanah dan mampu menurunkan Al tertukar tanah Atmojo, 2003. Kejenuhan Al didefinisikan sebagai rasio antara Al dapat dipertukarkan dibagi dengan penjumlahan kation basa-basa ditambah Al Budianta dan Vanderdeelen, 1995. Batas toleransi tanaman jagung dan kedelai terhadap kejenuhan Al adalah 30 dan 15, sehingga kapur untuk jagung dan kedelai sebaiknya diberikan apabila kejenuhan Al lebih dari 30 dan 15. Oleh sebab itu pada tanah yang sama kebutuhan kapur untuk tanaman kedelai lebih tinggi dibandingkan jagung. Selain itu pengapuran juga diberikan karena pH tanah rendah pH 5,5 Anomim, 2005. Ispandi dan Munip 2005 melaporkan bahwa aplikasi kapur 300 kgha meningkatkan serapan hara P, K, dan Ca pada tanaman ubikayu berturut-turut 68; 10 and 113 dan meningkatkan produksi ubikayu sebesar17. Di samping aplikasi pengapuran, penggunaan genotipe yang memiliki toleransi tinggi terhadap cekaman Al untuk lahan asam dengan kejenuhan Al 30-35 dan pH 4,5 –5,0, serta didukung oleh umur masak kedelai genjah 75 hari telah dilakukan untuk pengembangan kedelai di luar Pulau Jawa. Tanaman yang memiliki sifat toleran dicirikan memiliki akar yang tetap dapat berkembang lebih baik pada tanah asam dibandingkan varietas rentan Sudrajat, 2010. Tingkat toleransi 3 klon nanas di PT Great Giant Pineapple dan hubungannya dengan pemberian bahan amelioran kapur serta bahan organik akan menjadi bahan informasi yang penting untuk menentukan kebijakan pemupukan pada 20 tanaman nanas di tanah Ultisol pada umumnya dan khususnya di lahan PT Great Giant Pineapple. Penelitian Cahyono 2012 menyebutkan bahwa tingkat kejenuhan Al di tanah GGP menentukan jumlah dosis kebutuhan kapur dalam tanah. Dosis yang direkomendasikan saat ini di PT GGP berada dalam kisaran 1-4 ton per ha. Bahan organik merupakan komponen penting di tanah yang menentukan status kesuburan tanah secara biologi, kimia dan fisika. Bahan organik adalah sumber energi untuk aktivitas biologi tanah. Di tanah marginal status bahan organik tanah akan menentukan upaya peningkatan produksi dan tingkat kebutuhan pupuk untuk tanaman Craswell dan Lefroy, 2001. Peningkatan nilai pH disebabkan adanya kontribusi bahan organik yang melepaskan ion OH - karena terjadi proses reduksi. Dalam kondisi demikian, pH pada tanah asam dapat meningkat hingga 6,5 bila tergenang beberapa minggu yang disertai dengan pemberian bahan organik. Adanya pelepasan ion OH - yang dapat meningkatkan pH tanah karena terjadi keseimbangan antara ion H + dengan ion OH - baik dari perubahan feri menjadi fero maupun dari nitrat menjadi nitrit, yang keduanya memberi kontribusi gugus hidroksil ke dalam larutan tanah Cyio, 2008. Arfian 2003 melaporkan bahwa aplikasi bahan organik dosis tinggi 200 tonha dalam kondisi segar dari berbagai jenis bahan organik seperti : onggok segar, extracted cake, kulit singkong segar, pupuk kandang segar ex PT GGL dan limbah organik cair ex PT UJF pada saat pengolahan tanah fase finishing harrow mampu meningkatkan distribusi bibit besar terpetik di pembibitan nursery nanas yang lebih tinggi, pertumbuhan vegetatif nanas panjang, lebar dan indeks daun-D 21 serta berat batang dan berat tanaman, produksi buah nanas berat per 100 buah dan distribusi bu ah besar ≥2 T serta meningkatkan C organik dan pH tanah. Namun kandungan C organik dalam 4 bulan akan kembali turun mendekati nilai awal karena laju dekomposisi bahan organik yang tinggi. Hal ini juga senada dengan studi Ziaurrahman 2015 yang menyebutkan bahwa pemberian dosis kompos mulai 50 hingga 200 tonha di nanas klon GP3 dengan cara ditebar di permukaan tanah nyata meningkatkan berat tanaman umur 6 bulan setelah tanam BST dan saat forcing 9 BST, rata- rata berat buah, distribusi buah besar ≥2 T, pH tanah, C organik dan kandungan hara P, K, Ca dan Mg tanah. Serangan penyakit layu mealybug, erwinia dan phythopthora juga dilaporkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa kompos. Penggunaan kompos matang 20 tonha di tanaman nanas juga dilaporkan Ziaurrahman 2015 dapat meningkatkan indeks daun-D, berat daun-D,dan berat tanaman hingga umur 6 bulan serta berpotensi menurunkan penggunaan pupuk kimia hingga 30. Studi Pangarso 2014 juga membuktikan penggunaan vermicompost dari 0, 20, 40, 60, 80 dan 100 tonha mampu meningkatkan daya pegang air di tanah water holding capacity hingga 2 kali lipat dibandingkan kontrol sehingga berpotensi memperpanjang masa interval irigasi pada musim kering.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Rumah Kaca Deparment Research and Development PT Great Giant Pineapple , Terbanggi Besar, Lampung Tengah sejak bulan September 2014 hingga Februari 2015. Sedangkan analisa tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Sentral PT Great Giant Pineapple.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut: a. Percobaan 1 : bibit crown sedang 200-350 gr klon GP1, GP3 dan F180, AlCl 3 .6H 2 O dan aquadest.

b. Percobaan 2: bibit crown sedang 200-350 gr klon GP1, GP3 dan F180,

tanah kebun asal lokasi dengan kejenuhan Al 30, 30-40, 40-50, 50- 60, 60-70, dan 70, pasir steril kontrol, pupuk Urea, TSP, KCl, MgSO4 sesuai dosis dalam standar perawatan nanas PT GGP. c. Percobaan 3 : bibit crown sedang 200-350 gr klon GP3, tanah kebun asal lokasi dengan kejenuhan Al 30 rendah, 40-50 sedang, dan 70 23 tinggi, bahan organik produksi Composting Plant PT GGP dosis sesuai perlakuan, kapur dolomit dosis sesuai perlakuan dan pupuk Urea, TSP, KCl, MgSO4 sesuai dosis dalam standar perawatan nanas GGP. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

a. Percobaan 1 : kaleng berukuran diameter 10 cm dan tinggi 12 cm ukuran

kaleng A2 produksi pabrik Can Making PT GGP, kantong plastik ukuran 2 kg untuk pelapis kaleng, wadah kaleng plastikjerigen ukuran 30 liter untuk wadah stok larutan AlCl 3 , gelas ukur 500 ml, corong air, timbangan duduk 5 kg, timbangan digital 2 kg, chlorophyll meter SPAD 502 untuk mengukur indeks klorofil daun tanaman, mistar besi 1 m, kantong sak akar untuk berat kering oven, pisau cutter dan gunting. b. Percobaan 2: polibag ukuran 15 kg, plastik kresek 15 kg untuk penampung air erosi, timbangan duduk 5 kg, timbangan digital 2 kg, chlorophyll meter SPAD 502, mistar besi 1 m, selang air untuk irigrasi, kantong sak akar untuk berat kering oven, pisau cutter dan gunting. c. Percobaan 3 : polibag ukuran 15 kg, timbangan duduk 5 kg, timbangan digital 2 kg, chlorophyll meter SPAD 502, mistar besi 1 m, selang air untuk irigrasi, kantong sak akar untuk berat kering oven, pisau cutter dan gunting.

3.3 Metode

Untuk menjawab pertanyaan dan menguji hipotesis maka dilakukan 3 percobaan sebagai berikut : a. Percobaan 1 : Uji Toleransi Tiga Klon Nanas terhadap Toksisitas Al. 24 Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Faktorial 3x6 dengan 5 ulangan. Kombinasi perlakuan diterapkan dalam satuan percobaan berupa pot kaleng berukuran diameter 10 cm dan tinggi 12 cm yang dilapis plastik 2 kg yang berisi larutan sesuai perlakuan AlCl 3 . Percobaan terdiri dari 2 faktor, yaitu : Faktor 1 : Klon nanas A dengan 3 jenis yaitu : A 1 : nanas klon GP1 A 2 : nanas klon GP3 A 3 : nanas klon F180 Faktor 2 : Konsentrasi AlCl 3 di larutan kultur air B dengan 6 taraf yaitu : B 1 : AlCl 3 – 0 μM kontrol B 2 : AlCl 3 – 100 μM B 3 : AlCl 3 – 200 μM B 4 : AlCl 3 – 300 μM B 5 : AlCl 3 – 400 μM B 6 : AlCl 3 – 500 μM Untuk preparasi bahan perlakuan AlCl 3 100 μM memerlukan bahan AlCl 3 .6H 2 O sebanyak 24 mg yang dilarutkan dalam 1 liter aquadest, lalu dishaker selama 5 menit agar larutan homogen, seperti pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Metoda preparasi bahan perlakuan AlCl 3 pada Percobaan 1. AlCl 3 μM AlCl 3 M grL +H 2 O grL -H 2 O gr-Al mg-Al Al ppm = mgL AlCl 3 ppm = mgL 100 0,0001 0,0483 0,0874 0,0098 9,771 4,89 24,14 200 0,0002 0,0966 0,1749 0,0195 19,542 9,77 48,29 300 0,0003 0,1449 0,2623 0,0293 29,312 14,66 72,43 400 0,0004 0,1931 0,3497 0,0391 39,083 19,54 96,57 500 0,0005 0,2414 0,4371 0,0489 49,854 24,43 120,71 25 b. Percobaan 2 : Evaluasi Toksisitas Al dari 3 Klon Nanas dalam Berbagai Kejenuhan Al di Tanah. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Faktorial 3x7 dengan 3 ulangan. Kombinasi perlakuan diterapkan dalam satuan percobaan berupa polibag ukuran 15 kg yang diisi tanah sesuai perlakuan tingkat kejenuhan Al di tanah. Percobaan terdiri dari 2 faktor, yaitu : Faktor 1 : Klon nanas A dengan 3 jenis yaitu : A 1 : nanas klon GP1 A 2 : nanas klon GP3 A 3 : nanas klon F180 Faktor 2 : Kejenuhan Al di tanah B dengan 7 taraf yaitu : B : Kejenuhan Al 0 kontrolpasir B 1 : Kejenuhan Al 30 B 2 : Kejenuhan Al 30-40 B 3 : Kejenuhan Al 40-50 B 4 : Kejenuhan Al 50-60 B 5 : Kejenuhan Al 60-70 B 6 : Kejenuhan Al 70 Data kejenuhan Al di tanah perlakuan disajikan pada Tabel 4. Kejenuhan Al di tanah adalah persen jumlah kation Al 3+ di tanah dibandingkan dengan total KTK tanah K, Ca, Mg, Na, Al dan H.