Tujuan Kerangka Pemikiran PENDAHULUAN

10 berperan dalam perkembangan akar, penggunaan air dan serapan hara. Ideal rasio kejenuhan kompleks kation dapat ditukar adalah 65 Ca, 10 Mg, 5 K dan 20 H. Tanaman toleran Al dihubungkan dengan lebih besarnya serapan Mg pada kultivar kentang dan jagung. Pemberian kapur pada tanah asam bertujuan untuk menurunkan atau meniadakan pengaruh Al terhadap pertumbuhan tanaman, meniadakan selaput Al pada akar tanaman, sehingga tanaman dapat mengambil hara dengan optimum. Pengapuran juga dapat meningkatkan ketersediaan hara P dan K dalam tanah dan meningkatkan aktivitas biologi tanah. Batas toleransi tanaman jagung dan kedelai terhadap kejenuhan Al adalah 30 dan 15, sehingga kapur untuk jagung dan kedelai sebaiknya diberikan apabila kejenuhan Al lebih dari 30 dan 15. Dengan demikian, pada tanah yang sama kebutuhan kapur untuk tanaman kedelai lebih tinggi dibandingkan jagung. Bahan kapur yang dapat digunakan untuk pertanian adalah kapur pertanian CaCO 3 , kapur tohor CaOH 2 , dan dolomit Ca MgCO 3 2 Anonim, 2005. Uchida dkk. 2000 mengatakan bahwa tanah asam umumnya terjadi di daerah tropika basah, di mana curah hujan mencuci profil tanah dan meninggalkan material yang stabil yang kaya Fe dan Al dan menghasilkan tanah asam dan miskin hara untuk tanaman. Kehilangan tanah karena pencucian menyebabkan hara kation mudah terbawa ke bawah lapisan daerah perakaran. Sementara hara anion seperti P dan Mo akan terikat kuat oleh Al dan Fe dan menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan defisiensi hara pada tanah mineral masam berkadar Al tinggi adalah melalui 11 penambahan bahan organik Hairiah dkk., 2000 dalam Isrun, 2010. Aplikasi bahan organik pada tanah asam akan mengurangi toksisitas Al, menurunkan kebutuhan kapur dan meningkatkan ketersediaan P. Selama dekomposisi bahan organik akan meningkatkan pH dan menurunkan Al dapat ditukar dalam larutan tanah Haynes dan Mokolobate, 2001. Sumarsono dkk. 2011 menyebutkan bahwa bahan organik mampu menetralisir pengaruh racun dari Al sehingga menjadi tidak beracun lagi bagi akar tanaman. Kualitas bahan organik berkaitan dengan kemampuan dalam mendetoksifikasi ditentukan dengan tolok ukur total konsentrasi kation K, Ca, Mg dan Na. Pelepasan kation-kation tersebut dari hasil dekomposisi bahan organik dapat menekan kelarutan Al melalui peningkatan pH tanah. Bahan organik yang mempunyai total konsentrasi kation 60 cmolkg merupakan bahan organik yang berpotensi untuk tujuan pengurangan efek beracun Al. Semakin tinggi nilai total konsentrasi kation suatu bahan organik semakin kuat kemampuannya dalam mengurangi efek beracun Al. Kompos secara nyata akan meningkatkan kimia tanah dengan meningkatkan pH tanah, N total tanah dan serapan N serta menurunkan Al dd Isrun, 2010. Namun besar pengaruh kapur dan pemberian kompos sisa tanaman terhadap ion Al dapat ditukar Al dd di dalam tanah dan terhadap produksi tanaman kedelai masih belum banyak diketahui Wahyudin, 2006.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 12 1. Terdapat klon nanas yang toleran terhadap toksisitas Al. 2. Terdapat batas kritis kejenuhan Al di tanah Ultisol PT GGP terhadap 3 klon nanas. 3. Terdapat dosis bahan organik dan kapur optimal yang mampu mengendalikan toksisitas Al di tanah Ultisol PT GGP.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah Ultisol

Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25 dari total luas daratan Indonesia. Sebaran terluas terdapat di Kalimantan 21.938.000 ha, diikuti di Sumatera 9.469.000 ha, Maluku dan Papua 8.859.000 ha, Sulawesi 4.303.000 ha, Jawa 1.172.000 ha, dan Nusa Tenggara 53.000 ha Subagyo dkk., 2004. Prasetyo dan Suriadikarta 2006 mengatakan bahwa Ultisol dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung. Penampang tanah yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi menjadikan tanah ini mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh dan dikembangkan pada tanah ini, kecuali terkendala oleh iklim dan relief. Kesuburan alami Ultisol umumnya terdapat pada Horizon A yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti P dan K yang sering kahat, reaksi tanah asam hingga sangat asam, serta kejenuhan Al yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu terdapat Horizon Argilik yang mempengaruhi sifat fisika tanah, seperti: berkurangnya pori mikro dan makro serta bertambahnya aliran permukaan yang pada akhirnya mendorong terjadinya erosi tanah. 14 Pengapuran, sistem pertanaman lorong, serta pemupukan dengan pupuk organik maupun anorganik dapat mengatasi kendala pemanfaatan Ultisol. Pemanfaatan Ultisol untuk pengembangan tanaman perkebunan relatif tidak menghadapi kendala, tetapi untuk tanaman pangan umumnya terkendala oleh sifat-sifat kimia tersebut yang dirasakan berat bagi petani untuk mengatasinya, karena kondisi ekonomi dan pengetahuan yang umumnya lemah Prasetyo dan Suriadikarta, 2006. Usaha pertanian di Ultisol akan menghadapi sejumlah permasalahan karena Ultisol umumnya mempunyai pH rendah yang menyebabkan kandungan Al, Fe, dan Mn terlarut tinggi sehingga dapat meracuni tanaman. Jenis tanah ini biasanya miskin unsur hara makro esensial seperti N, P, K, Ca, dan Mg dan unsur hara mikro Zn, Mo, Cu, dan B, serta bahan organik. Umumnya tanah Ultisol atau Podsolik Merah Kuning PMK banyak mengandung Al dapat dipertukarkan kisaran 20-70 Subandi, 2007.

2.2 Toksisitas Aluminium pada Nanas

Nanas umumnya ditanam pada tanah yang memiliki keasaman kuat, dengan konsentrasi Al tinggi yang sering meracuni perakaran tanaman. Ujung akar adalah daerah yang paling sensitif terhadap toksisitas Al. Pengaruh Al terhadap pertumbuhan akar di 4 klon nanas : Cayenne, Tainung No.6, Tainung No.13 and Tainung No.17 telah dievaluasi di Taiwan. Perbedaan dalam jumlah kalus dan malondialdehyde MDA di ujung akar 1 cm dari ujung antara klon nanas yang resisten Al dan sensitif Al diberi perlakuan 0 hingga 300 μM AlCl 3 .