Efisiensi Irigasi dengan Alat Gun Sprayer pada Pertanaman Nanas (Ananas comosus ) di PT. Great Giant Pineapple (GGP) Terbanggi Besar Lampung Tengah
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Produksinya mencapai 20% produksi buah tropika dunia. Nanas mendominasi perdagangan buah tropika dunia. Berdasarkan hasil statistik tahun 2000, perdagangan nanas mencapai 51% dari total 2.1 juta ton seluruh perdagangan buah dan Indonesia menempati posisi yang ketiga dari negara-negara penghasil nanas olahan dan segar setelah negara Thailand dan Philippina (Coveca,2000). Produksi nanas di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 1,406,445 ton dan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2011 dengan produksi mencapai 2,169,431 ton (BPS, 2012).
Indonesia sampai saat ini hanya mampu mengekspor sebagian kecil saja dari kebutuhan dunia. Padahal kebutuhan dunia semakin meningkat tiap tahun. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan pasokan nanas yang sangat besar. Salah satu produk nanas yang memiliki nilai ekonomis besar yaitu nanas olahan. Volume ekspor terbesar untuk komoditas hortikultura berupa nanas olahan yaitu 49.32 % dari total ekspor hortikultura Indonesia tahun 2004 (Biro Pusat Statistik, 2005).
(2)
PT. Great Giant Pineapple (GGP) merupakan perkebunan nanas di Indonesia yang produksi olahan nanasnya di ekspor pada pasar luar negri. PT.GGP mengirim hasil produksinya sebanyak 99,8 % ke berbagai belahan dunia, antara lain, Eropa 47,6 %, Amerika 4,6 %, Asia (Jepang,Korea, Taiwan) 3,1 %, dan sisanya Timur Tengah, Kanada dan Autralia. Sedangkan untuk konsumsi dalam negeri hanya sekitar 0,2 %. PT.GGP merupakan penyuplai olahan nanas terbesar ketiga di dunia karena dapat memenuhi 10 % dari 12 % yang menjadi kebutuhan nanas olahan dunia (Kabar Bisnis, 2012).
Nanas di perkebunan GGP dikembangkan dengan sistem budidaya lahan kering. Air hujan menjadi satu-satunya sumber air untuk pertanaman nanas akan tetapi pola kebutuhan air tanah tidak selalu cocok dengan pola curah hujan. Seringkali terjadi penyimpangan karakteristik curah hujan, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan kering guna menunjang pertumbuhan nanas secara optimal. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menggunakan irigasi.
Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Irigasi pada tanaman nenas sangat penting karena Jumlah air minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik sekitar 5 cm air per bulan. Ketika curah hujan kurang dari 5 cm per bulan, pertumbuhan akan terhambat, siklus panen akan lebih panjang dan rata-rata bobot buah akan berkurang (Bartholomew dan Paull, 2003). Dengan demikian irigasi pada tanaman nanas sangat dibutuhkan.
(3)
Irigasi salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi tanaman. Untuk itu diperlukan sistem irigasi yang baik, yang dapat menjaga produktivitas tanah secara berkelanjutan, sehingga mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal dan dapat meningkatkan produktivitas tanaman itu sendiri (Aryad, 1989).
Irigasi yang digunakan pada lahan pertanaman nanas di PT.GGP adalah Sprinkler Irrigation atau Overhead Irrigation yaitu suatu irigasi yang memberikan air meyerupai curah hujan (percikan). Sistem irigasi Sprinkler yang digunakan bersifat portable, dimana sistem distribusinya dapat dipindahkan secara manual. Sprinkler irrigation merupakan suatu sistem penyiraman yang terdiri dari alat mesin. Irigator yang sering digunakan adalah Gun Sprayer (bacur traveler irigator) merupakan alat pemecah air yang akan diberikan pada tanaman nanas. PT.GGP menggunakan irigasi Gun Sprayer pada pertanaman nanas dewasa, dengan cara dipancarkan.
Salah satu keunggulan PT.GGP terletak pada teknologi dalam hal irigasi PT. GGP merupakan perkebunan pertama yang diirigasi. Faktor inilah PT. GGP bisa memiliki produk yang konsisten mutunya, dan bisa terus mengurangi dampak kekeringan di musim kemarau bagi perkebunan nanasnya (News Bangking, 2010). Tanpa irigasi pertumbuhan tanaman nanas akan terganggu dan mengakibatkan penurunan produksi, terlebih pada fase perkembangan buah. Sistem irigasi Gun Sprayer merupakan salah satu alat irigasi andalan yang umum di gunakan di PT. GGP. Pada budidaya tanaman nanas, tahap pengairan
(4)
menggunakan Gun Sprayer merupakan salah satu tahap yang penting dalam pengairan terutama di PT. GGP. Sistem irigasi menggunakan Gun Sprayer dapat mencukupi kebutuhan air pada tanaman nanas, merangsang pembungaan dan pembuahan secara optimal. Alat irigator yang digunakan akan menentukan kualitas siram pada pertanaman nanas yang akan dihasilkan. Oleh karena itu, proses pengairan harus dilakukan dengan baik, agar didapatkan nanas yang baik dan berkualitas. Jika pengairan dilakukan dengan baik dan efisien maka produksinya juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya ( Radiya, 2011).
Salah satu permasalahan dari produksi buah nenas yang dialami oleh PT. GGP adalah Irigasi. Masalah itu adalah masih sangat jarang penelitian secara pasti tentang irigasi tanaman nanas terutama di Indonesia, akibatnya efisiensi irigasi tanaman nanas di PT.GGP belum diketahui dan irigasi untuk tanaman nanas besar dan tanaman nanas kecil diberi irigasi yang sama. Menurut (Gardner et al.,1991) berdasarkan jalur yang dilalui karbon dalam fotosintesis, tanaman nanas termasuk CAM (Crassulaceae Acid Metabolism), yang melakukan fotosintesis di waktu malam hari sehingga kebutuhan airnya sulit untuk diukur. Masalah selanjutnya irigasi di PT. GGP dilihat pada pengaplikasian irigasi, kerapatan kanopi yang besar pada tanaman nanas dewasa sehingga tidak semua air dapat masuk kedalam tanah. Untuk mendapatkan gambaran efisiensi irigasi secara menyeluruh, maka perlu dilakukan penelitian terhadap efisiensi irigasi Gun Sprayer di PT GGP. 1.2. Tujuan Penelitian
(5)
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui efisiensi irigasi dengan alat Gun Sprayer pada tanaman nanas di PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar Lampung Tengah.
1.3. Kerangka Pemikiran
Irigasi berarti pemberian air pada tanah untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan irigasi adalah memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu diperlukan. Penerapan irigasi pada lahan pertanaman nanas menuntut efisiensi dalam pengunaan air. Agar pemberian air irigasi lebih efisien maka salah satu sistem irigasi yang diterapkan pada tanaman nanas di PT. GGP adalah dengan menggunakan sistem irigasi curah (sprinkler irrigation) dengan alat Gun Sprayer (Radiya, 2011.)
Menurut Soetjipto (1984), beberapa keadaan yang menunjang Irigasi siraman adalah sebagai berikut:
1. Tofografi tanah yang dangkal dapat mencegah perataan (leveling) yang seharusnya untuk metode irigasi permukaan.
2. Tanah yang mempunyai kemiringan yang tajam dan tanah yang dengan mudah dapat erosi.
3. Tanah yang bergelombang mahal sekali biaya meratakannya sampai cukup memadai untuk irigasi permukaan.
(6)
Sistem irigasi curah di PT. GGP merupakan suatu cara pemberian air yang dilakukan dari bagian atas tanaman dan menyerupai curah hujan. Fungsi utama sistem ini adalah pemberian air secara merata dan efisien pada areal pertanaman tertentu dengan jumlah dan kecepatan yang sama. Hal ini menyebabkan jumlah air yang diberikan dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tambahan air bagi tanaman sehingga aliran permukaan erosi tidak terjadi dan kelebihan penggunaan air dapat dihindari.
Akan tetapi irigasi dengan cara ini harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Memerlukan biaya yang cukup tinggi.
2. Memerlukan keahlian dan perhitungan yang tepat dalam merancang tata letak. 3. Bagi areal pertanaman yang berubah-ubah arah dan kecepatan anginnya, cara
ini tidak sesuai dan tidak efisien.
Efektif yaitu pencapaian tujuan secara teknik dan efisien yaitu penggunaan sumber daya minimal dari segi ekonomi (UGM, 2010). Penelitian afektifitas dan efisiensi irigasi meliputi mengukur kehilangan air pada saat pengaplikasian irigasi, kehilangan air irigasi pada tanaman nanas berhubungan dengan kehilangan air di saluran, angin, rembesan, evaporasi, tranpsirasi, runoff dan kehilangan akibat pengoperasian termasuk pemberian air yang berlebihan. Tidak semua air yang diambil dari sumber air (sungai, sumur) mencapai zona akar tanaman. Air dapat hilang selama irigasi melalui saluran, hanya air yang tersisa disimpan di zona akar yang dapat digunakan oleh tanaman secara efisien ( FAO, 2012). Oleh karna itu pengukuran dilakukan terhadap irigasi gun sprayer dengan
(7)
cara mengukur air yang dapat ditampung dan air yang hilang pada saat aplikasi irigasi. hal ini sejalan dengan penelitian Troy Peters dan Donald Mcmoran ( 2011 ) bahwa irigasi Gun sprayer dievaluasi dengan cara meletakan sederetan kaleng – kaleng penangkap air disusun menjelang diaplikasikannya Sprayer selanjutnya mengukur volume air yang tertangkap oleh kaleng dan volume air yand diberikan pada saat irigasi.
1.4 Hipotesi
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Jarak semprot irigasi menggunakan alat Gun Sprayer berpengaruh terhadap efisiensi irigasi di PT. GGP.
2. Semakin jauh jarak semprot irigasi menggunakan alat Gun Sprayer di PT. GGP maka tidak efisien.
(8)
I. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Nanas
Klasifikasi tanaman nanas adalah: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Devisi : spermatophyte (tumbuhan berbiji) Kelas : Angiosperme (berbiji tertutup) Ordo : Bromeliales
Famili : Bromiliaceae Genus : Ananas
Species : Ananas comosus (L) Merr
(9)
Nenas merupakan tanaman buah yang memiliki nama ilmiah Anenas comosus. Dari hasil eksplorasi yang dilakukan, diketahui bahwa Amerika Selatan merupakan daerah asal tanaman nenas, yaitu daerah Brazil, Paraguay dan Argentina, karena di daerah tersebut banyak ditemukan jenis liarnya (Nakasone and Paull, 1998) Pada abad ke-16, tanaman nenas mulai dikenal di Filipina dan Malaysia, termasuk di Indonesia (Verheij dan Coronel, 1997).
Nenas terdiri dari berbagai kultivar, terbagi dalam empat kelompok yaitu
Cayenne, Queen, Spanish, dan Abacaxi (Samson, 1980). Berdasarkan
karakteristik tanaman dan buah nenas dapat dikelompokkan dalam lima kelompok yang berbeda yaitu Cayenne, Queen, Spanish, Abacaxi, dan Maipure. Pengelompokan tersebut biasanya dalam ukuran tanaman dan ukuran buah, warna dan rasa daging buah, serta pinggiran daun yang rata dan berduri (Nakasone dan Paull ,1999). Tanaman nenas memiliki nama tertentu di setiap daerah dan negara. Tanaman ini disebut pina (Spanyol), pineapple (Inggris), apangdan (Filipina), maneas (kamboja), yannat (Thailand), thom (Vietnam), neneh (Sumatera), ganas (Sunda) (Verheij dan Coronel, 1997). tanaman nenas berupa tanaman \herba tahunan atau dua tahunan, tinggi 50-150 cm dengan sebaran daun sekitar 130-150 cm. Tanaman nenas termasuk famili Bromeliaceae dengan genus Ananas dan spesies Ananas comosus.
Daunnya berbentuk pedang, panjangnya dapat mencapai 1 m atau lebih, lebarnya 5-8 cm, pinggirannya berduri atau hampir rata, berujung lancip, bagian atas daun
(10)
berdaging, berserat, beralur, tersusun dalam spiral yang tertutup, bagian pangkalnya memeluk poros utama (Verheij dan Coronel, 1997). Batang tanaman nenas biasanya tertutup seluruhnya oleh daun dan akar sehingga batang tersebut terlihat setelah daun dan akar dibuang. Batang dari tanaman nenas beruas-ruas pendek. Pada batang akan tumbuh tunas samping, tunas samping ini akan tumbuh menjadi cabang dan cabang ini dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman (Ashari, 1995).
Bunga nenas bersifat majemuk, memiliki banyak bunga (sampai 200 kuntum) yang tidak bertangkai dan bunganya berwarna merah keunguan (Verheij dan Coronel, 1997). Bunga nenas merupakan bunga sempurna yang mempunyai tiga kelopak (spalum), tiga mahkota (petalum), enam benang sari, dan sebuah putik dengan stigma bercabang tiga (Hutabarat, 2003).
Buahnya berbentuk silinder dengan panjang ± 20 cm, diameter ±14 cm, bobot 1-2,5 kg, dan dihiasi oleh suatu roset daun-daun pendek, tersusun spiral, yang disebut mahkota (crown), daging buahnya kuning pucat sampai kuning keemasan, umumnya tidak berbiji (Verheij dan Coronel, 1997). Tanaman nenas memilki akar serabut yang banyak mengandung air. Akar nenas dangkal dan tersebar luas (Sunarjono, 2004). Perakaran pada tanaman nenas diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu akar primer, akar sekunder dan akar adventif (Collins, 1968).
Perbanyakan pada tanaman nenas dapat dilakukan secara seksual maupun aseksual, tetapi karena perbanyakan aseksual lebih mudah, cepat dan hasil yang
(11)
didapatkan lebih banyak maka perbanyakan secara aseksual lebih bnayak digunakan. Tunas akar (ratoon), tunas batang (sucker), tunas buah (slip), anakan dan mahkota (crown) adalah bagian tanaman nenas yang dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan. Tanaman nenas dapat juga diperbanyak dengan menggunakan kultur jaringan. Lamanya waktu dari mulai tanam sampai panen tergantung pada bahan perbanyakan yang digunakan (Nakasone and Paull, 1998).
2.1.2 Ekologi Nenas
Sunarjono (2004) menyatakan bahwa buah nenas dapat tumbuh pada keadaan iklim kering dan basah. Tanaman nenas memiliki kisaran curah hujan yang luas, sekitar 600 sampai lebih dari 3 500 per tahun dengan curah hujan yang optimum sekitar 1 000 – 1 500 per tahun (Nakasone and Paull, 1998). Nenas cocok ditanam di ketinggian 800-1 200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman nenas antara 100 - 1 200 m dpl.
Pertumbuhan daun nenas mencapai maksimum pada suhu 32ºC dan pertumbuhan akar mencapai maksimum pada suhu 29ºC (Sanford, 1962). Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman nenas mendekati 25ºC, dengan suhu harian sekitar 10ºC. Menurut Verheij dan Coronel (1997), suhu optimal untuk pertumbuhan nenas adalah 23-32ºC. Tanaman nenas dapat tumbuh pada ketinggian 100-1 100 m diatas permukaan laut. Pada tempat yang lebih tinggi, biasanya ukuran buah akan semakin kecil dengan kandungan asam yang tinggi.
(12)
Sinar matahari sangat penting untuk pertumbuhan tanaman nanas, karena sangat menentukan kualitas buah. Apabila tanaman terlalu banyak mendapat sinar matahari, tanaman akan menderita luka terbakar matahari pada buah yang hampir masak. Sebaliknya, apabila intensitas sinar matahari kurang maka pertumbuhan tanaman nenas akan terhambat, buah menjadi kecil, kualitas menurun dan kadar gula menurun (Deptan, 2004).
Tanaman nenas tahan terhadap tanah asam yang memiliki pH 3-5 tetapi derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4.5-6.5. Oleh karena itu, tanaman nenas bagus pula dikembangkan di lahan gambut. Nenas lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah dapat juga tumbuh di bawah naungan pohon besar. Jika ditanam ditempat terbuka yang sangat panas, buah sering hangus (Sunarjono, 2004).
2.1.3 Nanas sebagai tanaman CAM
Nanas (Ananas comusus ) merupakan tanaman CAM. Menurut (Gardner et al.,1991) Berdasarkan jalur yang dilalui karbon dalam fotosintesis, tanaman nanas termasuk CAM (Crassulaceae Acid Metabolism). Stomata tanaman nanas terbuka pada malam hari untuk menyerap CO2 dan tertutup pada siang hari untuk mengurangi transpirasi. Keadaan ini menyebabkan tanaman nanas tahan kekeringan. Tanaman CAM (Crassulation Acid Metabolism Plants) pada dasarnya adalah tanaman sukulen yaitu tanaman yang berdaun atau berbatang tebal yang bertranspirasi
(13)
rendah. Dalam kondisi kering, stomata pada malam hari akan terbukauntuk mengabsorbsi CO2 dan menutup pada siang hari untuk mengurangitranspirasi. Fiksasi CO2 tanaman CAM sama seperti tanaman C4, hanya sajaterjadinya pada malam hari dan energi yang dibutuhkan diperoleh dari glikolisis. (Salisburry,1998)
2.2 Kebutuhan Air pada Tanaman
A i r m e r u p a k a n s a l a h s a t u s u m b e r d a ya a l a m y a n g s a n g a t e s e n s i a l b a g i sistem produksi pertanian. Air bagi pertanian tidak hanya berkaitan dengan aspek p r o d u k s i , m e l a i n k a n j u g a s a n g a t m e n e n t u k a n p o t e n s i p e r l u a s a n a r e a l t a n a m ( e k s t e n s i f i k a s i ) , l u a s a r e a t a n a m , i n t e n s i t a s p e r t a n a m a n ( I P ) , s e r t a k u a l i t a s (Kurnia, 2004).
Dalam budidaya tanaman di lapangan, kehilangan air dari tanah disamping terjadi lewat proses transpirasi, juga lewat permukaan tanah yang disebut sebagai evaporasi. Dalam banyak kasus biasanya evaporasi diartikan sebagai kehilangan air dalam bentuk uap dari permukaan air. Hubungannya dengan kegiatan pertanian yang dimaksud dengan evaporasi adalah kehilangan air dari permukaan tanah. E v a p o r a s i d i p e n g a r u h i o l e h k o n d i s i i k l i m , t e r u t a m a t e m p e r a t u r , k e l e m b a b a n , r a d i a s i d a n k e c e p a t a n a n g i n , s e r t a k a n d u n g a n a i r t a n a h . D e n g a n t e r j a d i n ya evaporasi, maka kandungan air tanah turun dengan demikian kecepatan evaporasi juga akan turun (Islami dan Utomo, 1995).
(14)
Analisis kebutuhan air untuk tanaman di lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, (1) pengolahan lahan, (2) p enggunaan konsumptif, (3) perkolasi,(4) penggantian lapis air , dan (5) sumbangan hujan efektif (Suroso, Nugroho danPamuji, 2007). Di lapangan, proses transpirasi dan evaporasi terjadi secara bersamaan dansulit untuk dipisahkan satu dengan lainnya. Oleh karena itu kehilangan air lewar kedua proses ini pada umumnya dijadikan satu dan disebut ”Evapotranspirasi(ET)”. Dengan demikian, evaporasi merupakan jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman (Islami dan Utomo, 1995).
2.3 Peran Irigasi Pada Tanaman Nanas
Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Irigasi pada tanaman nenas sangat penting karena Jumlah air minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik sekitar 5 cm air per bulan. Ketika curah hujan kurang dari 5 cm per bulan, pertumbuhan akan terhambat, siklus panen akan lebih panjang dan rata-rata bobot buah akan berkurang (Bartholomew dan Paull, 2003). Dengan demikian irigasi pada tanaman nanas sangat dibutuhkan.
3.4. Irigasi dengan alat Gun Sprayer ( Irigasi Curah)
Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah Gun Sprayer adalah salah satu metode irigasi dimana pemberian air dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara
(15)
akemudian jatuh ke permukaan tanah seperti air hujan (Schwab, et.all,1981). Pemberian air secara curah atau irigasi bertekanan dilakukan dengan pipa-pipa yang dipasang atau ditanam dengan bertekanan tertentu diperkirakan pancaran air dapat membasahi seluruh tanah dan tanaman di lahan. Penggunaan sistem ini untuk pengairan dengan efisiensi tinggi serta diterapkan pada lahan pertanian yang bergelombang dan harus diperhatikan mengenai biaya yang cukup
tinggi, keahlian yang tepat dalam merancang penempatan unit di lahan dan kemungkinan kecepatan angin yang berubah-ubah (Kartosapoetra dan M Sutejo , 1994).
Sistem irigasi bertekanan/curah dikerjakan secara mekanis dengan menggunakan kompresor bertekanan untuk menekan air melalui pipa-pipa yang dipasang di ladang atau kebun yang akan diairi . Berdasarkan tipe pencurah maka dapat dibedakan atas : springkler dengan nozel, sprinkler dengan pipa perporasi dan sprinkler dengan pencurah berputar (Hartono, 1983). Irigasi curah pada dasarnya dilengkapi perangkat yang terdiri atas : (a) unit pompa yang berfungsi memompa air dari sumber air menuju areal yang akan diairi melalui pipa-pipa , (b)kran pengatur (regulator) berfungsi untuk mengatur pembukaan dan penutup aliran air yang dilewatkan melalui pipa, (c) pipa utama berfungsi sebagai tempat penyaluran air yang berhubungan dengan pompa. Pipa ini biasa terbuat dari besi atau paralon dengan diameter 1,5 sampai 2 inci, (d) pipa lateral berfungsi sebagai tempat penyaluran air yan berhubungan denganpencurah (sprinkler). Ukuran pipa ini biasa lebih kecil dari pipa utama yaitu berkisar 1 - 1,25 inci, serta (e) pencurah
(16)
(sprinkler) dengan nozel berfungsi untuk menyemprot air ke udara dengan tekanan dari pompa.
Berdasarkan sistem pemasangan dan penggunaan sprinkler dikenal (a). Sistem sprinkler tunggal yang dipindah-pindahkan dengan tangan. Sistem ini merupakan sistem pemasangan sprinkler yang hanya menggunakan satu pencurah dalam satu pipa lateral tetapi mempunyai jangkauan yang luas. Pencurah dan pipa lateral dapat dipindah-pindahkan dengan tangan. Penggunaannya pada lahan dengan kemiringan 0 sampai 20 %, (b) Sistem sprinkler tunggal yang bergerak. Pada sistem ini dipakai satu buah pencurah yang mempunyai jangkauan air yang panjang dan dilengkapi dengan dua buah roda sehingga dapat ditarik oleh traktor atau didorong oleh tenaga manusia. Sistem ini menggunakan pipa lateral yang elastis dan dapat digunakan pada lahan yang mempunyai kemiringan 0 sampai 7 %. (c). Sistem pencurah majemuk yang permanen. Pada sistem ini pemasangan pencurah yang menggunakan lebih dari satu pencurah pada tiap pipa lateral dan pipa-pipa dipasang permanen, tetapi pada waktu operasinya diatur sesuai dengan kemampuan pompa dan luas lahan yang akan disiram. , (d) Sistem pencurah majemuk yang bergerak. Pada sistem ini pemasangan beberapa pencurah dalam satu pipa lurus. Pipa tersebut dipasang di ta beberapa roda yang dapat bergerak bila ditarik oleh traktor atau didorong oleh tenaga manusia. Sistem ini digunakan pada lahan dengan kemiringan maksimunnya berkisar 3 sampai 10 % dan untuk tanaman yang mempunyai tinggi maksimun 4 – 6 meter. Untuk menghitung jumlah pencurah (sprinkler) yang digunakan untuk setiap pompa dan setiap satuan luas berbedabeda tergantung dari debit sprinkler, jangkauan air (jari-jari lingkaran
(17)
berkas air yang disemprotkan) dan debit pompa , sedangkan jarak maksimun antar pencurah berkisar 3/2 kali jari-jari siraman air dan jarak maksimun antar pipa lateral berkisar 8/5 kali jari-jari siraman air (Najiyati dan Danarti, 1996).
Tujuan dari irigasi curah adalah agar air dapat diberikan secara merata dan efisien pada areal pertanaman dengan jumlah dan kecepatan yang sama atau kurang dari laju infiltrasi air ke dalam tanah (kapasitas infiltrasi). Kebutuhan kapasitas irigasi bertekanan tergantung pada luas areal irigasi, jumlah dan kedalaman air irigasi, efisiensi permukaan air dan lama operasi irigasi. Efisiensi aplikasi irigasi curah dapat dihitung menurut Roger, H.D, (2011) dengan rumus sebagai berikut:
Ea = 100 (Wc / Wf ) Keterangan :
Ea = Water application efficiency efisiensi aplikasi air
Wc = Water available for use by the crop (air yang diberikan ke tanaman) Wf = Water delivered to field (Air sampai ke lapangan)
Efisiensi pemberian air sistem irigasi bertekanan adalah rasio antara jumlah air tanah yang tersedia dengan jumlah air yang diberikan pada setiap kombinasi jarak nozel selama satu periode irigasi (Israelsen dan Hansen, 1961)
(18)
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal Arsyad, S. 1989. Konservasi tanah dan air. Bogor: IPB Press.
Bartholomew, D.P., R.E. Paull, and K.G. Rohrbach (eds). 2003. The pineapple: botany, production, and uses. CABI, Wallingford, UK.301 p. BPS. 2012. Produksi Buah-buahan di Indonesia. www.bps.go.id. diakses tanggal
29 - 07 – 2012. Jam 12:30 WIB
Collins, J. L. 1968. Pineapple Botany, Cultivation and Utilization. Leonard Hill Book. London. 292 p.
Deptan. 2004. Pedoman Sistem Jaminan Mutu Melalui Standar Prosedur
Operasional (SPO) Nenas Kabupaten Subang.Dirjen Tanaman Buah. Jakarta
Roger, H.D., Freddie, R.L., Mahbud, A., Todd, P.T, and Kyle, M. 2011.
Effciencies and Water Losses Of Irrigation Systems. Kansas State University.
FAO. 2011. Irrigation efficiencies.
http://www.fao.org/docrep/T7202E/t7202e08.htm . diakses tanggal 10 - 06 – 2012. Jam 12:30 WIB
Gardner, R.F., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Penerjemah: Susilo, H. dan Subiyanto. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hartono, 1983. Penggunaan Irigasi di Lahan Kering. CV. Yasaguna, Jakarta.
Hidayat, I. 2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian Di Lahan Kering.Yogyakarta: Graha Ilmu
Hutabarat, Rapolo. 2003. Agribisnis dan Budidaya Tanaman Nanas. PT. Atalya Rileni Sudeco. Jakarta. 40 hal
(19)
Wiley & Sons, Inc. New York.
Islami, Titiek dan Wani Hadi Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIPSemarang Press, Semarang
Kabar Bisnis. 2012. Wow! Koktail nanas RI rajai pasar AS. http://www.kabarbisnis.com/read/2825463 diakses tanggal 10 - 06 – 2012. Jam 12:30 WIB
Kartasapoetra, A.G., Mulyani Sutedjo, Mul, Pollein, E. 1994. Teknologi Pengairan Pertanian (Irigasi). Jakarta: Bumi Aksara
Kurniati, E., Sukarno, B dan Afrilia, T. 2007. Desain Irigasi Curah pada Anggrek. J. Teknologi Pertanian, Vol 8.(1):35-45
Kurnia, Undang. 2004. Prospek pengairan pertanian tanaman semusim lahan kering. J Litbang Pertanian 23(4):130-138.
Najiyati dan Danarti, 1996. Petunjuk Mengairi dan Menyiram Tanaman. Penebarbit Swadaya, Jakarta.
Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International. New York
News Banking. 2010. Raja Nenas Dunia Dari Indonesia.
http://www.newsbanking.com/2009/01/raja-nenas-dunia-dari-indonesia.html diakses tanggal 10 - 06 – 2012. Jam 14:30 WIB Paul, R.E. 1997. Pineapple, p. 123-139. In : Sisir Mitra (eds). Postharvest
Physiology and Storage Of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International. New York.
Peters,T,. and Mcmoran D. 2011. Boom-Tipe Carts vs Big Gun in nothtwestern Washington. Northwestern: Washington State University. Radiya, A. 2011. Materi Diskusi IrriMAX. PT GGP. Terbanggi Besar. Samson, J. A. 1980. Tropical Fruits. Longman. London and New York
Schwab G.O., R.K. Frevert, K.K Barnet,and T.W Edminster, 1981. Elementary Soil and Water Engineering, John Wiley & Sons. Iowa.
Soetjipto, HE , Stringham, Glen E, Israelsen, Orson W, Hansen, Vaughn E. 1992. Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi Edisi Empat. Jakarta: Erlangga Sunarjono, H. 2004. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar swadaya. Jakarta
(20)
UGM. 2010. Perbedaan Efektif dan Efisien.
http://blog.ugm.ac.id/2010/09/27/perbedaan-efektif-efisien/ diakses tanggal 10 - 06 – 2012. Jam 13:30 WIB
Verheij, E. W. dan R. E. Coronel. 1997. Ananas comosus L. Merr. Dalam :
Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel (eds). Prosea. Sumber Daya nabati Asia Tenggara 2. Buah-buahan yang dapat dimakan. Gramedia. Jakarta.568 hal
Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta
(21)
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 pada lahan pertanaman Nanas ( Ananas comusus ) di lokasi 110A PG 2 PT Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Analisis sifat fisik tanah dilakukan di Laboratorium ilmu Tanah, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah: timbangan,
mistar, alat tulis, kertas label, tumbukan, sekop, cangkul, palu karet/kayu, plastik, sepidol permanen, ember, mesin pompa irigasi, vertical turbine pump, mesin pompa irigasi, gun sprayer, elbow, traveller irrigator, pipa PE, traktor, stopwatch, gelas ukur, kaleng, meteran, alat tulis, bambu, corong, pisau, ring sampel dan alat-alat labolatorium untuk analisis tanah sedangkan bahan yang diperlukan diantaranya sampel tanah dan air.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian jarak semprot irigator dilaksanakan menggunakan metode Grid. 1 m untuk dua kaleng diatas permukaan tanah dan kaleng diatas tanaman (K0), 7 m untuk dua kaleng diatas permukaan tanah dan kaleng diatas tanaman (K1), 18 m untuk dua kaleng diatas permukaan tanah dan kaleng diatas tanaman (K2), 21 m untuk dua kaleng diatas permukaan tanah dan kaleng diatas tanaman (K3),28 m untuk dua kaleng diatas permukaan tanah dan kaleng diatas
(22)
tanaman. Semua jarak dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali pada 14 m untuk jarak antar baris pengulangan (Gambar.1). Data hasil pengamatan berupa kadar air yang dianalisis dengan analisis kadar air dan keseragaman siram (uniformity coefficient, CU) (Christiansen 1942).
Irigator
36 m 14 m
14 m
Gambar 1. Jarak semprot irigator dengan metode Grid
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Pada pelaksanaan efisiensi irigasi Gun Sprayer, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa langkah-langkah pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
3.4.1 Peletakan Kaleng Pada Grid
Penyiapan pengujian efisiensi air irigasi Gun Sprayer dilakukan dengan cara peletakan 30 kaleng penampung air pada Grid di pertanaman nanas seluas 200 m. Peletakan kaleng percobaan dilakuan pada jarak semprot Gun Sprayer 1 m (K0), 7 m (K1), 18 m (K2), 21 m
28 m 21 m 14 m 7 m 1 m
28 m 21 m 14 m 7 m 1 m
(23)
(K3), dan 28 m. Pada setiap jarak diletakkan dua kaleng penampung, satu kaleng yang diletakan diatas permukaan tanah dan satu kaleng yang diletakan diatas tanaman. Diameter 8 cm untuk kaleng yang diletakan diatas permukaan tanah dan 20 cm untuk kaleng yang diletakan diatas tanaman. Setelah selesai pengaplikasian irigasi selanjutnya menghitung seberapa banyak air yang ditampung pada kaleng penampung diletakan diatas permukaan tanah dan satu kaleng yang diletakan diatas tanaman dan menghitung seberapa banyak air yang terintersepsi ditajuk tanaman nanas sesaat setelah irigasi sehingga diketahui kesragaman siram atau koefisien keseragaman.
Gambar 2. pengujian efisiensi air irigasi Gun Sprayer
3.4.2 Pengambilan Contoh Tanah untuk Kadar Air Tanah
Pengambilan contoh tanah untuk kadar air dilakukan pada setiap jarak 1 m, 7 m, 14 m, 21 m, dan 28 m. Contoh tanah diambil dengan mengguunakan bor tanah pada dua kedalaman
(24)
lapisan tanah 0 -10 cm dan 10 -20 cm. Pengambilan contoh tanah untuk kadar air diambil sebesar biji salak atau 20 – 50 g lalu dibungkus dengan alumunium foil kemudian dibungkus kebali dengan plastik selanjutnya di oven pada suhu 105° C selama 24 – 48 jam. Pengambilan contoh tanah dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap perlakuan jarak semprot irigator yaitu sebelum aplikasi irigasi, sesaat sesudah aplikasi irigasi, dan 24 jam sesudah aplikasi irigasi. masing – masing contoh tanah dianalisis kadar air tanah mengunakan metode kadar air volumetrik.
3.4.3 Pengambilan Contoh Tanah untuk Bulkdencity
Pengambilan contoh tanah bulkdencity atau kerapatan isi tanah mengunakan metode contoh tanah utuh dalam ring tanah (ring sample). Pengambilan contoh tanah bulkdencity dilakukan pada jarak 4 m, 18 m, dan 28 m atau pada bagian tengah titik pengambilan contoh tanah untuk kadar air tanah. Satu balkdencity digunakan untuk mewakili kerapatan isi dua titik pengambilan contoh tanah kadar air. Contoh tanah utuh diambil pada dua kedalaman lapisan tanah 0 – 10 cm dan 10 – 20 cm dengan cara meratakan dan membersihkan lapisan tanah atas kemudian meletakan ring tegak diatas lapisan tanah dan menekan dengan balok kecil, selanjutnya meletakan tabung lain diatas tabung pertama dengan posisi bagian tupul dari tabung kedua berimpit dengan tabung pertama. Kemudian tekan kembali dengan penutup tabung atau mengunkan kayusampai bagian bawah tabung kedua masuk kedalam tanah. Tabung beserta tanah didalamnya digali mengunakan sekop atau cangkul kemudian pisahkan tanah dengan hati – hati, selanjutnya memotong bagian atas dan bawah tabung sampai rata. Selanjutnya contoh tanah tersebut dioven pada suhu 105° C selama 24 – 48 jam. Menghitung bobot kering tanah (gram) selanjutnya menentukan volume tanah dalam ring.
(25)
3.4.4 Perancangan irigasi Gun Sprayer
Membawa engine ke lokasi sumur bor lalu menyambungkan kopel shaft ke shaft engine box pompa, penyambungan dengan sistem mur-baut pastikan bahwa kekencangan telah terpenuhi. Menyusun Elbow penyalur air yang diperlukan ke lokasi irigasi dengan sambungan pipa yag menuju ke pompa. Membawa Traveller Irrigator ke ujung pipa galvanis rencana lokasi irigasi dan sambungkan pipa galvanis ke Traveller Irrigator dengan Flexible hose. Menarik Gun Sprayer dengan mengunakan traktor ke rencana lokasi siram (maksimal hose 400 m) Periksa oli mesin, air radiator, dan bahan bakar. menghidupkan engine setelah rangkaian pipa dan Gun Sprayer siap. memasukan kompling engine, dan naikan rpm engine secara perlahan sampai yang dikehendaki, berarti pemompaan air telah dimulai dan siap untuk disiramkan. Air akan memancar melalui Gun sprayer meyerupai curah hujan melalui ujung nozzle. Travelling Irrigator secara otomatis akan mengulung hose untuk menarik Gun Sprayer kearah irigator. Melakukan pengawasan secara cermat pada unit pompa Gun Sprayer mencatat tekanan, mengitung laju dan keseragaman siramnya. Penyemprotan seluruh petak dengan mengatur Gun Sprayer dengan sudut 180 derajat mengarah kedalam petak.
Setelah Gun Sprayer sampai di Irrigator matikan engine dan lepaskan hose.
3.5 Analisis Data
Efisiensi aplikasi irigasi curah dapat dihitung menurut Roger, H.D, (2011) dengan rumus sebagai berikut:
(26)
Ea = 100 (Wc / Wf )
Keterangan :
Ea = Water application efficiency efisiensi aplikasi air
Wc = Water available for use by the crop (air yang diberikan ke tanaman) Wf = Water delivered to field (Air sampai ke lapangan)
Jumlah siram pada tabung penampung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah siram = volume air Luas permukaan tabung
Koefisien keseragaman menurut Christiansen (1942), dapat dihitung dengan persamaan Nilai Cu sekitar 85% dianggap cukup baik untuk irigasi curah.
Keterangan:
X : nilai rata-rata pengamatan (mm) n : jumlah total pengamatan
Xi : nilai masing-masing pengamatan(mm).
(27)
Volume tanah = volume tabung = 3.14 x (d/2)2 x t Keterangan :
t = tinggi ring d = Diameternya
Tentukan kerapatan isi = bobot kering tanah volume tanah ( g / cm3)
Kadar air Volumetrik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(%) Kadar air volumetri = kerapatan isi x kadar air gravimetrik berat jenis air
(% )Kadar air gravimetrik = Bobot air
Bobot tanah kering oven X 100
3.6 Analisis Labolatorium
Analisis kadar air dan sipat fisik tanah (kerapatan isi dan tekstur tanah) di lakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung.
3.7 Variabel Pengamatan
Adapun variabel pengamatan pada penelitian ini adalah: Variabel utama adalah keseragaman siram dan kadar air. Variabel pendukung adalah kerapatan isi dan tekstur tanah
(28)
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 pada lahan pertanaman Nanas ( Ananas comusus ) usia 8,5 bulan di lokasi 110A PG 2 PT Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Analisis sifat fisik tanah dilakukan di Laboratorium ilmu Tanah, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah: timbangan, mistar, alat tulis, kertas label, tumbukan, sekop, cangkul, palu karet/kayu, plastik, sepidol permanen, ember, mesin pompa irigasi, vertical turbine pump, mesin pompa irigasi, gun sprayer, elbow, traveller irrigator, pipa PE, traktor, stopwatch, gelas ukur, kaleng, meteran, alat tulis, bambu, corong, pisau, ring sampel dan alat-alat labolatorium untuk analisis tanah sedangkan bahan yang diperlukan diantaranya sampel tanah dan air.
(29)
3.3 Metode Penelitian
Penelitian jarak semprot irigator dilaksanakan menggunakan metode Grid. 1 m untuk dua kaleng diatas permukaan tanah dan kaleng diatas tanaman (K0), 7 m untuk dua kaleng diatas permukaan tanah dan kaleng diatas tanaman (K1), 18 m untuk dua kaleng diatas permukaan tanah dan kaleng diatas tanaman (K2), 21 m untuk dua kaleng diatas permukaan tanah dan kaleng diatas tanaman (K3),28 m untuk dua kaleng diatas permukaan tanah dan kaleng diatas tanaman. Semua jarak dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali pada 14 m untuk jarak antar baris pengulangan (Gambar.1). Data hasil pengamatan berupa kadar air yang dianalisis dengan analisis kadar air dan keseragaman siram (uniformity coefficient, CU) (Christiansen 1942).
Irigator
36 m 14 m
14 m
Gambar 1. Jarak semprot irigator dengan metode Grid 28 m 21 m 14 m 7 m 1 m
28 m 21 m 14 m 7 m 1 m
(30)
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Pada pelaksanaan efisiensi irigasi Gun Sprayer, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa langkah-langkah pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
3.4.1 Peletakan Kaleng Pada Grid
Penyiapan pengujian efisiensi air irigasi Gun Sprayer dilakukan dengan cara peletakan 30 kaleng penampung air pada Grid di pertanaman nanas seluas 200 m. Peletakan kaleng percobaan dilakuan pada jarak semprot Gun Sprayer 1 m (K0), 7 m (K1), 18 m (K2), 21 m (K3), dan 28 m. Pada setiap jarak diletakkan dua kaleng penampung, satu kaleng yang diletakan diatas permukaan tanah dan satu kaleng yang diletakan diatas tanaman. Diameter 8 cm untuk kaleng yang diletakan diatas permukaan tanah dan 20 cm untuk kaleng yang diletakan diatas tanaman. Setelah selesai pengaplikasian irigasi selanjutnya menghitung seberapa banyak air yang ditampung pada kaleng penampung diletakan diatas permukaan tanah dan satu kaleng yang diletakan diatas tanaman dan menghitung seberapa banyak air yang terintersepsi ditajuk tanaman nanas sesaat setelah irigasi sehingga diketahui kesragaman siram atau koefisien keseragaman.
(31)
Gambar 2. pengujian efisiensi air irigasi Gun Sprayer
3.4.2 Pengambilan Contoh Tanah untuk Kadar Air Tanah
Pengambilan contoh tanah untuk kadar air dilakukan pada setiap jarak 1 m, 7 m, 14 m, 21 m, dan 28 m. Contoh tanah diambil dengan mengguunakan bor tanah pada dua kedalaman lapisan tanah 0 -10 cm dan 10 -20 cm. Pengambilan contoh tanah untuk kadar air diambil sebesar biji salak atau 20 – 50 g lalu dibungkus dengan alumunium foil kemudian dibungkus kebali dengan plastik selanjutnya di oven pada suhu 105° C selama 24 – 48 jam. Pengambilan contoh tanah dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap perlakuan jarak semprot irigator yaitu sebelum aplikasi irigasi, sesaat sesudah aplikasi irigasi, dan 24 jam sesudah aplikasi irigasi.
(32)
masing – masing contoh tanah dianalisis kadar air tanah mengunakan metode kadar air volumetrik.
3.4.3 Pengambilan Contoh Tanah untuk Bulkdencity
Pengambilan contoh tanah bulkdencity atau kerapatan isi tanah mengunakan metode contoh tanah utuh dalam ring tanah (ring sample). Pengambilan contoh tanah bulkdencity dilakukan pada jarak 4 m, 18 m, dan 28 m atau pada bagian tengah titik pengambilan contoh tanah untuk kadar air tanah. Satu balkdencity digunakan untuk mewakili kerapatan isi dua titik pengambilan contoh tanah kadar air. Contoh tanah utuh diambil pada dua kedalaman lapisan tanah 0 – 10 cm dan 10 – 20 cm dengan cara meratakan dan membersihkan lapisan tanah atas kemudian meletakan ring tegak diatas lapisan tanah dan menekan dengan balok kecil, selanjutnya meletakan tabung lain diatas tabung pertama dengan posisi bagian tupul dari tabung kedua berimpit dengan tabung pertama. Kemudian tekan kembali dengan penutup tabung atau mengunkan kayusampai bagian bawah tabung kedua masuk kedalam tanah. Tabung beserta tanah didalamnya digali mengunakan sekop atau cangkul kemudian pisahkan tanah dengan hati – hati, selanjutnya memotong bagian atas dan bawah tabung sampai rata. Selanjutnya contoh tanah tersebut dioven pada suhu 105° C selama 24 – 48 jam. Menghitung bobot kering tanah (gram) selanjutnya menentukan volume tanah dalam ring.
(33)
3.4.4 Perancangan irigasi Gun Sprayer
Membawa engine ke lokasi sumur bor lalu menyambungkan kopel shaft ke shaft engine box pompa, penyambungan dengan sistem mur-baut pastikan bahwa kekencangan telah terpenuhi. Menyusun Elbow penyalur air yang diperlukan ke lokasi irigasi dengan sambungan pipa yag menuju ke pompa. Membawa Traveller Irrigator ke ujung pipa galvanis rencana lokasi irigasi dan sambungkan pipa galvanis ke Traveller Irrigator dengan Flexible hose. Menarik Gun Sprayer dengan mengunakan traktor ke rencana lokasi siram (maksimal hose 400 m) Periksa oli mesin, air radiator, dan bahan bakar. menghidupkan engine setelah rangkaian pipa dan Gun Sprayer siap. memasukan kompling engine, dan naikan rpm engine secara perlahan sampai yang dikehendaki, berarti pemompaan air telah dimulai dan siap untuk disiramkan. Air akan memancar melalui Gun sprayer meyerupai curah hujan melalui ujung nozzle. Travelling Irrigator secara otomatis akan mengulung hose untuk menarik Gun Sprayer kearah irigator. Melakukan pengawasan secara cermat pada unit pompa Gun Sprayer mencatat tekanan, mengitung laju dan keseragaman siramnya. Penyemprotan seluruh petak dengan mengatur Gun Sprayer dengan sudut 180 derajat mengarah kedalam petak.
(34)
3.5 Analisis Data
1. Efisiensi aplikasi irigasi curah dapat dihitung menurut Roger, H.D, (2011) dengan rumus sebagai berikut:
Ea = 100 (Wc / Wf )
Keterangan :
Ea = Water application efficiency efisiensi aplikasi air
Wc = Water available for use by the crop (air yang diberikan ke tanaman) Wf = Water delivered to field (Air sampai ke lapangan)
2. Jumlah siram pada tabung penampung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah siram = volume air Luas permukaan tabung
3. Koefisien keseragaman menurut Christiansen (1942), dapat dihitung dengan persamaan Nilai Cu sekitar 85% dianggap cukup baik untuk irigasi curah.
(35)
Keterangan:
X : nilai rata-rata pengamatan (mm) n : jumlah total pengamatan
Xi : nilai masing-masing pengamatan(mm).
4. Kerapatan isi atau Bukdencity dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Volume tanah = volume tabung = 3.14 x (d/2)2 x t Keterangan :
t = tinggi ring d = Diameternya
Tentukan kerapatan isi = bobot kering tanah volume tanah ( g / cm3)
5. Kadar air Volumetrik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(%) Kadar air volumetri = kerapatan isi x kadar air gravimetrik berat jenis air
(% )Kadar air gravimetrik = Bobot air
(36)
3.6 Analisis Labolatorium
Analisis kadar air dan sipat fisik tanah (kerapatan isi dan tekstur tanah) di lakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung.
3.7 Variabel Pengamatan
Adapun variabel pengamatan pada penelitian ini adalah: Variabel utama adalah keseragaman siram dan kadar air. Variabel pendukung adalah kerapatan isi dan tekstur tanah
(37)
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal Arsyad, S. 1989. Konservasi tanah dan air. Bogor: IPB Press.
Bartholomew, D.P., R.E. Paull, and K.G. Rohrbach (eds). 2003. The pineapple: botany, production, and uses. CABI, Wallingford, UK.301 p. BPS. 2012. Produksi Buah-buahan di Indonesia. www.bps.go.id. diakses tanggal
29 - 07 – 2012. Jam 12:30 WIB
Collins, J. L. 1968. Pineapple Botany, Cultivation and Utilization. Leonard Hill Book. London. 292 p.
Deptan. 2004. Pedoman Sistem Jaminan Mutu Melalui Standar Prosedur
Operasional (SPO) Nenas Kabupaten Subang.Dirjen Tanaman Buah. Jakarta
Roger, H.D., Freddie, R.L., Mahbud, A., Todd, P.T, and Kyle, M. 2011.
Effciencies and Water Losses Of Irrigation Systems. Kansas State University.
FAO. 2011. Irrigation efficiencies.
http://www.fao.org/docrep/T7202E/t7202e08.htm . diakses tanggal 10 - 06 – 2012. Jam 12:30 WIB
Gardner, R.F., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Penerjemah: Susilo, H. dan Subiyanto. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hartono, 1983. Penggunaan Irigasi di Lahan Kering. CV. Yasaguna, Jakarta.
Hidayat, I. 2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian Di Lahan Kering.Yogyakarta: Graha Ilmu
Hutabarat, Rapolo. 2003. Agribisnis dan Budidaya Tanaman Nanas. PT. Atalya Rileni Sudeco. Jakarta. 40 hal
(38)
Wiley & Sons, Inc. New York.
Islami, Titiek dan Wani Hadi Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIPSemarang Press, Semarang
Kabar Bisnis. 2012. Wow! Koktail nanas RI rajai pasar AS. http://www.kabarbisnis.com/read/2825463 diakses tanggal 10 - 06 – 2012. Jam 12:30 WIB
Kartasapoetra, A.G., Mulyani Sutedjo, Mul, Pollein, E. 1994. Teknologi Pengairan Pertanian (Irigasi). Jakarta: Bumi Aksara
Kurniati, E., Sukarno, B dan Afrilia, T. 2007. Desain Irigasi Curah pada Anggrek. J. Teknologi Pertanian, Vol 8.(1):35-45
Kurnia, Undang. 2004. Prospek pengairan pertanian tanaman semusim lahan kering. J Litbang Pertanian 23(4):130-138.
Najiyati dan Danarti, 1996. Petunjuk Mengairi dan Menyiram Tanaman. Penebarbit Swadaya, Jakarta.
Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International. New York
News Banking. 2010. Raja Nenas Dunia Dari Indonesia.
http://www.newsbanking.com/2009/01/raja-nenas-dunia-dari-indonesia.html diakses tanggal 10 - 06 – 2012. Jam 14:30 WIB Paul, R.E. 1997. Pineapple, p. 123-139. In : Sisir Mitra (eds). Postharvest
Physiology and Storage Of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International. New York.
Peters,T,. and Mcmoran D. 2011. Boom-Tipe Carts vs Big Gun in nothtwestern Washington. Northwestern: Washington State University. Radiya, A. 2011. Materi Diskusi IrriMAX. PT GGP. Terbanggi Besar. Samson, J. A. 1980. Tropical Fruits. Longman. London and New York
Schwab G.O., R.K. Frevert, K.K Barnet,and T.W Edminster, 1981. Elementary Soil and Water Engineering, John Wiley & Sons. Iowa.
Soetjipto, HE , Stringham, Glen E, Israelsen, Orson W, Hansen, Vaughn E. 1992. Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi Edisi Empat. Jakarta: Erlangga Sunarjono, H. 2004. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar swadaya. Jakarta
(39)
UGM. 2010. Perbedaan Efektif dan Efisien.
http://blog.ugm.ac.id/2010/09/27/perbedaan-efektif-efisien/ diakses tanggal 10 - 06 – 2012. Jam 13:30 WIB
Verheij, E. W. dan R. E. Coronel. 1997. Ananas comosus L. Merr. Dalam :
Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel (eds). Prosea. Sumber Daya nabati Asia Tenggara 2. Buah-buahan yang dapat dimakan. Gramedia. Jakarta.568 hal
Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta
(40)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PT. Great Giant Pineapple (GGP) merupakan perkebunan nanas di Indonesia yang produksi olahan nanasnya di ekspor pada pasar luar negri. PT.GGP mengirim hasil produksinya sebanyak 99,8 % ke berbagai belahan dunia, antara lain, Eropa 47,6 %, Amerika 4,6 %, Asia (Jepang,Korea, Taiwan) 3,1 %, dan sisanya Timur Tengah, Kanada dan Autralia. Sedangkan untuk konsumsi dalam negeri hanya sekitar 0,2 %. PT.GGP merupakan penyuplai olahan nanas terbesar ketiga di dunia karena dapat memenuhi 10 % dari 12 % yang menjadi kebutuhan nanas olahan dunia (Kabar Bisnis, 2012).
Nanas di perkebunan GGP dikembangkan dengan sistem budidaya lahan kering. Air hujan menjadi satu-satunya sumber air untuk pertanaman nanas akan tetapi pola kebutuhan air tanah tidak selalu cocok dengan pola curah hujan. Seringkali terjadi penyimpangan karakteristik curah hujan, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan kering guna menunjang pertumbuhan nanas secara optimal. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menggunakan irigasi.
Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Irigasi pada tanaman nenas sangat penting karena Jumlah air minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik sekitar 5 cm air per bulan. Ketika curah hujan kurang dari 5 cm per bulan,
(41)
pertumbuhan akan terhambat, siklus panen akan lebih panjang dan rata-rata bobot buah akan berkurang (Bartholomew dan Paull, 2003). Dengan demikian irigasi pada tanaman nanas sangat dibutuhkan.
Irigasi salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi tanaman. Untuk itu diperlukan sistem irigasi yang baik, yang dapat menjaga produktivitas tanah secara berkelanjutan, sehingga mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal dan dapat meningkatkan produktivitas tanaman itu sendiri (Aryad, 1989).
Irigasi yang digunakan pada lahan pertanaman nanas di PT.GGP adalah Sprinkler Irrigation atau Overhead Irrigation yaitu suatu irigasi yang memberikan air meyerupai curah hujan (percikan). Sistem irigasi Sprinkler yang digunakan bersifat portable, dimana sistem distribusinya dapat dipindahkan secara manual. Sprinkler irrigation merupakan suatu sistem penyiraman yang terdiri dari alat mesin. Irigator yang sering digunakan adalah Gun Sprayer (bacur traveler irigator) merupakan alat pemecah air yang akan diberikan pada tanaman nanas. PT.GGP menggunakan irigasi Gun Sprayer pada pertanaman nanas dewasa, dengan cara dipancarkan.
Salah satu keunggulan PT.GGP terletak pada teknologi dalam hal irigasi PT. GGP merupakan perkebunan pertama yang diirigasi. Faktor inilah PT. GGP bisa memiliki produk yang konsisten mutunya, dan bisa terus mengurangi dampak
(42)
kekeringan di musim kemarau bagi perkebunan nanasnya (News Bangking, 2010). Tanpa irigasi pertumbuhan tanaman nanas akan terganggu dan mengakibatkan penurunan produksi, terlebih pada fase perkembangan buah. Sistem irigasi Gun Sprayer merupakan salah satu alat irigasi andalan yang umum di gunakan di PT. GGP. Pada budidaya tanaman nanas, tahap pengairan menggunakan Gun Sprayer merupakan salah satu tahap yang penting dalam pengairan terutama di PT. GGP. Sistem irigasi menggunakan Gun Sprayer dapat mencukupi kebutuhan air pada tanaman nanas, merangsang pembungaan dan pembuahan secara optimal. Alat irigator yang digunakan akan menentukan kualitas siram pada pertanaman nanas yang akan dihasilkan. Oleh karena itu, proses pengairan harus dilakukan dengan baik, agar didapatkan nanas yang baik dan berkualitas. Jika pengairan dilakukan dengan baik dan efisien maka produksinya juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya ( Radiya, 2011).
Salah satu permasalahan dari produksi buah nenas yang dialami oleh PT. GGP adalah Irigasi. Masalah itu adalah masih sangat jarang penelitian secara pasti tentang irigasi tanaman nanas terutama di Indonesia, akibatnya efisiensi irigasi tanaman nanas di PT.GGP belum diketahui dan irigasi untuk tanaman nanas besar dan tanaman nanas kecil diberi irigasi yang sama. Menurut (Gardner et al.,1991) berdasarkan jalur yang dilalui karbon dalam fotosintesis, tanaman nanas termasuk CAM (Crassulaceae Acid Metabolism), yang melakukan fotosintesis di waktu malam hari sehingga kebutuhan airnya sulit untuk diukur. Masalah selanjutnya irigasi di PT. GGP dilihat pada pengaplikasian irigasi, kerapatan kanopi yang
(43)
besar pada tanaman nanas dewasa sehingga tidak semua air dapat masuk kedalam tanah. Untuk mendapatkan gambaran efisiensi irigasi secara menyeluruh, maka perlu dilakukan penelitian terhadap efisiensi irigasi Gun Sprayer di PT GGP.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui efisiensi irigasi dengan alat Gun Sprayer pada tanaman nanas di PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar Lampung Tengah.
1.3. Kerangka Pemikiran
Irigasi berarti pemberian air pada tanah untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan irigasi adalah memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu diperlukan. Penerapan irigasi pada lahan pertanaman nanas menuntut efisiensi dalam pengunaan air. Agar pemberian air irigasi lebih efisien maka salah satu sistem irigasi yang diterapkan pada tanaman nanas di PT. GGP adalah dengan menggunakan sistem irigasi curah (sprinkler irrigation) dengan alat Gun Sprayer (Radiya, 2011.)
Menurut Soetjipto (1984), beberapa keadaan yang menunjang Irigasi siraman adalah sebagai berikut:
(44)
1. Tofografi tanah yang dangkal dapat mencegah perataan (leveling) yang seharusnya untuk metode irigasi permukaan.
2. Tanah yang mempunyai kemiringan yang tajam dan tanah yang dengan mudah dapat erosi.
3. Tanah yang bergelombang mahal sekali biaya meratakannya sampai cukup memadai untuk irigasi permukaan.
4. Sistem penyiram dapat direncanakan dan dipasang dengan cepat.
Sistem irigasi curah di PT. GGP merupakan suatu cara pemberian air yang dilakukan dari bagian atas tanaman dan menyerupai curah hujan. Fungsi utama sistem ini adalah pemberian air secara merata dan efisien pada areal pertanaman tertentu dengan jumlah dan kecepatan yang sama. Hal ini menyebabkan jumlah air yang diberikan dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tambahan air bagi tanaman sehingga aliran permukaan erosi tidak terjadi dan kelebihan penggunaan air dapat dihindari.
Akan tetapi irigasi dengan cara ini harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Memerlukan biaya yang cukup tinggi.
2. Memerlukan keahlian dan perhitungan yang tepat dalam merancang tata letak. 3. Bagi areal pertanaman yang berubah-ubah arah dan kecepatan anginnya, cara
(45)
Efektif yaitu pencapaian tujuan secara teknik dan efisien yaitu penggunaan sumber daya minimal dari segi ekonomi (UGM, 2010). Penelitian afektifitas dan efisiensi irigasi meliputi mengukur kehilangan air pada saat pengaplikasian irigasi, kehilangan air irigasi pada tanaman nanas berhubungan dengan kehilangan air di saluran, angin, rembesan, evaporasi, tranpsirasi, runoff dan kehilangan akibat pengoperasian termasuk pemberian air yang berlebihan. Tidak semua air yang diambil dari sumber air (sungai, sumur) mencapai zona akar tanaman. Air dapat hilang selama irigasi melalui saluran, hanya air yang tersisa disimpan di zona akar yang dapat digunakan oleh tanaman secara efisien ( FAO, 2012). Oleh karna itu pengukuran dilakukan terhadap irigasi gun sprayer dengan cara mengukur air yang dapat ditampung dan air yang hilang pada saat aplikasi irigasi. hal ini sejalan dengan penelitian Troy Peters dan Donald Mcmoran ( 2011 ) bahwa irigasi Gun sprayer dievaluasi dengan cara meletakan sederetan kaleng – kaleng penangkap air disusun menjelang diaplikasikannya Sprayer selanjutnya mengukur volume air yang tertangkap oleh kaleng dan volume air yand diberikan pada saat irigasi.
1.4 Hipotesi
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Jarak semprot irigasi menggunakan alat Gun Sprayer berpengaruh terhadap efisiensi irigasi di PT. GGP.
(46)
2. Semakin jauh jarak semprot irigasi menggunakan alat Gun Sprayer di PT. GGP maka tidak efisien.
(47)
I. TINJAUAN PUSTAKA
Penetapan Kebutuhan Air Tanaman
(a) Pendekatan klimatologi---Evaporasi & Transpirasi (b)Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM
2.1.2 Ekologi Nenas
Sunarjono (2004) menyatakan bahwa buah nenas dapat tumbuh pada keadaan iklim kering dan basah. Tanaman nenas memiliki kisaran curah hujan yang luas, sekitar 600 sampai lebih dari 3 500 per tahun dengan curah hujan yang optimum sekitar 1 000 – 1 500 per tahun (Nakasone and Paull, 1998). Nenas cocok ditanam di ketinggian 800-1 200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman nenas antara 100 - 1 200 m dpl.
Pertumbuhan daun nenas mencapai maksimum pada suhu 32ºC dan pertumbuhan akar mencapai maksimum pada suhu 29ºC (Sanford, 1962). Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman nenas mendekati 25ºC, dengan suhu harian sekitar 10ºC. Menurut Verheij dan Coronel (1997), suhu optimal untuk pertumbuhan nenas adalah 23-32ºC. Tanaman nenas dapat tumbuh pada ketinggian 100-1 100 m diatas permukaan laut. Pada tempat yang lebih tinggi, biasanya ukuran buah akan semakin kecil dengan kandungan asam yang tinggi.
(48)
Sinar matahari sangat penting untuk pertumbuhan tanaman nanas, karena sangat menentukan kualitas buah. Apabila tanaman terlalu banyak mendapat sinar matahari, tanaman akan menderita luka terbakar matahari pada buah yang hampir masak. Sebaliknya, apabila intensitas sinar matahari kurang maka pertumbuhan tanaman nenas akan terhambat, buah menjadi kecil, kualitas menurun dan kadar gula menurun (Deptan, 2004).
Tanaman nenas tahan terhadap tanah asam yang memiliki pH 3-5 tetapi derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4.5-6.5. Oleh karena itu, tanaman nenas bagus pula dikembangkan di lahan gambut. Nenas lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah dapat juga tumbuh di bawah naungan pohon besar. Jika ditanam ditempat terbuka yang sangat panas, buah sering hangus (Sunarjono, 2004).
2.1.3 Nanas sebagai tanaman CAM
Nanas (Ananas comusus ) merupakan tanaman CAM (Crassulaceae Acid Metabolism),yakni tanaman yang sik
. Menurut (Gardner et al.,1991) Berdasarkan jalur yang dilalui karbon dalam fotosintesis, tanaman nanas termasuk CAM. Stomata tanaman nanas terbuka pada malam hari untuk menyerap CO2 dan tertutup pada siang hari untuk mengurangi transpirasi. Keadaan ini menyebabkan tanaman nanas tahan kekeringan. Tanaman
(49)
CAM (Crassulation Acid Metabolism Plants) pada dasarnya adalah tanaman sukulen yaitu tanaman yang berdaun atau berbatang tebal yang bertranspirasi rendah. Dalam kondisi kering, stomata pada malam hari akan terbukauntuk mengabsorbsi CO2 dan menutup pada siang hari untuk mengurangitranspirasi. Fiksasi CO2 tanaman CAM sama seperti tanaman C4, hanya sajaterjadinya pada malam hari dan energi yang dibutuhkan diperoleh dari glikolisis. (Salisburry,1998)
2.2 Kebutuhan Air pada Tanaman Nanas
A i r m e r u p a k a n s a l a h s a t u s u m b e r d a ya a l a m y a n g s a n g a t e s e n s i a l b a g i sistem produksi pertanian. Air bagi pertanian tidak hanya berkaitan dengan aspek p r o d u k s i , m e l a i n k a n j u g a s a n g a t m e n e n t u k a n p o t e n s i p e r l u a s a n a r e a l t a n a m ( e k s t e n s i f i k a s i ) , l u a s a r e a t a n a m , i n t e n s i t a s p e r t a n a m a n ( I P ) , s e r t a k u a l i t a s (Kurnia, 2004).
Dalam budidaya tanaman di lapangan, kehilangan air dari tanah disamping terjadi lewat proses transpirasi, juga lewat permukaan tanah yang disebut sebagai evaporasi. Dalam banyak kasus biasanya evaporasi diartikan sebagai kehilangan air dalam bentuk uap dari permukaan air. Hubungannya dengan kegiatan pertanian yang dimaksud dengan evaporasi adalah kehilangan air dari permukaan tanah. E v a p o r a s i d i p e n g a r u h i o l e h k o n d i s i i k l i m , t e r u t a m a t e m p e r a t u r , k e l e m b a b a n , r a d i a s i d a n k e c e p a t a n a n g i n , s e r t a k a n d u n g a n a i r t a n a h . D e n g a n t e r j a d i n ya evaporasi, maka
(50)
kandungan air tanah turun dengan demikian kecepatan evaporasi juga akan turun (Islami dan Utomo, 1995).
Analisis kebutuhan air untuk tanaman di lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, (1) pengolahan lahan, (2) penggunaan konsumptif, (3) perkolasi,(4) penggantian lapis air , dan (5) sumbangan hujan efektif (Suroso, Nugroho danPamuji, 2007). Di lapangan, proses transpirasi dan evaporasi terjadi secara bersamaan dansulit untuk dipisahkan satu dengan lainnya. Oleh karena itu kehilangan air lewar kedua proses ini pada umumnya dijadikan satu dan disebut ”Evapotranspirasi(ET)”. Dengan demikian, evaporasi merupakan jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman (Islami dan Utomo, 1995).
2.3 Peran Irigasi Pada Tanaman Nanas
Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Irigasi pada tanaman nenas sangat penting karena Jumlah air minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik sekitar 5 cm air per bulan. Ketika curah hujan kurang dari 5 cm per bulan, pertumbuhan akan terhambat, siklus panen akan lebih panjang dan rata-rata bobot buah akan berkurang (Bartholomew dan Paull, 2003). Dengan demikian irigasi pada tanaman nanas sangat dibutuhkan.
(51)
3.4. Irigasi dengan alat Gun Sprayer ( Irigasi Curah)
Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah Gun Sprayer adalah salah satu metode irigasi dimana pemberian air dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara akemudian jatuh ke permukaan tanah seperti air hujan (Schwab, et.all,1981). Pemberian air secara curah atau irigasi bertekanan dilakukan dengan pipa-pipa yang dipasang atau ditanam dengan bertekanan tertentu diperkirakan pancaran air dapat membasahi seluruh tanah dan tanaman di lahan. Penggunaan sistem ini untuk pengairan dengan efisiensi tinggi serta diterapkan pada lahan pertanian yang bergelombang dan harus diperhatikan mengenai biaya yang cukup
tinggi, keahlian yang tepat dalam merancang penempatan unit di lahan dan kemungkinan kecepatan angin yang berubah-ubah (Kartosapoetra dan M Sutejo , 1994).
Sistem irigasi bertekanan/curah dikerjakan secara mekanis dengan menggunakan kompresor bertekanan untuk menekan air melalui pipa-pipa yang dipasang di ladang atau kebun yang akan diairi . Berdasarkan tipe pencurah maka dapat dibedakan atas : springkler dengan nozel, sprinkler dengan pipa perporasi dan sprinkler dengan pencurah berputar (Hartono, 1983). Irigasi curah pada dasarnya dilengkapi perangkat yang terdiri atas : (a) unit pompa yang berfungsi memompa air dari sumber air menuju areal yang akan diairi melalui pipa-pipa , (b)kran pengatur (regulator) berfungsi untuk mengatur pembukaan dan penutup aliran air yang dilewatkan melalui pipa, (c) pipa utama berfungsi sebagai tempat penyaluran
(52)
air yang berhubungan dengan pompa. Pipa ini biasa terbuat dari besi atau paralon dengan diameter 1,5 sampai 2 inci, (d) pipa lateral berfungsi sebagai tempat penyaluran air yan berhubungan denganpencurah (sprinkler). Ukuran pipa ini biasa lebih kecil dari pipa utama yaitu berkisar 1 - 1,25 inci, serta (e) pencurah (sprinkler) dengan nozel berfungsi untuk menyemprot air ke udara dengan tekanan dari pompa.
Berdasarkan sistem pemasangan dan penggunaan sprinkler dikenal (a). Sistem sprinkler tunggal yang dipindah-pindahkan dengan tangan. Sistem ini merupakan sistem pemasangan sprinkler yang hanya menggunakan satu pencurah dalam satu pipa lateral tetapi mempunyai jangkauan yang luas. Pencurah dan pipa lateral dapat dipindah-pindahkan dengan tangan. Penggunaannya pada lahan dengan kemiringan 0 sampai 20 %, (b) Sistem sprinkler tunggal yang bergerak. Pada sistem ini dipakai satu buah pencurah yang mempunyai jangkauan air yang panjang dan dilengkapi dengan dua buah roda sehingga dapat ditarik oleh traktor atau didorong oleh tenaga manusia. Sistem ini menggunakan pipa lateral yang elastis dan dapat digunakan pada lahan yang mempunyai kemiringan 0 sampai 7 %. (c). Sistem pencurah majemuk yang permanen. Pada sistem ini pemasangan pencurah yang menggunakan lebih dari satu pencurah pada tiap pipa lateral dan pipa-pipa dipasang permanen, tetapi pada waktu operasinya diatur sesuai dengan kemampuan pompa dan luas lahan yang akan disiram. , (d) Sistem pencurah majemuk yang bergerak. Pada sistem ini pemasangan beberapa pencurah dalam satu pipa lurus. Pipa tersebut dipasang di ta beberapa roda yang dapat bergerak
(53)
bila ditarik oleh traktor atau didorong oleh tenaga manusia. Sistem ini digunakan pada lahan dengan kemiringan maksimunnya berkisar 3 sampai 10 % dan untuk tanaman yang mempunyai tinggi maksimun 4 – 6 meter. Untuk menghitung jumlah pencurah (sprinkler) yang digunakan untuk setiap pompa dan setiap satuan luas berbedabeda tergantung dari debit sprinkler, jangkauan air (jari-jari lingkaran berkas air yang disemprotkan) dan debit pompa , sedangkan jarak maksimun antar pencurah berkisar 3/2 kali jari-jari siraman air dan jarak maksimun antar pipa lateral berkisar 8/5 kali jari-jari siraman air (Najiyati dan Danarti, 1996).
Tujuan dari irigasi curah adalah agar air dapat diberikan secara merata dan efisien pada areal pertanaman dengan jumlah dan kecepatan yang sama atau kurang dari laju infiltrasi air ke dalam tanah (kapasitas infiltrasi). Kebutuhan kapasitas irigasi bertekanan tergantung pada luas areal irigasi, jumlah dan kedalaman air irigasi, efisiensi permukaan air dan lama operasi irigasi. Efisiensi aplikasi irigasi curah dapat dihitung menurut Roger, H.D, (2011) dengan rumus sebagai berikut:
Ea = 100 (Wc / Wf ) Keterangan :
Ea = Water application efficiency efisiensi aplikasi air
Wc = Water available for use by the crop (air yang diberikan ke tanaman) Wf = Water delivered to field (Air sampai ke lapangan)
(54)
Efisiensi pemberian air sistem irigasi bertekanan adalah rasio antara jumlah air tanah yang tersedia dengan jumlah air yang diberikan pada setiap kombinasi jarak nozel selama satu periode irigasi (Israelsen dan Hansen, 1961)
(1)
CAM (Crassulation Acid Metabolism Plants) pada dasarnya adalah tanaman sukulen yaitu tanaman yang berdaun atau berbatang tebal yang bertranspirasi rendah. Dalam kondisi kering, stomata pada malam hari akan terbukauntuk mengabsorbsi CO2 dan menutup pada siang hari untuk mengurangitranspirasi. Fiksasi CO2 tanaman CAM sama seperti tanaman C4, hanya sajaterjadinya pada malam hari dan energi yang dibutuhkan diperoleh dari glikolisis. (Salisburry,1998)
2.2 Kebutuhan Air pada Tanaman Nanas
A i r m e r u p a k a n s a l a h s a t u s u m b e r d a ya a l a m y a n g s a n g a t e s e n s i a l b a g i sistem produksi pertanian. Air bagi pertanian tidak hanya berkaitan dengan aspek p r o d u k s i , m e l a i n k a n j u g a s a n g a t m e n e n t u k a n p o t e n s i p e r l u a s a n a r e a l t a n a m ( e k s t e n s i f i k a s i ) , l u a s a r e a t a n a m , i n t e n s i t a s p e r t a n a m a n ( I P ) , s e r t a k u a l i t a s (Kurnia, 2004).
Dalam budidaya tanaman di lapangan, kehilangan air dari tanah disamping terjadi lewat proses transpirasi, juga lewat permukaan tanah yang disebut sebagai evaporasi. Dalam banyak kasus biasanya evaporasi diartikan sebagai kehilangan air dalam bentuk uap dari permukaan air. Hubungannya dengan kegiatan pertanian yang dimaksud dengan evaporasi adalah kehilangan air dari permukaan tanah. E v a p o r a s i d i p e n g a r u h i o l e h k o n d i s i i k l i m , t e r u t a m a t e m p e r a t u r , k e l e m b a b a n , r a d i a s i d a n k e c e p a t a n a n g i n , s e r t a k a n d u n g a n a i r t a n a h . D e n g a n t e r j a d i n ya evaporasi, maka
(2)
kandungan air tanah turun dengan demikian kecepatan evaporasi juga akan turun (Islami dan Utomo, 1995).
Analisis kebutuhan air untuk tanaman di lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, (1) pengolahan lahan, (2) penggunaan konsumptif, (3) perkolasi,(4) penggantian lapis air , dan (5) sumbangan hujan efektif (Suroso, Nugroho danPamuji, 2007). Di lapangan, proses transpirasi dan evaporasi terjadi secara bersamaan dansulit untuk dipisahkan satu dengan lainnya. Oleh karena itu kehilangan air lewar kedua proses ini pada umumnya dijadikan satu dan disebut ”Evapotranspirasi(ET)”. Dengan demikian, evaporasi merupakan jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman (Islami dan Utomo, 1995).
2.3 Peran Irigasi Pada Tanaman Nanas
Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Irigasi pada tanaman nenas sangat penting karena Jumlah air minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik sekitar 5 cm air per bulan. Ketika curah hujan kurang dari 5 cm per bulan, pertumbuhan akan terhambat, siklus panen akan lebih panjang dan rata-rata bobot buah akan berkurang (Bartholomew dan Paull, 2003). Dengan demikian irigasi pada tanaman nanas sangat dibutuhkan.
(3)
3.4. Irigasi dengan alat Gun Sprayer ( Irigasi Curah)
Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah Gun Sprayer adalah salah satu metode irigasi dimana pemberian air dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara akemudian jatuh ke permukaan tanah seperti air hujan (Schwab, et.all,1981). Pemberian air secara curah atau irigasi bertekanan dilakukan dengan pipa-pipa yang dipasang atau ditanam dengan bertekanan tertentu diperkirakan pancaran air dapat membasahi seluruh tanah dan tanaman di lahan. Penggunaan sistem ini untuk pengairan dengan efisiensi tinggi serta diterapkan pada lahan pertanian yang bergelombang dan harus diperhatikan mengenai biaya yang cukup
tinggi, keahlian yang tepat dalam merancang penempatan unit di lahan dan kemungkinan kecepatan angin yang berubah-ubah (Kartosapoetra dan M Sutejo , 1994).
Sistem irigasi bertekanan/curah dikerjakan secara mekanis dengan menggunakan kompresor bertekanan untuk menekan air melalui pipa-pipa yang dipasang di ladang atau kebun yang akan diairi . Berdasarkan tipe pencurah maka dapat dibedakan atas : springkler dengan nozel, sprinkler dengan pipa perporasi dan sprinkler dengan pencurah berputar (Hartono, 1983). Irigasi curah pada dasarnya dilengkapi perangkat yang terdiri atas : (a) unit pompa yang berfungsi memompa air dari sumber air menuju areal yang akan diairi melalui pipa-pipa , (b)kran pengatur (regulator) berfungsi untuk mengatur pembukaan dan penutup aliran air yang dilewatkan melalui pipa, (c) pipa utama berfungsi sebagai tempat penyaluran
(4)
air yang berhubungan dengan pompa. Pipa ini biasa terbuat dari besi atau paralon dengan diameter 1,5 sampai 2 inci, (d) pipa lateral berfungsi sebagai tempat penyaluran air yan berhubungan denganpencurah (sprinkler). Ukuran pipa ini biasa lebih kecil dari pipa utama yaitu berkisar 1 - 1,25 inci, serta (e) pencurah (sprinkler) dengan nozel berfungsi untuk menyemprot air ke udara dengan tekanan dari pompa.
Berdasarkan sistem pemasangan dan penggunaan sprinkler dikenal (a). Sistem sprinkler tunggal yang dipindah-pindahkan dengan tangan. Sistem ini merupakan sistem pemasangan sprinkler yang hanya menggunakan satu pencurah dalam satu pipa lateral tetapi mempunyai jangkauan yang luas. Pencurah dan pipa lateral dapat dipindah-pindahkan dengan tangan. Penggunaannya pada lahan dengan kemiringan 0 sampai 20 %, (b) Sistem sprinkler tunggal yang bergerak. Pada sistem ini dipakai satu buah pencurah yang mempunyai jangkauan air yang panjang dan dilengkapi dengan dua buah roda sehingga dapat ditarik oleh traktor atau didorong oleh tenaga manusia. Sistem ini menggunakan pipa lateral yang elastis dan dapat digunakan pada lahan yang mempunyai kemiringan 0 sampai 7 %. (c). Sistem pencurah majemuk yang permanen. Pada sistem ini pemasangan pencurah yang menggunakan lebih dari satu pencurah pada tiap pipa lateral dan pipa-pipa dipasang permanen, tetapi pada waktu operasinya diatur sesuai dengan kemampuan pompa dan luas lahan yang akan disiram. , (d) Sistem pencurah majemuk yang bergerak. Pada sistem ini pemasangan beberapa pencurah dalam satu pipa lurus. Pipa tersebut dipasang di ta beberapa roda yang dapat bergerak
(5)
bila ditarik oleh traktor atau didorong oleh tenaga manusia. Sistem ini digunakan pada lahan dengan kemiringan maksimunnya berkisar 3 sampai 10 % dan untuk tanaman yang mempunyai tinggi maksimun 4 – 6 meter. Untuk menghitung jumlah pencurah (sprinkler) yang digunakan untuk setiap pompa dan setiap satuan luas berbedabeda tergantung dari debit sprinkler, jangkauan air (jari-jari lingkaran berkas air yang disemprotkan) dan debit pompa , sedangkan jarak maksimun antar pencurah berkisar 3/2 kali jari-jari siraman air dan jarak maksimun antar pipa lateral berkisar 8/5 kali jari-jari siraman air (Najiyati dan Danarti, 1996).
Tujuan dari irigasi curah adalah agar air dapat diberikan secara merata dan efisien pada areal pertanaman dengan jumlah dan kecepatan yang sama atau kurang dari laju infiltrasi air ke dalam tanah (kapasitas infiltrasi). Kebutuhan kapasitas irigasi bertekanan tergantung pada luas areal irigasi, jumlah dan kedalaman air irigasi, efisiensi permukaan air dan lama operasi irigasi. Efisiensi aplikasi irigasi curah dapat dihitung menurut Roger, H.D, (2011) dengan rumus sebagai berikut:
Ea = 100 (Wc / Wf ) Keterangan :
Ea = Water application efficiency efisiensi aplikasi air
Wc = Water available for use by the crop (air yang diberikan ke tanaman) Wf = Water delivered to field (Air sampai ke lapangan)
(6)
Efisiensi pemberian air sistem irigasi bertekanan adalah rasio antara jumlah air tanah yang tersedia dengan jumlah air yang diberikan pada setiap kombinasi jarak nozel selama satu periode irigasi (Israelsen dan Hansen, 1961)