Peranan Jaksa dari Sudut Pandang Non Penal Policy dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

B. Peranan Jaksa dari Sudut Pandang Non Penal Policy dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pendekatan non penal dilakukan mengingat faktor korelatif terjadinya tindak pidana korupsi erat kaitannya dengan persoalan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Tindak pidana korupsi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang sifatnya kompleks. Faktor- faktor penyebabnya yaitu 68 1. Lemahnya pendidikan agama dan etika, dengan kurangnya pendidikan kenyataannya sekarang kasus- kasus korupsi di Indonesia dilakukan oleh para koruptor yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, terpelajar, dan terpandang sehingga alasan ini dapat dikatakan kurang tepat. : 2. Kolonialisme, di mana suatu pemerintahan asing tidak menggugah kesetian dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi. 3. Kemiskinan. Pada kasus korupsi yang merebak di Indonesia, para pelakunya bukan didasari oleh kemiskinan melainkan keserakahan, sebab mereka bukanlah dari kalangan yang tidak mampu melainkan para konglomerat. 4. Tidak adanya sanksi yang tegas dan keras. 5. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku antikorupsi. 6. Struktur pemerintahan. 68 Ibid, halaman 11 Universitas Sumatera Utara 7. Perubahan radikal. Pada sistem nilai mengalami perubahan radikal, korupsi muncul sebagai suatu penyakit tansisional. 8. Keadaan masyarakat. Korupsi dalam suatu birokrasi bisa mencerminkan keadaan masyarakat secara keseluruhan. Faktor yang paling penting dalam dinamika korupsi adalah keadaan moral dan intelektual para pemimpin masyarakat. Keadaan moral dan intelektual dalam konfigurasi kondisi- kondisi yang lain. Beberapa faktor yang dapat menjinakkan korupsi, walaupun tidak akan memberantasnya adalah 69 1. Keterikatan positif pada pemerintahan dan keterlibatan spiritual serta tugas kemajuan nasioanal dan publik maupun birokrasi. : 2. Administratif yang efisien serta penyesuaian struktural yang layak dari mesin dan aturan pemerintah sehingga menghindari penciptaan sumber- sumber korupsi. 3. Kondisi sejarah dan sosiologisnya yang menguntungkan. 4. Berfungsinya suatu sistem yang antikorupsi. 5. Kepemimpinan kelompok yang berpengaruh dengan standar moral dan intelektual yang tinggi. Adapun faktor- faktor lainnya sebagai penyebab terjadinya tindak pidana korupsi yaitu 70 a. Korupsi dapat terjadi karena faktor kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri. : 69 Ibid, halaman 11-12 70 http:www.repository.usu.ac.id Universitas Sumatera Utara b. Korupsi dapat terjadi karena adanya kultur budaya. c. Korupsi dapat terjadi karena buruknya manajemen, manajemen yang kurang baik akan menimbulkan kebocoran- kebocoran keuangan yang membawa akibat orang akan mudah melakukan korupsi. d. Korupsi juga dapat terjadi karena adanya arus modernisasi, korupsi lebih banyak dijumpai pada masyarakat negara yang sedang berkembang. e. Korupsi dapat terjadi karena faktor ekonomi. Sebenarnya, penyebab terjadinya korupsi tidak dapat dipungkiri bahwa “kesempatan dan jabatan kekuasaan”, sebagai sumber utama dari korupsi. Penyebab korupsi juga terjadi karena melemahnya integritas moral yang turut melemahkan disiplin dari aparatnya. Wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaan negara serta partisipasi masyarakat yang lemah dalam menjalankan fungsi kontrol penyebab meningkatnya korupsi di Indonesia 71 Akibat-akibat yang ditimbulkan dari terjadinya tindak pidana korupsi adalah . 72 3. pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi. : 1. Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman modal, terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap. 2. ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer, menimbulkan ketimpangan sosial budaya. 71 ibid 72 http:www.Library.usu.ac.iddownloadfisipfisip-erika1.pdf Universitas Sumatera Utara Selanjutnya Mc Mullan 1961 menyatakan bahwa akibat korupsi adalah: a. ketidak efisienan, ketidakadilan, rakyat tidak mempercayai pemerintah, b. memboroskan sumber-sumber negara, tidak mendorong perusahaan untuk berusaha c. terutama perusahaan asing, ketidakstabilan politik, pembatasan dalam b. kebijaksanaan pemerintah dan tidak represif. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan akibat- akibat korupsi diatas adalah sebagai berikut : 1. Tata ekonomi seperti larinya modal keluar negeri, gangguan terhadap perusahaan, gangguan penanaman modal. 2. Tata sosial budaya seperti revolusi sosial, ketimpangan sosial. 3. Tata politik seperti pengambil alihan kekuasaan, hilangnya bantuan luar negeri, hilangnya kewibawaan pemerintah, ketidakstabilan politik. 4. Tata administrasi seperti tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi, hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan pemerintah, pengambilan tindakan-tindakan represif. Untuk mencegah terjadinya korupsi besar- besaran, bagi pejabat yang menduduki jabatan yang rawan korupsi seperti bidang pelayanan masyarakat, pendapatan negara, dan pembuat kebijaksanaan maka harus di daftar kekayaannya sebelum menjabat jabatannya, sehingga mudah diperiksa pertambahan kekayaannya dibandingkan dengan pendapatannya yang resmi, hal ini agar tidak memberikan kesempatan bagi para pejabat untuk melakukan korupsi. Universitas Sumatera Utara Baharuddin Lopa dalam bukunya “Kejahatan Korupsi dan Penegakkan Hukum” membagi korupsi menurut sifatnya dalam dua bentuk yaitu 73 a. Korupsi yang Bermotif Terselubung, yaitu korupsi secara sepintas kelihatannya bermotif politik, tetapi secara tersembunyi sesungguhnya bermotif mendapatkan uang semata. : b. Korupsi yang Bermotif Ganda, yaitu seseorang melakukan korupsi secara lahiriah kelihatannya hanya bermotifkan mendapatkan uang, tetapi sesungguhnya bermotif lain, yakni kepentingan politik. Ciri- ciri korupsi dijelaskan oleh Shed Husein Alatas dalam bukunya “Sosiologi Korupsi” sebagai berikut 74 a. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. Hal ini tidak sama dengan kasus pencurian atau penipuan. Seorang operator yang korup sesungguhnya tidak ada dan kasus itu biasanya termasuk dalam pengertian penggelapan. : b. Korupsi pada umumnya dilakukan secara rahasia, kecuali korupsi itu telah merajalela dan begitu dalam sehingga individu yang berkuasa dan mereka yang berada di dalam lingkungannya tidak tergoda untuk menyembunyikan perbuatannya, walaupun demikian motif korupsi tetap dijaga kerahasiannya. c. Koruspi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik. d. Mereka yang mempraktikkan cara- cara korupsi biasanya berusaha untuk menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik pembenaran hukum. 73 Evi Hartanti, Op.cit, halaman 10 74 Ibid, halaman 10-11 Universitas Sumatera Utara e. Mereka yang terlibat korupsi menginginkan keputusan yang tegas dan mampu untuk mempengaruhi keputusan- keputusan itu. f. Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan, biasanya dilakukan oleh badan publik atau umum masyarakat. g. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepecayaan. Dasar upaya non penal dalam penanggulangan korupsi yang lebih menitikberatkan pada upaya preventif, yaitu upaya yang dilakukan sebelum terjadinya tindak pidana korupsi dapat dilaksanakan dengan cara menangani faktor- faktor pendorong dan akibat dari terjadinya korupsi yaitu 75 a. Cara Moralistik, yang secara umum melalui pembinaan mental dan moral manusia, ceramah, dan penyuluhan di bidang keagamaan, etika, dan hukum. Upaya untuk memperbaiki mental dan moral manusia adalah salah satu upaya yang tidak kalah pentingnya untuk ditempuh dalam upaya pemberantasan korupsi. : b. Cara abolisionistik, di mana cara ini berasumsi bahwa korupsi adalah suatu kejahatan yang harus diberantas sengan terlebih dahulu menggali sebab- sebabnya dan kemudian penanggulangan diserahkan pada usaha- usaha untuk menghilangkan sebab- sebab tersebut. Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu negara ingin mencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akan terbiasa dan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalu mencari jalan 75 Edi Yunara, Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi, Penerbit PT.Citra Aditya Bakti, Bandung 2005, halaman 60 Universitas Sumatera Utara pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara the end justifies the means. Untuk itu, korupsi perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab. Ada beberapa upaya penggulangan korupsi yang menurut para ahli yang masing-masing memandang dari berbagai segi dan pandangan, Caiden dalam Soerjono, 1980 memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi korupsi sebagai berikut 76 Kebijakan pemberantasan tindak pidana korupsi secara penal dan non penal mempunyai kedudukan yang strategis dan berperan dalam sistem peradilan pidana. Kesadaran masyarakat juga berperan dalam pemberantasan tindak pidana : a. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan sejumlah pembayaran tertentu. b. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat. c. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan, wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang saling bersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang secara jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi. Sebagaimana yang telah penulis uraikan di atas, mengenai penal policy dan non penal policy dalam pemberantasan tindak pidana korupsi, maka haruslah dilakukan pendekatan penerapan hukum pidana saja, namun dalam hal ini penerapan hukum pidana ini mempunyai keterbatasan dan tidak cukup untuk menanggulangi korupsi. 76 http:www.Library.usu.ac.iddownloadfisipfisip-erika1.pdf Universitas Sumatera Utara korupsi, baik itu tokoh agama, tokoh msyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan, dan lainnya. C. Proses Pemberantasan dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi yang Dilakukan oleh Jaksa di Kota Binjai Pada dasarnya lembaga Kejaksaan adalah alat negara penegak hukum, pelindung dan pengayom masyarakat yang berkewajiban memelihara tegaknya hukum. Lembaga Kejaksaan berperan sebagai penegak hukum. Kejaksaan adalah satu- satunya lembaga negara yang merupakan aparat pemerintah yang berwenang melimpahkan perkara pidana, menuntut pelaku tindak pidana, kekuasaan ini merupakan ciri khas dari Kejaksaan yang membedakannya dengan lembaga- lembaga atau badan- badan penegak hukum lain. Selain itu dalam tindak pidana umumnya sebagai penuntut umum, tetapi penyidik dan penuntut umum. Sebagai penyidik maka diperlukan suatu bukti sehingga dapat diketemukan tersangkanya.dasarnya penyelidikan dan penyidikan setiap tindak pidana korupsi. Kenyataan yang masih banyak terjadi adalah kasus korupsi yang belum terungkap, hal ini mengakibatkan masyarakat menjadi pesimis dengan kesungguhan Kejaksaan dalam mengungkap berbagai kasus tindak pidana korupsi yang sedang terjadi saat ini.ada banyak kasus korupsi yang terjadi di Kota Binjai, yang sebagian sudah dapat teratasi dan sebagiannya lagi masih belum ada penyelesaiannya dan sanksi hukum yang pantas untuk para pelaku tindak pidana korupsi. Salah satu kasus yang terjadi di kota Binjai adalah seorang Pegawai Negeri sipil selaku Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Universitas Sumatera Utara yang bernama Drs. Ngasiken Pinem berumur 51 Tahun bertempat tinggal di Binjai telah ditahan dalam Rumah Tahanan Negara berdasarkan Surat Perintah Penahanan : 77 1. Menyatakan terdakwa Drs. Ngasiken Pinem, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “menyalahgunakan 1. Penuntut Umum tanggal 8 Oktober 2008: Print-42N.2.11 sejak tanggal 8 Oktober 2008 sampai tanggal 27 Oktober 2008. 2. Hakim tanggal 27 Oktober 2008, No.385Pend.Pid2008PN.BJ sejak tanggal 24 Oktober 2008 sampai tanggal 22 Nopember 2008. 3. Perpanjangan penahanan oleh Ketua Pengadilan Negeri tanggal 7 Nopember 2008 No.385Pend.Pid2008PN-BJ sejak tanggal 23 Nopember 2008 sampai tanggal 21 Januari 2009. 4. Perpanjangan Penahanan oleh Pengadilan Tinggi sejak tanggal 22 Januari 2009 sampai dengan 20 Pebruari 2009. 5. Perpanjangan Penahanan oleh Pengadilan Tinggi yang II sejak tanggal 21 Pebruari 2009 sampai 22 Maret 2009. Terdakwa didampingi penasehat hukumnya yaitu Muhammad Syarifuddin,SH dan Aripin H Sagala,SH. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang dibacakan dipersidangan pada hari Selasa tanggal 10 Pebruari 2009 yang menuntut agar Majelis Hakim menjatuhkan putusan sebagai berikut: 77 Dikutip langsung dari berkas kasus Tindak Pidana Korupsi di Kejaksaan Negeri Binjai Universitas Sumatera Utara kewenangan atau sarana yang ada padanya yang merugikan keuangan Negara”, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 3 jo pasal 18 UU No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU No.20 tahun 2001 jo pasal 55 ayat 1 ke 1 jo pasal 64 ayat 1 KUHP. 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Drs. Ngasiken Pinem dengan pidana penjara 2 tahun 6 bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dan denda sebesar Rp. 50.000.000 subsidier 3 bulan kurungan. 3. Menghukum terdakwa Drs. Ngasiken Pinem, untuk membayar uang pengganti sebesar Rp. 83.955.000 secara tanggung renteng dengan drs. Ngasiken Pinem dan ahmad saimin selaku direktur CV. Seribu Jaya dengan ketentuan apabila dalam jangka 1 bulan terdakwa tidak membayar maka hartabenda terdakwa dapat dirampas dan dilelang untuk Negara dan apabila terdakwa tidak memiliki haerta yang cukup untuk mengganti uang tersebut maka terdakwa dikenakan pidana pengganti dengan penjara selama 10 bulan. 4. Menyatakan barang bukti berupa: - Handtractor merk Yamaguchi Yanmar 7 unit - Power Thereser Multiguna 6 unit - Rice Transplanter 2 unit - Dinamo Mesin 2 buah - Salurabn Pembuang Sisa 1 unit - Papan Lapis 366 unit - Perangkat Uji Lahan 11 unit Universitas Sumatera Utara - Ventilater 2 unit - Handtarctor model KAI 711 dilengkapi gandengannya 4 unit - Uang sejumlah Rp. 62.000.000 Penasihat Hukum terdakwa mengajukan nota pembelaan yang telah dibacakan dipersidangan pada Senin tanggal 23 Pebruari 2007 yang bahwa pada prinsipnya penasihat hukum terdakwa tidak keberatan terhadap tuntutan jaksa penuntut umum, akan tetapi penasihat hukum tidak sependapat dengan Jaksa penuntut Umum tentang perhitungan kerugian negara, ancaman hukuman maupun denda serta uang pengganti yang diuraikan Jaksa Penuntut Umum, bahwa kerugian negara sejumlah Rp. 61.604.546, bahwa sesuai dengan dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum pengembalian uang ditanggung renteng oleh terdakwa Ngasiken Pinem, terdakwa Arifin Nasution dan ahmad saimin Direktur CV. Seribu Jaya DPO, sehingga sudah sepatutnya kerugian negara sebesar Rp. 62.000.000 harus dibagi tiga dan memohon agar terdakwa dijatuhi hukuman yang seringan- ringannya. Dipersidangan terdakwa secara pribadi telah mebacakan nota pembelaannya sendiri yang menyatakan bahwa terdakwa telah berupaya memberikan arahan pada PPK dan Bendahar untuk melaksanakan proyek dengan sebaik- baiknya, dan setelah terdakwa mengetahui barang yang diterima tidak sesuai dengan pesanannya dari awal perjanjian yang telah dibuat, maka terdakwa telah berupaya melakukan teguran dengan mengirimkan surat teguran sebanyak 4 kali dan berupaya menemui saudara Yuda Permana sebagai wakil Direktur CV. Seribu Jaya, dan terdakwa tetap melaporkan kepada Bapak Walikota dan Bapak Universitas Sumatera Utara Wakil Walikota dan kemudian terdakwa mengakui kesalahan dan kelalaiannya karena terlalu percaya kepada bawahan dan memohon dijatuhi hukuman yang seringan- ringannya karena terdakwa telah melaksanakan tugas selama 29 tahun. Terdakwa telah didakwa Jaksa Penuntut Umum telah melakukan tindak pidana sesuai dengan surat dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum No. Reg. Perk: PDK 06BNJAIFL102008 tertanggal 13 Oktober 2008 yang dakwaannya berisi tentang terdakwa Drs. Ngasiken Pinem selaku Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kota Binjai tahun 2007 dan sekaligus nsebagai Kuasa Pengguna Anggaran yang ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Walikota Binjai No. 050-83K2007 tanggal 9 Januari 2007, bersama- sama dengan Arifin Nasution SP selaku Bendahara Kegiatan mengadakan Bahan dan Alat- Alat Mesin Pertanian pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura kota Binjai tahun 2007 perkaranya diajukan terpisah dan Ahmad Saimin DPO selaku CV. Seribu Jaya atau masing- masing bertindak sendiri- sendiri, secara berturut- turut pada hari- hari dan tanggal 12 Juli 2007 sampai dengan tanggal 30 Nopember 2007 atau setidak- tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2007, telah melakukan, turut melakukan atau menyuruh melakukan beberapa perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai perbuatan berlanjut, bertempat di Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kota Binjai. Mereka telah melakukan perbuatan melawan hukum memperakaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang telah merugikan keuangan negara atau perekonomian negara sebesar Rp.297.955.000 dilakukan dengan cara: Universitas Sumatera Utara - Bahwa dalam rangka peningkatan mutu pertanian di Kota Binjai, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kota Binjai mendapat dana sebesar Rp.498.388.125 dari dana Alokasi Khusus dan APBD kota Binjai tahun anggaran 2007 sebesar 10 untuk kegiatan pengadaan bahan dan alat- alat mesin pertanian. - Berdasarkan surat keputusan tanggal 22 Mei 2007, dibuatlah surat perjanjian kontrak No: 602.1-10PPKAPBDDAKDPTHPALAT07 tanggal 24 Mei 2007 tentang paket pengadaan bahan dan alat-alat mesin pertanian dengan nilai harga sebesar Rp.488.350.000, yang ditandatangani pihak I Zulkarnain Nasution,SP Pejabat Pembuat KomitmenPPK, Pihak II Ahmad Saimin Direktur CV. Seribu Jaya, dan Drs.Ngasiken Pinem Kuasa Pengguna AnggaranKepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura. - Bahwa perjanjian kontrak tersebut berisikan tentang waktu penyelesaian pekerjaan 60 hari kalender, terhitung sejak tanggal 22 Mei 2007 sampai 20 Juli 2007, pembayaran dilakukan 4 termyn, termyn I 30, termyn II 30, termyn III 30, dan termyn IV 10. - Proses pembayaran pada setiap termynnya dilakukan dengan cara penyedia barang mengajukan permintaan pembayaran kepada PPK dengan melampirkan berita acara pencapaian fisik, berita acara pemeriksaan barang dan berita acara penerimaan barang dari petugas pemeriksapenerima barang yang disetuhui PPK, setelah permintaan pembayaran disetujui PPK, kemudian diajukan ke bendahara kegiatan untuk meminta persetujuan Universitas Sumatera Utara pencairan uang kepada kuasa pengguna anggaran, bendahara kegiatan melakukan pembayaran kepada penyedia barang dengan membuatakan berita acara pembayaran, tanda terima pembayaran dan kwitansi yang ditandatangani oleh penyedia barang, bendahara kegiatan dan kuasa pengguna anggaran. - Bahwa sampai dengan batas waktu yang ditetapkan dalam perjanjian tanggal 20 Juli 2007, CV. Seribu Jaya penyedia barang tidak dapat memenuhi perjanjian, di mana tidak ada satu pun barang- barang berupa bahan atau alat- alat mesin pertanian yang harus diserahkan ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan holtikultura kota Binjai pengguna barang, namun pada tanggal 5 Juli 2007 Direktur CV.Seribu Jaya Ahmad Saimin dengan surat No.04SJ-BJIVII2007 mengajukan permintaan pembayaran termyn I sebesar 30 dari nilai kontrak Rp.488.350.000, yakni sebesar Rp.146.505.000, yang ditujukan kepada PPK tanpa melengkapi syarat- syarat administrasi seperti berita acara pencapaian fisik, berita acara pemeriksaanbarang dan berita acara penerimaan barang. - Setelah Arifin Nasution,SP memproses permintaan pembayaran termyn I, lalu ia meminta persetujuan pencairan uang untuk pembayaran termyn I kepada kuasa pengguna anggaran terdakwa Drs.Ngasiken Pinem, terdakwa melakukan pencaiaran uang padahal ia mengetahui bahwa barang- barang sebagaiamana dalam perjanjian belum ada diserahkan CV. Seribu Jaya kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura kota Binjai. Universitas Sumatera Utara - Setelah Arifin Nasution,SP memproses permintaan pembayaran termyn I sebesar 30 yang diajukan oleh Direktur CV.Seribu Jaya, lalu ia memintakan persetujuan pencairan uang untuk pembayaran termyn I tersebut kepada Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kota Binjai dan oleh terdakwa Drs. Ngasiken Pinem permintaan pencairan uang tersebut disetujui, padahal ia mengetahui bahwa barang- barangnya belum ada diserahkan oleh CV. Seribu Jaya. - Sekitar bulan Agustus 2007 Direktur CV. Seribu Jaya Ahmad Saimin dengan surat tanpa nomor dan tanggal mengajukan permintaan pembayaran termyn ke II sebesar 30 yakni Rp. 146.505.000 yang ditujukan kepada PPK dengan melengkapi syarat- syarat seperti berita acara pemeriksaan pekerjaan dan berita acara pencapaian fisik tertanggal 14 Agustus 2007, namun tidak ada melengkapi syarat lainnya berupa berita acara barang karena pada kenyataannya CV. Seribu Jaya belum menyerahkan satu pun barang- barang tersebut. Selanjutnya Arifin Nasution,SP memintakan persetujuan pencairan uang untuk pembayaran termyn II sebesar 30 kepada pengguna anggaran terdakwa Drs.Ngasiken Pinem dan disetujui tanpa melihat barang- barang tersebut yang belum ada diserahkan sama sekali dan pada tanggal 15 Agustus 2007 Arifin melakukan pembayaran termyn II. - Tanggal 14 September 2007 Direktur CV. Seribu Jaya Ahmad saimin mengajukan permintaan pembyaran termyn III sebesar 30 yang ditujukan kepada PPK tanpa melengkapi syarat- syarat administrasi dalam permintaan pembayaran. Universitas Sumatera Utara - Sekitar bulan November 2007 CV. Seribu Jaya kembali menyerahkan barang berupa 2 unit rice transpanter merek mitsubishiyanji china type 2 ZT- 9356 B, 3 unit sealer type pijak, 2 unit dinamo, 2 unit handtractor, setelah dilakukan peemriksaan alat- alat pertanian tersebut ternyata tidak sesuai dengan perjanjian sehingga PPK Zulkarnain Nasution,SP tidak mau menandatngani berita acara penerimaan barang. Pada 27 Nopember 2007 Direktur CV. Seribu Jaya Ahmad Saimin dengan surat tanpa nomor mengajukan pembayaran termyn IV sebesar 10. Setelah disetujui permintaan pencairan uang untuk pembayaran termyn IV oleh terdakwa Drs. Ngasiken Pinem pada tanggal 30 Nopember 2007. Maka dengan ini total keseluruhan pembayaran yang dilakukann kepada Direktur CV. Seribu Jaya sebesar Rp.488.350.000. - Bahwa sekitar bulan Desember 2007 CV. Seribu Jaya kembali menyerahkan alat- alat mesin berupa 1 unit handtractor merek yanmar type TF 85 Mly-di, 11 unit perangkat uji lahan sawah dan 2 unit ventilater dan setelah dilakukan pemeriksaan alat- alat pertanian tersebut ternyata tidak sesuai dengan perjanjian sehingga PPK Zulkarnain Nasution,SP tidak mau menandatangani berita acara serah terima barang. - Salah satu perbuatan yang dilakukan CV. Seribu Jaya yang mengakibatkan kekecawaan terhadap pemegang kontrak adalah berdasarkan keterangan saksi Ir. Warnita Eva Roza Kasubdis Bangunan kota Binjai tanggal 5 Juni 2008 menerangkan papan lapis sebanyak 36 unit yang diserahkan oleh CV. Seribu Jaya kepada pengguna barangDinas Pertanian Tanaman Pangan dan Universitas Sumatera Utara Holtikultura kota Binjai tidak sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak, karena papan lapis tersebut terbuat dari jenis kayu sembarang kelas II yang harganya diperkirakan Rp.376.250.000, sedangkan dalam kontrak papan lapis adalah jenis kayu meranti. - Bahwa akibat perbuatan Drs. Ngasiken Pinem bersama- asama dengan Arifin Nasution,SP dan Ahmad Saimin Direktur CV. Seribu Jaya, telah mengakibatkan kerugian keuangan negara sebesar Rp. 297.955.000. - Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 2 ayat 1 jo pasal 18 UU No.31 Tahun 1999 Jo UU No.20 Tahun 2001 jo pasal 55 ayat 1 ke 1 jo pasal 64 ayat 1 KUHP. Mengadili tedakwa Drs. Ngasiken Pinem telah terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan telah melakukan Tindak Pidan Korupsi secara Bersama- sama dan dijatuhkan pidana penjara selama 1 tahun 6 bulan dan denda sebesar Rp.50.000.000 dengan ketentuan apabila terdakwa tidak membayar denda maka akan digantikan dengan pidana kurungan selama 3 bulan. Berdasarkan studi kasus di Kejaksaan Negeri Binjai di atas adapun peranan Kejaksaan Binjai yang sudah dilaksanakan dengan sebaik- baiknya. Menurut penulis bahwasannya tuntutan terhadap terdakwa sudah cukup adil dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Hal ini terbukti bahwasannya kasus di atas sudah di eksekusi oleh Jaksa berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Nomor : PRINT-368 N.2.11Fu092009, dan juga diperkuat berdasarkan putusan Pengadilan Negeri yang di mana Jaksa tidak ada melakukan banding terhadap kasus tersebut dan dengan telah dikeluarkannya P-48 Surat Perintah Pelaksanaan Universitas Sumatera Utara Putusan Pengadilan Nomor: PRINT-368N.2.11Fu092009, maka kasus tersebut telah mendapatkan putusan yang sah dan sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi pada kasusu di atas yang telah dilakukan Kejaksaan Negeri Binjai secara penal dan non penal sudah cukup baik dan maksimal, sehingga memberikan putusan pengadilan yang selayaknya bagi terdakwa. Pemberantasan tindak pidana korupsi secara penal telah dilakukan secara baik, dengan adanya undang- undang dan pasal- pasal yang digunakan dalam perkara tersebut yaitu Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No.20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1 jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP serta pasal- pasal lainnya yang berkaitan dengan perkara tersebut. Sehingga terdakwa diadili dan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama- sama dengan pidana penjara 1 tahun 6 bulan dan denda sebesar Rp.50.000.000,-. Dengan adanya kasus di atas telah ada bukti bahwasannya kinerja Kejaksaan sudah cukup memberikan bukti bahwasannya jaksa tidak main- main dalam pemberantasan tindak pidana korupsi, walaupun tetap ada beberapa kasus tindak pidana korupsi yang belum terungkap. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KENDALA YANG DIHADAPI KEJAKSAAN DALAM