BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS PERAN PEREMPUAN
SINGLE PARENT
TERHADAP ANAK DARI PERSPEKTIF KONSELING FEMINIS
Dalam bagian ini penulis akan menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan di GPM Jemaat Rehoboth Sektor Bethania. Mengenai peran
perempuan
single parent
terhadap anak dari perspektif konseling feminis. Berikut ini akan dianalisis data-data yang diperoleh :
4.1 Permasalahn Perempuan
Single Parent
Terhadap Anak
Berdasarkan hasil wawancara penulis akan menganalisis permasalahan perempuan
single parent
berdasarkan teori pembagian kerja yang tidak secara merata dilakukan oleh
single parent
terhadap anak. 4.1.1
Permasalahan Produktif Berdasarkan masalah produktif ini, menurut penulis permasalah produktif
single parent
yakni beban kebutuhan anak yang semakin meningkat,
single parent
terpaksa harus memaksakan diri untuk bekerja extra demi memenuhi kebutuhan pendidikan
anak. Penelitian tersebut jika dilihat dari pandangan Caballo dan Mcloyd, membenarkan bahwa
single parent
sering terlibat dalam masalah kerugian sosial ekonomi yang lebih besar, mereka lebih cenderung berpenghasilan rendah, lebih
banyak menyewa daripada memiliki rumah, menjadi pengangguran dan menderita karena rendah diri.
1
Menurut penulis, baik teori maupun kenyataan di lapangan menjelaskan hal yang sejalan yakni tentang masalah ekonomi
single parent
. Hal ini dikarenakan budaya yang berkembang dalam masyarakat yang mengkodratkan perempuan yang
dekat dengan peran reproduktif dan laki-laki peran produktif. Sehingga jika perempuan yang berstatus
single parent
permasalahan yang menonjol ialah peran produktif dalam hal pemenuhan kebutuhan anak. Namun, temuan yang berbeda ialah
jika dalam teori Caballo dan Mcloyd menjelaskan bahwa perempuan
single parent
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, justru pada hasil penelitian di lapangan perempuan tetap berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya, sehingga perannya dapat dijalankan sebagai orang tua yang utuh. Perempuan tidak merasa terhalang karena tidak memiliki pekerjaan tetap, karena ia
mampu memberdayakan situasi yang ada untuk keberlangsungan kehidupannya. Dari temuan yang berbeda ini, penulis menyimpulkan bahwa teori Caballo dan
Mcloyd sesuai dengan hasil penelitian di lapangan. Temuan yang berbeda dengan teori Caballo dan Mcloyd adalah
single parent
memang mengalami kesulitan. Namun, mereka tetap berjuang dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Walaupun
kendala karena tingkat pendidikan yang rendah dan status
single parent
yang memiliki anak mengakibatkan minimnya lapangan pekerjaan, mereka tetap berusaha bekerja
untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Penulis melihat hal tersebut sebagai bentuk
1
Caballo Mcloyd in Nicolette . “Maternal Parenting In Single And Two-Parent Families In South
Africa From A Child’s Perspective”.578
ketidakadilan bagi perempuan
single parent
, dimana perempuan masih di nomor duakan subordinasi dalam masyarakat, sehigga perempuan cenderung bekerja tidak
jauh pada ranah domestik. Hal ini nampak jelas dari pekerjaan yang digeluti oleh ketiga responden yakni penjaga toko, penjual makanan, dan pembantu rumah tangga.
4.1.2 Permasalahan Reproduktif
Dalam hasil penelitian permasalahan reproduktif yang ditemukan dilapangan menunjukan bahwa Ibu Nyora bukan tidak mau menikah lagi, ia tetap menghargai
fungsi dan peran seorang ayah bagi anak. Namun, permasalahannya disebabkan karena ketakutan dan kecemasanya jika ia menikah maka anaknya tidak akan
mendapatkan kebahagian dari suami barunya nanti, karena menurutnya ayah tiri dan ayah kandung pasti berbeda dalam menonjolkan kasih sayang terhadap anak.
Ketakutan dan kecemasan itulah yang membuatnya memutuskan untuk hidup sendiri membesarkan anak.
Penelitian tersebut jika dilihat dalam teori menurut Castros, menemukan bahwa perempuan yang memiliki anak jauh kemungkinannya untuk menikah lagi,
dibandingkan pria yang memiliki anak.
2
Hal ini disebabkan karena perempuan lebih memfokuskan sebagaimana menjalani peran ganda, dan juga secara fundamental
memiliki beban ganda untuk membesarkan anaknya dan memenuhi segala kebutuhan anak. Ketakutannya jika kebahagiaan anaknya tidak didapatkan dari ayah tiri nanti
2
Shannon Sommer Karyn
m.
Plumm cheryl
.
“
Terrance, Perceptions of Younger Single
Function of Their Gender and Number of Children”. 89
sehingga perempuan memutuskan untuk hidup sendiri membesarkan anak dan mengorbankan kebutuhan seksualitasnya sendiri.
Menurut penulis baik teori maupun penelitian dilapangan menjelaskan hal yang sejalan, di mana kecemasan dan ketakutan
single parent
akan kebahagiaan anaknya kelak mengorbankan seksualitasnya. Namun, disini perempuan tidak
menyadari bahwa hal ini berpengaruh pada peran yang dilakukan dalam keluarga dalam hal pembagian kerja yang tidak merata karena beban ganda yang harus
dijalankannya. 4.1.3
Permasalahan Sosial Permasalahan sosial ditemui oleh penulis ketika melakukan observasi. Perilaku
masyarakat seakan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jati diri
single parent
sebagai komponen masyarakat. Faktor ini kian membuka peluang anak membenci ibunya karena sang ibu menjadi
trending topic
lingkungan. Konflik anak dan ibu kerap dipengaruhi oleh faktor sosial-eksternal.
Hurlock mengemukakan masalah sosial yang dialami
single parent
adalah mereka akan menemukan dirinya tidak ada tempat diantara orang yang memiliki
pasangan kecuali mereka diundang untuk bergabung dalam kegiatan sosial yang ada dalam masyarakat.
3
Menurut penulis hal ini akan melemahkan
single parent
dalam menyeimbangkan perannya dalam masyarakat dan dalam keluarga. Stereotip yang
berkembang mengenai
single parent
dapat membuat mereka tidak dapat secara maksimaal memaknai keseimbangan peran terhadap anak.
3
Hurlock.E. Perkembangan Anak, Jilid 2 edisi ke enam. 29
Untuk itu dalam teori Castells, mengenai
Resistance identity
atau identitas perlawanan oleh penulis dilihat sebagaimana, perempuan
single parent
harus melakukan perlawanan terhadap dirinya sendiri dan sosial.
4
Perlawanan terhadap dirinya sendiri adalah bagaimana ia seorang perempuan tunggal harus memilih untuk
bekerja demi keberlanjutan kehidupannya dan keluarganya. Sedangkan secara sosial, ia melawan stigma-stigma negatif yang lalu kemudian mencap rendah ia sebagai
perempuan yang gagal degan cara mampu memikul peran dan beban ganda
dual role and double burden
. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian
permasalahan sosial
single parent
dipengaruh oleh stigma-stigma dalam masyarakat yang memandang perempuan
single parent
sebagai perempuan yang rendah. Untuk itu dalam teori Castells mendukung perempuan agar menonjolkan identitas perlawanan
yakni perlawanan dalam diri sendiri dan sosial, melawan stigma-stigma negative yang berkembang dalam masyarakat. dan menjalankan perannya sebagai
single parent
dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian dan teori maka bahwa dua sudut pandang organik
pembagian kerja dan mekanik kesamaan nilai dan norma harus dipadukan sehingga ada sebuah pembagian kerja secara internal dalam keluarga dan eksternal gereja dan
masyarakat. Penulis menyadari, perempuan
single parent
secara personal merupakan
sentra
pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan seorang pengasuh bagi anak, tetapi ia juga seorang yang memiliki jaringan sosial
social network
karena ia seorang yang
4
Manuel Castells. The Power of Identity. 121
hidup dalam masyarakat atau hidup secara sosial. Dengan demikian, pembagian kerja secara esensial tidak mungkin dapat dijalankan secara personal.
4.1.4 Permasalahan Psikologis Perempuan
Dalam hasil penelitian permasalahan psikologis perempuan dilihat dari tiga aspek yakni, dalam diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Ketiga hal tersebut yang
membuat perempuan
single parent
merasa tertindas, sehingga berdampak pada perilaku yang ia tonjolkan dalam masyarakat dan dalam keluarga terhadap anak.
Dalam teorinya Dwiyani, menanggapi bahwa pandangan masyarakat mengenai
single parent
memang akan membawa dampak dalam kondisi kejiwaan dari
single parent
. Banyak
single parent
yang merasa takut dicemooh, takut dijauhi, atau takut digoda. Selain itu ia mengatakan
single parent
termasuk anak-anak sering harus menghadapi masalah stigma, kekerasan, dan pandangan masyarakat berdasarkan
mitos, treotipe, prasangka dan pandangan masyarakat mengenai keadaan yang mereka alami. Kadang-kadang sindiran yang ditujukan kepada mereka, terutama kepada anak-
anak sering meninggalkan efek bawah sadar.
5
Berdasarkan hasil penelitian dan teori penulis mendapati bahwa perempuan
single parent
dalam menjalankan perannya sering mengganggap bahwa dirinya mampu untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa menjadi
single parent
bukan berarti ia gagal. Namun, sebaliknya
single parent
mau membuktikan bahwa ia mampu dalam menjalankan peran tersebut walaupun ia seorang diri. Hal ini yang
5
Dwiyani. Jika Aku harus Mengasuh Anakku sendiri. 75
mengakibatkan
single parent
enggan meminta bantuan kepada orang lain ketika mengalami kesulitan.
Dalam teori penulis melihat
Single parent
sebagai habitus dilihat pada dua cara pandang yang berbeda akibat kebiasaan. Bourdieu melihat bahwa, habitus yang
berbeda memberikan pengaruh pada pandangan mereka akan ruang sosial arena.
6
Single parent
yang sedari dulu hidup di desa memiliki kecenderungan bersosialisasi baik dan hidup dalam kerukunan karena mereka memiliki solidaritas secara mekanik
atau hidup sebagai masyarakat komunitarianisme. Sedangkan
single parent
yang hidup sedari dulu di kota memiliki kesejangan interaksi secara sosial akibat menganut
paham kosmpolitanisme atau berada pada solidaritas organik berdasarkan pembagian kerja.
4.1.5 Permasalahan Psikologis Anak
Permasalahn psikologis anak dalam hasil penelitian disebabkan karena tidak adanya pembagian kerja yang seimbang. Sehingga berdampak pada peran pengasuhan
yang diterapkan
single parent
dalam mendidik anak. Peran yang diterapkan dalam keluarga yang bersifat Permisif dan otoriter. Kedua peran ini berdampak pada
kepribadian anak mereka. Hal ini berkaitan dengan pandangan Bigner yang menemukan bahwa
single parent
lebih senang menghukum anak dan memiliki perilaku otoriter terhadap anak, akibat dan kecemasan yang dialaminya.
7
6
Bourdieu Pierre. The Field of Cultural Productions : Essays on art and Literature. 75
7
Bigner in Nicolette. “Maternal Parenting In Single And Two-Parent Families In South Africa From A Child’s Perspective”.578
Menurut penulis hasil penelitian dan teori memiliki kesamaan, sebab ketakutan dan kecemasan
single parent
akan pertumbuhan dan kepribadian anaknya kelak nanti memicu
single parent
cenderung bersifat permisif dan otoriter agar anaknya kelak bertumbuh menjadi anak yang berkepribadian baik. Hal tersebut membuat anak
menjadi korban dari kecemasan dan ketakutan. Sehingga
single parent
cenderung bersikap protektif terhadap anak. Menurut penulis, perempuan cenderung
mengandalkan kemampuan dirinya sendiri untuk membuktikan bahwa mereka mampu menanggung bebannya sendiri dan membesarkan anak sendiri. Perempuan tidak
menyadari bahwa ia membutuhkan orang lain untuk membantunya menjalankan peran ganda tersebut. Hal inilah yang membuat perempuan mengalami kesulitan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menurut penulis peran yang diterapkan responden bersifat permisif dan otoriter terhadap anaknya disebabkan pada keempat
permasalahan diatas yakni permasalahan produktif, reproduktif, sosial dan permasalahan psikologis perempuan. Hal inilah yang mengakibatkan permasalahan
psikologis anak, karena perempuan mengandalkan kemampuannya sendiri untuk mengurus anak seorang diri tanpa melibatkan komunitas yang ada di sekitarnya.
Perempuan tidak menyadari bahwa ketika ia memilih untuk menjadi
single parent
maka resiko psikologis anaknya akan bermasalah, jika ia hanya mengandalkan kemampuannya sendiri dan mengabaikan komunitas yang ada disekitarnya. Untuk itu
perempuan harus menyadari bahwa jika dalam keluarga tidak medukungnya dalam menjalankan perannya sebagai
single parent
, maka ia membutuhkan komunitas untuk menunjang perannya tersebut.
4.2 Peran Perempuan