4.2 Peran Perempuan
Single Parent
Terhadap Anak Dari Perspektif Konseling Feminis
Hasil penelitian dan teori yang penulis temukan, diketahui ada tiga peran perempuan yakni peran produktif memenuhi kebutuhan fisik anak, reproduktif
pemberian kasih sayang, perhatian dan rasa aman , dan peran sosial keluarga dan masyarakat. Dalam penelitian, penulis justru menemukan ada lima peran perempuan
single parent
terhadap anak dan hal ini terkait juga dengan permasalahan yang sudah dijelaskan di atas. Untuk itu, pada bagian ini akan dibahas sekaligus dianalisis peran
single perent
terhadap anak dari perspektif konseling feminis. 4.2.1
Peran Produktif Dalam pembahasan permasalahan diatas dapat dilihat bahwa peran Produktif
single parent
berhubungan dengan faktor ekonomi dimana nampak pada perempuan yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
Single parent
berusaha sebaik mungkin bekerja untuk
memenuhi kebutuhan
keluarga khususnya
kebutuhan fisik
anak sandang,pangan, papan, kesehatan,dan pendidikan. Itu nampak dari peran ibu yang
bekerja membanting tulang agar anaknya bisa memiliki tempat tinggal yang layak dan bisa bersekolah. walaupun ia harus bekerja extra yakni pagi sampai sore sebagai
penjaga kios dan malamnya berjualan bensin eceran dipinggir jalan. hal ini membuatnya harus mengabaikan peran pengasuhannya terhadap anaknya demi
memenuhi kebutuhan anaknya. Berdasarkan hal tersebut menurut penulis, ini merupakan cara ataupun usaha
yang ditempu oleh
single parent
dalam memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala
keluarga.
single parent
sebagai kepala keluarga mememiliki tanggungjawab yang besar dalam kebutuhan ekonomi keluarga. Hal ini dijalankan responden dengan
berbagai usaha yang dilakukan, karena minimnya lapangan pekerjaan dantidak adanya dukungan dari keluarga. Sehingga,
single parent
harus bekerja membanting tulang demi kebutuhan anaknya terpenuhi.
Penjelasan diatas sejalan dengan teori Hurlock, yang menyatakan bahwa ketikamenjadi
single parent
maka akan mengalami kurangnya income dari keluarga, sehingga pemenuhan kebutuhannya tidak terminimalisir dengan baik. Perempuan
memulai waktu aktifitas perekonomian yang tak terbatas.
8
Dengan demikian teori mendukung hasil penelitian, karena telah terbukti bahwa peran produktif perempuan
disebabkan karena tidak adanya dukungan dari keluarga, sehingga perempuan harus bekerja membanting tulang agar kebutuhan ia dan anaknya terpenuhi.
Jika dilihat dari perspektif konseling feminis berdasarkan pada peran produktif
single parent
, di sini nampak bahwa perempuan sudah bisa memberdayakan dirinya
dalam hal memenuhi segala kebutuhan hidupnya walaupun tingkat pendidikannya yang rendah mengakibatkan minimnya lapangan pekerjaan yang layak baginya.
Perempuan tetap berusaha untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup bersama dengan anaknya. Namun, hal tersebut masih dipengaruhi oleh sosial-kultur dalam hal
pembagian kerja antara perempuan dengan laki-laki. Untuk itu tujuan dari konseling feminis ialah untuk menghilangkan seksisme serta segala bentuk diskriminasi dan
8
Hurlock, Perkembangan anak …………., 29
penindasan dalam masyarakat dan berusaha melakukan transformasi baik kepada konseli secara individual maupun masyarakat secara umum.
4.2.2 Peran Reproduktif
Peran reproduktif
single parent
menitik beratkan pada kodrat perempuan secara biologis, namun peran ini juga diikuti dengan peran yang dijalankan dalam rumah
untuk keluarga dalam hal memberikan perlindungan terhadap anak. Peran
single parent
tidak hanya mendidik agar anak bertingkahlaku sesuai harapan sosial namun dalam hal menghadirkan sosok ayah dalam menjalankan perannya. peran reproduktif
di tonjolkan oleh responden Ibu Nyora dalam hal menjalankan peran gandanya dalam keluarga dan mengorbankan seksualitasnya demi kepentingan dan kebahagiaan
anaknya dengan memenuhi segala kebutuhan anaknya dalam hal peran yang dia mainkan dalam keluarga.
Penjelasan diatas sejalan dengan teori Marvel pembagian kerja, perempuan berada pada ranah domestic dan laki-laki pada ranah public. Hal ini di pengaruhi oleh
streotip yang berkembang dalam masyarakat bahwa perempuan tidak bisa hidup sendiri, perempuan membutuhkan patner dalam hal pembagian kerja agar ia mampu
menjalankan peran dalam keluarga.
9
Menurut penulis teori dan hasil penelitian tidak sejalan sebab perempuan lebih mengutamakan kepentingan dan kebahagian anaknya
dan cenderung mengorbankan dirinya, sebab ia mau membuktikan bahwa ia mampu menjalankan perannya sebagai
single parent
yang berhasil walaupun tanpa patner yang membantunya.
9
Marvel, Sistem Pembagian kerja Berdasarkan jenis kelamin …..,2
Jika dilihat dari perspektif konseling feminis akibat dari keputusan resonden dalam peran reproduktif perempuan, dimana perempuan cenderung berkorban,
perempuan mengorbankan kepentingan seksualitasnya sendiri dan menjadi kesepian sehingga membuatnya merasa tidak berdaya dalam menjalankan perannya terhadap
anak. Hal ini berpengaruh pada pembagian kerja, sebab perempuan harus menanggung beban ganda sendiri. Untuk itu dalam konseling feminis konselor berusaha
mengeksploitasi harapan-harapan konseli yang berkaitan dengan peran gender dan dampak dari pengambilan keputusan untuk masa yang akan datang. Sehingga
perempuan bisa mengambil keputusan-keputusan yang cerdas yang tidak mengorbankan dirinya dan juga anaknya kelak.
4.2.3 Peran Sosial
Peran sosial yakni melihat keterlibatan perempuan
single parent
dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat namun dalan hasil penelitian tidak ditemuai
keterlibatan ke empat respondent dalam kegiatan sosial masyarakat. Ada salah satu responden yang membantu persalinan ke rumah-rumah hal inilah yang membuatnya
dan anaknya dipandang baik oleh masyarakat. Dalam teori Briggs mengatakan bahwa dukungan sosial penting untuk
mendukung perempuan. namun, stigma masyarakat pun mempengaruhi kehidupan mereka sehingga mereka cenderung tidak menyadari kekuatan yang mereka miliki
serta kebebasan mereka sebagai perempuan.
10
Menurut penulis teori sejalan dengan hasil penelitian sebab ke empat responden terlalu terkungkung dalam stigma
10
Briggs, Social support in single parent …..,33
masyarakat yang mengakibatkan mereka menjauh dan tidakmau terlibat dalam kegiatan sosial masyarakat.
Hal tersebut jika dilihat dari perspektif konseling feminis, peran sosial tidak begitu ditonjolkan oleh keempat responden. Hal ini menimbulkan kesepian yang
dirasakan oleh perempuan, untuk perempuan harus masuk dalam komunitas, karena salah satu ciri dari perempuan yakni mencari solidaritas, mencari jaringan sosial
social network, sehingga perempuan akan memanfaatkan komunitas sebagai rumah, bukan rumah dalam artian sempit rumah tangganya, namun rumah dalam artian luas
dimana melibatkan komunitas bagi dirinya dan anaknya. Sebab jika perempuan menutup diri dari komunitas maka ia tidak akan mampu menjalankan peran gandanya
sendiri. 4.2.4
Peran Permisif Dalam peran permisif,
single parent
memberikan kebebasan yang besar kepada anaknya anak bebas melakukan apa yang diinginkannya. Kebebasan diberikan
dengan batasan-batasan yang sangat sedikit dengan cara memanjakan anak dan jarang menggunakan hukuman jika anak berbuat salah. Kontrol orang tua terhadap perilaku
anak sangat sedikit. Akan tetapi, orang tua masih terlibat dalam aspek-aspek kehidupan anaknya. Orang tua cenderung tidak menegur anaknya jika anaknya
melakukan perbuatan yang salah. salah satu responden ibu nyora dalam menjalankan peran terhadap anak, yang menerapkan peran permisif karena kecintaannya terhadap
anaknya dan untuk melawan stereotip yang berkembangan dalam masyarakat yang
mengganggap
single parent
tidak mampu untuk merawat anak sendiri. Namun dampak peran permisif terhadap kepribadian anak.
Menurut Baumrind dalam King, anak yang diberikan kebebasan yang berlebihan oleh orang tuanya cenderung tumbuh dengan kepribadian yang kurang bisa
menghargai orang lain. Selain itu, anak juga menjadi manja, tidak patuh, agresif, dan mau menang sendiri. Anak kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian diri
yang cukup. Anak juga kurang matang secara sosial. Prestasi pun tidak mendapat perhatian yang cukup dari anak dengan orang tua yang permisif. Anak juga cenderung
memiliki tingkat inisiatif yang tinggi tetapi anak menuntut agar semua permohonannya dikabulkan.
11
Berdasarkan teori diatas hal ini sejalan dengan temuan penulis, peran permisif yang ditonjolkan
single parent
berdampak pada perilaku anak, anak tumbuh menjadi anak yang manja, dan membenarkan setiap perbuatan anaknya
dan jarang memberikan hukuman jika anak berbuat salah. Peran yang dilakukan
single parent
terhadap anak disebabkan karena ia mau melawan stigma masyarakat tentang
single parent
tidak akan mampu menjalankan peran tanpa laki-laki. Jika dilihat perspektif konseling feminis, peran permisif yang di perankan
single parent
terhadap anak disebabkan karena tekanan sosial, baik dari dalam dirinya, keluarga maupun lingkungan. Untuk itu dalam konseling feminis
refraiming
dan
relabeling
dibutuhkan untuk membantu perempuan untuk memahami kembali akar masalah, karena problem yang dialami perempuan berhubungan dengan tekanan sosial
11
Baumrind in Nicollette, Maternal Prenting in single and ………,550
social pressure dan bukan semata-mata berasal dari dirinya, untuk itu konselor membantu konseli membingkai kembali konsep dirinya dan tidak dipengaruhi oleh
stigma-stigma masyarakat dan membuat konseli sadar akang jaringan sosial yang ada disekitarnya bahwa untuk menunjang peran dalam keluarga
4.2.5 Peran Otoriter
Peran otoriter
single parent
, ialah berusaha membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku serta sifat anak berdasarkan standar muthlak, nilai-nilai
kepatuhan , menghormati otoritas, kerja, tradisi, dan tidak memberi dan menerima dalam komunikasi verbal. orang tua kadang menolak anak dan sering menerapkan
hukuman. dalam penelitian yang dilakukan mendidik secara otoriter di lakukan oleh ibu ati, dimana karena tuntutan kebutuhan ekonomi yang besar dan mereka tidak
memiliki pekerjaan tetap maka respendon cenderung mendidik anak secara keras. agar anak bisa hidup mandiri dan menerima akan hidup mereka.
“dulu saya mendidik anak dengan keras karena saya mau anak saya tumbuh menjadi anak yang kuat dalam menjalani hidup. dia juga harus mandiri. untuk itu dari kecil
saya sudah menyuruh untuk bekerja supaya mereka tahu susahnya mencari uang”.
Hal ini dilakukan responden karena anaknya tumbuh menjadi anak yang penurut dan tidak berperilaku menyimpang mengingat suaminya yang meninggal akibat kecanduan
narkoba. Berdasarkan penelitian diatas, menurut pandangan Bigner yang membenarkan
bahwa
single parent
lazimnya senang menghukum anak dan cenderung mengasuh anak secara otoriter yakni memaksakan kehendak terhadap anak dan anak harus
mematuhi segala yang diperintahkan. peran tersebut yang diterapkan kepada
single
parent
.
12
Menurut penulis Penelitian dan teori dapat disimpulkan bahwa peran otoriter memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk-bentuk
perilaku sosial pada anak. peran yang ditinjol dipengaruhi oleh faktor kecemasan akan tumbuh kembang anaknya kelak apakah akan sama seperti ayahnya atau tidak.
Jika dilihat perspektif konseling feminis, peran otoriter perempuan
single parent
disebabkan karena tekanan sosial, baik dari dalam dirinya, keluarga maupun lingkungan. Untuk itu dalam konseling feminis,
Egalitarian relationship
melakukan pendekatan dasar humanistic, membantu pengasuhan diri
Nurturing self
dibutuhkan untuk membantu perempuan untuk memahami kembali akar masalah, karena problem
yang dialami perempuan berhubungan dengan tekanan sosial social pressure dan bukan semata-mata berasal dari dirinya, untuk itu konselor membantu konseli
membingkai kembali konsep dirinya dan tidak dipengaruhi oleh stigma-stigma masyarakat dan membuat konseli sadar akan peran yang diterapkannya terhadap anak
dan tidakcenderung mengorbankan anaknya akibat tekanan tersebut.
4.3 Menuju Perempuan