Tujuan Budaya Hukum Komponen Budaya Hukum

14 Faktor-Faktor pembentuk budaya hukum sebagai pendorong adalah nilai- nilai hukum subsantif. Nilai-nilai prosedural mempersoalkan tentang cara-cara pengaturan masyaraakt dan menajemen konflik. Sedangkan nilai-nilai substantif lebih kepada apa yang adil dan tidak menurut masyarakat. Budaya hukum merupakan unsur yang penting untuk memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat pada sistem hukum yang satu dengan yang lain. Dengan demikian, budaya hukum dalam pelaksanaannya sangat berpengaruh dalam masyarakat. Krena komponen budaya hukum menentukan berhasil tidaknya kebijaksanaan yang telah ditungakan dalam bentuk hukum itu, sehingga ketika ada perbedaan antara apa yang dikehendaki oleh undang-undang dengan praktek yang dijalankan oleh masyarakat hak ini bisa disebabkan karena masyarakat lebih mematuhi nilai-niai yang dianut.

c. Tujuan Budaya Hukum

Menurut istilah para Antropolog, budaya tidaklah sekedar berarti himpunan fragmen-fragmen tingkah laku dan pemikiran yang saling terlepas. Budaya yang diartikan sebagai kategori sisa, dan termasuk didalamnya keselurahan nilai sosial yang berhubugan dengan hukum, sikap yang mempengaruhi hukum , tetapi yang bukan hasil deduksi dari substansi dan struktur. Termasuk rasa suka atau tidak suka kepada huku untuk menggunakan pengadilan atau tidak menggunakan pengadilan, karena lebih memilih cara-cara informal untuk menyelesaikan sengketa dan juga sikap-sikap serta tuntutan pada hukum yang diajukan oleh kelompok-kelompok etnik, ras, agama, lapangan pekerjaaan dan kelas-kelas sosial yang berbeda. 15 Budaya Hukum bertujuan membantu Pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan aturan-aturan hukum. Hal ini dikarenakan, aturan-aturan hukum tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Nilai-Nilai dalam budaya hukum dipergunakan karena hukum merupakan nilai-nilai terbentuk dari kebudayaan suatu masyarakt. Karena setiap masyarakat selalu menghasilkan kebudayaan, amaka hukum pun selalu ada disetiap masyarakat dan tampil dengan khasan masing-masing. Oleh karena itu, setiap bangsa akan mengembangkan sendiri aturan-aturan hukumnya. Sedangkan dalam arti lebih kecil, aturan-aturan adat setiap daerah mempunyai perbedaan sendiri-sendiri. Hal ini disesuaikan dengan kebudayaan dari daerah-daerah tersebut. Sehingga aturan didaerah lain tidak akan sama dengan aturan didaerah lainya, sama halnya ketika aturan perkawinan dalam adat berbeda dengan aturan perkawinan yang telah dikeluarkan dandiberlalkukan bagi warga Indonesia. Karena Halitu merupakan identitas diri dari pada atraun adat dan aturan negara.

d. Komponen Budaya Hukum

Hukum dipandang sebagai suatu sitem norma, yang mana dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif, hukum harus dilihat sebagai sub-sistem dari suatu sistem yang besar yaitu masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena hukum juga dipandang sebagai suatu sistem, maka untuk dapat memahaminya perlu penggunaan pedekatan sistem. Pengertian hukum dikemukakan antara lain oleh Lawrance M. Friedman yang dikutip oleh Ernis Warassih bahwa hukum itu adalah gabungan komponen struktur, substansi dan kultur. Adapun sistem hukum berikut ini : 16 1. Komponen struktur yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum seperti pengadilan yang mempunyai fungsi untuk mendukung bekerjanya sistem hukum itu sendiri. Komponen struktur ini memungkin pemberian pelayanan dan penghargaan hukum secara teratur. 2. Komponen substansi yaitu berupa norma-norma hukum, baik itu peraturan-peraturan, keputusan-keputusan, dan sebagainya semuanya dipergunakan oleh penegak hukum maupun oleh mereka yang diatur. 3. Komponen Kultur terdiri dari ide-ide, sikap-sikap, harapan, dan pendapat tentang hukum. Kultur hukum dibedakan antara internal legal culture yakni kultur hukumnya lawyers dan judges dan eksternal legal culture yakni kultur hukum masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat terlihat dari akte-akte kelahiran yang dengan mudahnya dapat dimiliki oleh anak-anak dari suami istri yang tidak melakukan pencatatan perkawinan. Faktor pembentuk budaya hukum adalah nilai-nilai prosedural dan nilai- nilai substantif. Nilai-nilai prosedural mempersoalkan tetang cara-cara pengaturan masyarakat dan manajemen konflik. Sedangkan nilai-nilai substantif lebih kepada apa yang adil dan tidak menutur masyarakat. Budaya hukum merupakan unsur yang penting untuk memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara sistem hukum yang satu dengan yang lain. Kebudayaan berfungsi sebagai sistem perilaku berarti kaedah-kaedah yang berlaku sebenarnya berakar pada nilai-nilai sosial dan budaya dari masyarakat yang bersangkutan. Bedasarkan penjelasan diatas, budaya hukum menjadi satu hal penting yang dapat menentukan mengapa seseorang patuh atau tidak terhadap 17 peraturan yang ada. Hal ini berakibat dari perbedaaan anatara apa yang dikehendaki oleh undnag-undang dengan praktek yang dijalankan masyarakat. Masyarakat adalah objek yang melaksanakan aturan –aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah ataupun adat yang dilaksanakannya. Hukum merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk membantu manusiapribadi atau masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu hukum perlu untuk melihat apa dan bagaimana hukum itu bisa diterima dan diberlakukan dalam masayrakat.

B. Perkawinan

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Yuridis Pakondona (Kawin Lari) Menurut Hukum Adat Suku Waijewa di Desa Buru Kaghu Kabupaten Sumba Barat Daya T1 312012709 BAB I

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Yuridis Pakondona (Kawin Lari) Menurut Hukum Adat Suku Waijewa di Desa Buru Kaghu Kabupaten Sumba Barat Daya T1 312012709 BAB IV

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Yuridis Pakondona (Kawin Lari) Menurut Hukum Adat Suku Waijewa di Desa Buru Kaghu Kabupaten Sumba Barat Daya

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyelesaian Kawin Lari dalam Hukum Adat di Desa Wab Kepulauan Kei Kabupaten Maluku Tenggara (Studi Kasus) T1 172009023 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyelesaian Kawin Lari dalam Hukum Adat di Desa Wab Kepulauan Kei Kabupaten Maluku Tenggara (Studi Kasus) T1 172009023 BAB II

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyelesaian Kawin Lari dalam Hukum Adat di Desa Wab Kepulauan Kei Kabupaten Maluku Tenggara (Studi Kasus) T1 172009023 BAB IV

2 14 61

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyelesaian Kawin Lari dalam Hukum Adat di Desa Wab Kepulauan Kei Kabupaten Maluku Tenggara (Studi Kasus) T1 172009023 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kawin Lari Suatu Kajian Sosio-Antropologi terhadap Nilai Luhur dari Kawin Lari dalam Perkawinan Adat Suku Sasak

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kawin Lari Suatu Kajian Sosio-Antropologi terhadap Nilai Luhur dari Kawin Lari dalam Perkawinan Adat Suku Sasak T2 752011051 BAB II

0 0 23

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

0 0 7