Pentingnya Kualitas Hubungan Antara Fotografer Dan Model Dalam Membangung Komunikasi Efektif Pada Proses Pemotretan (Studi Pada Komunitas Indonesia Photography Courses (IPC))

(1)

ABSTRAK

Pentingnya Kualitas Hubungan Antara Fotografer dan Model Dalam Membangun Komunikasi Efektif Pada Proses Pemotretan (Studi Pada

Komunitas Indonesia Photography Courses (IPC))

Oleh Ahmad Iqbal

Proses pemotretan dilihat sebagai proses komunikasi yang terjalin antara fotografer dan model. Keberhasilan pemotretan tergantung pada bagaimana fotografer dan model dapat memahami simbol-simbol verbal dan juga simbol non verbal dalam proses pemotretan, adanya kedekatan hubungan antarpribadi yang baik dapat berkontribusi pada proses komunikasi yang terjadi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pentingnya kualitas hubungan antara fotografer dan model pada efektifitas komunikasi antar pribadi dengan menggunakan bahasa verbal dan bahasa non verbal pada proses pemotretan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka. Informan dalam penelitian ini diambil dengan cara purposive, adapun 7 orang informan dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang photografer dan tiga orang model dari Indonesia Photography Courses (IPC), sebuah komunitas fotografi di Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas hubungan sangat berperan dalam komunikasi antar pribadi antara fotografer dan model. Dari lima aspek paradigma pragmatis, seluruh aspek sudah berjalan dengan baik yaitu aspek kepercayaan diri, kebersatuan, manajemen interaksi, daya ekspresi dan orientasi kepada orang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas hubungan antara fotografer dan model yang akrab akan menghasilkan komunikasi antar pribadi yang baik sehingga proses pemotretan berjalan efektif.

Komunikasi efektif dalam proses pemotretan ditunjukan dengan jumlah foto, kualitas foto, moment yang tepat yang telah tercapai pada proses pemotretan. Penggunaan bahasa verbal pada proses pemotretan antara fotografer dan model berjalan efektif. Penggunaan bahasa non verbal lebih efektif pada fotografer dan model yang kualitas


(2)

hubungannya sangat akrab. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hubungan menjadi sangat penting untuk menciptakan komunikasi yang efektif dalam proses pemotretan.

Kata Kunci : Kualitas Hubungan, Komunikasi Efektif, Komunikasi Antarpribadi, Fotografi.


(3)

ABSTRACT

The Importance of Quality Relationship Between Photographer and Model Building Effective Communication In Shooting Process (Studies in Indonesia

Photography Courses Community (IPC)) By

Ahmad Iqbal

Shooting process is seen as the process of communication between photographer and model. Shooting success depends on how photographer and model understand verbal and non-verbal symbols in the shooting process, the closeness of good interpersonal relationships can contribute to the communication process that occurs.

This study aims to determine how important the quality of the relationship between photographer and model on the effectiveness of interpersonal communication by using verbal language and non-verbal language in the shooting process. The method that used is descriptive qualitative data collection using techniques such as interviews, observation, documentation and literature. Informants in this study were taken by purposive, while seven informants in this study consisted of four photographers and three models from Indonesia Photography Courses (IPC), a photography community in Lampung.

The results of this study showed that the quality of the relationship is important in interpersonal communication between photographer and model. From the five aspects of pragmatic paradigm, all of the aspect have been done well under the aspect of confidence, unity, interaction management, power of expression and orientation to others. It shows that the quality of the relationship between photographer and model will produce good interpersonal communication so that the process of shooting is effective.

Effective communication in the process of shooting is shown by the number of photos, photo quality, the exact moment that has been reached in the shooting process. The use of verbal language is effective in the process of shooting between photographer and model. The use of non-verbal language is more effective between photographer and model which have very intimate quality of relationship. Based on these results it


(4)

can be concluded that the quality of the relationship is very important to create effective communication in the process of shooting.

Keywords: Quality of Relationships, Effective Communication, Interpersonal Communication, Photography.


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kerinci, Jambi pada tanggal 7 Mei 1991. Penulis merupakan Putra pertama dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Djamhur dengan Nelly Hartati. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 1 Sukoharjo 3 Pringsewu pada tahun 2003, SMP Negeri 2 Sukoharjo pada tahun 2006, dan SMA Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sabagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Mandiri.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi periode 2010-2011 sebagai anggota bidang fotografi.


(10)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan YME atas segala rakhmat dan hidayahnya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untuk ku dalam

mengerjakan skripsi ini.

Aku persembahkan cinta dan sayangku kepada Orang tua ku, dan adik ku yang telah menjadi motivasi dan inspirasi dan tiada henti memberikan dukungan do'anya . “Tanpa keluarga, manusia, sendiri di dunia, gemetar dalam dingin.

Terimakasihku juga ku persembahkan kepada para sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat dan menemani disetiap hariku. “Sahabat merupakan

salah satu sumber kebahagiaan dikala kita merasa tidak bahagia

Teruntuk teman-teman angkatanku yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak. "Tiada

hari yang indah tanpa kalian semua.. Almamater tercinta..

Terimakasih untuk segalanya, kalian merupakan sumber semangat dan senyumku dalam setiap rangkaian cerita..


(11)

MOTO

12 Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan.

Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain).

Dan berharaplah kepada Tuhanmu. (Q.S Al Insyirah : 6-8)

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan

shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta

orang-

orang yang sabar” (Al

-Baqarah: 153)

“ …. dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan

mengis

i kekosonganmu.” (Khalil Gibran)


(12)

SANWACANA

lh m ul ll h l ‘ l m . Puji syukur saya kepada Allah atas rahmat dan berkahnya yang telah memberikan kemampuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad rasul-Nya.

Skripsi dengan judul “Pentingnya Kualitas Hubungan Antara Fotografer dan Model Dalam Membangun Komunikasi Efektif Pada Proses Pemotretan (Studi Pada Komunitas Indonesia Photography Courses (IPC))”

adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Lampung. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang banyak berjasa dalam memberikan dorongan, motivasi, dan bantuan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis, antara lain:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi, untuk segala keramahan, kesabaran serta keiklasannya mendidik dan membantu mahasiswa selama ini.

3. Ibu Hestin Oktiani, S.sos. M.Si salaku dosen pembimbing yang selalu membimbing proses skripsi saya. Te m k s h el h me j ”Ibu” y g selalu mengayomi dan memberi panutan selama saya berkuliah di jurusan Ilmu Komunikasi.


(13)

menjadi dorongan bagi saya dalam pelaksanaan pembuatan skripsi ini. 5. Ibu Nanda Utaridah, S.Sos, M.Si, Selaku dosen pembimbing akademik

penulis.

6. Seluruh Dosen, Staf Administrasi dan Staf Karyawan di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah membantu kelancaran seminar dan ujian skripsi penulis.

7. Ayah dan Ibuku tercinta, terimakasih untuk setiap harapan yang dihembuskan melalui doa setiap hari, setiap malam. Berjuta terima kasih tak akan pernah cukup untuk membalas itu semua, juga Adikku Syahdira Meisya tercinta, semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan hidayahNya serta memberikan segala yang terbaik kepada kita. Semoga kita bisa membahagiakan orang tua kita dalam sempit maupun lapang, dalam suka maupun duka, Amin.

8. Naesya Ruri Nalurita, teman terdekat, sahabat yang selalu memngingatkan menyelesaikan revisi, mengingatkan untuk bersabar, dan menyemangati diri disetiap hari untuk tetap semangat dan tidak mudah menyerah untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

10.Teman-teman KKN di Kelurahan Kubuliku Jaya Lampung Barat, 40 hari bareng kalian, benar-benar menyenangkan dan banyak sekali pengalaman dan pelajaran hidup yang kita dapat pada saat KKN.


(14)

11.Semua Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Penulis,


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Data Informan Fotografer IPC ... 70

Tabel 2. Data Informan berprofesi sebagai ModelIPC ... 71

Tabel 3. Penilaian Fotografer pada Karakter Model (hasil wawancara terhadap informan fotografer ... 79

Tabel 4. Penilaian Model pada Karakter Fotografer. (hasil wawancara terhadap informan model). ... 80

Tabel 5. Hasil wawancara Aspek Kedekatan Indikator 1 (hasil wawancara terhadap informan fotografer). ... 86

Tabel 6. Hasil wawancara Aspek Kedekatan Indikator 1 (hasil wawancara terhadap informan model). ... 87

Tabel 7. Hasil Wawancara Aspek Kedekatan Indikator 2 (hasil wawancara terhadap informan fotografer). ... 88

Tabel 8. Hasil wawancara Aspek Kedekatan Indikator 2 (hasil wawancara terhadap informan model). ... 89

Tabel 9. Hasil wawancara Aspek Pengukuhan Indikator 1... 92

Tabel 10. Hasil wawancara Aspek Pengukuhan Indikator 2... 93

Tabel 11. Hasil wawancara Aspek Kesamaan ... 95

Tabel 12. Hasil wawancara Aspek sifat saling melengkapi ... 97

Tabel 13. Hasil wawancara Kepercayaan Diri indikator 1 ... 101

Tabel 14. Hasil wawancara Kepercayaan Diri indikator 2 ... 102

Tabel 15. Hasil wawancara kebersatuan ... 105

Tabel 16. Hasil wawancara manajemen interaksi indikator 1... 107

Tabel 17. Hasil wawancara manajemen interaksi indikator 2... 108

Tabel 18. Hasil wawancara manajemen interaksi indikator 3... 109

Tabel 19. Hasil wawancara dayaekspresi (hasil wawancara terhadap informan fotografer) ... 111

Tabel 20. Hasil wawancara daya ekspresi (hasil wawancara terhadap informan model) ... 112

Tabel 21. Hasil wawancara orientasi kepada orang lain indikator 1 (hasil wawancara terhadap informan fotografer) ... 113

Tabel 22. Hasil wawancara orientasi kepada orang lain indikator 1(hasil wawancara terhadap informan model) ... 115


(16)

Tabel 24 tingkat kualitas hubungan antara fotografer dan model ... 130 Tabel 25. Hasil Foto ... 144


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi selalu digunakan dan mempunyai peran yang penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Setiap saat manusia berpikir, bertindak dan belajar menggunakan komunikasi. Kegiatan komunikasi dilakukan dalam berbagai macam situasi, yaitu intra pribadi, antarpribadi, kelompok dan massa. Hal ini dapat diartikan bahwa komunikasi dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.

Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan atau dapat diartikan bahwa komunikasi adalah saling menukar pikiran atau pendapat. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi manusia. Karena tanpa komunikasi, interaksi antarmanusia baik secara perorangan, kelompok, maupun organisasi tidak mungkin terjadi. Sebagian besar kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia berlangsung dalam situasi atau tingkatan komunikasi antarpribadi.

Komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan bersosial dalam kehidupan bermasyarakat, karena jika tidak berkomunikasi maka


(18)

2

kemungkinan untuk perbedaan makna dan kesalah pahaman dalam bermasyarakat akan sangat besar. Melalui komunikasi orang dapat mempengaruhi dan merubah sikap orang lain membentuk suatu konsensus, mengambil keputusan melanjutkan atau mengakhiri kehidupan sebagai anggota kelompok. Aktivitas manusia sebagian besar digunakan untuk komunikasi, salah satunya yaitu komunikasi antar pribadi. Adanya intensi untuk saling berkomunikasi akan mempercepat proses guna mencapai saling pengertian secara kognitif dalam komunikasi antar pribadi (Sarwono, 2003:195).

Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses yang sangat unik, artinya tidak seperti kegiatan lainnya. Selain itu, komunikasi antar pribadi juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima di antara pelaku yang terlibat komunikasi. Dengan adanya pertukaran ini komunikasi disebut sebagai proses transaksional. Tingkatan komunikasi antarpribadi dapat ditemui dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga, kelompok maupun organisasi.

Komunikasi antarpribadi mempunyai banyak manfaat. Melalui komunikasi antarpribadi seorang individu dapat mengenal diri sendiri dan orang lain, menjalin hubungan yang lebih bermakna atau menjalin persahabatan, membantu menyelesaikan persoalan yang dialami oleh individu yang lain dan dapat mengubah nilai-nilai dan sikap hidup orang lain. Komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, perilaku, atau pendapat seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan. Komunikator bisa mengetahui tanggapan dari komunikan saat itu juga. Komunikasi antar pribadi dapat juga digunakan dalam dunia pemotretan yang dilakukan oleh fotografer dan


(19)

model dalam membangun kualitas hubungan, sehingga menimbulkan kepuasan dan kebahagiaan pada kedua belah pihak. Menurut Devito (1997: 252) komunikasi antarpribadi merupakan penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

Pada penelitian ini, penulis mengangkat komunikasi antar pribadi pada komunitas Indonesia Photograpy Courses (selanjutnya akan disebut sebagai IPC) di Bandar Lampung sebagai komunitas fotografi yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini. Alasan penulis menjadikan Indonesia Photography Courses (IPC) adalah karena IPC merupakan suatu wadah untuk berbagi ilmu tentang Photography, berkreasi, belajar bersama, tidak membedakan junior maupun senior dan siapapun boleh bergabung tanpa membedakan latar belakang, pendidikan, kultur, suku dan agama, selain itu IPC juga sangat sering mengadakan hunting foto berasama khusus foto model di wilayah Lampung.

Selain itu alasan penulis memilih IPC dibandingkan tempat belajar fotografi lain yang ada di Lampung karena di dalam IPC lebih terlihat kualitas hubungan antara Fotografer dan Model yang ada dalam komunitas tersebut dalam membangun komunikasi yang efektif diantara keduanya, tidak jarang antara fotografer dan model berkumpul dan berbincang pada waktu-waktu tertentu yang membuat adanya kedekatan psikologis dalam komunitas IPC, berbeda dengan beberapa kelas fotografi atau agency model lain yang ada di Lampung contohnya Simon

Class Photography, Surya Maxima, Lampung Photogroovy reborn dan masih banyak lagi yang lainnya dimana antara fotografer dan modelnya hanya sekedar


(20)

4

bertemu saat berlangsungnya kelas fotografi model dan setelah itu tidak ada lagi kelanjutan dalam membangun kualitas hubungan agar terciptanya komunikasi yang efektif antara fotografer dan model.

Fotografi adalah proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya.

Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan ukuran cahaya yang tepat untuk menghasilkan bayangan, digunakan bantuan alat ukur lightmeter. Setelah mendapat ukuran cahaya yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur cahaya tersebut dengan mengatur ASA (ISO Speed), diafragma (aperture), dan penggunaan filter. Dalam suatu pemotretan pasti adanya fotografer yang berkerja dan melakukan komunikasi terhadap model. Dengan begitu, di lakukan dengan peranan komunikasi antar pribadi. Fungsi komunikasi antar pribadi menurut definisinya, fungsi adalah sebagai tujuan dimana komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi utama komunikasi ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi dan sosial (Budyatna, 2011: 27).


(21)

Saat mendengar kata model, selalu tertuju pada sosok wanita yang cantik, muda dan memiliki tubuh yang proporsional. Persepsi seperti ini dipersepsikan tidak tepat, karena pengertian model adalah orang yang menjadi objek dalam sebuah foto. Mulai dari bayi, remaja, orang tua sampai kakek nenek bahkan, seekor binatang pun bisa disebut model. Salah satu cara memotret model adalah menguasai atau paling tidak mengerti unsur-unsur teknisnya. Karena berkualitas atau tidaknya sebuah foto dipandang tetap dibangun oleh unsur-unsur teori dasar fotografi. Tidak perlu rumit, cukup dengan komposisi dan pencahayaan, maka sebuah foto model bisa dibuat dengan benar. Selebihnya, tinggal bagaimana cara fotografer mengarahkan pose dan ekspresi sang model. Sebagai fotografer perlu membangun kemitraan dengan Model sebelum pemotretan.

Penelitian pendahulan yang dilaksanakan oleh peneliti di komunitas Indonesia

Photography Courses (IPC) pada saat melaksanakan hunting foto bersama, kendala yang biasa terjadi adalah kurangnya komunikasi yang baik pada saat model melakukan pemotretan. Model terlihat canggung saat berpose dan suasana pemotretan kurang kondusif, maka model merasa gugup karena kurangnya komunikasi antarpribadi yang kurang efektif dan menghasilkan foto yang kurang baik.

Kualitas hubungan perlu ditumbuhkan kepada fotografer yang baru berkenalan dengan Model ketika akan melakukan deal pemotretan. Hal ini juga perlu untuk persiapan fotografer berhubungan dengan waktu, tempat, suasana dan sebagainya. Satu hal lagi yang terpenting dalam memotret model, yaitu komunikasi. Menjadi


(22)

6

fotografer tidak hanya membutuhkan kemampuan teknis atau pengalaman namun juga dalam berkomunikasi.

Komunikasi yang dibutuhkan ketika memotret model adalah komunikasi antar pribadi karena fotografer harus mampu berkomunikasi dengan baik sehingga tercipta suasana yang nyaman. Kalau ini terjadi, fotografer akan lebih mudah mengarahkan modelnya. Fotografer harus berkomunikasi dengan model. Jangan hanya diam dan mengarahkan model saja, karena akan membuat suasana menjadi kurang nyaman. Obrolan ringan dapat membuka komunikasi yang baik, sehingga dapat timbul kerjasama yang baik pula antara model dengan fotografer. Hal ini bertujuan agar suasana pemotretan tidak berjalan terlalu kaku dan menjaga mood

model agar tetap merasa nyaman. Kemampuan model berpose dan berekspresi tetap menjadi unsur yang tak terpisahkan dari keberhasilan sebuah foto model. Dalam hal ini, selain bisa memotret fotografer dituntut mengerti seperti apa pose model yang sesuai dengan tema pemotretan saat itu. Sebuah kedekatan emosional, kemampuan berkomunikasi dengan Model menjadi poin penting dalam hal mengarahkan pose dan ekspresi model.

Komunikasi antarpribadi memainkan peranan penting dalam membentuk kehidupan. Seseorang tergantung kepada orang lain dalam perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri dan membantu untuk mengenali harapan-harapan orang lain dan hubungan antar pribadi membuat kehidupan menjadi lebih berarti. Sebaliknya hubungan yang buruk bahkan dapat membawa efek negatif bagi kesehatan.


(23)

Orang memerlukan hubungan antarpribadi terutama untuk dua hal, yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan, yang secara emosional intensif. Sementara ketergantungan mengacu pada instrument perilaku antarpribadi, seperti membutuhkan bantuan, membutuhkan persetujuan, dan mencari kedekatan. Lebih lanjut selain kebutuhan berteman orang juga saling membutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup. Kompleksitas kehidupan masa kini semakin membuat kita saling tergantung satu dengan yang lainnya, dibanding masa-masa sebelumnya. Hasilnya adalah saling berbagi dan bekerjasama.

Salah satu karakteristik penting dalam hubungan antarpribadi adalah bahwa hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan atau diakhiri berdasarkan kemauan atau kesadaran. Seseorang terlahir kedalam berbagai hubungan, sebagian berkaitan dengan pekerjaan dan lainnya merupakan hasil dari perkawinan, dan tidak selalu bebas untuk membentuk hubungan. Hubungan semacam ini berbeda dari hubungan yang secara sadar di pilih atau bentuk, karena kendala-kendala yang terdapat pada perilaku para partisipannya. Artinya tidak bisa begitu saja memutuskan keluar dari hubungan antara bawahan dengan pimpinan, teman, orang tua, adik atau kakak, tanpa harus mengorbankan sesuatu (pekerjaan, perasaan dsb) meskipun demikian banyak juga hubungan yang tidak direncanakan dapat menghadirkan dukungan sosial.

Anonimus. (xa.yimg.com/kq/groups/.../Memahami+Hubung . Di akses tanggal 7 oktober 2013).


(24)

8

Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah, jenis dan kualitas hubungan yang dimiliki seseorang, yang direncanakan maupun yang tidak kita rencanakan. Misalnya status sosial ekonomi, umur dan gender (jenis kelamin) akan mempengaruhi bukan saja kepada siapa berhubungan, tetapi juga bagaimana dan seberapa sering berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki status ekonomi yang berbeda akan meyebabkan perbedaan sumber-sumber yang dimiliki untuk mengembangkan hubungan. Misalnya memiliki handphone dan memiliki modal akan membuat kita dapat berhubungan dengan orang yang mobilitasnya tinggi. Jenis pekerjaan dari orang yang berbeda status sosial ekonominya juga mempengaruhi hubungan antarpribadinya, pekerjaan merupakan salah satu sumber hubungan sosial yang penting, karenanya mengetahui jumlah dan jenis hubungan antarpribadi mereka.

Uraian di atas menunjukan bahwa manusia tidak dapat menghindar dari jalinan hubungan dengan sesamanya. Setiap orang memiliki kadar yang berbeda dalam membutuhkan orang lain, demikian pula mengenai nilai penting kuantitas dan kualitas hubungan antarpribadi. Meskipun demikian, secara pasti dapat dikatakan bahwa setiap orang memerlukan hubungan antarpribadi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: Bagaimana pentingnya kualitas hubungan yang baik antara fotografer dan model sebelum pemotretan dalam membangun komunikasi yang efektif dengan menggunakan bahasa verbal maupun bahasa non verbal dalam proses pemotretan.


(25)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pentingnya kualitas hubungan antara fotografer dan model pada efektifitas komunikasi antar pribadi dengan menggunakan bahasa verbal dan bahasa non verbal pada proses pemotretan.

1.4 Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan komunikasi antarpribadi yang efektif.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, pengetahuan, gambaran dan informasi akan keseimbangan hubungan komunikasi antarpribadi dalam membangun kualitas hubungan antara fotografer dan model (Studi pada komunitas Indonesia Photography Courses (IPC).


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. Penelitian terdahulu dalam tinjauan pustaka memudahkan penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis dari teori maupun konseptual. Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan bahan referensi yang menunjang penulis untuk melakukan penelitian terkait dengan peranan komunikasi antarpribadi.

1. Annisa Faisal (FISIP Ilmu Komunikasi, 2013) dengan judul penelitian Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Antara Pimpinan dan Karyawan dalam kegiatan employee gathering terhadap peningkatan kualitas kerja. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh komunikasi antarpribadi pada karyawan dalam kegiatan employee gathering berdasarkan Uji t terhadap X (Komunikasi antar pribadi pada karyawan dalam kegiatan employee gathering), diperoleh t hitung sebesar 4,030 > t tabel sebesar 1.676 berarti ada pengaruh komunikasi antar pribadi pada karyawan dalam kegiatan employee gathering terhadap peningkatan kualitas kerja antara karyawan. Perbedaan penelitian Annisa dengan penelitian ini yakni fokusnya lebih ke terhadap


(27)

peningkatan kualitas kerja sedangkan penelitian ini lebih dalam membangun kualitas hubungan antara fotografer dan model.

2. M. Nugraha Okta Fajri (FISIP Ilmu Komunikasi, 2013) dengan judul Pengaruh

T “ L ” di ANTV Terhadap Minat Belajar Fotografi (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Unila Angkatan 2009 dan 2010). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh tayangan “ L ” di ANTV terhadap minat belajar fotografi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung Angkatan 2009 sebesar 42,4% dan sisanya sebesar 57,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian M. Nugraha Okta Fajri dengan penelitian ini yakni fokusnya lebih ke terhadap minat belajar fotografi sedangkan penelitian ini lebih kepada peranan komunikasi antar pribadi antara fotografer dan model.

2.2 Tinjauan tentang komunikasi

Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003). Menurut Rogers & D. Lawrence Kincaid dalam pengantar Ilmu komunikasi, komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 1998:20).


(28)

12

Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain (Hovland, Janis & Kelley:1953). Sedangkan menurut Lasswell (1960), Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa (who?), mengatakan apa (says what?), dengan saluran apa (in which channel?), kepada siapa (to whom?), dengan akibat apa atau hasil apa? (what effect?) (Cangara, 1998:20). Sedangkan Raymond S. Ross mendefinisikan komunikasi sebagai proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilihan bersama lambang-lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud sumber (Rakhmat, 2005: 3). Selanjutnya menurut Widjaja (2000: 13), adalah berbagai kegiatan yang berkaitan dengan hubungan atau diartikan pula sebagai saling tukar menukar pendapat. Komunikasi merupakan hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Komunikasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai suatu mekanisme hubungan antara manusia yang mengembangkan semua lambang dan pikiran yang sama dengan arti yang menyertainya, melalui keleluasaan (space) serta menyediakan tepat pada waktunya.

2.3 Tinjauan Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka seperti yang dinyatakan oleh R. Wayne Pace

(1979) w ”interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting” (Cangara, 2007: 33). Adapula pendapat pakar lain yang menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan proses


(29)

pengiriman dan penerimaan pesan–pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik sekaligus.

Berdasarkan dari dua definisi diatas, dapat dikatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan–pesan antara dua orang atau lebih (diutamakan secara tatap muka) dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik sekaligus, begitu pentingnya komunikasi antarpribadi dalam kehidupan karena setiap manusia membutuhkan dan senantiasa membuka dan menjalin komunikasi dengan hubungan sesamanya. Johnson (1981) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia (Supratiknya. 1995: 9). Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan manusia pada orang lain, yaitu :

a. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.

b. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita


(30)

14

perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama.

c. Kesehatan mental kita juga sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significan figures) dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah, kita akan menarik diri dan menghindar dari orang lain, maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alami pun tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau batin, bahkan mungkin juga penderitaan fisik.

Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih sekalipun.

Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam yakni Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication) (Cangara, 2007: 32).

a. Sebagaimana dikutip oleh Boengky (2011: 11), menjelaskan bahwa komunikasi Diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog dan wawancara.


(31)

Menurut Lubis dan Moss, ciri-ciri komunikasi diadik adalah peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat dan peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2005).

b. Komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lain (Cangara, 2007: 32). Komunikasi antarpribadi dapat dikatakan sebagai salah satu komunikasi yang penting karena dalam prosesnya diutamakan untuk bertatap muka atau secara langsung. Hal ini sedikit banyaknya dapat mengurangi kesalahpahaman dalam memberi dan menerima pesan yang disampaikan. Bila dibandingkan dengan bentuk komunikasi yang lain, komunikasi antarpribadi dianggap paling berguna dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan (Boengky: 2011: 11).

2.3.1 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Ada enam tujuan komunikasi antarpribadi yang dianggap penting, yaitu (Widjaja. 2000: 122):

a. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain

Salah satu cara untuk mengenal diri sendiri adalah melalui komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain, kita akan mendapat perspektif baru tentang


(32)

16

diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

b. Mengetahui Dunia Luar

Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki sekarang berasal dari interaksi antarpribadi. Melalui komunikasi antar pribadi kita sering membicarakan kembali hal-hal yang telah disajikan media massa.

c. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi Bermakna

Dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Banyak waktu yang kita gunakan dalam komunikasi antarpribadi bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan yang demikian membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

d. Mengubah Sikap dan Perilaku

Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya menggunakan sikap dan perilaku orang lain. Kita ingin seseorang memilih suatu cara tertentu, mencoba makanan baru dan sebagainya. Singkatnya, kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi orang lain melalui komunikasi antarpribadi.


(33)

2.3.2 Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi, sebagai suatu bentuk perilaku, dapat berubah dari sangat efektif ke sangat tidak efektif. Dalam hal ini dibutuhkan pembelajaran tentang karakteristik dari efektifitas komunikasi antarpribadi. Sehingga akan didapatkan gambaran bagaimana dan faktor yang dapat membuat komunikasi menjadi efektif (Widjaja, 2000: 127).

Karakteristik efektifitas komunikasi antarpribadi tersebut dilihat dari dua perspektif, yakni (Devito, 1997: 259-267) :

1. Perspektif Humanistik

Perspektif ini menekankan keterbukaan, empati, perilaku, suportif dan kesamaan. Pada umumnya sifat-sifat ini akan membantu interaksi menjadi lebih berarti, jujur dan memuaskan. Beberapa sifat yang tercakup dalam perspektif humanistik yaitu :

a. Keterbukaan

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinterksi. Aspek yang kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran, maksudnya bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya


(34)

18

b. Empati

Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain. Dalam arti, bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain.

c. Perilaku Suportif atau Sifat Mendukung

Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik dan provisional bukan sangat yakin.

d. Sikap Positif

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dengan sedikitnya dua cara yaitu dengan menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.

e. Kesetaraan

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.


(35)

2. Perspektif Pragmatis

Perspektif ini memusatkan pada perilaku spesifik yang harus digunakan oleh komunikator untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Model ini juga menawarkan lima kualitas efektivitas, yakni :

a. Kepercayaan Diri

Komunikator yang efektif selalu merasa nyaman bersama orang lain dan merasa nyaman dalam situasi komunikasi pada umumnya.

b. Kebersatuaan

Kebersatuan mengacu pada penggabungan antara pembicara dan pendengar atau tercipta rasa kebersamaan dan kesatuan. Komunikator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan perhatian. Kebersatuan menyatukan pembicara dan pendengar.

c. Manajemen Interaksi

Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorangpun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi.

d. Daya Ekspresi

Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorangpun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi.


(36)

20

e. Orientasi Kepada Orang Lain

Orientasi ini mengacu pada kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama perjumpaan antarpribadi. Orientasi ini mencakup pengomunikasian perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan lawan bicara.

2.3.3 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi

Biasanya komunikasi antarpribadi diartikan sebagai bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang. Padahal, pada kenyataannya komunikasi antarpribadi juga dapat dilakukan oleh lebih dari dua orang. Hal ini menyebabkan kerancuan antara komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Ada ciri-ciri yang menunjukkan bahwa komunikasi berjalan secara antarpribadi, yaitu (Liliweri, 1991: 61) :

a. Jumlah orang yang terlibat sedikit berkisar dua hingga sepuluh orang. b. Tingkat kedekatan fisik pada waktu berkomunikasi intim sangat pribadi. c. Peran komunikasinya informal.

d. Penyesuaian pesan bersifat khusus yaitu pesan hanya diketahui oleh komunikator dan komunikan saja.

e. Tujuan dan maksud komunikasi tidak berstruktur tetapi sangat sosial. Hal ini karena sifatnya yang pribadi sehingga tujuan yang disampaikan hanya mengenai kepentingan komunikator kepada komunikan saja atau sebaliknya.

Dari ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang cenderung memiliki arus pesan dan konteks komunikasi secara


(37)

dua arah. Sehingga menyebabkan tingkat umpan balik yang terjadi akan semakin tinggi karena umpan balik tersebut bersifat segera.

2.3.4 Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi memiliki beberapa karakteristik, yaitu (Adrian Wicaksana. 2009: 26) :

1. Jumlah orang yang terlibat sedikit berkisar dua hingga sepuluh orang. 2. Tingkat kedekatan fisik pada waktu berkomunikasi intim sangat pribadi. 3. Peran komunikasinya informal.

4. Penyesuaian pesan bersifat khusus yaitu pesan hanya diketahui oleh komunikator dan komunikan saja.

5. Tujuan dan maksud komunikasi tidak berstruktur tetapi sangat sosial. Hal ini karena sifatnya yang pribadi sehingga tujuan yang disampaikan hanya mengenai kepentingan komunikator kepada komunikan saja atau sebaliknya.

Dari ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang cenderung memiliki arus pesan dan konteks komunikasi secara dua arah. Sehingga menyebabkan tingkat umpan balik yang terjadi akan semakin tinggi karena umpan balik tersebut bersifat segera.

2.3.5 Tinjauan Tentang Kualitas Hubungan

Hubungan antar pribadi berlangsung melalui beberapa tahap, mulai dari tahap interaksi awal sampai ke pemutusan. Kedua hubungan komunikasi antarpribadi berbeda-beda dalam hal keleluasaan (breadth) dan kedalamannya (depth).


(38)

22

Hubungan terbina melalui tahap-tahap, kebanyakan huubungan, mungkin semua, berkembang melalui tahap-tahap (Knapp, 1984; Wood 1982). Kita tidak menjadi kawan akrab segera setelah pertemuan terjadi. Kita menumbuhkan keakraban secara bertahap, melalui serangkaian langkah atau tahap dan hal yang sama berangkali berlaku pula untuk kebanyakan hubungan lainnya. Model lima tahap menguraikan tahap-tahap penting dalam pengembangan hubungan, untuk setiap hubungan tertentu mungkin perlu memodifikasi dan merevisi model dasar ini, tetapi sebagai deskripsi umum tentang pengembangan hubungan tahap-tahap ini cukup bersifat standar. Devito (1997 : 233) memberikan gambaran tahapan

l l “ l l ” -tahap penting dalam pengembangan hubungan. Kelima tahap itu adalah :

a. Kontak

Pada tahap pertama kita membuat kontak. Ada beberapa macam persepsi alat indera. Kita melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Menurut beberapa peneliti, selama tahap inilah dalam empat menit pertama interaksi awal sampai kita memutuskan apakah kita ingin melanjutkan hubungan ini atau tidak. Pada tahap inilah penampilan fisik begitu penting, karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati secara mudah. Namun demikian, kualitas-kualitas lain seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga terungkap pada tahap ini. Jika kita menyukai orang ini dan ingin melanjutkan hubungan kita berlanjut ke tahap kedua.

b. Keterlibatan

Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita ingin mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga


(39)

mengungkapkan diri kita. Jika ini adalah hubungan yang bersifat romantik (kekasih), mungkin kita melakukan kencan pada tahap ini. Jika ini merupakan hubungan persahabatan, kita mungkin melakukan sesuatu yang menjadi minat bersama dan pergi ke bioskop atau nonton konser musik bersama-sama.

c. Keakraban

Pada tahap keakraban, kita mengikatkan diri kita lebih jauh pada orang ini. Kita mungkin membina hubungan primer (primary relationship), dimana orang ini menjadi sahabat baik atau menjadi kekasih. Komitmen ini dapat mempunyai berbagai bentuk : perkawinan, membantu orang ini, atau kita mengungkapkan rahasia terbesar kita kepada orang ini. Tahap ini hanya disediakan untuk sedikit orang saja sampai kadang-kadang hanya satu, kadang dua, tiga atau empat orang saja. Jarang sekali orang mempunyai lebih dari empat orang sahabat akrab, kecuali, tentu saja, dalam keluarga.

d. Perusakan

Dua tahap berikutnya merupakan penurunan hubungan, ketika ikatan di antara kedua pihak mulai melemah. Pada tahap perusakan kita mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting yang kita kira sebelumnya. Kita berdua mulai semakin jauh, makin sedikit waktu senggang yg dilalui bersama. Kalaupun kita saling bertemu, hanya berdiam diri tak bicara untuk mengungkapkan diri. Jika tahapan ini berlanjut, kita memasuki tahap pemutusan.


(40)

24

Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang mepertalikan kedua pihak. Jika bentuk ikatan itu adalah perkawinan, pemutusan hubungan dilambangkan dengan perceraian, walaupun pemutusan hubungan aktual dapat berupa hidup berpisah. Adakalanya terjadi peredaan; kadang-kadang ketegangan dan keresahan makin meningkat sampai saling tuduh, permusuhan, dan marah-marah terus terjadi. Dalam bentuk materi, inilah tahap ketika harta kekayaan dibagi dan pasangan suami-isteri saling berebut hak pemeliharaan anak. Tetapi ini pula saatnya bagi keduanya untuk membina hidup baru.

Dalam pengembangan hubungan mulai dari tahap kontak sampai keakbaran, salah satu variabel yang paling penting dan paling banyak ditelaah adalah daya tarik. Apa yang membuat kita tertarik kepada orang-orang tertentu dan tidak kepada yang lain? Mengapa orang tertentu tertarik kepada kita dan bukannya kepada orang lain? Joseph Devito (1997 :238-241) mengemukakan lima faktor utama yang mempengaruhi daya tarik antarpribadi, yaitu :

a. Daya tarik fisik dan kepribadian

B l “ ”, l

maksudkan bahwa orang itu menarik secara fisik atau kepribadian atau mungkin cara berprilakunya menarik. Kebanyakan dari kita lebih menyukai orang yang secara fisik menarik ketimbang yang secara fisik tidak menarik, dan kita lebih menyukai orang yang memiliki kepribadian menyenangkan ketimbang yang tidak.

Umumnya, kita melekatkan karakteristik-karakterisktik positif kepada orang yang menurut kita menarik dan karakteristik-karakteristik negatif kepada


(41)

orang yang kita anggap tidak menarik. Jika kita diminta untuk menduga-duga mengenai kualitas yang dimiliki seseorang yang belum kita kenal, barangkali kita akan mengemukakan kualitas yang positif jika kita merasa bahwa orang itu menarik, dan karakter negatif jika kita menganggap orang itu tidak menarik. Sejumlah besar penelitian telah memperkuat dugaan ini. Dalam satu telaah misalnya, psikolog-psikolog pria muda yang dilatih menjadi ahli terapi memberikan sambutan dan dukungan lebih hangat kepada wanita yang menarik ketimbang kepada wanita yang tidak menarik.

b. Kedekatan

Jika kita mengamati orang yang menurut kita menarik, mungkin kita menjumpai bahwa mereka adalah orang-orang yang tinggal atau bekerja dekat kita. Ini barangkali merupakan satu temuan yang paling sering muncul dari riset tentang daya tarik antarpribadi. Dalam salah satu telaah yang paling terkenal, Leon Festinger, Stanley Schachter, dan Kurt Back meneliti persahabatan di kompleks asrama mahasiswa. Mereka menemukan bahwa perkembangan persahabatan dipengaruhi oleh jarak antara unit-unit dimana mereka tinggal. Makin berdekatan kamar mahasiswa, makin besar kesempatan mereka menjadi sahabat. Mahasiswa yang menjadi sahabat adalah mereka yang mempunyai kesempatan terbesar untuk saling berinteraksi. Seperti mungkin telah diduga, jarak fisik paling penting pada tahap-tahap awal interaksi. Sebagai contoh, selama hari-hari pertama kuliah, kedekatan (proximity), baik dikelas maupun di asrama, sangat penting. Pengeruh kedekatan ini berkurang dengan meningkatnya peluang untuk berinteraksi dengan mereka yang berjarak lebih jauh.


(42)

26

c. Pengukuhan

Kita menyukai orang yang menghargai atau mengukuhkan kita. Penghargaan atau pengukuhan dapat bersifat sosial (misalnya pujian) atau bersifat material (misalnya hadiah atau promosi). Tetapi penghargaan dapat berakibat sebaliknya. Bila berlebihan, penghargaan kehilangan efektifitasnya dan dapat menimbulkan reaksi negatif. Orang yang terus menerus memberikan penghargaan kepada kita dengan segera membuat kita waspada, dan pada kahirnya kita mulai berhati-hati dengan apa yang dikatakannya. Juga, agar efektif, penghargaan harus tulus dan tidak didasari oleh kepentingan pribadi. d. Kesamaan

Jika orang dapat membuat konstruksi sahabat mereka, sahabat ini akan terlihat, bertindak, dan berpikir sangat mirip dengan mereka sendiri. Dengan tertarik kepada orang yang seperti kita, kita membenarkan diri kita sendiri. Kita mengatakan kepada diri sendiri bahwa kita pantas disukai dan kita ini menarik. Walaupun ada pengecualian, kita umumnya menyukai orang yang sama dengan kita dalam hal kebangsaan, suku bangsa, kemampuan, karakteristik fisik, kecerdasan dan – khususnya – sikap dan selera. Makin penting sikap, makin penting kesamaan, perkawinan antara dua orang yang perbedaan sikapnya besar, misalnya, lebih mungkin berakhir dengan perceraian ketimbang perkawinan antara dua orang yang sangat bermiripan. e. Sifat saling melengkapi

W l w “ -orang yang mempunyai

”, l l w “ l w l ”


(43)

terakhir ini mengikuti prinsip saling melengkapi (complementarity). Sebagai contoh, misalnya seseorang yang sangat dogmatis. Apakah orang ini akan tertarik kepada orang lain yang juga dogmatis atau ia akan tertarik kepada orang yang tidak dogmatis? Prinsip kesamaan (similarity) meramalkan bahwa orang ini akan tertarik kepada mereka yang mirip denganya (artinya, sangat dogmatis). Prinsip komplementaritas meramalkan bahwa orang ini akan tertarik kepada mereka yang tidak serupa dengannya (tidak dogmatis).

Teori penetrasi sosial memfokuskan diri pada pengembangan hubungan, hal ini terutama berkaitan dengan perilaku antarpribadi yang nyata dalam interaksi sosial dan proses-proses kognitif internal yang mendahului, menyertai, dan mengikuti pembentukan hubungan. Teori ini sifatnya berhubungan dengan perkembangan di mana teori ini berkenaan dengan pertumbuhan (dan pemutusan) mengenai hubungan antarpribadi, proses penetrasi sosial berlangsung secara bertahap dan teratur dari sifatnya di permukaan ke tingkat yang akrab mengenai pertukaran sebagai fungsi baik mengenai hasil yang segera maupun yang diperkirakan, perkiraan meliputi estimasi mengenai hasil-hasil yang potensial dalam wilayah pertukaran yang lebih akrab. Faktor ini menyebabkan hubungan maju dengan harapan menemukan interaksi baru yang secara potensial lebih memuaskan (Budyatna, 2011: 227).

2.3.6 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi

Menurut definisinya, fungsi adalah sebagai tujuan di mana komunikasi diginakan untuk mencapai tujuan tersebut, fungsi utama komunikasi ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-imbalan tertentu berupa


(44)

28

fisik, ekonomi, dan sosial. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa komunikasi insani atau human communication baik yang non-antarpribadi maupun yang antarpribadi semuanya mengenai pengendalian lingkungan guna mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk fisik, ekonomi, dan sosial (Miller & Steinberg, 1975). Keberhasilan yang relatif dalam melakukan pengendalian lingkungan melalui komunikasi menambah kemungkinan menjadi bahagia, kehidupan pribadi yang produktif, kegagalan relatif mengarah kepada ketidakbahagiaan akhirnya bisa terjadi krisis identitas diri (Budyatna, 2011: 27).

Hafied Cangara (2004: 24) yang menyatakan bahwa fungsi komunikasi antarpribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relations),

menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian. Komunikasi antarpribadi, dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan- kemudahan dalam hidupnya. Melalui komunikasi antarpribadi, kita dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik di antara kita atau pun dengan orang lain.

2.4 Tinjauan Tentang Fotografi 2.4.1 Sejarah Fotografi

Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Presstahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang lelaki bangsa Cina bernama Mo Ti sudah


(45)

mengamati sebuah gejala fotografi. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil, maka di bagian dalam ruang itu pemandangan yang ada di luar akan terefleksikan secara terbalik lewat lubang tadi.

Selang beberapa abad kemudian, banyak ilmuwan menyadari serta mengagumi fenomena pinhole tadi. Bahkan pada abad ke-3 SM Aristoteles mencoba menjabarkan fenomena pinhole tadi dengan segala ide yang ia miliki, lalu memperkenalkannya kepada kyalayak ramai. Aristoteles merentangkan kulit yang diberi lubang kecil lalu digelar di atas tanah dan memberinya jarak untuk menangkap bayangan matahari. Dalam eksperimennya itu, cahaya dapat menembus dan memantul di atas tanah sehingga gerhana matahari dapat diamati. Khalayak pun dibuat terperangah.

Percobaan-demi percobaan terus berlanjut sampai akhirnya William Henry Talbott dari Inggris pada 25 Januari 1839 memperkenalkan lukisan fotografi yang juga menggunakan kamera obscura tapi, ia membuat foto positifnya pada sehelai kertas chlorida perak. Kemudian, pada tahun yang sama Talbot menemukan cikal bakal film negatif modern yang terbuatdari lembar kertas beremulsi, yang bisa digunakan untuk mencetak foto dengan cara. Teknik ini juga bias digunakan untuk cetak ulang layaknya film negatif modern. Proses ini disebut Calotype yang kemudian dikembangkan menjadi Talbotypes. Untuk menghasilkan gambar positif, Talbot menggunakan proses Saltprint.

Gambar dengan film negatif pertama yang dibuat Talbot pada Agustus 1835 adalah pemandangan pintu perpustakaan di rumahnya di Hacock Abbey,


(46)

30

Wiltshire, Inggris. Foto paling pertama yang ada di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat kabar New York Daily Graphic di Amerika Serikat pada tanggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J Newton. Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat.

Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha bernama George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis. Saat itu, dunia fotografi sudah mengenal perbaikan lensa, shutter, film, dan kertas foto. Penemuan-penemuan tersebut telah mempermudah orangmengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa dan mereproduksinya. Dengan demikian para fotografer baik amatir maupun profesional bisa menghasilkan suatu karya seni tinggi tanpa terhalang oleh keterbatasan teknologi.

Pada Tahun 1900 seorang juru gambar telah menciptakan kamera Mammoth. Ukuran kamera ini amat besar. Beratnya1,400 pon sedangkan lensanya memiliki berat 500 pon. Untuk mengoperasikan ataumemindahkannya, sang fotografer membutuhkan bantuan 15 orang. Kamera ini menggunakan film sebesar 4,5 x 8 kaki dan membutuhkan bahan kimia sebanyak 10 galon ketika memprosesnya. Lalu, pada tahun 1950 pemakaian prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR) mulai ramai.


(47)

(http://sanimaginative.wordpress.com/sejarah-fotografi/ Di akses pada 20 Desember 2013)

2.4.2 Perkembangan Fotografi Di Indonesia

Sebagaimana dikutip oleh Nugraha (2013: 29), menjelaskan bahwa perkembangan fotografi di Indonesia selalu berkaitan dan mengalir bersama momentum sosial-politik perjalanan bangsa ini, mulai dari momentum perubahan kebijakan politik kolonial, revolusi kemerdekaan, ledakan ekonomi di awal 1980-an, sampai Reformasi 1998. Dibutuhkan waktu hampir seratus tahun bagi bangsa ini untuk benar-benar mengenal dunia fotografi. Masuknya Jepang pada tahun 1942 telah menciptakan kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menyerap teknologi ini. Demi kebutuhan propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk bekerja di kantor berita mereka, Domei. Pada saat itulah muncul nama Mendur Bersaudara.

Frans Soemarto Mendur (1913 - 1971) bersama kakaknya Alex Mendur, juga menjadi icon bagi dunia fotografer nasional. Mereka kerap merekam peristiwa-peristiwa penting bagi negeri ini, salah satunya adalah mengabadikan detik-detik pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Inilah momentum ketika fotografi benar-benar sampai ke Indonesia, ketika kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai merepresentasikan dirinya sendiri. Merekalah yang membentuk imaji baru tentang bangsa Indonesia. Lewat fotografi, Mendur bersaudara berusaha menggiring mental bangsa ini menjadi bermental sama tinggi dan sederajat dengan bangsa lain.


(48)

32

(http://fajare.blogspot.com/2011/09/sejarah-fotografi.html. Di akses pada 20 Desember 2013).

2.4.3 Pengertian Fotografi

Fotografi dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu Fos : Cahaya dan Grafo : Melukis/menulis adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat (Nugraha: 2013: 24)

Dunia fotografi memang sebuah hobi yang menyenangkan. Bagaimana tidak, setelah kita mengambil sebuah objek yang menarik dan hasilnya bagus itulah yang membuat kita terpuaskan. Tapi jangan mengira menjadi seorang fotografer handal dan profesional itu adalah hal mudah. Banyak yang harus diperhatikan saat pengambilan gambar. Dan banyak yang harus di lakukan setelah pengambilan gambar. Tak sedikit orang yang menyangka kalau menjadi seorang fotografer adalah hal yang sangat enak karena selalu membuat foto setiap waktu dan juga jalan-jalan setiap waktu. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan :

a. Mood

Manusia selalu berhubungan dengan mood dan emosi. Ingatlah untuk selalu memposisikan diri Anda di pihak lain (model). Menjadi model itu sangat melelahkan. Pemotretan seringkali memakan waktu yang panjang, mulai dari persiapan, make up, wardrobe, assesories sampai ke proses pemotretan.


(49)

Model harus mempertahankan pose dan ekspresi yang diinginkan fotografer untuk beberapa lama dan ini membutuhkan tenaga ekstra. Kadang-kadang, jika pemotretan dilakukan diluar ruangan terik matahari juga gampang membuat model kepayahan. Pada intinya, ciptakan suasan dan mood yang menyenangkan. Jika model sudah terlihat lelah, hentikan pemotretan untuk sementara sampai dia mendapat energinya kembali. Jangan memaksakan diri, karena jika model anda kelelahan, mood akan hilang dan tidak akan mendapat ekspresi dan pose yang bagus dari model.

b. Kemampuan komunikasi verbal

Fungsi utamanya adalah untuk mengarahkan model pada pose yang diinginkan tanpa menggunakan sentuhan fisik. Kebanyakan model tidak suka jika fotografer menyentuh mereka. Gunakan bahasa yang halus dan tidak memerintah. Kemampuan komunikasi ini juga berguna untuk menjaga mood

model, membuat model merasa nyaman, dengan demikian dia bisa lebih leluasa untuk berekspresi dan mengeluarkan posenya dengan baik. Jangan lupa untuk memberikan pujian jika mendapat gambar yang bagus, tapi jangan berlebihan. Jika memotret human interest misalnya saja bertemu dengan ibu pedagang sayur yang pikir bagus sekali untuk difoto, jangan sungkan-sungkan untuk mengajaknya bicara. Meskipun tema candid, tidak berarti juga bertabiat layaknya pencuri, memotret lalu lari. Seyogyanya memperlakukan mereka sebagai model, bukan sebagai object foto semata. Bahkan, jika cukup berempati, akan mendapatkan foto yang lebih hidup karena mengerti background dari manusia yang jadikan object.


(50)

34

c. Berbagi Foto

Seringkali jika meminta teman sendiri sebagai model, selain gratis juga mudah berkomunikasi dengannya untuk memperoleh hasil foto yang diinginkan. Hal yang sering terjadi adalah, jika memotret model yang tanpa bayaran (teman atau kenalan) sering lupa berbagi hasil foto dengannya. Padahal, dengan memberikan hasil foto kita, itu adalah bentuk rasa terimakasih kita padanya yang sudah susah-susah mau menjadi model.

Beynie. Etika dalam fotografi. 2012.

(http://beynieimages.wordpress.com/2012/05/16/etika-dalam-fotografi/ di akses tanggal 5 Oktober 2013).

2.4.4 Tinjauan Tentang Pemotretan Model

Foto Model adalah kalimat yang mulai sering lalu lalang pada saat ini, apa lagi semenjak digitalisasi telah merambah dunia fotografi. Sekelompok orang atau sebuah komunitas mulai banyak menggelar kegiat j l “ dengan l” p yang beranekaragam. Kita bisa mengikuti kegiatan yang sesuai dengan hobi untuk mendapatkan teman baru dan memperluas

w w S l “ j l l ” l l

dahulu tentang dunia pemotretan model ini. Kalau boleh dikelompokkan, pemotretan model bisa di bagi menjadi dua bagian, yaitu Beauty Shot dan Fashion Photo. Beauty Shot adalah foto yang lebih menonjolkan si modelnya sementara Fashion Photo lebih menonjolkan pakaian yang dipakai oleh model. Berbicara tentang Beauty Shot tentu sangat ditonjolkan kedekatan dan komunikasi antara fotografer dengan modelnya dikarenakan sang Fotografer harus bisa memotret sisi


(51)

paling menarik dari model. Model pun harus bisa memberikan ekspresi terbaiknya. Ini adalah inti dari Beauty Shot. Jadi Beauty Shot bukanlah sebuah foto cantik yang d “w ”

“ ” w , f l -lensa bukaan besar. Tapi lebih dituntut kreativitas sang fotografer dan model untuk menghasilkan sebuah foto dengan ekspresi terbaik, serta dengan pencahayaan yang pas.

Ada beberapa hal teknis dan non teknis yang sebaiknya diperhatikan dan dipahami lagi dalam pemotretan model :

1. Persiapan harus benar-benar matang. Model, wardrobe (baju dan asesoris pendukung), make-up, lokasi (minta izin jika diperlukan) dan lighting harus lengkap serta jelas.

2. Jika mengandalkan sinar matahari, memotret lah pada waktu yang pas (magic hour) sebelum jam 10 pagi atau sesudah jam 3 sore.

3. Yang dipotret adalah ekspresi, mood dan suasana. Bukan hanya bokeh,

rimlight dan permainan warna.

4. Hindari Digital Imaging berlebihan, buatlah foto itu senatural dan sesederhana mungkin. Photoshop dan software lain hanyalah sebagai

finishing touch. Fotografi adalah proses kreativitas yang melibatkan cahaya dan momen, bukan sekedar penciptaan gambar.

5. Model juga pelaku seni layaknya seorang fotografer. Jangan perlakukan seperti manekin toko yang bisa diatur posisinya dan mau menunggu kita untuk mengatur setingan kamera/lampu (efek dari buruknya persiapan sang fotografer).


(52)

36

6. Usahakan semua proses ini output-nya berupa cetakan, walau hanya sebesar postcard (4R). Jangan sampai foto hanya karya yang terpajang di sosial media.

Ulil Azmi. Lebih Dalam Mengenal Pemotretan Model. 2013

(http://inioke.com/fotografi/3676-Lebih-Dalam-Mengenal-Pemotretan-Model.html Di akses tanggal 26 januari 2014).

2.4.5 Pengertian Foto

Foto merupakan istilah lain dari potret atau kamera. Menurut pengertian secara umum foto adalah gambar yang terbuat dari kamera dan peralatan fotografi. Selain definisi foto diatas, secara kategorisasi foto juga harus dibedakan menjadi beragam. Kategorisasi ini bertujuan untuk memudahkan pembuatan dan pemanfaatannya, sesuai dengan standar kualitas bagi masing-masing keperluan. Ada banyak sekali kategori foto, antara lain: foto keluarga, foto dokumentasi, foto resmi, foto salon, foto seni, foto kedokteran, foto infra merah, foto bawah laut, foto satelit, foto udara, foto mikro, foto jurnalistik, dan lain-lain.

Anonimous. Pengertian Foto. 2011.

(http://www.gudangmateri.com/2011/06/pengertian-foto.html di akses tanggal 20 Desember 2013)

2.4.6 Tinjauan Tentang Foto Model

Fotografi model adalah sebuah karyaseni yang mengobjekan seseorang atau yang biasa disebut model yang kemudian di jadikan sebuah foto atau gambar yang hasilnya memanipulasikan sebuah objek tersebut atau model tersebut yang membuatnya lebih berkarasteristik atau mempunyai sebuah keindahan yang patut untuk dilihat.


(53)

Nindi. Fotografi Model. 2013.

(http://indomodell.blogspot.com/2013/06/fotografi-model.html di akses tanggal 20 Desember 2013).

Berpose di depan kamera adalah salah satu seni tersendiri. Tidak semua orang bisa menguasainya, ada yang berbakat sejak lahir ada pula yang harus belajar untuk

l, S l l l “ ”

kesulitan berpose di depan kamera, hal itu wajar dialami karena ada ribuan variasi pose dan semua pose itu tidak semuanya sanggup diingat satu-persatu.

Berpose adalah teknik bergaya yang dilakukan oleh model di depan kamera untuk mendapatkan foto yang terbaik sesuai konsep dan tema yang ingin dihasilkan pada sebuah sesi pemotretan. Teknik berpose ini bisa di bilang tidak mudah karena apabila pose seorang model tidak bagus, keseluruhan foto akan menjadi jelek. Pose yang kurang bagus di antaranya seperti ekspresi yang tidak pas, mata yang tidak hidup, bahasa tubuh yang tidak enak dilihat, pose yang tidak sesuai dengan tema foto dan sebagainya.

Berpose adalah tugas utama dari seorang model. Seorang model yang baik harus mampu melakukan berbagai pose dan ekspresi yang diinginkan sesuai dengan konsep dan foto yang ingin dihasilkan. Fotografer akan suka jika model mampu berpose dengan menghasilkan beragam ekspresi, serta mengikuti arahan yang diberikan kepadanya (Rieke 2012: 14).

Pose yang paling baik adalah pose di mana model terlihat santai dan nyaman di depan kamera. Secantik apapun seorang model, apabila bahasa tubuhnya tidak


(54)

38

menarik dan tidak enak dilihat, dapat merusak foto secara keseluruhan. Mengarahkan pose bisa dibilang sebuah hal yang tidak mudah. Separuh berhubungan dengan fisik, sementara separuh lagi berhubunga dengan mental. Keduanya saling mendukung, bila salah satu saja tidak terpenuhi dengan baik maka hasilnya juga tidak akan menjadi baik.

Memotret manusia sebagai objek utama tidaklah mudah. Tidak seperti benda mati yang bisa ditaruh dan diposisikan semaunya, manusia memiliki emosi. Emosi ini kadang mempengaruhi model dalam berpose atau bergaya di depan kamera. Rasa percaya diri yang baik adalah kunci utama dalam menghasilkan ekspresi dan pose yang baik. Jika model kurang percaya diri, hal ini akan terpancar dari ekspresi dan bahasa tubuh model tersebut (Rieke, 2012: 16).

2.4.7 Tinjauan Tentang Foto Yang Baik

Menurut Arbain Rambey sebuah foto terbentuk dari banyak elemen, yaitu teknik, posisi, komposisi, momen, dan rasa. Teknik adalah masalah ketajaman, akurasi pencahayaan (tidak overexposure dan tidak underexposure), akurasi warna, dan hal lain yang sekarang bisa diotomatiskan.

1. Posisi

Posisi (juga menyangkut sudut pemotretan) adalah masalah di mana sang fotografer memotret. Salah posisi bisa mengakibatkan foto menjadi buruk misalnya terlalu jauh, terlalu dekat, atau bahkan tertutup beberapa benda. Komposisi adalah masalah bagaimana sang fotografer mengatur aneka benda yang dipotretnya di dalam bingkai fotonya. Pemandangan yang indah bisa


(55)

tampil buruk dalam foto kalau komposisinya berantakan, misalnya pohon terpotong dan danau miring.

2. Momen

Sementara momen adalah masalah kapan sang fotografer menekan tombol rana. Terlalu cepat atau terlalu lambat akan menghasilkan foto yang tidak bagus, misalnya orang yang dipotret pas memejamkan mata dan memotret serangga, tetapi sang serangga telanjur terbang. Pemandangan alam di daerah tropis terbaik dipotret pada pagi hari sehingga kalau dipotret tepat pukul 12 siang umumnya menghasilkan foto yang tidak indah.

3. Elemen

Elemen teknis merupakan satu-satunya elemen fotografi yang bisa otomatis. Posisi, komposisi, dan momen sampai kapan pun tidak bisa dibuat otomatis. Jadi, sebenarnya tak perlu meributkan soal otomatis atau manual dalam fotografi karena soal otomatis itu hanya masalah yang sangat sepele. Masih banyak soal penting yang tidak bisa otomatis, yaitu posisi, komposisi, dan momen.

Namun, ada satu elemen lagi yang membuat sebuah foto menjadi bagus atau tidak, yaitu masalah rasa. Masalah rasa adalah masalah tertinggi dalam fotografi sehingga jam terbang, bakat, dan pengalaman sangat memengaruhi.

(http://entertainment.kompas.com/read/2013/02/12/02413673/Memahami.Ras a.dalam.Fotografi di akses tanggal 25 maret 2014)

Foto yang bagus itu seperti apa? Pertanyaan sederhana dan sering ditanyakan. Namun jawaban musti bijaksana, tak serta merta sama untuk semua penanya.


(56)

40

Demikian juga penanya yang musti menyerap jawaban secara kritis dan pikiran terbuka, penanya yang baru mulai belajar fotografi, alias tingkat pemula, butuh jawaban yang lugas dan praktis. Bagi pemula, definisi foto bagus adalah foto yang

correct exposure, komposisi sedap dipandang dan fokus akurat, secara pemahaman, fotografer pemula disarankan agar mengerti benar teori dasar fotografi.

S l , j f f l l j f “break the rule” “they know which rule(s) to break and how to break it” j

hal yang naif tatkala membicarakan konsep dan isi foto tapi aspek teknik dasar dikesampingkan. Ibarat hendak memasak tapi tak bisa memutuskan seberapa besar nyala api kompor dan bumbu-bumbu dasar yang hendak diramu. Penanya tingkat menengah tak puas dengan jawaban teknis dan dasar. Dengan asumsi sudah paham benar teori dasar, maka fotografer tingkat menengah sudah terampil memotret. Tak pusing dengan pilihan ISO, dan paham berbagai aspek kualitas pencahayaan, bukan hanya kuantitas.

Maka definisi foto bagus bagi fotografer tingkat menengah adalah foto yang sesuai keinginan dan imajinasi fotografernya. Tanyakan pada diri sendiri saat

l l LCD l , “Do you get what you want?” J j w

ya, maka foto tersebut adalah foto bagus. Jika sebaliknya, maka memotretlah hingga memperoleh hasil sesuai keinginan.

Jawaban bagi fotografer tingkat menengah ini sudah komprehensif. Tak lagi melulu soal teknis, tapi sudah terpadu dengan konsep berdasarkan imajinasi. Tak hanya visualisasi sebagai akhir, tapi bertitik berat pula pada pra-visualisasi


(57)

sebagai proses awal penciptaan karya. Fotografer tingkat mahir lebih kritis menyikapi definisi foto bagus. Pembahasan teknis sudah lewat, dianggap sudah

ngelotok” P f yang lebih penting. Definisi foto bagus bagi fotografer tingkat mahir adalah foto yang menginspirasi pemirsanya. Ketika foto dipampangkan, kritisi foto dengan mempertanyakan,

Does the picture inspire people?”.

Semua percaya, fotografi merupakan bahasa komunikasi visual. Proses penciptaannya didasarkan pada hal-hal teknis dan teori dasar. Lantas proses tersebut diisi dengan pesan bagi pemirsa dan dibungkus dengan visualisasi bernilai estetika tinggi. Ketika diterima pemirsa, hasil akhir proses tersebut diserap dan diolah dan menerbitkan interpretasi. Kita percaya pula, fotografi merupakan wahana yang ampuh untuk berbagai tujuan. Sungguh berarti jika sebuah foto bisa menginspirasi pemirsanya untuk berbuat hal serupa. Lebih berarti lagi jika sebuah foto bisa memotivasi pemirsanya untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Fotografi, sejatinya, berorientasi pada hasil akhir yang berawal secara benar dan melalui proses. Demikian pula proses berkarya yang seyogyanya mengalir alami, tak bisa dipercepat, diperlambat, apalagi dibeli. Semua fotografer melalui tingkat-tingkat berproses yang sama.

(http://kristupa.wordpress.com/2010/08/20/definisi-foto-bagus/ di akses tanggal 25 maret 2014)

2.5 Tinjauan Komunitas

Menurut Prof. Dr. Soerjono soekanto, istilah community dapat di terjemahkan


(58)

42

sebuah kota, suku, atau suatu bangsa . Apabila anggota-anggota suatu kelompok baik itu kelompok besar atupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial (social relationship). Dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat (community) adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat setempat.

(http://syienaainie.blogspot.com/2010/11/komunitas.html di akses tanggal 24 Maret 2014)

2.6 Landasan Teori

1. Teori Interaksional Simbolik

Paham mengenai interaksi simbolik adalah suatu cara berfikir mengenai pikiran (mind), diri dan masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi kepada tradisi sosiokultural dalam membangun teori komunikasi. Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolik. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di antara manusia, baik secara verbal maupun non-verbal. Menurut paham interaksi simbolik, individu berinteraksi dengan individu lainnya sehingga menghasilkan suatu ide tertentu mengenai diri. (dalam Morrison dan Wardhany, 2009:74-75)


(59)

Interaksionisme simbolik menjelaskan proses dimana diri sendiri dikembangkan. Interaksionisme simbolik pergerakan dalam sosiologi, berfokus pada cara–cara manusia membentuk makna dan susunan dalam masyarakat melalui percakapan. Barbara Ballis Lal (Littlejohn dan Foss, 2009:231), meringkaskan dasar–dasar pemikiran gerakan ini :

a. Manusia membuat keputusan dan bertindak sesuai dengan pemahaman subjektif mereka terhadap situasi ketika mereka menemukan diri mereka b. Kehidupan sosial terdiri dari proses–proses interaksi daripada susunan,

sehingga terus berubah

c. Manusia memahami pengalaman mereka melalui makna-makna yang ditemukan dalam simbol–simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial

d. Dunia terbentuk dari objek–objek sosial yang memiliki nama dan makna yang ditentukan secara sosial

e. Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran mereka, di mana objek dan tindakan yang berhubungan dalam situasi yang dipertimbangkan dan diartikan

f. Diri seseorang merupakan sebuah objek yang signifikan dan layaknya semua objek sosial, dikenalkan melalui interaksi sosial dengan orang lain. (Littlejohn dan Foss, 2009:231)

Interaksionisme simbolik sebagai sebuah gerakan, ada untuk meneliti cara–cara manusia berkomunikasi, memusat, atau dapat membagi makna (Littlejohn dan Foss, 2009: 236). Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan


(60)

44

ciri khas manusia, yaitu komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna (Mulyana, 2001:68).

Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang objek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Perilaku mereka tidak hanya digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan impuls, tuntunan budaya, atau tuntunan peran. Manusia bertindak hanya berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek disekeliling mereka (Mulyana, 2001: 70).

Inti pandangan pendekatan ini adalah individu. Para ahli di belakang perspektif ini mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka melihat bahwa individu adalah obyek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.

Baik manusia dan struktur sosial dikonseptualisasikan secara lebih kompleks, lebih tak terduga, dan aktif jika dibandingkan dengan perspektif-perspektif sosiologis yang konvensional. Di sisi ini masyarakat tersusun dari individu-individu yang berinteraksi yang tidak hanya bereaksi, namun juga menangkap, menginterpretasi, bertindak, dan mencipta. Individu bukanlah sekelompok sifat, namun merupakan seorang aktor yang dinamis dan berubah, yang selalu berada dalam proses menjadi dan tak pernah selesai terbentuk sepenuhnya.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Budyatna, Muhammad. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Karisma Publishing Group.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta .

Indriyanti, Rieke. 2012. Posing Guide For Woman. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Jalaludin, Rakhmat. 2005. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika

Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

________. 2011.Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Kencana. Prenada Media Group. Jakarta.

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press Group

Mulyana, Dedy. 2001. Human Communication :Konteks – konteks Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(2)

Moleong. 2005. Metodologi Kwalitatif edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sarwono. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Gravido Persada.

Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antarpribadi: Tinjauan Psikologis . Jogjakarta: Kanisius.

Wardhany, Andy Cory dan Morissan. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Widjaja. H. A. W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumber Skripsi :

Annisa. 2013. Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Antara Pimpinan Dan Karyawan Dalam Kegiatan Employee Gathering Terhadap Peningkatan Kualitas Kerja. Skripsi: Universitas Lampung.

Boengky. 2011. Komunikasi Interpersonal Antara Pemain Asing Dan Pemain Lokal Dalam Tim Softball. Skripsi: Universitas Lampung.

Fajri, Okta Nugraha. 2013. Pengaruh Tayangan “Mata Lensa” di ANTV Terhadap Minat Belajar Fotografi (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Unila Angkatan 2009, dan 2010). Skripsi: Universitas Lampung.

Radhit. 2013. Pola Komunikasi Kelompok Pemasu dalam Tradisi Masu Babuy. Skripsi: Universitas Lampung

Sumber Internet :

Anonimus. 2011. Pengertian Foto.

(http://www.gudangmateri.com/2011/06/pengertian-foto.html di akses tanggal 20 Desember 2013).

Anonimus. 2011. Fotografi dan Dunia.

(http://sanimaginative.wordpress.com/sejarah-fotografi/ Di akses pada 20 Desember 2013).

Anonimus. Memahami Hubungan Antar Pribadi.doc

( . Di


(3)

Beynie. 2012. Etika Dalam Fotografi.

(http://beynieimages.wordpress.com/2012/05/16/etika-dalam-fotografi/ . Di akses tanggal 5 Oktober 2013).

Fajree. 2011. Sejarah Fotografi Di Indonesia.

(http://fajare.blogspot.com/2011/09/sejarah-fotografi.html. Di akses pada 20 Desember 2013).

Nindi. 2013. Fotografi Model.

(http://indomodell.blogspot.com/2013/06/fotografi-model.html di akses tanggal 20 Desember 2013).

Siti Nuraini. 2010. Definisi Komunitas.

(http://syienaainie.blogspot.com/2010/11/komunitas.html di akses tanggal 24 Maret 2014).

Riyadi Soeprapto. 2007. Mengenal Singkat Teori Interaksionisme Simbolik

(http://www.averroes.or.id/research/teori-interaksionisme-simbolik.html , diakses pada tanggal 14 Febuari 2013).

Ulil Azmi. Lebih Dalam Mengenal Pemotretan Model. 2013

(http://inioke.com/fotografi/3676-Lebih-Dalam-Mengenal-Pemotretan-Model.html di akses tanggal 26 januari 2014).

Wikipedia. 2013. Fotografi.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

ABSTRAK ...ii

PERNYATAAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

RIWAYAT HIDUP ...v

MOTTO ...vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vii

SANWACANA ...vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...x

BAB IPENDAHULAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...8

1.3 Tujuan Penelitian ...9

1.4 Kegunaan Penelitian ...9

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu ... 10

2.2 Tinjauan tentang komunikasi ... 11

2.3 Tinjauan Komunikasi Antar Pribadi ... 12

2.3.1 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 15

2.3.2 Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi ... 17

2.3.3 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi... 20

2.3.4 Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi... 21

2.3.5 Tinjauan Tentang Kualitas Hubungan ... 21

2.3.6 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi ... 27

2.4 Tinjauan Tentang Fotografi ... 28

2.4.1 Sejarah Fotografi ... 28

2.4.2 Perkembangan Fotografi Di Indonesia ... 31


(5)

2.4.4 Tinjauan Tentang Pemotretan Model ... 34

2.4.5 Pengertian Foto ... 36

2.4.6 Tinjauan Tentang Foto Model ... 36

2.4.7 Tinjauan Tentang Foto Yang Baik ... 38

2.5 Tinjauan Komunitas ... 41

2.6 Landasan Teori ... 42

2.7 Kerangka Pikir ... 47

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 50

3.2 Definisi Konsep ... 51

3.3 Fokus Penelitian ... 52

3.4 Informan ... 58

3.5 Lokasi Penelitian ... 59

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.7 Teknik Analisa Data ... 60

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Indonesia Photography Courses ... 62

4.2 Struktur Organisasi IPC ... 64

4.3 Visi dan Misi IPC ... 66

4.4 Maksud dan Tujuan Komunitas ... 67

4.5 Perekrutan Anggota IPC ... 67

BAB V HASIL DAN PEMBAHSAN 5.1 Hasil Penelitian ... 68

5.1.1 Identitas Informan ... 69

5.1.2 Profil Informan ... 71

5.1.3 Kegiatan Pemotretan Indonesia Photography Chourses (IPC) ... 74

5.1.4 Hasil Wawancara Tentang Kualitas Hubungan ... 78

5.1.5 Hasil Wawancara Tentang Proses Pemotretan Sebagai Sebuah Proses Komunikasi Antara Fotografer dan Model ... 100

5.2 Pembahasan ... 118

5.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian Kualitas Hubungan Antara Fotografer dan Model ... 119

5.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Proses Pemotretan Sebagai Sebuah Proses Komunikasi Efektif ... 130

5.2.3 Proses Pemotretan Sebagai Sebuah Proses Komunikasi Dalam Perspektif Teori Interaksi Simbolik ... 140

5.2.4 Kualitas Foto Sebagai Hasil Komunikasi Antar Pribadi Antara Fotografer dan Model dalam Proses Pemotretan ... 144


(6)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 153 6.2 Saran ... 154 DAFTAR PUSTAKA


Dokumen yang terkait

“Komunikasi Verbal - Nonverbal Fatis dan Komunikasi Efektif” (Studi Korelasi tentang Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

6 57 172

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA ANAK SMU NEGERI III MALANG

0 4 2

Pola Komunikasi Fotografer Dalam Penyebaran Informasi Nilai-Nilai Fotografi Pada Model Pemula (Studi Fenomenologi Penyebaran Nilai-Nilai Fotografi Pada Model Pemula di Komunitas Fotografer Amatir Bandung)

3 40 96

POLA KOMUNIKASI KELOMPOK PADA KOMUNITAS SCOOTER “VESPA” DALAM MENJALIN HUBUNGAN SOLIDARITAS Pola Komunikasi Kelompok Pada Komunitas Scooter “Vespa” Dalam Menjalin Hubungan Solidaritas (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Kelompok Komunitas Ikatan Scooter Wo

3 19 12

POLA KOMUNIKASI KELOMPOK PADA KOMUNITAS SCOOTER “VESPA” DALAM MENJALIN HUBUNGAN SOLIDARITAS Pola Komunikasi Kelompok Pada Komunitas Scooter “Vespa” Dalam Menjalin Hubungan Solidaritas (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Kelompok Komunitas Ikatan Scooter W

0 3 14

Hubungan antara komunikasi yang efektif dan kepuasan perkawinan pada istri Suku Jawa.

1 2 142

Hubungan Antara Kualitas Komunikasi dan Fatigue dengan Pengambilan Keputusan pada Pilot Pesawat Militer BAB 0

0 0 17

PENTINGNYA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF UNTUK

0 0 13

Hubungan Antara Komunikasi Efektif Orang

0 0 11

Studi Deskriptif Kualitatif tentang Hambatan Komunikasi Fotografer dan Model dalam Proses Pemotretan

0 1 12