“Komunikasi Verbal - Nonverbal Fatis dan Komunikasi Efektif” (Studi Korelasi tentang Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

(1)

SKRIPSI

“Komunikasi Verbal - Nonverbal Fatis dan Komunikasi Efektif” (Studi Korelasi tentang Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa

Ilmu Komunikasi FISIP USU)

Diajukan Oleh : Eka Safitri Nasution

050904093

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Eka Safitri Nasution

NIM : 050904093

Judul : Komunikasi Verbal - Nonverbal Fatis dan Komunikasi Efektif (Studi Korelasi tentang Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU)

Medan, September 2009 M Ramadhan 1430 H

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Mukti Sitompul, MSi Drs. Amir Purba, MA .

NIP.195307161981121001 NIP.195102191987011001

Dekan FISIP USU

Prof.DR.M.Arif Nasution, MA NIP.196207031987111001


(3)

ABSTRAKSI

Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel berhubungan pada variasi pada variabel-variabel lain.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 217 orang, dengan menggunakan rumus Arikunto diperoleh sampel sebanyak 56 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik Stratified Random Sampling, Purposive Sampling dan

Accidental Sampling.

Teknik Pengumpulan Data yang dilakukan adalah melalui Data Primer dan Data Sekunder.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order Correlation Coefficient) oleh Spearman.

Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variabel digunakan Skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap Variabel Y digunakan rumus Ttest. Kemudian untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Variabel Y digunakan Uji Determinan Korelasi.

Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat hubungan antara Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim.

Alhamdulillahirobbil’alamiin, segala puji dan syukur hanya penulis persembahkan kepada Allah SWT. Tuhan yang Maha Esa dan Kuasa, yang telah memberikan cinta, petunjuk, kesehatan dan kemudahan NYA kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang diberi judul:

“Komunikasi Verbal - Nonverbal Fatis dan Komunikasi Efektif” Tak lupa sholawat berangkai salam penulis persembahkan untuk junjungan mulia Baginda Rasululloh SAW yang telah menunjukkan jalan kebenaran bagi seluruh umat manusia di dunia.

Rasa terima kasih dan syukur juga ingin penulis sampaikan kepada orang-orang terkasih dalam kehidupan penulis, yakni keluarga penulis, terutama sekali bagi Ibunda, Hj. Nurhasanah Lubis yang telah melahirkan, menjaga, mendidik dan senantiasa mendoakan penulis agar senantiasa berada dalam kebaikan.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada adik-adik penulis, Eki, Edo dan Ega atas perhatian, doa, dan kritikannya. Semoga kita semua jadi anak yang soleh, sukses dan berhasil. Amin.

Nenek penulis, Hj. Siti Rayana Hayati Nasution yang selalu sayang dan mendoakan penulis, terima kasih atas pengertian dan kesabarannya.

Pada kesempatan kali ini pula penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :


(5)

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si., selaku dosen wali penulis.

4. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si., selaku dosen pembimbing penulis yang begitu sabar dalam membimbing penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini

5. Seluruh dosen FISIP USU yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di FISIP USU.

6. Seluruh guru-guru penulis dari semenjak SD hingga SMA yang sudah mentransfer ilmunya kepada penulis.

7. Mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU 2006 dan 2007 yang sudah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Keluarga YP2M dan Lab Komunikasi : Bu Mazda, Kak Anim, Kak Puan, Kak Nuri, Yolan, Kak Asti dan Kak Ifah.

9. Nenek STM yang sudah berinisiatif memasukkan penulis ke SD di saat usia penulis baru 5 tahun.

10. Sahabat-sahabat penulis selama berkuliah di FISIP USU : Indah, Eli, Pinta, Feny dan Rei, semoga persahabatan kita terjaga selamanya..

11. Teman-teman yang sudah memberi informasi dan membantu penyebaran kuesioner penulis: Wina (Kom ’05), Fiqi (Kom ’06), Mila dan Kiki si kembar identik (Kom ’07). “Jadi, mau Kurang Asem atau Capilanos


(6)

12. Seluruh teman-teman angkatan 2005 : Semoga kita semua jadi ahli komunikasi yang handal. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini di masa mendatang.

Akhir kata, penulis sangat berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya terutama bagi para pengkaji Ilmu Komunikasi.

Medan, September 2009 M Ramadhan 1430 H

Penulis

Eka Safitri Nasution


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI………...i

KATA PENGANTAR……….…………..…ii

DAFTAR ISI……….………..……...v

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR……….…...ix

DAFTAR LAMPIRAN………...xii

BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang………...1

1.2. Perumusan Masalah ……….……….…….4

I.3. Pembatasan Masalah……….… 5

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan penelitian: ………..…..……...…………..…..5

I.4.2. Manfaat Penelitian:……….………….6

I.5. Kerangka Teori I.5.1 Komunikasi ……….……….…...7

I.5.2. Komunikasi Verbal…...………...………..………..8

I.5.3. Komunikasi Nonverbal ……..………..……...8

I.5.4. Komunikasi Fatis………..……...9

I.5.5. Model S-O-R……….……….10

I.5.6. Komunikasi Efektif ………..…….11

I.6. Kerangka Konsep………..………..…….. 13

I.7. Model Teoritis ……….………. 14

I.8. Operasionalisasi Variabel ………..……...15


(8)

I.10. Hipotesis……… ..19

BAB II. URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi II.1.1. Definisi Komunikasi……….……… 22

II.1.2. Dimensi-dimensi Ilmu Komunikasi………...…….. .26

II.2. Komunikasi Verbal 11.2.1 Definisi Komunikasi Verbal………...………..………. 30

11.2.2 Pembagian Tipe-Tipe Komunikasi ……...……….……31

11.2.3 Ciri-Ciri Utama Komunikasi Verbal……….……….31

11.2.4 Perbedaan antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal …..…...….32

11.2.5 Teori-Teori Komunikasi Verbal……….……36

II.3. Komunikasi Nonverbal II.3.1. Definisi Komunikasi Nonverbal………..…………. 47

II.3.2. Karakteristik Komunikasi Nonverbal………49

II.3.3. Kategori Komunikasi Nonverbal………...……….. .50

II.3.4. Fungsi dan Urgensi Komunikasi Nonverbal...58

II.3.5. Deskripsi Historis Komunikasi Nonverbal...63

II.3.4. Teori-teori Komunikasi Nonverbal...64

II.4. Komunikasi Fatis... 74

II.5. Teori S-O-R...77


(9)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Metode Penelitian...84

III.2. Populasi dan Sampel III.2.1. Populasi……….………….. 85

III.2.2. Sampel……….……… 86

III.3. Teknik Penarikan Sampel………. .88

III.4. Teknik Pengumpulan Data………...…………..89

III.5. Teknik Analisis Data ………..…...89

III.6. Pelaksanaan Pengumpulan Data III.6.1. Tahap Awal………...….…………92

III.6.2. Pengumpulan Data……….………..………. 92

III.7. Proses Pengolahan Data III.7.1. Penomoran Kuesioner………..………93

III.7.2. Editing……….……….93

III.7.3. Coding ……….………93

III.7.4. Inventarisasi Variabel………..………... 93

III.7.5. Tabulasi Data……….………. 93

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………...………...94

IV.2. Analisa Tabel Tunggal IV.2.1. Karakteristik Responden………...……..….………..104

IV.2.2. Komunikasi Fatis ………..………….………...106


(10)

IV.3. Analisa Tabel Silang ………..…..……..……….124 IV.4. Uji Hipotesis……….………132

BAB V. PENUTUP

V.1. Kesimpulan………..………...139

V.2. Saran……….………140

DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Gambar 1.1. Model Teoritis………...……….……14

Tabel 1.2. Operasionalisasi Variabel………...………15

Tabel 2.1. Pembagian Tipe-Tipe Komunikasi………...…….31

Gambar 2.1. Penggunaan Ekspresi Wajah Merupakan Salah Satu Komunikasi Nonverbal………...………....50

Gambar 2.2. Seorang Polisi Menggunakan Seragam……...………...…55

Gambar 2.3. Skema Teori S-O-R...79

Tabel 3.1. Jumlah Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2006...85

Tabel 3.2. Jumlah Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2007………...86

Tabel 3.3. Distribusi Sampel………..……88

Tabel 4.1. Jumlah Mahasiswa yang diterima di FISIP USU T.A. 1980/1981- 2002/2003……….……102

Tabel 4.2. Jumlah Alumni FISIP USU T.A. 1985-2003………...…103

Tabel 4.3. Jenis Kelamin……….……..104

Tabel 4.4 Tingkat Kuliah……….………105

Tabel 4.5. Besar uang saku per bulan………105

Tabel 4.6. Sifat Sapaan Dosen ……….……….106

Tabel 4.7. Sifat Teguran Dosen ………..………..106

Tabel 4.8. Sifat Candaan Dosen ………..……….107

Tabel 4.9. Sifat Nasihat Dosen ……….………107

Tabel 4.10. Sifat SMS Dosen ……….108


(12)

Tabel 4.12. Sifat Catatan Tertulis Dosen …...………109

Tabel 4.13. Dampak Kelembutan Suara……….………110

Tabel 4.14. Dampak Kehalusan Suara………110

Tabel 4.15. Dampak Kegemulaian Suara………111

Tabel 4.16. Dampak Kesopanan Suara………..……….111

Tabel 4.17. Pendapat Terhadap Ekspresi Wajah Ramah ………….….……..112

Tabel 4.18. Pendapat Terhadap Sikap Responsif………..……..112

Tabel 4.19. Dampak Kontak Mata Dosen………..…….113

Tabel 4.20. Dampak Gerak Tubuh Dosen yang Positif.. ..………...…..114

Tabel 4.21. Dampak Pengaturan Jarak Pribadi Dosen………..…..114

Tabel 4.22. Dampak Sentuhan Fisik Salaman ………..…..115

Tabel 4.23. Dampak Sentuhan Fisik Rangkulan……….………115

Tabel 4.24. Dampak Sentuhan di Punggung………...116

Tabel 4.25. Dampak Penampilan Rapi Dosen……….……117

Tabel 4.26. Dampak Komitmen terhadap Waktu………..…. 117

Tabel 4.27. Dampak Penggunaan Parfum……….…..118

Tabel 4.28. Kesesuaian Frame of Reference………...….……..119

Tabel 4.29. Kesesuaian Field of Experience………..……119

Tabel 4.30. Komunikasi Sudah Berjalan Hangat………120

Tabel 4.31. Komunikasi Sudah Berjalan Akrab………..120

Tabel 4.32. Komunikasi Sudah Berjalan Menyenangkan………..120

Tabel 4.33. Komunikasi dapat Meningkatkan Pengetahuan………..121

Tabel 4.34. Komunikasi dapat Menyenangkan Perasaan………...121


(13)

Tabel 4.36. Komunikasi Menimbulkan Rasa Saling Pengertian………122 Tabel 4.37. Komunikasi Menimbulkan Rasa Saling Percaya………123 Tabel 4.38. Komunikasi Menimbulkan Rasa Saling Menguntungkan……..123 Tabel 4.39. Komunikasi dapat Membuat Patuh dan Hormat……….124 Tabel 4.40. Hubungan antara Sifat Sapaan Dosen dalam Menciptakan

Komunikasi yang Menyenangkan………125 Tabel 4.41. Hubungan antara Sifat Candaan Dosen dalam Menciptakan

Komunikasi yang Hangat……….126 Tabel 4.42. Hubungan antara Sifat Nasihat Dosen dalam Menciptakan

Komunikasi yang Menimbulkan Rasa Saling Percaya…………127 Tabel 4.43. Hubungan antara Ekspresi Wajah Ramah Dosen dalam

Menciptakan Komunikasi yang dapat

Menyenangkan Perasaan……….……….129 Tabel 4.44. Hubungan antara Penampilan Rapi Dosen dalam

Menciptakan Komunikasi yang dapat Membuat Patuh dan


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen Penyaringan Data (Kuesioner) 2. Tabel Foltron Cobol

3. Tabel Distribusi t

4. Hasil Tabel Tunggal SPSS 5. Hasil Tabel Silang SPSS 6. Hasil Uji Hipotesis SPSS 7. Surat Izin Penelitian

8. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi 9. Biodata Peneliti


(15)

(16)

ABSTRAKSI

Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu

Komunikasi FISIP USU.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel berhubungan pada variasi pada variabel-variabel lain.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 217 orang, dengan menggunakan rumus Arikunto diperoleh sampel sebanyak 56 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik Stratified Random Sampling, Purposive Sampling dan

Accidental Sampling.

Teknik Pengumpulan Data yang dilakukan adalah melalui Data Primer dan Data Sekunder.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order Correlation Coefficient) oleh Spearman.

Untuk melihat kuat lemahnya korelasi kedua variabel digunakan Skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap Variabel Y digunakan rumus Ttest. Kemudian untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Variabel Y digunakan Uji Determinan Korelasi.

Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat hubungan antara Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Komunikasi merupakan bagian paling mendasar dalam kehidupan manusia. Tanpa komunikasi manusia tidak dapat hidup. Bahkan yang tidak dapat melakukannya secara verbal pun akan berusaha melakukannya dengan cara lain yaitu nonverbal seperti penggunaan bahasa tubuh.

Seseorang yang mampu melakukan komunikasi verbal baik lisan maupun tulisan akan memanfaatkannya sebaik mungkin agar mendapat pengakuan akan eksistensi dari lingkungan sosialnya. Sikap keterbukaan terhadap lingkungan sosial sekitarnya akan membuat seseorang itu menjadi berharga bagi lingkungan di sekitarnya itu sendiri.

Oleh karena itu, dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya, seseorang akan berusaha agar dirinya dapat diterima dengan terbuka oleh lingkungannya. Berbagai cara dan upaya pun dilakukan sehingga antara dirinya dan lingkungan sosialnya tidak terdapat lagi jurang pemisah yang dalam atau setidaknya dapat dieliminir.

Salah satu dari berbagai upaya yang dilakukan itu adalah dengan melakukan komunikasi yang baik. Komunikasi dikatakan baik apabila komunikasi itu efektif. Salah satu indikator kefektifan komunikasi adalah apabila memenuhi sejumlah syarat tertentu, dimana salah satunya adalah komunikasi yang mampu menimbulkan kesenangan diantara pihak yang terlibat di dalamnya.


(18)

Upaya untuk menimbulkan rasa kesenangan saat berkomunikasi itu adalah dengan menggunakan apa yang disebut dengan komunikasi fatis (phatic

communication).1 Yaitu, suatu kondisi dimana komunikasi yang berlangsung

tidak bertujuan untuk memperoleh suatu informasi yang berarti melainkan hanya untuk menimbulkan kesenangan diantara pihak yang terlibat didalamnya semata.

Misalnya seseorang menanyakan kabar dari lawan bicaranya, maka sebenarnya hal itu hanya merupakan basa-basi saja. Si penanya tidak bermaksud benar-benar ingin mencari tahu bagaimana kabar lawan bicaranya, melainkan hanya ingin menimbulkan suasana keakraban semata.

Komunikasi fatis sebenarnya mencakup seluruh ruang lingkup komunikasi. Namun, komunikasi fatis biasanya dilakukan melalui komunikasi verbal dan nonverbal. Jika tadi telah disinggung mengenai sapaan untuk menanyakan kabar seseorang yang merupakan salah satu bentuk komunikasi verbal maka sentuhan di pundak atau di punggung lawan bicara juga dapat mengekspresikan gaya komunikasi fatis namun dalam bentuk nonverbal.

Meskipun komunikasi fatis ini cukup jarang dibicarakan dalam kajian komunikasi, namun keberadaan komunikasi fatis disekitar lingkungan sosial ternyata sangat diperlukan dan mudah ditemukan. Misalnya saja kita dapat menyaksikannya pada percakapan menyenangkan antar teman sebaya, guru, dosen dan siapapun juga—bahkan terhadap orang-orang yang baru kita kenal.

Komunikasi fatis sangat berguna untuk mempertahankan kelangsungan hubungan sosial dalam keadaan yang baik dan menyenangkan.2 Hubungan yang

1 Vladimir Zegarac, What is Phatic Communication, Cambridge Journal Online (10 Mei, 2009) 2

Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Jalaluddin Rakhmat , Lima Tanda Komunikasi Efektif, http://nichanghan2.multiply.com/journal/item/20/psikologi_komunikasi-jalaludin_rahmat,(1 April 2009)


(19)

baik dan menyenangkan ini sangat diperlukan bagi seseorang untuk mengembangkan kepribadiannya.

Berkaitan dengan komunikasi fatis, seorang dosen akan menjadi sangat disenangi oleh para mahasiswanya apabila dosen tersebut bersikap terbuka dengan mahasiswa. Salah satunya dengan menggunakan komunikasi fatis dalam interaksi dengan mahasiswa. Sebuah teguran yang disampaikan dengan disertai dengan obrolan ringan akan lebih berkesan daripada teguran keras yang bersifat koersif.

Komunikasi fatis juga merupakan salah satu bentuk dari komunikasi persuasif, dimana pihak yang terlibat didalamnya khususnya komunikan akan menjadi lebih siap menerima pesan yang akan disampaikan oleh komunikator.

Seorang dosen yang aktif menerapkan komunikasi fatis kepada mahasiswanya cenderung menjadi dosen yang difavoritkan dan disenangi oleh para mahasiswa serta kerap dijadikan panutan dan nasihatnya dijadikan pedoman bagi mahasiswa dalam menghadapi suatu masalah. Jelas berbeda halnya apabila pesan yang disampaikan kepada mahasiswa hanya sekedar lalu saja dan terkesan kaku. Maka pesan tersebut akan mental dan komunikasi tidak berjalan dengan efektif.

Asumsi tersebut menghantarkan pada satu pemikiran bahwa komunikasi fatis dapat memunculkan komunikasi yang efektif dalam interaksi antara komunikator dan komunikan, baik bersifat pribadi, kelompok, organisasi maupun massa.

Dosen Komunikasi FISIP USU merupakan komunikator handal dalam menyampaikan pesan komunikasi. Pengetahuan serta pengalaman dalam


(20)

komunikasi yang bersifat fatis tentu lebih dimiliki oleh para dosen di bidang komunikasi itu sendiri.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU merupakan mahasiswa yang mempelajari Ilmu Komunikasi sebagai subjek studinya. Pemahaman terhadap ruang lingkup Ilmu Komunikasi tentulah sudah cukup komprehensif. Baik itu pemahaman paling mendasar tentang pengertian atau definisi, unsur-unsur serta teori komunikasi sampai kepada dimensi-dimensi Ilmu Komunikasi seperti, bentuk/tatanan, sifat, tujuan, fungsi, metode, bidang, teknik hingga model dalam komunikasi pastilah sudah cukup dipahami oleh para mahasiswa yang mengambil jurusan ini.

Hal itu jualah yang menjadi landasan peneliti menetapkan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU sebagai objek penelitian dalam penelitian ini, khususnya angkatan tahun 2006 dan 2007 yang notabene mengenal dan intens berinteraksi dengan para dosen tersebut dalam kegiatan perkuliahan maupun di luar kampus

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti :

“Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU”.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

“Sejauhmanakah Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU”.


(21)

I.3. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian dengan maksud agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian.

Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Komunikasi verbal yang bersifat fatis yang dimaksud dalam penelitian ini yakni yang dilakukan oleh dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU terbatas pada komunikasi lisan dan tulisan serta komunikasi nonverbal yang bersifat fatis yakni terbatas pada intonasi, kinesik, proksimitas, sentuhan, penampilan fisik, waktu dan bau.

2. Komunikasi efektif yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas kepada timbulnya pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan.

3. Objek penelitian ini adalah terbatas pada mahasiswa reguler Ilmu Komunikasi FISIP USU Medan angkatan tahun 2006 dan 2007 .

4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus tahun 2009. I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1. Tujuan penelitian:

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif .


(22)

2. Untuk mengetahui besar pengaruh Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif. 3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi verbal dan nonverbal yang

bersifat fatis yang dilakukan dosen kepada mahasiswa .

4. Untuk mengetahui peranan komunikasi verbal dan nonverbal yang bersifat fatis dalam menciptakan komunikasi efektif antara dosen dan mahasiswa di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

I.4.2. Manfaat Penelitian:

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam Ilmu Komunikasi khususnya yang berkaitan dengan kajian Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang besifat fatis.

3. Secara praktis, penelitian diharapkan menjadi masukan bagi para dosen di seluruh Indonesia umumnya dan dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU pada khususnya.

I.5. Kerangka Teori

Sebelum terjun ke lapangan atau melakukan pengumpulan data, peneliti diharapkan mampu menjawab permasalahan melalui sutau kerangka pemikiran

(literature review). Kerangka pemikiran merupakan kajian tentang bagaimana

hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dalam perumusan masalah.


(23)

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti.3

Teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar tinggi, dan daripadanya preposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku.4

Teori merupakan suatu kumpulan konsep, defenisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menjelaskan dan memperediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu.5

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi, Komunikasi Verbal, Komunikasi Nonverbal, Komunikasi Fatis, Teori S-O-R, dan Komunikasi Efektif.

I.5.1. Komunikasi

Batasan lingkup komunikasi adalah berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap atau emosi dari seorang atau kelompok kepada yang lain (atau lain-lainnya) terutama melalui simbol-simbol.6

Pakar Komunikasi klasik, Harold D.Laswell menyebutkan komunikasi sebagai who says what in which channel to whom with what effect.

Dalam hal ini yang bertindak sebagai komunikator adalah dosen Ilmu Komunikasi Fisip USU, pesan adalah komunikasi verbal maupun nonverbal yang

3 Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, hal.40 4

Wilbur Schramm dalam Effendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik, hal.241 5 Emory Cooper dalam Umar, Metode Riset Komunikasi Organisasi, hal.55 6 Theodornoson and Theodornoson dalam Bungin, Sosiologi Komunikasi, hal.153


(24)

bersifat fatis, komunikan adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, saluran yang digunakan yaitu udara, sedangkan efeknya adalah perasaan senang diantara komunikator dan komunikan.

I.5.2. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa lisan

(oral communication) dan bahasa tulisan (written communication).7

Ada tiga perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal,8 yaitu:

Pertama, bahwa komunikasi verbal dikirimkan oleh sumber secara sengaja

dan diterima oleh penerima secara sengaja pula.

Kedua, perbedaan simbolik. Berarti bahwa makna dalam komunikasi

verbal dipahami secara subjektif oleh individu yang terlibat didalam suatu kondisi, sedangkan makna nonverbal lebih bersifat alami dan universal.

Ketiga, mekanisme pemrosesan. Yaitu, komunikasi verbal mensyaratkan

kaidah dan aturan berbahasa secara indah dan terstruktur. I.5.3. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan.9

Kategori komunikasi nonverbal dalam Sasa Djuarsa antara lain vocalics atau paralanguage, kinesic yang mencakup gerakan tubuh, lengan, dan kaki, serta

7 Ronald B.Adler dan George Rodman dalam Sasa Djuarsa, Teori Komunikasi, hal.256 8

Don Stacs dan kawan-kawan, ibid, hal. 257

9 Larry A. Samovar dan Richard E.Porter dalam Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar hal. 198


(25)

ekspresi wajah( facial expression), prilaku mata (eye behaviour), lingkungan yang mencakup objek benda dan artefak, proxemics yang merupakan ruang dan teritori pribadi, haptics (sentuhan), penampilan fisik (tubuh dan cara berpakaian),

chronomics (waktu) dan olfaction (bau).10

Dengan melihat tanda-tanda komunikasi nonverbal perasaan seseorang yang sebenarnya dapat dipahami. Berdasarkan perkiraan ada 700,000 bentuk komunikasi nonverbal yang biasa dipakai umat manusia dari berbagai budaya yang berbeda. Setiap budaya mempunyai bentuk komunikasi nonverbalnya masing-masing. Beberapa mempunyai pengertian yang sama, namun tidak jarang tanda-tanda nonverbal yang sama mempunyai pengertian yang berbeda, bahkan bertentangan.

I.5.4. Komunikasi Fatis

Komunikasi Fatis adalah komunikasi yang bertujuan untuk menimbulkan kesenangan diantara pihak-pihak yang terlibat didalamnya.11

Pada umumnya komunikasi fatis ini dilakukan melalui komunikasi yang dilakukan secara verbal maupun nonverbal.

Komunikasi fatis digunakan untuk menyatakan dua belas fungsi, yaitu untuk memecahkan kesenyapan, untuk memulai percakapan, untuk melakukan basa-basi, untuk melakukan gosip, untuk menjaga agar percakapan tetap berlangsung, untuk mengungkapkan solidaritas, untuk menciptakan harmoni, untuk menciptakan perasaan nyaman, untuk mengungkapkan empati, untuk

10 Sasa Djuarsa, Teori Komunikasi, hal.6.17.


(26)

mengungkapkan persahabatan,untuk mengungkapkan penghormatan, dan untuk mengungkapkan kesantunan.12

Komunikasi fatis digunakan untuk mengungkapkan kesantunan (mempertahankan jarak sosial), untuk mengungkapkan kesantunan dan persahabatan (memperpendek jarak sosial), dan untuk mengungkapkan persahabatan (menghilangkan jarak sosial) kepada petutur yang berbeda-beda dalam hal kuasa dan solidaritas.13

Komunikasi fatis merupakan lembaga sosial (Phatic communication as a

social institution) yang dalam pelembagaannya memiliki dua tipe, yaitu

standarisasi (standardization) dan konvensionalisasi (conventionalization).14

Standarisasi berarti bahwa dalam komunikasi fatis interpretasi yang terjadi dalam makna yang terungkap dan dipahami tanpa ada unsur konvensional.

Sedangkan Konvensionalisasi yaitu komunikasi fatis yang dilakukan dengan ekspresi yang bersifat konvensional, seperti penggunaan kata hai dan halo.

Dari paparan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya komunikasi fatis itu dilakukan secara verbal dan nonverbal, yakni mencakup lisan, tulisan dan isyarat tubuh.

I.5.5. Model S-O-R

S-O-R yang merupakan singkatan dari stimulus-organism-response adalah suatu model komunikasi yang awalnya berasal dari psikologi kemudian beralih ke komunikasi karena objek materialnya sama dengan ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, prilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

12

Jumanto, Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur Jati Bahasa Inggris. (5 Maret 2009) 13 Ibid.


(27)

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Unsur dalam teori ini adalah Pesan (stimulus), Komunikan (organism), Efek (response). Berdasarkan hal itu, maka dalam penelitian ini Komunikasi fatis sebagai Stimulus, mahasiswa Ilmu Komunikasi sebagai Organisme dan

Komunikasi Efektif sebagai Response .

I.5.6. Komunikasi Efektif

Komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan lima hal ; pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.15

Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari sisi stimuli seperti yang

dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). Perlu pemahaman mengenai psikologi pesan dan psikologi komunikator untuk menghindari hal tersebut.

Kesenangan, Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan

informasi dan membentuk pengertian. Adapula komunikasi yang lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication) yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Dalam hal ini kita perlu mempelajari psikologi tentang sistem komunikasi interpersonal.


(28)

Mempengaruhi Sikap, Bisa dikatakan bahwa komunikasi yang kita jalin

kebanyakan adalah untuk saling mempengaruhi satu sama lain. Komunikasi membahasakannya dengan, komunikasi persuasif. Komunikasi ini memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasif sendiri didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.

Hubungan Sosial yang Baik, Sebagai makhluk sosial yang tak pernah bisa

sendiri dalam kehidupannya, manusia mempunyai daftar kebutuhan sosial yang akan menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection). Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif.

Tindakan, Menimbulkan tindakan nyata memang indikator yang baik

untuk mengukur seberapa besar efektivitas yang terjalin selama komunikasi berlangsung karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Hal ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.


(29)

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar pada rumusan hipotesis.16

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama.17

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang sebenarnya merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya.

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (X)

Variabel Bebas (X) adalah sejumlah gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempebgaruhi munculnya gejala atau faktor atau unsur lain yang pada gilirannya gejala atau faktor atau unsur kedua itu disebut variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel terikat tidak akan ada atau tidak muncul. Selanjutnya apabila variabel ini berubah maka muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul.18

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi Verbal dan Nonverbal Fatis.

16

Nawawi, ibid, hal.33.

17 Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, hal.149. 18 Nawawi, ibid, hal.56.


(30)

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel Terikat (Y) adalah sejumlah gejala atau faktor, atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukn oleh adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain.19

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Komunikasi Efektif. 3. Variabel Antara (Z)

Variabel Antara (Z) berada diantara variabel bebas dan terikat yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tersebut.

Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik Responden. I.7. Model Teoritis

Variabel - variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Gambar 1.1. Model Teoritis

19 Ibid, hal.57.

Variabel Bebas (X) Komunikasi Verbal/ Nonverbal Fatis

Variabel Terikat (Y) Komunikasi

Efektif

Variabel Antara (Z) Karakteristik


(31)

I.8. Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat Operasionalisasi Variabel sebagai berikut.

Tabel 1.2.

Operasionalisasi Variabel

Variabel Teoritis Variabel operasional Variabel Bebas

1. Komunikasi Fatis

1. Komunikasi Verbal

a. Lisan (oral communication):sapaan,

teguran, candaan (humor), nasihat.

b.Tulisan (written communication):sms,

memo, catatan.

2. Komunikasi nonverbal

a.Intonasi/nadasuara(Paralanguage/Vocalics): halus, lembut, gemulai, sopan.

b.Kinesik (kinesics):ekspresi kesenangan,

minat,responsif, tertawa, tersenyum,perhatian, mendorong(motivasi), menyetujui.

c. Proksimitas (Proxemics): fase akrab(6-18 inchi), fase personal (30 inci sampai 4 feet) d. Sentuhan (haptics): salaman, rangkulan, sentuhan dipunggung.

e. Penampilan fisik (tubuh dan cara

berpakaian): berpakaian rapi, penggunaan kosmetik.


(32)

f. Waktu (chronomics) : tepat waktu

g. Bau (olfaction ): penggunaan parfum atau wangi-wangian.

Variabel Terikat 2. Komunikasi Efektif

1.Pengertian

2. Kesenangan

3. Pengaruh pada sikap

4. Hubungan yang makin baik

5. Tindakan Variabel Antara

3. Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin

2. Tingkat

3. Besar uang saku/bulan

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel.20

Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Variabel- variabel dalam penelitian ini dapat didefenisikan sebagai berikut :

1.Variabel Komunikasi Fatis, yang terdiri dari : 1. Komunikasi Verbal, terdiri dari:


(33)

a. Komunikasi lisan (oral communication) : yaitu komunikasi melalui ucapan yang dilakukan dosen Ilmu Komunikasi USU baik di dalam maupun luar kelas seperti sapaan, teguran, candaan (humor) dan nasihat.

b. Komunikasi tulisan (written communication) : yaitu komunikasi tertulis dari dosen Ilmu Komunikasi USU baik secara langsung maupun tidak seperti sms, memo dan catatan.

2. Komunikasi nonverbal, yang terdiri dari :

a. Intonasi/nadasuara (Paralanguage/Vocalics) : yaitu tinggi-rendahnya, panjang-pendeknya dan cepat-lambatnya nada suara seorang dosen Ilmu Komunikasi USU saat berinteraksi dengan mahasiswa, termasuk didalamnya desah, menjerit, merintih, menelan, dan menguap. Dalam hal ini intonasi yang bersifat lembut, halus, gemulai dan sopan.

b. Kinesik (kinesics) : yaitu yang mencakup gerakan tubuh, lengan, dan kaki, serta ekspresi wajah ( facial expression), prilaku mata (eye behaviour) dari seorang dosen Ilmu Komunikasi USU saat berinteraksi dengan mahasiswanya, misalnya ekspresi kesenangan, minat, tertawa, tersenyum, responsif, memperhatikan, mendorong (motivasi) dan menyetujui.

c. Proksimitas (Proxemics) yaitu cara dosen Ilmu Komunikasi USU menetapkan ruang dan teritori pribadinya saat berinteraksi dengan mahasiswa, berdasarkan fase akrab (6-18 inchi) dan fase personal (30 inci-4 feet).

d. Sentuhan (haptics) yaitu kontak tubuh yang dilakukan dosen Ilmu Komunikasi USU kepada mahasiswa yang mengisyaratkan sikap positif, misalnya salaman, rangkulan, sentuhan di punggung.


(34)

e. Penampilan fisik (tubuh dan cara berpakaian) yaitu meliputi keadaan fisik dosen Ilmu Komunikasi USU , dalam hal ini kerapian dalam berpenampilan serta keputusan untuk memakai pakaian atau kosmetik tertentu.

f. Waktu (chronomics) yaitu komitmen dosen Ilmu Komunikasi USU terhadap waktu, yaitu tepat waktu saat menghadiri perkuliahan atau pertemuan lain baik bersifat formal maupun informal.

g. Bau (olfaction ) yaitu penggunaan wangi-wangian atau parfum yang digunakan oleh dosen Ilmu Komunikasi USU.

2. Variabel Komunikasi Efektif, yang terdiri dari :

1. Pengertian artinya penerimaan yang cermat atas stimuli yang dimaksud oleh dosen Ilmu Komunikasi USU terhadap mahasiswa, yaitu ditandai adanya kesamaan kerangka pemikiran (Frame of reference) dan kesamaan pengalaman (Field of experience)

2. Kesenangan, artinya komunikasi yang menjadikan hubungan antara dosen Ilmu Komunikasi USU dan mahasiswa berjalan hangat, akrab, dan menyenangkan..

3. Mempengaruhi Sikap yaitu bahwa komunikasi pesan oleh dosen Ilmu Komunikasi USU kepada mahasiswa dapat mempengaruhi mahasiswa. Hal ini ditandai dengan adanya penambahan pemahaman atau pengetahuan (kognitif), timbulnya kesenangan (afektif) dan sikap cenderung patuh (konatif).

4. Hubungan Sosial yang Baik, yaitu tercipta suatu hubungan yang harmonis antara dosen Ilmu Komunikasi USU dan mahasiswa baik dalam kegiatan perkuliahan maupun di luar kampus. Hal ini ditandai


(35)

dengan adanya saling pengertian (mutual understanding), saling percaya (mutual confidence) dan saling menguntungkan (mutual

favorable)

5. Tindakan yaitu Menimbulkan tindakan nyata oleh mahasiswa sebagai akumulasi dari keseluruhan penyampaian pesan komunikasi oleh dosen Ilmu Komunikasi USU . Hal tersebut ditandai dengan tindakan patuh dan hormat terhadap dosen.

3. Variabel Antara, yang terdiri dari :

1. Jenis Kelamin, yaitu jenis kelamin mahasiswa yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini, apakah berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.

2. Tingkat, yaitu tingkat atau tahun keberapa mahasiswa yang akan dijadikan responden tersebut telah kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Besar uang saku/bulan, yaitu banyaknya jumlah uang saku yang diterima mahasiswa yang akan dijadikan responden setiap bulannya yang dinyatakan dalam rupiah.

I.10. Hipotesis

Hipotesis adalah generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat tentatif (sementara), yang hanya akan berlaku apabila setelah terbukti kebenarannya. 21 Pada penelitian survei sering digunakan hipotesis dengan pernyataan hipotesis nol atau hipotesis alternatif. Yang dimaksud dengan hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel bebas


(36)

dan variabel terikat yang akan diteliti. Sedangkan hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan ada hubungan, yang berarti ada signifikansi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.22

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak Terdapat Hubungan antara Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang Bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif

Ha : Terdapat Hubungan antara Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang Bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif.


(37)

(38)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk hidup, bahkan hewan juga melakukan proses komunikasi diantara sesamanya. Dr.Everett Kleinjan menyatakan bahwa komunikasi adalah bagian kekal dari kehidupan manusia seperrti halnya bernafas, sepanjang manusia hidup maka ia perlu berkomunikasi.23

Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan hasratnya kepada orang lain merupakan awal ketrampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat (nonverbal) dan kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti pada setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal.

Dari pengalaman sehari-hari, kita dapat melihat bahwa komunikasi itu lebih dari sekedar berbentuk surat, laporan, telegram, pembicaraan di telpon, dan wawancara. Komunikasi merupakan sebuah aksi dimana manusia berbicara, mendengarkan, melihat, merasa, dan memberi reaksi satu sama lain terhadap pengalaman-pengalaman dan lingkungan dimana mereka berada.

Bila seseorang berbicara, menulis, mendengarkan, atau menunjukkan isyarat kepada orang lain, maka akan ada aksi dan reaksi yang terus-menerus di antara keduanya. Kita tidak hanya menafsirkan kata-kata yang kita dengar; kita juga mendengarkan dan memberikan makna pada karakter suara, menafsirkan


(39)

ekspresi wajah orangnya, pikiran-pikiran yang tercermin dari caranya menatapkan wajah, jari-jemarinya yang digerak-gerakkan ketika berbicara, dan tumit kakinya yang diketuk-ketukkan ke lantai sebagai tanda bahwa ia sedang gugup. Hal-hal lainnya yang bisa ditambahkan di sini adalah stimulus internal yang ada pada diri kita sendiri, seperti emosi, perasaan, pengalaman, minat, dan faktor-faktor pendukung lainnya yang membuat kita mempersepsikan aksi-aksi dan tindakan-tindakan orang lain dengan cara yang spesifik.

II.1.1. Definisi Komunikasi

Secara epistemologi istilah kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin yakni communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Sama maksudnya interpretasi yang terjadi terhadap pemaknaan sebuah pesan yang muncul adalah sama.

Maka, hal yang diinginkan terjadi dalam sebuah proses komunikasi adalah kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut.

Jika berbicara mengenai definisi Komunikasi maka ada banyak sekali definisi yang diberikan oleh para ahli. Masing-masing punya penekanan arti, cakupan dan konteksnya yang berbeda satu sama lainnya. Frank E.X Dance (1976), seorang sarjana Amerika yang menekuni bidang komunikasi menginventarisasi 126 definisi komunikasi yang berbeda-beda satu sama lainnya.24 Dari definisi-definisi ini ia menemukan adanya lima belas komponen konseptual pokok. Berikut adalah gambaran mengenai kelima belas komponen tersebut disertai contoh-contoh definisinya.25

24 Purba dkk, Pengantar Ilmu Komunikasi, hal.30 25 Ibid, hal. 31-33.


(40)

1. Simbol-simbol/verbal/ujaran

Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal (Hoben,1954).

2. Pengertian/pemahaman

Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku (Anderson, 1959).

3. Interaksi/hubungan/proses sosial

Interaksi, juga dalam tingkatan biologis adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan kebersamaan tidak akan terjadi (Mead, 1963).

4. Pengurangan rasa ketidakpastian

Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego (Barnlund, 1964).

5. Proses

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain (Berelson dan Steiner, 1964).

6. Pengalihan/penyampaian/pertukaran

Penggunaan kata komunikasi tampaknya menunjuk kepada adanya sesuatu yang dialihkan dari suatu benda atau orang ke benda atau orang lainnya.


(41)

Kata komunikasi kadang-kadang menunjuk kepada apa yang dialihkan, alat apa yang dipakai sebagai saluran pengalihan atau menunjuk kepada keseluruhan proses upaya pengalihan. Dalam banyak kasus, apa yang dialihkan itu kemudian menjadi milik atau bagian bersama. Oleh karena itu komunikasi juga menuntut adanya partisipasi (Ayer, 1955).

7. Menghubungkan/ menggabungkan

Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dalam kehidupan dengan bagian lainnya (Ruesch, 1957).

8. Kebersamaan

Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih (Gode, 1959).

9. Saluran/alat/jalur

Komunikasi adalah alat pengiriman pesan-pesan kemiliteran/ order, dan lain-lain, seperti telegraf, telepon, radio, kurir dan lain-lain (American College Dictionary).

10. Replikasi memori

Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang dengan tujuan mereplikasi memori (Cartier dan Harwood, 1953).

11. Tanggapan diskriminatif

Komunikasi adalah tanggapan diskriminatif dari suatu organisme terhadap suatu stimulus (Stevens, 1950).


(42)

12. Stimuli

Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi yang berisikan stimuli diskriminatif dari suatu sumber terhadap penerima (Newcomb, 1966).

13. Tujuan/kesengajaan

Komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak penerima (Miller, 1966).

14. Waktu/situasi

Proses komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu keseluruhan struktur situasi ke situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan (Sondel, 1956).

15. Kekuasaan/ kekuatan

Komunikasi adalah suatu mekanisme yang menimbulkan kekuasaan/kekuatan (Schacter, 1951).

Pandangan atau perspektif lain tentang komunikasi dapat kita lihat dari penjelasan para ahli berikut ini.26

1. Charles H. Cooley ( Sosiolog )

Komunikasi adalah mekanisme yang mengadakan hubungan antara manusia dan yang mengembangkan semua lambang dari pikiran-pikiran bersama dengan arti yang menyertainya dan melalui keleluasaan (space) serta menyediakan tepat pada waktunya.


(43)

2. Carl I Hovland ( Psikolog)

Komunikasi adalah suatu sistem yang berusaha menyusun prinsip-prinsip kedalam bentuk yang tepat mengenai hal memindahkan penerangan dan membentuk pendapat serta sikap-sikap. Lebih lanjut Hovland mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses dimana seorang individu mengoperkan perangsang untuk mengubah tingkah laku individu lain. 3. Wilbur Schramm ( Komunikolog)

Komunikasi adalah kita berusaha mengadakan persamaan dengan orang lain.

4. Harold D.Laswell (Cendikiawan)

Komunikasi adalah Siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa ( who says what in which channel to whom with

what effect).

5. Hovland, Janis, dan Kelly

Komunikasi berarti sebuah proses dimana seorang individu sebagai komunikator menyampaikan stimulan yang biasanya verbal untuk mengubah perilaku orang lain.

II.1.2 Dimensi-dimensi Ilmu Komunikasi

Komunikasi memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Oleh Karena itu ada klasifikasi tertentu dalam Komunikasi seperti berikut ini.27

a. Bentuk/tatanan Komunikasi

Bentuk atau tatanan komunikasi dapat ditinjau dari jumlah komunikannya, yaitu:


(44)

1. Komunikasi pribadi ( personal communication)

a. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi kelompok ( group communication)

a. Komunikasi kelompok kecil (small group

communication)

a. Ceramah (lecture) b. Forum

c. Simposium d. Diskusi panel e. Seminar

f. Curah saran (brain storming)

b. Komunikasi kelompok besar (public speaking) 3. Komunikasi organisasi (organization communication) 4. Komunikasi massa (mass communication)

a. Komunikasi massa cetak (printed mass communication) a. Surat kabar

b. Majalah c. Buku, dll

b. Komunikasi massa elektronik (electronic mass

communication)

a. Radio b. Televisi c. Film, dll


(45)

b. Sifat Komunikasi

Berdasarkan sifatnya maka komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Komunikasi Verbal (verbal communication) a. Komunikasi lisan (oral communication) b. Komunikasi tulisan (written communication) 2. Komunikasi nonverbal l(mediated communication)

a. Komunikasi kial (gestural communication) b. Komunikasi gambar ( pictorial ommunication) 3. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication) 4. Komunikasi bermedia (mediated communication) c. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi terbagi empat, yakni:

1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude ) 2. Untuk mengubah opini (to change the opinion ) 3. Untuk mengubah prilaku (to change the behavior ) 4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society ) d. Fungsi Komunikasi

Tujuan komunikasi terbagi empat, yakni: 1. Menginformasikan (to inform ) 2. Mendidik (to educate )

3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence )


(46)

e. Metode komunikasi

Metode komunikasi berarti kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang meliputi:

1. Komunikasi informatif (informative communication ) 2. Komunikasi persuasif (persuasive communication ) 3. komunikasi pervasif (pervasive communication ) 4. Komunikasi koersif (coercive communication ) 5. Komunikasi instruktif (instructive communication ) 6. Hubungan manusiawi (human relation )

f. Bidang Komunikasi

Berdasarkan bidangnya komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Komunikasi sosial (social communication)

2. Komunikasi organisasional/ manajemen (organizational/ management communication)

3. Komunikasi bisnis (busines communication) 4. Komunikasi politik (political communication)

5. Komunikasi internasional (international communication) 6. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) 7. Komunikasi pembangunan (development communication) 8. Komunikasi tradisional (traditional communication) 9. Komunikasi lingkungan (environmental communication)


(47)

g. Teknik Komunikasi

Berdasarkan tekniknya komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Jurnalistik (journalism)

2. Hubungan masyarakat (public relations) 3. Periklanan (advertising)

4. Propaganda

5. Publisitas (publicity) h. Model Komunikasi

1. Komunikasi satu tahap (one step flow communication) 2. Komunikasi dua tahap (two step flow communication) 3. Komunikasi banyak tahap (multi step flow communication)

II.2. Komunikasi Verbal

II.2.1. Definisi Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan kata-kata

(verbs), baik lisan maupun tulisan.

Dengan demikian sebenarnya definisi komunikasi verbal ini sama dengan kebanyakan definisi dari komunikasi itu sendiri seperti yang diungkapkan oleh para ahli.

Misalnya saja oleh Hoben (1954) yang menyatakan bahwa komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal.28


(48)

Selain itu sebelum memulai mendefinisikan komunikasi verbal, ada baiknya kita mengawalinya dengan mendeskripsikan definisi atau batasan komunikasi nonverbal.

Hal ini karena hampir keseluruhan definisi komunikasi yang ditawarkan Frank E.X Dance dan Carl.E.Larson itu merupakan tindakan komunikasi verbal sementara hanya ada satu definisi tentang komunikasi nonverbal dari seratus lebih definisi komunikasi verbal.29

II.2.2. Pembagian Tipe-Tipe Komunikasi

Untuk memahami dengan lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 2.1. Pembagian Tipe-Tipe Komunikasi

Sumber : Ronald B. Agler, George Rodman, Understanding Human Communication, second edition, hal.96

II.2.3. Ciri-Ciri Utama Komunikasi Verbal

Setidaknya ada tiga ciri utama yang menandai wujud atau bentuk komunikasi verbal.30

29 Sasa Djuarsa, ibid, hal.6.3. 30 ibid.

Komunikasi vokalko Komunikasi nonvokal Komunikasi verbal Bahasa lisan (spoken

words)

Bahasa tertulis (written

words)

Komunikasi nonverbal Nada suara (tone of

voice), desah (sighs),

jeritan (screams), kualitas vokal (vocal qualities)

Isyarat (gesture), gerakan

(movement), penampilan

(appearance), ekspresi wajah (facial expression)


(49)

Pertama, bahasa verbal adalah komunikasi yang kita pelajari setelah kita menggunakan komunikasi nonverbal. Jadi, komunikasi verbal ini digunakan setelah pengetahuan dan kedewasaan kita sebagai manusia tumbuh.

Kedua, komunikasi verbal dinilai kurang universal dibanding dengan komunikasi nonverbal, sebab bila kita keluar negeri misalnya dan kita tidak mengerti bahasa yang digunakan masyarakat setempat maka kita bisa menggunakan bahasa isyarat nonverbal.

Ketiga, komunikasi verbal merupakan aktivitas yang lebih intelektual dibanding dengan bahasa nonverbal. Melalui komunikasi verbal kita mengkomunikasikan gagasan dan konsep-konsep yang abstrak.

II.2.4. Perbedaan Antara Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Meskipun pada intinya kedua jenis komunikasi ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena merupakan satu kesatuan, namun keduanya memilik perbedaan. Menurut Don Stacks dan kawan-kawan, ada tiga perbedaan utama diantara keduanya yaitu kesengajaan pesan ( the intentionally of message), tingkat simbolisme dalam tindakan atau pesan (the degree of symbolism in the act or

message), dan pemrosesan mekanisme (processing of mechanism).31 Berikut

uraiannya.

a. Kesengajaan (intentionally)

Komunikasi verbal adalah jika pesan tersebut dikirimkan oleh sumber dengan sengaja dan diterima oleh penerima secara sengaja pula (Burgoon dan Ruffner).


(50)

Komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat atau intent tersebut. Komunikasi nonverbal cenderung kurang dilakukan dengan sengaja dan kurang halus apabila dibandingkan dengan komunikasi verbal.

b. Perbedaan perbedaan simbolik (symbolic differences)

Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah bentuk komunikasi yang diantarai (mediated form of communication). Kita mencoba mengambil kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan pada suatu pilihan kata. Kata-kata yang digunakan adalah abstraksi yang telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat intensional dan harus dibagi diantara orang-orang yang terlibat didalamnya. Mehrabian menjelaskan komunikasi verbal bersifat lebih eksplisit dibanding bahasa nonverbal yang bersifat implisit. Artinya isyarat-isyarat verbal dapat didefinisikan melalui sebuah kamus dan lewat aturan-aturan sintaksis namun hanya ada penjelasan yang samar-samar dan informal mengenai signifikansi beragam komunikasi nonverbal.

Komunikasi verbal lebih spesifik artinya ia dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang berubah-ubah, sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau emosi.

c. Mekanisme pemrosesan ( processing mechanism)

Komunikasi verbal didasarkan pada unit-unit yang terputus-.putus, maka mekanisme pemrosesan pesan-pesan verbal di otak terjadi pada bagian otak sebelah kiri, karena secara tipikal otak sebelah kiri adalah tipe informasi yang tidak berkesinambungan dan berubah-ubah. Sementara


(51)

komunikasi nonverbal yang lebih bersifat berkesinambungan di proses di bagian otak sebelah kanan dimana informasi yang diolah di sini adalah informasi yang berkesinambungan dan alami.

Sedangkan menurut Malandro dan Barker perbedaan antara keduanya seperti yang dikutip dalam buku Komunikasi Antar Budaya tulisan Dra. Ilya Sunarwinadi, M.A. antara lain sebagai berikut.32

a. Struktur>< Nonstruktur

Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai hukum atau aturan-aturan tata bahasa. Sedangkan komunikasi nonverbal tidak ada sama sekali atau hampir tidak ada struktur formal yang mengarahkan komunikasi. b. Linguistik>< Nonlinguistik

Linguistik mempelajari macam-macam segi bahasa verbal, karena linguistik adalah ilmu yang mempelajari asal-usul, struktur, sejarah, variasi regional dan ciri-ciri fonetik dari bahasa. Sedangkan Komunikasi nonverbal belum atau tidak memiliki sistem bahasa yang didokumentasikan walaupun ada usaha untuk memberi arti khusus pada ekspresi-ekspresi wajah tertentu.

c. Sinambung><Tidak sinambung

Komunikasi verbal dianggap bersifat putus-putus, sedangkan komunikasi nonverbal bersifat sinambung. Komunikasi nonverbal baru berhenti ketika orang yang terlibat di dalamnya meninggalkan suatu tempat. Sedangkan komunikasi verbal memiliki titik awal dan akhir yang pasti.

d. Dipelajari><Didapat secara alamiah


(52)

Jarang sekali individu diajarkan cara untuk berkomunikasi secara nonverbal, bahkan mungkin tidak ada. Seseorang cukup hanya mengamati dan mengalaminya selama berinteraksi dengan lingkungan sosialnya maka secara tidak langsung ia akan menggunakan komunikasi nonverbal. Bahkan ada yang berpendapat bahwa komunikasi nonverbal itu merupakan naluri-naluri dasar sifat manusia. Sebaliknya komunikasi verbal adalah sesuatu yang harus dipelajari.

e. Pemrosesan dalam bagian otak sebelah kiri>< Pemrosesan dalam bagian otak sebelah kanan.

Pendekatan neurofisiologik melihat perbedaan dalam pemrosesan stimuli verbal dan nonverbal dalam diri manusia. Pendekatan ini menjelaskan bagaimana kebanyakan stimuli verbal diproses di otak sebelah kiri sedangkan komunikasi nonverbal diproses di sebelah kanan.

Masih dalam buku yang sama, Samovar, Porter, dan Jain melihat perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal dalam hal sebagai berikut:33

Banyak prilaku nonverbal diatur oleh dorongan-dorongan biologik sedangkan komunikasi verbal diatur oleh aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang dibuat oleh manusia, seperti sintaksis dan tata bahasa.

Misalnya kita secara sadar berbicara tetapi dalam berbicara secara tidak sadar pipi kita menjadi merah dan mata berkedip-kedip terus.

Banyak komunikasi nonverbal yang bermakna universal. Sedangkan komunikasi verbal lebih banyak yang bersifat spesifik bagi kebudayaan tertentu.


(53)

Dalam komunikasi nonverbal bisa dilakukan beberapa tindakan sekaligus dalam kondisi tertentu, sementara komunikasi verbal terikat pada urutan waktu.

Komunikasi nonverbal dipelajari sejak usia sangat dini. Sedangkan penggunaan lambang berupa kata sebagai alat komunikasi membutuhkan masa sosialisai sampai pada tingkat tertentu.

Komunikasi nonverbal lebih dapat memberi dampak emosional dibanding komunikasi verbal.

II.2.5. Teori-Teori Komunikasi Verbal

Berikut adalah Teori-Teori Komunikasi Verbal34. 1. Pendekatan Natural (Nature Approach)

Noam Chomsky mengemukakan melalui Teori Struktur Dalam (deep

structure) bahwa suatu tata bahasa atau struktur bawaan (imate grammar) yang

ada pada diri manusia sejak dia lahir merupakan landasan bagi semua bahasa. Teori ini mencakup suatu pendekatan umum yang universal. Dengan mendasarkan pada sejumlah besar penelitiannya, Chomsky mengidentifikasi adanya tiga struktur dalam semua bahasa.

Pertama, adanya hubungan antara subjek-predikat. Apapun subjeknya

predikat akan selalu menunjukkan tindakan apa yang dilakukan oleh subjek. Demikian pula sebaliknya apapun predikatnya, subjek akan selalu menunjukkan apa atau siapa yang melakukan tindakan tersebut. Misalnya, ‘orang makan’, ‘gajah makan’, kesemuanya menunjukan bahwa subjek sedang melakukan tindakan tertentu, yaitu makan. Sementara dari visi predikat ‘orang lari’, ‘orang


(54)

bermain’, ‘orang makan’, menunjukkan bahwa ‘orang’ yang melakukan tindakan, apapun bentuknya.

Kedua, hubungan antara kata kerja (verb) dengan objek yang

mengekspresikan hubungan logis sebab dan akibat. Hubungan ini menunjukkan kepada siapa atau untuk apa suatu tindakan dilakukan. Misalnya, ‘orang memakai topi’, ‘orang memakai jas’, ‘orang memakai kaos’, kesemuanya menunjukkan bahwa objek (apapun jenisnya) dipakai oleh orang tersebut.

Ketiga, modifikasi, yang menunjukkan adanya pertautan kelas (intersection of classes). Misalnya, ‘orang memakai topi hitam’, ‘orang memakai

topi kuning’, ‘orang memaki topi putih’, dimana kesemuanya menunjuk adanya pertautan (intersection) antara topi dan warna tertentu.

Dengan demikian, Chomsky beranggapan bahwa manusia dilahirkan dengan membawa kemampuan alamiah untuk berbahasa. Kita dapat memformulasikan bentuk-bentuk komunikasi kata tertentu hingga terasa masuk akal. Namun penjelasan bahwa bahasa dapat dipilah dalam struktur tata bahasa belum dapat menjawab bagaimana bahasa mengungkapkan makna. Seorang teoritisi lain, Dan I. Slobin mengemukakan bahwa daripada terlahir dengan pemahaman tata bahasa yang telah terprogram, anak sebenarnya telah memiliki suatu mekanisme pemrosesan atau sistem untuk mengorganisasikan informasi linguistik yang diperoleh dari lingkungan anak tersebut.

Slobin mengemukakan bahwa perkembangan kognitif mendahului perkembangan bahasa. Dengan berbagai bukti ilmiah dia menunjukkan bahwa anak dari kelompok bahasa yang berbeda, mempelajari bahasa secara berbeda tergantung pada tingkatan kesulitan dari bahasa tersebut. Bahasa yang lebih


(55)

kompleks membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempelajarinya, karena anak harus membuat sejumlah pengecualian pada prinsip bawaan yang ada dalam setiap bahasa.

Slobin sendiri mengidentifikasi adanya empat prinsip yang bekerja pada semua bahasa, yaitu: memperhatikan susunan kata, menghindari pengecualian, menghindari interupsi atau penataan kembali unit-unit bahasa, dan memperhatikan kata yang ada pada bagian terakhir kalimat.

Walau ada perbedaan antara teori Chomsky dan Slobin, namun pada dasarnya keduanya mendasarkan diri pada prinsip natural, yang memandang bahwa bahasa diperoleh secara natural. Meskipun demikian keduanya belum dapat menjawab makna apa yang dikaitkan dengan penggunaan bahasa tersebut.

2. Pendekatan Nurtural (Nurture Approach)

Edward Sapir dan Benyamin Whorf mengemukakan teori yang menentang perspektif alamiah (nature). Dengan memusatkan kajiannya pada semantik (makna dari kata), mereka mengembangkan suatu teori kultural mengenai bahasa. Mereka mengatakan bahwa latar belakang dari sistem linguistik atau tata bahasa dari setiap bahasa bukan hanya suatu alat reproduksi untuk menyampaikan gagasan, tetapi lebih sebagai pembentuk gagasan, pembentuk dan pemandu bagi aktivitas mental individu, untuk menganalisis kesan, untuk mensitesiskan aktivitas mental dalam komunikasi.

Formulasi gagasan bukan merupakan suatu proses independen dan bukan aktivitas rasional semata tetapi, suatu tata bahasa tertentu yang berbeda diantara berbagai tata bahasa lain.


(56)

Jadi, bahasa adalah kultural seperti pandangan Birdwhistell mengenai komunikasi nonverbal. Bahkan aturan-aturan bahasa sangat bervariasi dari satu kultur ke kultur lain, oleh karenanya individu dari kultur berbeda akan berbeda pula caranya dalam memandang dunia.

Misalnya beberapa bahasa memiliki begitu banyak istilah untuk menyebut ‘salju’ sementara sejumlah bahasa lainnya bahkan tidak memiliki satu istilahpun, terutama bagi yang belum pernah melihatnya. Menurut Sapir dan Whorf bahasa dari suatu kultur akan berkaitan langsung dengan bagaimana cara-cara kita berpikir dalm kultur tersebut.

Asumsi ini sejalan dengan pandangan antropologis tentang relativitas kultural, yang menyatakan bahwa karena kultur yang berbeda memiliki bahasa berbeda dan pandangan hidup berbeda, maka mereka juga memiliki keyakinan dan nilai-nilai yang berbeda pula.

Kedua teori yang berlawanan ini menunjukkan bahwa baik dalam komunikasi verbal maupun nonverbal, terdapat dua aliran yang berangkat dari posisi yang berlawanan dalam menjelaskan bagaimana orang memperoleh bahasa. Kontroversi ini masih terus berluang tanpa salah satu dapat mengklaim bahwa teorinya yang paling benar, karena bukti-bukti yang ditunjukkan oleh kedua belah pihak belum cukup memadai.

3. Teori Fungsional tentang Bahasa (General Semantics)

Hanya dengan memfokuskan pada makna dari kata dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi prilaku, aliran general semantics menganggap bahwa bahasa harus dapat merefleksikan dunia dimana kita hidup. Asumsi yang mendasari pemikiran general semantic adalah bahwa ‘the word is not the thing’.


(57)

Kata dianggap sebagai abstraksi dari realitas. Oleh karenanya general

semantics memandang bahwa kata harus sedekat mungkin dengan realitas yang

direfleksikannya. Meskipun demikian mereka menyadari bahwa ini suatu hal yang sulit, karena ketika kata merupakan suatu konsep yang statis dalam waktu yang panjang, realitas selalu dalam kondisi yang berubah. Untuk memahami apa yang menjadi kajian general semantics, kita harus mempelajari sifat-sifat simbol dan bagaimana kita menggunakannya.

Penggunaan simbol

Pandangan ini mengasumsikan bahwa seluruh prilaku manusia berangkat dari penggunaan simbol. Salah seorang ahlinya yang bernama Alfred Korzybski menganggap adanya ketidaktepatan dalam penggunaan bahasa sehari-hari kita. Argumentasinya adalah bahwa manusia hidup dalam dua lingkungan yang berbeda, lingkungan fisik dan lingkungan simbolik. Untuk memahami hal tersebut kita dapat menganalogikannya dengan penggunaan peta. Misalnya kita bertanya kepada teman kita berapa jarak antara Jakarta-Surabaya, dan dia menjawab: “menurut peta sekitar 10 cm”. Informasi ini hanya memiliki arti bagi kita bila kita mengetahui skala dari peta tersebut dan tentunya skala peta tersebut bukanlah 1:1 karena jika demikian maka jarak yang disebut tadi adalah jarak yang sebenarnya.

Hal serupa berlaku pula pada kata. Kata, pada kenyataanya semua jenis simbol tidak sama dengan fenomena yang digambarkannya. Menurut Odgen dan Richards simbol adalah representasi ide, dan ide adalah representasi objek. Dan ketiganya merupakan fenomena yang berbeda.


(58)

Persoalan menjadi menarik ketika kita berbuat seolah-olah kata adalah objek yang digambarkannya.

Misalnya saja orang yang langsung lari ketakutan hanya karena mendengar kata “ular” meskipun ia belum melihat ular itu sendiri. Interaksi antara kata, maknanya dan prilaku manusia inilah yang menjadi perhatian Korzybski ketika dia mengemukakan teori general semantics.

Untuk mempelajari teori ini kita akan membahas sejumlah konstruk: silent assumptions, reaksi dan respons, penggunaan identitas, waktu dan ruang, multiordanalitas, orientasi intensional dan ekstensional, dan tataran-tataran abstraksi.

Silent assumptions

General semantics menjelakan bahwa kita memiliki

kecenderungan untuk berurusan dengan objek atau benda pada tataran abstrak. Misalnya kita tidak berurusan dengan fenomena pada tataran anatomis, meskipun sebenarnya fenomena berubah pada tataran ini.

Seperti yang telah dikatakan oleh Korzybski bahwa tataran objektif bukan kata dan tidak dapat dicapai hanya dengan kata. Untuk dapat mencapai atau memahami tataran objektif, general semantic mengajarkan kita untuk diam (silent), dan kondisi diam ini memungkinkan kita untuk merespons kata sebagai manusia daripada bereaksi terhadapnya sebagaimana yang dilakukan oleh hewan.

Persoalan yang muncul dalam silent assumptions ini adalah ketika mengantisipasi apa yang dikatakan orang lain. Oleh karenanya ketika kita melakukan silent assumptions kita harus menanyakan pada diri kita


(59)

sendiri tiga pertanyaan tentang apa yang sedang dikatakan orang lain, yaitu:

apa yang dimaksudkannya?, bagaimana dia mengetahui hal yang dibicarakannya?, dan mengapa dia mengatakan hal ini kepada saya?

Reaksi/respons

Konstruk ini diawali oleh asumsi bahwa manusia bereaksi seperti yang dilakukan hewan melalui apa yang disebut dengan respons yang dikondisikan. Orang dapat dengan mudah dipaksa untuk bereaksi pada slogan, nama, hasrat, dan sebagainya. Misalnya saja reaksi pengikut Hitler pada Swastika dan lambang-lambang lainnya.

Korzybski menekankan bahwa kita seharusnya tidak meniru binatang. Respons kita haruslah kondisional bukan dikondisikan. Artinya, respons kita harus melalui penundaan (delayed) dan modifikasi, bukan otomatis. Untuk itu, kita perlu menghindari reaksi yang baku atau stereotip terhadap kelas atau kelompok orang tertentu dan menyadari adanya perbedaan-perbedaan di antara individu anggota kelompok atau kelas dan menyesuaikan respons kita.

Identitas.

Ada tiga alasan mengapa kita cenderung bereaksi daripada merespons suatu pesan, yaitu: nama adalah suatu karakteristik penting dari benda atau objek, keunikan benda atau objek berada di dalam nama, dan jika suatu benda atau objek tidak memiliki nama maka ia menjadi tidak eksis atau tidak dianggap.

Jadi, terdapat orang-orang yang beranggapan bahwa semua ‘perceraian’ memiliki makna yang sama atau semua pengertian


(60)

‘demonstrasi’ adalah sama, padahal dalam situasi yang nyaris sama orang atau hal-hal lainnya akan selalu berbeda.

Konstruk tentang identitas berkaitan dengan konstruk lain dalam teori general semantics, yaitu nonallness dan nonaddivity. Nonallness berarti bahwa kita tidak dapat mengatakan segala sesuatunya secara lengkap mengenai semua hal. Oleh karenanya ketika melihat ada kesamaan dalam beberapa hal kita cenderung untuk mengabaikan perbedaan-perbedaan.

General semantics merekomendasikan kita untuk memberikan

gambaran bahwa terdapat hal-hal lain yang tidak kita ketahui ketika mendeskripsikan sesuatu pada saat berbicara.

Konstruk nonaddivity dapat dilakukan ketika menambahkan sesuatu dan hasilnya memiliki arti lain. Misalnya, ketika guru berkata kepada guru lainnya: bisakah anda menerima seorang murid lagi untuk kelas anda?”. Karena tidak ada dua hal yang sama persis, menerima seorang murid yang sekedar duduk di kelas adalah berbeda dengan menerima seorang murid yang sangat partisipatif di dalam kelas. Oleh karenanya menambahkan sesuatu tidak hanya sekedar menghasilkan hal yang sama dalam jumlah yang lebih besar, seperti yang dikondisikan oleh kata atau bunyi, melainkan menghasilkan suatu prilaku komunikatif yang berbeda.


(61)

General semantics mengemukakan bahwa segala sesuatu di dalam

lingkungan fisik akan terus menerus berubah. Hal ini bahkan juga berlaku pada benda mati dimana terjadi perubahan molekul.

Fenomena ini disebut ‘keterikatan waktu’ (time binding). Selain itu juga terjadi ‘keterikatan ruang’ (space binding) karena orang berada dalam tempat atau ruang berbeda, mereka akan mempersepsikan sesuatu secara berbeda-beda.

Dua aspek dalam dimensi ruang adalah jarak dan posisi relatif. Seperti halnya waktu, ruang adalah fenomena yang pasif dan penyebab perubahan (catalytic). Benda, objek atau hal harus berada di dalam suatu ruang, harus memiliki jarak (baik dekat atupun jauh dari benda), objek atau hal lainnya, dan meskipun memiliki jarak yang sama mereka harus menempati posisi yang berbeda.

Dimensi ruang mencakup tataran fisik (persepsi dan jarak). Tataran psikologis (perasaan, keadaan, dan sebagainya), dan tataran kultural (norma, nilai).

Multiordinalitas

Multiordinalitas menjelaskan pernyataan yang bertingkat-tingkat. Misalnya kata ‘cinta’. Kita dapat mencintai suatu bangunan, seorang gadis, sebuah lukisan, sebuah teori, sebuah pertarungan sengit.

Namun semua ‘cinta’ ini berada pada tataran abstraksi yang sama, tetapi cinta juga dapat bergerak ke tataran yang lain. Jadi, kita dapat mencinta ‘kecintaan’ kita terhadap seorang gadis, dan sebagainya. Ini


(62)

adalah cinta pada tataran kedua, yang berbeda dari cinta pada tataran pertama karena melibatkan proses psikoneurologis yang berbeda.

Konstruk ini menjelaskan bagaimana orientasi orang ketika merespons suatu hal. Ivring J. Lee mengemukakan bahwa orientasi intensional didasarkan pada definisi verbal, asosiasi, dan sebagainya yang mengabaikan observasi. Karakteristik orang seperti ini adalah lebih memperhatikan nama dan apa yang dikatakan mengenai suatu hal daripada kenyataan, orang merespon kata atau pernyataan sebagaimana orang merespons objek yang digambarkan oleh kata tersebut, orang tidak merasa yakin dengan kenyataan yang dihadapinya, dan orang menggunakan pembuktian verbal daripada fakta yang nyata.

Sebaliknya, orientasi ekstensional didasarkan pada susunan observasi, investigasi dan sebaginya terlebih dahulu sebelum meresponsnya.

General semantic lebih mendukung orientasi ekstensional yang artinya

merekomendasikan seseorang mencari faktanya terlebih dahulu. 4. Konstruktivisme: Perspektif Pesan dalam Bahasa

Teori ini dikemukakan oleh Jesse G. Delia dan Ruth Anne Clark yang menaruh perhatian pada proses berpikir yang terjadi sebelum pesan dikemukakan dalam suatu tindak komunikasi. Proses berpikir ini disebut kognisi sosial.

Beberapa prinsip penting dalam teori mereka adalah Konstruksi episodik dan disposisi oleh skemata interpersonalnya. Skemata - skemata interpersonal ini adalah kognisi atau pemikiran mengenai bagaimana kita berpikir mengenai apa yang akan dilakukan oleh orang lain. Skemata - skemata interpersonal ini


(63)

diorganisasi kedalam sistem yang mencakup interpretasi dan penyimpulan serta pola-pola ‘konstruksi’ yang kita gunakan untuk menjelaskan perilaku orang lain.

Prinsip kedua adalah, organisasi kesan interpersonal memberikan pemahaman dan antisipasi atas orang lain secara kontekstual dan relevan. Dalam hal ini orang bertindak seolah-olah sebagai psikolog sosial yang menggunakan suatu pola konsepsional untuk menjelaskan, memahami, dan memperkirakan perilaku orang lain di dalam berbagai konteks.

Prinsip ketiga adalah, variasi sistematis dalam konstruk dan skemata interpersonal yang berkembang sebagai suatu fungsi pengalaman sosial, memberikan perbedaan kapasitas untuk membentuk kesan-kesan yang terorganisasikan dan stabil dalam waktu dan konteks berbeda. Maksudnya, orang yang memiliki lebih banyak pilihan dalam menilai orang lain cenderung lebih mampu memformulasikan pandangan yang terorganisasi mengenai orang lain.

Delia dan Clark telah mengemukakan bahwa bahasa digunakan untuk menilai apa yang akan dirasakan oleh orang lain terhadap suatu pesan yang disampaikan kepadanya sebelum pesan itu sendiri belum sepenuhnya disusun. Oleh karenanya, individu dengan kecakapan bahasa yang baik akan mampu menyusun pesan secara lebih tepat dan jelas kepada berbagai jenis orang dalam berbagai situasi spesifik.


(64)

II.3. Komunikasi Nonverbal

Barangkali tidaklah terlalu dibesar-besarkan bila dikatakan bahwa kita juga melakukan komunikasi nonverbal sama banyaknya dengan komunikasi verbal.

Cara kita berdiri, cara kita berjalan, gaya yang kita tampilkan saat kita mengangkat bahu kita, mengernyitkan dahi kita, menggoyangkan kepala kita; pokoknya semuanya menyampaikan sesuatu ke orang lain, dan itu tentu saja adalah komunikasi. Kita tidak perlu untuk melakukan suatu tindakan yang khusus untuk melakukan semua itu.

Kita juga dapat dikatakan melakukan komunikasi nonverbal melalui pakaian yang kita gunakan, mobil yang kita kendarai, atau kantor yang kita tempati. Memang benar, bahwa yang dikomunikasikan mungkin kurang akurat, namun demikian mau tidak mau tetap saja ada yang dikomunikasikan melalui cara itu.

II.3.1. Definisi Komunikasi Nonverbal

Secara sederhana komunikasi nonverbal dapat didefinisikan sebagai berikut: non berarti tidak, verbal bermakna kata-kata (words), sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-kata35.

Menurut Adler dan Rodman dalam bukunya Understanding Human

Communication, batasan yang sederhana tersebut merupakan langkah awal untuk

membedakan apa yang disebut dengan vocal communication yaitu tindak komunikasi yang menggunakan mulut dan verbal communication yaitu tindakan komunikasi yang menggunakan kata-kata.36

35 Ibid, hal.6.4. 36 Ibid.


(1)

10. Apakah intonasi suara dosen yang bersifat gemulai dapat menciptakan hubungan yang akrab diantara anda dan dosen yang bersangkutan? 1.Sangat menciptakan hubungan yang akrab

2.Menciptakan hubungan yang akrab

3.Kurang menciptakan hubungan yang akrab 15 4.Tidak menciptakan hubungan yang akrab

11. Apakah intonasi suara dosen yang bersifat sopan dapat menciptakan hubungan yang makin baik diantara anda dan dosen yang bersangkutan?

1.Sangat menciptakan hubungan yang makin baik

2.Menciptakan hubungan yang makin baik

3.Kurang menciptakan hubungan yang makin baik 16 4.Tidak menciptakan hubungan yang makin baik

12. Apakah anda menyukai ekspresi wajah dosen yang ramah saat berinteraksi dengan anda?

1.Sangat menyukai 2.Menyukai

3.Kurang menyukai 17

4.Tidak menyukai

13. Apakah anda merasa semangat ketika dosen bersikap responsif saat berinteraksi dengan anda?

1.Sangat semangat 2.Semangat

3.Kurang semangat 18 4.Tidak semangat

14. Apakah anda cenderung patuh terhadap dosen yang menjaga kontak mata saat berinteraksi dengan anda?

1.Sangat cenderung patuh 2.Cenderung patuh

3.Kurang cenderung patuh 19

4.Tidak cenderung patuh

15. Apakah anda tertarik terhadap dosen yang memiliki gerak tubuh yang bersifat positif seperti senyuman, perhatian, dan dorongan (motivasi) saat berinteraksi dengan anda ?

1.Sangat tertarik 2.Tertarik

3.Kurang tertarik 20

4.Tidak tertarik

16. Apakah cara dosen dalam menciptakan jarak pribadi yang relatif dekat dapat membuat anda akrab dengan dosen tersebut?

1.Sangat akrab 2.Akrab

3.Kurang akrab 21


(2)

17. Apakah sentuhan fisik yang dilakukan dosen seperti salaman dapat menyenangkan diri anda?

1. Sangat menyenangkan 2. Menyenangkan

3. Kurang menyenangkan 22

4. Tidak menyenangkan

18. Apakah sentuhan fisik yang dilakukan dosen seperti rangkulan dapat menenangkan perasaan anda?

1. Sangat menenangkan 2. Menenangkan

3. Kurang menenangkan 23

4. Tidak menenangkan

19. Apakah sentuhan fisik yang dilakukan dosen sentuhan di punggung dapat menentramkan hati anda anda?

1.Sangat menentramkan 2.Menentramkan

3.Kurang menentramkan 24

4.Tidak menentramkan

20. Apakah anda cenderung patuh terhadap dosen dengan penampilan rapi dan harmonis serta kondisi fisik yang prima ?

1.Sangat cenderung patuh 2.Cenderung patuh 25

3.Kurang cenderung patuh 4.Tidak cenderung patuh

21. Apakah anda menghormati dosen yang memiliki komitmen terhadap ketepatan waktu saat mengajar atau kegiatan lainnya?

1.Sangat menghormati

2.Menghormati

3.Kurang menghormati 26

4.Tidak menghormati

22. Apakah anda cenderung memiliki hubungan yang dekat dengan dosen yang menggunakan parfum dan wangi-wangian ?

1.Sangat cenderung dekat 2.Cenderung dekat

3.Kurang cenderung dekat 27

4.Tidak cenderung dekat

III. KOMUNIKASI EFEKTIF

23. Apakah komunikasi yang dilakukan dosen sudah memiliki kerangka pemikiran

(frame of reference) yang sesuai dengan anda?

1.Sangat sesuai 2.Sesuai


(3)

24. Apakah komunikasi yang dilakukan dosen sudah memiliki bidang pengalaman

(field of experience) yang sesuai dengan anda?

1.Sangat sesuai 2.Sesuai

3.Kurang sesuai 29

4.Tidak sesuai

25. Apakah komunikasi yang dilakukan dosen terhadap anda sudah berjalan hangat? 1.Sangat hangat

2.Hangat

3.Kurang hangat 30

4.Tidak hangat

26. Apakah komunikasi yang dilakukan dosen terhadap anda sudah berjalan akrab? 1.Sangat akrab

2.Akrab

3.Kurang akrab

4.Tidak akrab 31

27. Apakah komunikasi yang dilakukan dosen terhadap anda sudah berjalan menyenangkan?

1.Sangat menyenangkan 2.Menyenangkan

3.Kurang menyenangkan 32

4.Tidak menyenangkan

28. Apakah komunikasi yang dilakukan dosen terhadap anda dapat menambah atau meningkatkan pengetahuan anda?

1.Sangat meningkatkan pengetahuan 2.Meningkatkan pengetahuan

3.Kurang meningkatkan pengetahuan 33 4.Tidak meningkatkan pengetahuan

29. Apakah komunikasi yang dilakukan dosen terhadap anda dapat menyenangkan perasaan anda?

1.Sangat menyenangkan perasaan 2.Menyenangkan perasaan

3.Kurang menyenangkan perasaan 34

4.Tidak menyenangkan perasaan

30. Apakah komunikasi yang dilakukan dosen terhadap anda membuat anda menjadi cenderung patuh terhadap dosen?

1.Sangat cenderung patuh 2.Cenderung patuh

3.Kurang cenderung patuh


(4)

31. Apakah komunikasi yang dilakukan dosen terhadap anda dapat menimbulkan rasa saling pengertian (mutual understanding)?

1.Sangat saling pengertian 2.Saling pengertian

3.Kurang saling pengertian 36

4.Tidak saling pengertian

32. Apakah komunikasi yang dilakukan dosen terhadap anda dapat menimbulkan rasa saling percaya (mutual confidence)?

1.Sangat saling percaya 2.Saling percaya

3.Kurang saling percaya 37

4.Tidak saling percaya

33. Apakah komunikasi yang dilakukan dosen terhadap anda dapat menimbulkan rasa saling menguntungkan (mutual favorable)?

1.Sangat saling menguntungkan 2 Saling menguntungkan

3.Kurang saling menguntungkan 38

4.Tidak saling menguntungkan

34. Apakah komunikasi yang dilakukan dosen terhadap anda dapat membuat anda menjadi patuh dan hormat terhadap dosen?

1.Sangat patuh dan hormat 2 Patuh dan hormat

3.Kurang patuh dan hormat 39

4.Tidak patuh dan hormat


(5)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

==========================================================

LEMBARAN CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Eka Safitri Nasution NIM : 050904093

PEMBIMBING : Drs. Mukti Sitompul, M.Si

NO TANGGAL

PERTEMUAN

PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING

1. 2. 3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

8 Juni 2009 9 Juni 2009 27 Juni 2009

18 Juli 2009

22 Juli 2009

1 Agustus 2009

5 September 2009

9 September 2009

14 September 2009

ACC Seminar Seminar Proposal

Penyerahan Perbaikan Bab I & Bimbingan Kuesioner

Penyerahan Perbaikan Bab I & Kuesioner

Bimbingan Perbaikan Bab I & Perbaikan Kuesioner

ACC Bab I, ACC Kuesioner, Arahan Pengerjaan Bab II, III, IV, Dan V

Penyerahan Seluruh Bagian Skripsi

Pembahasan Skripsi, bimbingan Perbaikan Bab IV, ACC Bab I-III

Penyerahan Perbaikan Bab IV ACC Bab IV


(6)

BIODATA

Nama : Eka Safitri Nasution

Tempat/Tgl Lahir : 20 Mei 1988

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Garu IV No. 85 B Medan

Status dalam Keluaraga : Anak ke-1 dari 4 bersaudara

Pendidikan : SDS Abdi Sukma Medan

SDN 15 P.Sidempuan SDN 0609023 Medan SMPN 15 Medan

SMAN 2 Medan

Nama Orang tua : Ir. Edi Kesuma Nasution Hj. Nurhasanah Lubis Saudara Kandung : Eki Octari Nasution

Edo Fasha Nasution