Pendahuluan Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta pembelajaran di pt

1 PARADIGMA DALAM PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI Oleh : Suyanta

A. Pendahuluan

Kualit as pendidikan saat ini masih m enjadi permasalahan mendasar dalam usaha perbaikan mut u sist em pendidikan nasional. Berbagai upaya t elah dilakukan unt uk meningkat kan kualit as pendidikan, mencakup semua komponen pendidikan sepert i, kurikulum, peningkat an kualit as guru dan dosen, pengadaan buku ajar dan sarana belajar lainnya, pengembangan sist em pembelajaran, penyempurnaan sist em penilaian, penat aan organisasi dan manajem en pendidikan. Berbagai masalah lain dalam pelaksanaan pendidikan nasional di ant aranya yang m enyangkut kebijakan pendidikan, perkembangan anak Indonesia, guru dosen, relevansi pendidikan, mut u pendidikan, pemerat aan, manajemen pendidikan dan pembiayaan pendidikan. M ut u pendidikan dit ent ukan oleh berbagai fakt or, salah sat u di ant aranya adalah proses belajar mengajar PBM . Unt uk it u perubahan dalam PBM m enjadi sangat pent ing. Kehidupan di abad XXI m emerlukan perubahan paradigma pendidikan t inggi yang bersif at mendasar. Bent uk perubahan-perubahan t ersebut adalah: i perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat dunia global, ii perubahan dari kohesi sosial menjadi part isipasi demo krat is ut amanya dalam pendidikan dan prakt ek berkew arganegaraan, dan iii perubahan dari pert umbuhan ekonomik ke perkembangan kemanusiaan. UNESCO 1998 m enjelaskan bahw a unt uk m elaksanakan empat perubahan besar di pendidikan t inggi t ersebut , dipakai dua basis landasan, berupa empat pilar pendidikan: i learning to know , ii learning to do yang bermakna pada penguasaan kompet ensi dari pada penguasaan ket rampilan m enurut klasifikasi ISCE International Standard Classification of Education dan ISCO International Standard Classification of Occupation , demat erialisasi pekerjaan dan kem ampuan berperan unt uk menanggapi bangkit nya sekt or layanan jasa, dan bekerja di kegiat an ekonomi informal, iii learning to live together with others , dan iv learning to be , sert a; belajar sepanjang hayat learning throughout life . Empat pilar pendidikan t ersebut sebenarnya m erupakan sat u kesat uan ut uh. Pengelompokan pilar hanya mencirikan pengut amaan subst ansi mat eri dan proses pembelajaran. Hal ini berart i bahw a kompet ensi sebagai ciri ut ama dari penguasaan 2 learning to do dari suat u mat eri pembelajaran t idak dapat dipisahkan dengan elemen kompet ensi yang t erkandung dalam learning to know, learning to live together, dan learning to be dari mat eri yang bersangkut an at au mat eri-mat eri pembelajaran lainnya . Oleh karenanya, pemisahan antara materi pembelajaran atas hard skill dan soft skill dalam satu kurikulum tidak berlaku lagi . M akna art i hard skill dan soft skill diakomodasi dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan dim ensi proses kognit if, afekt if, dan psikomot or. Kondisi pembelajaran di program st udi perguruan t inggi masih cukup beragam. Perguruan t inggi yang t elah menjalankan sist em penjaminan mut u dengan baik dari level inst it usi sampai program st udi umumnya t elah melak sanakan pembelajaran yang berbasiskan capaian pem belajaran, namun dari pengalaman Tim Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi, Direkt orat Pendidikan Tinggi m elaksanakan pelat ihan pengembangan kurikulum di seluruh KOPERTIS di Indonesia dengan permasalahan ut ama, yait u: a. Kurangnya pemahaman t ent ang esensi dari kurikulum dalam sist em pendidikan b. Kurangnya persiapan dosen di dalam m enyiapkan perangkat pembelajaran sebelum melakukan pem belajaran; c. Ket idakjelasan rumusan capaian pembelajaran; d. Ket idakjelasan st rat egi dan met ode pembelajaran; e. Ket idakj elasan apakah pilihan st rat egi dan m et ode pem belajaran m erupakan pilihan yang t epat unt uk memunculkan capaian pembelajaran yang t elah dit et apkan; f . Akt ivit as asesm en cenderung pada pemberian skor nilai kepada mahasisw a dari pada memberikan t unt unan unt uk membuka pot ensinya; g. Inst rum en unt uk melakukan asesmen cenderung mencirikan penilaian sumat if dari pada penilaian format if. Hal di at as dapat mengindikasikan bahw a dalam melaksanakan proses pembelajaran yang baik, masih ada beberapa dosen yang kurang pemahamannya at au dosen kurang perduli t erhadap capaian pembelajaran, st rat egi dan met ode pembelajaran, sert a cara penilaian yang t epat . Ada anggapan bahw a dengan t at ap muka sekali dalam sat u minggu t elah m elakukan pembelajaran sesuai dengan t unt ut an at uran yang ada. Hal ini dikarenakan pemahaman ukuran pembelajaran yang baik adalah jumlah t at ap muka di kelas.

B. Model Model Pembelajaran di PT