Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta pembelajaran di pt

(1)

0

PARADIGMA DALAM PEMBELAJARAN

DI PERGURUAN TINGGI

Oleh : Suyanta

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Disampaikan dalam Workshop Pelaksanaan PBM dan Evaluasi

STMIK Kartika Yani, Jum’at 31 Oktober 2014


(2)

1

PARADIGMA DALAM PEMBELAJARAN

DI PERGURUAN TINGGI

Oleh : Suyanta

A. Pendahuluan

Kualit as pendidikan saat ini masih m enjadi permasalahan mendasar dalam usaha perbaikan mut u sist em pendidikan nasional. Berbagai upaya t elah dilakukan unt uk meningkat kan kualit as pendidikan, mencakup semua komponen pendidikan sepert i, kurikulum, peningkat an kualit as guru dan dosen, pengadaan buku ajar dan sarana belajar lainnya, pengembangan sist em pembelajaran, penyempurnaan sist em penilaian, penat aan organisasi dan manajem en pendidikan. Berbagai masalah lain dalam pelaksanaan pendidikan nasional di ant aranya yang m enyangkut kebijakan pendidikan, perkembangan anak Indonesia, guru/ dosen, relevansi pendidikan, mut u pendidikan, pemerat aan, manajemen pendidikan dan pembiayaan pendidikan.

M ut u pendidikan dit ent ukan oleh berbagai fakt or, salah sat u di ant aranya adalah proses belajar mengajar (PBM ). Unt uk it u perubahan dalam PBM m enjadi sangat pent ing. Kehidupan di abad XXI m emerlukan perubahan paradigma pendidikan t inggi yang bersif at mendasar. Bent uk perubahan-perubahan t ersebut adalah: (i) perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat dunia (global), (ii) perubahan dari kohesi sosial menjadi part isipasi demo krat is (ut amanya dalam pendidikan dan prakt ek berkew arganegaraan), dan (iii) perubahan dari pert umbuhan ekonomik ke perkembangan kemanusiaan. UNESCO (1998) m enjelaskan bahw a unt uk m elaksanakan empat perubahan besar di pendidikan t inggi t ersebut , dipakai dua basis landasan, berupa empat pilar pendidikan: (i)

learning to know

, (ii)

learning to do

yang bermakna pada penguasaan kompet ensi dari pada penguasaan ket rampilan m enurut klasifikasi ISCE (

International

Standard Classification of Education

) dan ISCO (

International Standard Classification

of Occupation

), demat erialisasi pekerjaan dan kem ampuan berperan unt uk menanggapi bangkit nya sekt or layanan jasa, dan bekerja di kegiat an ekonomi informal, (iii)

learning to

live together

(

with others

), dan (iv)

learning to be

, sert a; belajar sepanjang hayat (

learning

throughout life

).

Empat pilar pendidikan t ersebut sebenarnya m erupakan sat u kesat uan ut uh. Pengelompokan pilar hanya mencirikan pengut amaan subst ansi mat eri dan proses pembelajaran. Hal ini berart i bahw a kompet ensi sebagai ciri ut ama dari penguasaan


(3)

2

learning to do

dari suat u mat eri pembelajaran t idak dapat dipisahkan dengan elemen kompet ensi yang t erkandung dalam

learning to know, learning to live together,

dan

learning to be

dari mat eri yang bersangkut an at au mat eri-mat eri pembelajaran lainnya

.

Oleh karenanya,

pemisahan antara materi pembelajaran atas

hard skill

dan

soft

skill

dalam satu kurikulum tidak berlaku lagi

. M akna art i

hard skill

dan

soft skill

diakomodasi dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan dim ensi proses kognit if, afekt if, dan psikomot or.

Kondisi pembelajaran di program st udi/ perguruan t inggi masih cukup beragam. Perguruan t inggi yang t elah menjalankan sist em penjaminan mut u dengan baik dari level inst it usi sampai program st udi umumnya t elah melak sanakan pembelajaran yang berbasiskan capaian pem belajaran, namun dari pengalaman Tim Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi, Direkt orat Pendidikan Tinggi m elaksanakan pelat ihan pengembangan kurikulum di seluruh KOPERTIS di Indonesia dengan permasalahan ut ama, yait u:

a. Kurangnya pemahaman t ent ang esensi dari kurikulum dalam sist em pendidikan

b. Kurangnya persiapan dosen di dalam m enyiapkan perangkat pembelajaran sebelum melakukan pem belajaran;

c. Ket idakjelasan rumusan capaian pembelajaran; d. Ket idakjelasan st rat egi dan met ode pembelajaran;

e. Ket idakj elasan apakah pilihan st rat egi dan m et ode pem belajaran m erupakan pilihan yang t epat unt uk memunculkan capaian pembelajaran yang t elah dit et apkan;

f . Akt ivit as asesm en cenderung pada pemberian skor/ nilai kepada mahasisw a dari pada memberikan t unt unan unt uk membuka pot ensinya;

g. Inst rum en unt uk melakukan asesmen cenderung mencirikan penilaian sumat if dari pada penilaian format if.

Hal di at as dapat mengindikasikan bahw a dalam melaksanakan proses pembelajaran yang baik, masih ada beberapa dosen yang kurang pemahamannya at au dosen kurang perduli t erhadap capaian pembelajaran, st rat egi dan met ode pembelajaran, sert a cara penilaian yang t epat . Ada anggapan bahw a dengan t at ap muka sekali dalam sat u minggu t elah m elakukan pembelajaran sesuai dengan t unt ut an at uran yang ada. Hal ini dikarenakan pemahaman ukuran pembelajaran yang baik adalah jumlah t at ap muka di kelas.

B. Model Model Pembelajaran di PT

Perubahan pendekat an dalam pembelajaran dari TCL menjadi SCL adalah perubahan paradigma, yait u perubahan dalam cara memandang beberapa hal dalam pembelajaran,


(4)

3 yakni; a)

pengetahuan

, dari penget ahuan yang dipandang sebagai sesuat u yang sudah jadi yang t inggal dit ransfer dari dosen ke mahasisw a, menjadi penget ahuan dipandang sebagai hasil konst ruksi at au hasil t ransformasi oleh pembelajar, b)

belajar

, belajar adalah menerima penget ahuan (pasif-resept if) m enjadi belajar adalah mencari dan m engkonst ruksi penget a huan, akt if dan spesifik caranya, c)

pembelajaran

, dosen m enyampai kan penget ahuan at au mengajar (ceramah dan kuliah) menjadi dosen berpart isipasi bersama mahasisw a membent uk penget ahuan. Dengan paradigma ini maka t iga prinsip yang harus ada dalam pembelajaran SCL adalah (a) m emandang penget ahuan sebagai sat u hal yang belum lengkap, (b) memandang proses belajar sebagai proses unt uk merekon st ruksi dan mencari penget ahuan yang akan dipelajari; sert a (c) memandang proses pembelajaran bukan sebagai proses pengajaran (t eaching) yang dapat dilakukan secara klasikal, dan bukan merupakan suat u proses unt uk menja lankan sebuah inst ruksi baku yang t elah dirancang. Proses pembelajaran adalah proses dimana dosen menyediakan berbagai macam st rat egi dan met ode pem belajaran dan paham akan pendekat an pembelajaran mahasis w anya unt uk dapat m engembangkan pot ensi yang dimilikinya. Perbedaan pendekat an pembelajaran yang berpusat pada dosen (TCL) dan pembelajaran yang berpusat pada mahasisw a ( SCL) dapat dirinci pada t abel di baw ah ini. Dengan Pendekat an yang berubah ini maka model pelaksanaan pembelajaran juga berubah. Beberpa cont oh model pembelajaran yang dikembangkan di perguruan t inggi ant ara lain akan diuraikan berikut ini.

1. Small Group Discussion

Diskusi adalah salah sat u elemen belajar secara akt if dan merupakan bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain, sepert i CL, CbL, PBL, dan lain-lain. M ahasisw a pesert a kuliah dimint a membuat kelompok kecil (5 sampai 10 orang) unt uk mendiskusikan bahan yang diberikan oleh dosen at au bahan yang diperoleh sendiri oleh anggot a kelompok t ersebut . Dengan akt ivit as kelompok kecil, mahasiswa akan belajar: (a) M enjadi pendengar yang baik; (b) Bekerjasama unt uk t ugas bersama; (c) M emberikan dan menerima umpan balik yang konst rukt if; (d) M enghormat i perbedaan pendapat ; (e) M endukung pendapat dengan bukt i; dan (f) M enghargai sudut pandang yang bervariasi (gender, budaya, dan lain-lain). Adapun akt ivit as diskusi kelompok kecil dapat berupa: (a) M embangkit kan ide; (b) M enyimpulkan poin pent ing; (c) M engakses t ingkat

skill

dan penget ahuan; (d) M engkaji kembali t opik di kelas sebelumnya; (e) M enelaah lat ihan,

quiz

, t ugas m enulis; (f) M emproses

outcome

pembelajaran pada akhir kelas; (g) M emberi koment ar t ent ang jalannya kelas;(h) M embandingkan t eori, isu, dan int erpret asi ; (i) M enyelesaikan masalah; dan (j) brainstroming.


(5)

4 2.

Simulasi/Demonstrasi

Simulasi adalah model yang m embaw a sit uasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. M isalnya unt uk mat a kuliah aplikasi inst rument asi, mahasisw a dimint a m embuat perusahaan fikt if yang bergerak di bidang aplikasi inst rument asi, kemudian perusahaan t ersebut dimint a m elakukan hal yang sebagai mana dilakukan oleh perusahaan sesungguhnya dalam memberikan jasa kepada kliennya, misalnya melakukan proses

bidding

, dan sebagainya. Simulasi dapat berbent uk: (a) Permainan peran (

role playing

). Dalam cont oh di at as, set iap mahasisw a dapat diberi peran masing-masing, misalnya sebagai direkt ur,

engineer

, bagian pemasaran dan lain- lain; (b)

Simulation exercices and simulation

games;

dan (c) M odel komput er. Simulasi dapat mengubah cara pandang (

mindset

) mahasisw a, dengan jalan: (a) M emprakt ekkan kemampuan umum (misal komunikasi verbal & nonverbal); (b) M emprakt ekkan kemampuan khusus; (c) M emprakt ekkan kemam puan t im; (d) M engembangkan kemampuan m enyel esaikan masalah (

problem-solving

);(e) M enggunakan kemampuan sint esis; dan (f) M engembangkan kemampuan empat i.

3. Discovery Learning (DL)

DL adalah met ode belajar yang difokuskan pada pemanfaat an informasi yang t ersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasisw a, unt uk membangun penget ahuan dengan cara belajar mandiri.

4. Self-Directed Learning (SDL)

SDL adalah proses belajar yang dilakukan at as inisiat if individu mahasisw a sendiri. Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian t erhadap pengalaman belajar yang t elah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkut an. Sem ent ara dosen hanya bert indak sebagai fasili t at or, yang m emberi arahan, bimbingan, dan konfirmasi t erhadap kemajuan belajar yang t elah dilakukan individu mahasisw a t ersebut . M et ode belajar ini bermanfaat unt uk menyadarkan dan m emberdayakan mahasisw a, bahw a belajar adalah t anggungjaw ab m ereka sendiri. Dengan kat a lain, individu mahasisw a didorong unt uk bert anggungjaw ab t erhadap semua f ikiran dan t indakan yang dilakukannya. M et ode pembelajaran SDL dapat dit erapkan apabila asumsi berikut sudah t erpenuhi, yait u sebagai orang dew asa, kemampuan mahasisw a sem est inya bergeser dari orang yang t ergant ung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri. Prinsip yang digunakan di dalam SDL adalah: (a) Pengalaman m erupakan sum ber belajar yang sangat bermanf aat ; (b) Kesiapan belajar m erupakan t ahap aw al m enjadi pem belajar mandiri; dan (c) Orang dew asa lebih t ert arik belajar dari permasalahan daripada dari isi mat akuliah Pengakuan,


(6)

5 penghargaan, dan dukungan t erhadap proses belajar orang dew asa perlu dicipt akan dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini, dosen dan mahasisw a harus memiliki semangat yang saling melengkapi dalam melakukan pencarian penget ahuan.

5. Cooperative Learning (CL)

CL adalah met ode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen unt uk m emecahkan suat u masalah/ kasus at au mengerjakan suat u t ugas. Kelompok ini t erdiri at as beberapa orang mahasisw a, yang m emiliki kemampuan akademik yang beragam. M et ode ini sangat t erst rukt ur, karena pem bent ukan kelompok, mat eri yang dibahas, langkah- langkah diskusi sert a produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya dit ent ukan dan dikont rol oleh dosen. M ahasisw a dalam hal ini hanya mengikut i prosedur diskusi yang dirancang ol eh dosen. Pada dasarnya CL sepert i ini m erupakan perpaduan ant ara

teacher-centered

dan

student-

centered learning

. M et ode ini bermanf aat unt uk m embant u m enumbuhkan dan mengasah: (a) kebiasaan belajar akt if pada diri mahasisw a; (b) rasa t anggung jaw ab individu dan kelompok mahasisw a; (c) kemampuan dan ket erampilan bekerjasama ant ar mahasisw a; dan (d) ket erampilan sosial mahasisw a.

6. Collaborative Learning (CbL)

CbL adalah met ode belajar yang m enit ikberat kan pada kerjasama ant ar mahasisw a yang didasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri oleh ang got a kelompok. M asalah/ t ugas/ kasus m emang berasal dari dosen dan bersif at

open ended

, t et api pembent ukan kelompok yang didasarkan pada minat , prosedur kerja kelompok, penent uan w akt u dan t empat diskusi/ kerja kelom pok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/ kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya dit ent ukan m elalui konsensus bersama ant ar anggot a kelom pok.

7. Contextual Instruction (CI)

CI adalah konsep belajar yang m embant u dosen mengait kan isi mat akuliah dengan sit uasi nyat a dalam kehidupan sehari-hari dan memot ivasi mahasisw a unt uk membuat ket erhubungan ant ara penget ahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggot a masyarakat , pelaku kerja profesional at au manajerial,

entrepreneur

, maupun

investor

. Sebagai cont oh, apabila kompet ensi yang dit unt ut mat akuliah adalah mahasisw a dapat m enganalisis fakt or-fakt or yang m empengaruhi proses t ransaksi jual beli, maka dalam pembelajarannya, selain konsep t ransaksi ini dibahas dalam kelas, juga diberikan cont oh, dan mendiskusikannya. M ahasisw a juga diberi t ugas dan kesempat an unt uk t erjun langsung di


(7)

6 pusat - pusat perdagangan unt uk mengamat i secara langsung proses t ransaksi jual beli t ersebut , at au bahkan t erlibat langsung sebagai salah sat u pelakunya, sebagai pembeli, misalnya. Pada saat it u, mahasisw a dapat melakukan pengamat an langsung, m engkajinya dengan berbagai t eori yang ada, sampai ia dapat menganalis fakt or-fakt or apa saja yang mempengaruhi t erjadinya proses t ransaksi jual beli. Hasil ket erlibat an, pengamat an dan kajiannya ini selanjut nya dipresent asikan di dalam kelas, unt uk dibahas dan m enampung saran dan masukan lain dari seluruh anggot a kelas. Pada int inya dengan CI, dosen dan mahasisw a meman faat kan penget ahuan secara bersama-sama, unt uk mencapai kompet ensi yang dit unt ut oleh mat akuliah, sert a mem berikan kesempat an pada semua orang yang t erlibat dalam pembelajaran unt uk belajar sat u sama lain.

8. Project-Based Learning (PjBL)

PjBL adalah met ode belajar yang sist emat is, yang melibat kan mahasisw a dalam belajar penget ahuan dan ket erampilan m elalui proses pencarian/ penggalian (

inquiry

) yang panjang dan t erst rukt ur t erhadap pert anyaan yang ot ent ik dan kompleks sert a t ugas dan produk yang dirancang dengan sangat hat ihat i.

9. Problem-Based Learning/ Inquiry (PBL/ I)

PBL/ I adalah belajar dengan m emanfaat kan masalah dan mahasisw a harus m elakukan pencarian/ penggalian informasi (

inquiry

) unt uk dapat memecahkan masalah t ersebut . Pada umumnya, t erdapat empat langkah yang perlu dilakukan mahasisw a dalam PBL/ I, yait u: (a) M enerima masalah yang relevan dengan salah sat u/ beberapa kom pet ensi yang dit unt ut mat akuliah, dari dosennya; (b) M elakukan pencarian dat a dan informasi yang relevan unt uk mem ecahkan masalah; (c) M enat a dat a dan mengait kan dat a dengan masalah; dan (d) M enganalis st rat egi pem ecahan masalah PBL/ I adalah belajar dengan m eman faat kan masalah dan mahasisw a harus m elakukan pencarian/ penggalian informasi (

inquiry

) unt uk dapat mem ecahkan masalah t ersebut .

C. Pelaksanaan Pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran setiap dosen wajib menyusun

rancangan pembelajaran semester (silabus) dan Rencana Pelaksanaan perkuliahan

(RPP)

(contoh dapat dilihat pada lampiran)

.

Sesuai ketentuan dalam peraturan

pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan maka

pelaksanaan

pembelajaran

di

semua

jenjang

mendidikan

diharapkan


(8)

7

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik.

Untuk meningkatkan pembelajaran maka diperlukan usaha-usaha salah

satunya adalah adanya umpan balik dari peserta ajar. Umpan balik ini merupakan

bagian dari feedback sebagai bahan evaluasi setiap dosen dalam melaksanakan

PBM. Dalam makalah ini diberikan contoh instrumen penilaian mahasiswa terhadap

dosen selama melaksanakan PBM (lihat lampiran).

D. Kesimpulan

Usaha meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan kegiatan

belajar-mengajar yang baik. Dengan paradigma baru dan perubahan global dunia

akhir-akhir ini maka pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi harus dilakukan

dengan pendekatan baru yaitu pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa

(

student centered

). Untuk itu berbagai metode pembelajaran yang bernuansa

student

aktive learning

merupakan metode yang menjadi pilihan dalam melaksanakan PBM.


(9)

8

Daftar Pustaka

Anderson XE " Anderson" \ b , L., & Krat hw ohl, D. 2001.

A Taxonomy for Learning,Teaching

and Assessing: A Revision of Bloom

XE " Bloom" \ b

's Taxonomy of Educational

Objectives.

New York: Longman.

Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. 2001.

The Systematic Design of Instruction

(5 ed.). New York: Longman.

Heyw ood, J. 2005.

Engineering Education: Research and Development in Curriculum

and Instruction.

New Jersey: John Wiley & Sons.

Joyce, B., Weil, M ., & Calhoun, E. 2009.

Models of Teaching

(8 ed.). New Jersey: Pearson Educat ion,Inc.

Kelly, A. V. 2004.

The Curriculum: Theory and Practice

(5 ed.). London: Sage Publicat ions.

M ent eri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2000. Perat uran M ent eri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/ U/ 2000 t ent ang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar M ahasisw a. Jakart a, Indonesia: Kement erian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

M ent eri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2002. Perat uran M ent eri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/ U/ 2002 t ent ang Kurikulum Int i Pendidikan Tinggi. Jakart a, Indonesia: Kem ent erian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. M ent eri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Perat uran M ent eri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 t ent ang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi. Jakart a, Indonesia: Kem ent erian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

M ent eri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Perat uran M ent eri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 t ent ang St andar Nasional Pendidikan Tinggi. Jakart a, Indonesia: Kement erian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

M arzano XE " M arzano" \ b , R. J., & Kendall, J. S. 2007.

The New Taxonomy of Educational

Objectives.

California: A Sage Publicat ions Company.

Slat t ery, P. (2006).

Curriculum Development in the Postmodern Era

(2 ed.). New York: Rout ledge.


(1)

3 yakni; a)

pengetahuan

, dari penget ahuan yang dipandang sebagai sesuat u yang sudah jadi yang t inggal dit ransfer dari dosen ke mahasisw a, menjadi penget ahuan dipandang sebagai hasil konst ruksi at au hasil t ransformasi oleh pembelajar, b)

belajar

, belajar adalah menerima penget ahuan (pasif-resept if) m enjadi belajar adalah mencari dan m engkonst ruksi penget a huan, akt if dan spesifik caranya, c)

pembelajaran

, dosen m enyampai kan penget ahuan at au mengajar (ceramah dan kuliah) menjadi dosen berpart isipasi bersama mahasisw a membent uk penget ahuan. Dengan paradigma ini maka t iga prinsip yang harus ada dalam pembelajaran SCL adalah (a) m emandang penget ahuan sebagai sat u hal yang belum lengkap, (b) memandang proses belajar sebagai proses unt uk merekon st ruksi dan mencari penget ahuan yang akan dipelajari; sert a (c) memandang proses pembelajaran bukan sebagai proses pengajaran (t eaching) yang dapat dilakukan secara klasikal, dan bukan merupakan suat u proses unt uk menja lankan sebuah inst ruksi baku yang t elah dirancang. Proses pembelajaran adalah proses dimana dosen menyediakan berbagai macam st rat egi dan met ode pem belajaran dan paham akan pendekat an pembelajaran mahasis w anya unt uk dapat m engembangkan pot ensi yang dimilikinya. Perbedaan pendekat an pembelajaran yang berpusat pada dosen (TCL) dan pembelajaran yang berpusat pada mahasisw a ( SCL) dapat dirinci pada t abel di baw ah ini. Dengan Pendekat an yang berubah ini maka model pelaksanaan pembelajaran juga berubah. Beberpa cont oh model pembelajaran yang dikembangkan di perguruan t inggi ant ara lain akan diuraikan berikut ini.

1. Small Group Discussion

Diskusi adalah salah sat u elemen belajar secara akt if dan merupakan bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain, sepert i CL, CbL, PBL, dan lain-lain. M ahasisw a pesert a kuliah dimint a membuat kelompok kecil (5 sampai 10 orang) unt uk mendiskusikan bahan yang diberikan oleh dosen at au bahan yang diperoleh sendiri oleh anggot a kelompok t ersebut . Dengan akt ivit as kelompok kecil, mahasiswa akan belajar: (a) M enjadi pendengar yang baik; (b) Bekerjasama unt uk t ugas bersama; (c) M emberikan dan menerima umpan balik yang konst rukt if; (d) M enghormat i perbedaan pendapat ; (e) M endukung pendapat dengan bukt i; dan (f) M enghargai sudut pandang yang bervariasi (gender, budaya, dan lain-lain). Adapun akt ivit as diskusi kelompok kecil dapat berupa: (a) M embangkit kan ide; (b) M enyimpulkan poin pent ing; (c) M engakses t ingkat

skill

dan penget ahuan; (d) M engkaji kembali t opik di kelas sebelumnya; (e) M enelaah lat ihan,

quiz

, t ugas m enulis; (f) M emproses

outcome

pembelajaran pada akhir kelas; (g) M emberi koment ar t ent ang jalannya kelas;(h) M embandingkan t eori, isu, dan int erpret asi ; (i) M enyelesaikan masalah; dan (j) b

rainstroming.


(2)

4 2.

Simulasi/Demonstrasi

Simulasi adalah model yang m embaw a sit uasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. M isalnya unt uk mat a kuliah aplikasi inst rument asi, mahasisw a dimint a m embuat perusahaan fikt if yang bergerak di bidang aplikasi inst rument asi, kemudian perusahaan t ersebut dimint a m elakukan hal yang sebagai mana dilakukan oleh perusahaan sesungguhnya dalam memberikan jasa kepada kliennya, misalnya melakukan proses

bidding

, dan sebagainya. Simulasi dapat berbent uk: (a) Permainan peran (

role playing

). Dalam cont oh di at as, set iap mahasisw a dapat diberi peran masing-masing, misalnya sebagai direkt ur,

engineer

, bagian pemasaran dan lain- lain; (b)

Simulation exercices and simulation

games;

dan (c) M odel komput er. Simulasi dapat mengubah cara pandang (

mindset

) mahasisw a, dengan jalan: (a) M emprakt ekkan kemampuan umum (misal komunikasi verbal & nonverbal); (b) M emprakt ekkan kemampuan khusus; (c) M emprakt ekkan kemam puan t im; (d) M engembangkan kemampuan m enyel esaikan masalah (

problem-solving

);(e) M enggunakan kemampuan sint esis; dan (f) M engembangkan kemampuan empat i.

3. Discovery Learning (DL)

DL adalah met ode belajar yang difokuskan pada pemanfaat an informasi yang t ersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasisw a, unt uk membangun penget ahuan dengan cara belajar mandiri.

4. Self-Directed Learning (SDL)

SDL adalah proses belajar yang dilakukan at as inisiat if individu mahasisw a sendiri. Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian t erhadap pengalaman belajar yang t elah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkut an. Sem ent ara dosen hanya bert indak sebagai fasili t at or, yang m emberi arahan, bimbingan, dan konfirmasi t erhadap kemajuan belajar yang t elah dilakukan individu mahasisw a t ersebut . M et ode belajar ini bermanfaat unt uk menyadarkan dan m emberdayakan mahasisw a, bahw a belajar adalah t anggungjaw ab m ereka sendiri. Dengan kat a lain, individu mahasisw a didorong unt uk bert anggungjaw ab t erhadap semua f ikiran dan t indakan yang dilakukannya. M et ode pembelajaran SDL dapat dit erapkan apabila asumsi berikut sudah t erpenuhi, yait u sebagai orang dew asa, kemampuan mahasisw a sem est inya bergeser dari orang yang t ergant ung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri. Prinsip yang digunakan di dalam SDL adalah: (a) Pengalaman m erupakan sum ber belajar yang sangat bermanf aat ; (b) Kesiapan belajar m erupakan t ahap aw al m enjadi pem belajar mandiri; dan (c) Orang dew asa lebih t ert arik belajar dari permasalahan daripada dari isi mat akuliah Pengakuan,


(3)

5 penghargaan, dan dukungan t erhadap proses belajar orang dew asa perlu dicipt akan dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini, dosen dan mahasisw a harus memiliki semangat yang saling melengkapi dalam melakukan pencarian penget ahuan.

5. Cooperative Learning (CL)

CL adalah met ode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen unt uk m emecahkan suat u masalah/ kasus at au mengerjakan suat u t ugas. Kelompok ini t erdiri at as beberapa orang mahasisw a, yang m emiliki kemampuan akademik yang beragam. M et ode ini sangat t erst rukt ur, karena pem bent ukan kelompok, mat eri yang dibahas, langkah- langkah diskusi sert a produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya dit ent ukan dan dikont rol oleh dosen. M ahasisw a dalam hal ini hanya mengikut i prosedur diskusi yang dirancang ol eh dosen. Pada dasarnya CL sepert i ini m erupakan perpaduan ant ara

teacher-centered

dan

student-

centered learning

. M et ode ini bermanf aat unt uk m embant u m enumbuhkan dan mengasah: (a) kebiasaan belajar akt if pada diri mahasisw a; (b) rasa t anggung jaw ab individu dan kelompok mahasisw a; (c) kemampuan dan ket erampilan bekerjasama ant ar mahasisw a; dan (d) ket erampilan sosial mahasisw a.

6. Collaborative Learning (CbL)

CbL adalah met ode belajar yang m enit ikberat kan pada kerjasama ant ar mahasisw a yang didasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri oleh ang got a kelompok. M asalah/ t ugas/ kasus m emang berasal dari dosen dan bersif at

open ended

, t et api pembent ukan kelompok yang didasarkan pada minat , prosedur kerja kelompok, penent uan w akt u dan t empat diskusi/ kerja kelom pok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/ kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya dit ent ukan m elalui konsensus bersama ant ar anggot a kelom pok.

7. Contextual Instruction (CI)

CI adalah konsep belajar yang m embant u dosen mengait kan isi mat akuliah dengan sit uasi nyat a dalam kehidupan sehari-hari dan memot ivasi mahasisw a unt uk membuat ket erhubungan ant ara penget ahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggot a masyarakat , pelaku kerja profesional at au manajerial,

entrepreneur

, maupun

investor

. Sebagai cont oh, apabila kompet ensi yang dit unt ut mat akuliah adalah mahasisw a dapat m enganalisis fakt or-fakt or yang m empengaruhi proses t ransaksi jual beli, maka dalam pembelajarannya, selain konsep t ransaksi ini dibahas dalam kelas, juga diberikan cont oh, dan mendiskusikannya. M ahasisw a juga diberi t ugas dan kesempat an unt uk t erjun langsung di


(4)

6 pusat - pusat perdagangan unt uk mengamat i secara langsung proses t ransaksi jual beli t ersebut , at au bahkan t erlibat langsung sebagai salah sat u pelakunya, sebagai pembeli, misalnya. Pada saat it u, mahasisw a dapat melakukan pengamat an langsung, m engkajinya dengan berbagai t eori yang ada, sampai ia dapat menganalis fakt or-fakt or apa saja yang mempengaruhi t erjadinya proses t ransaksi jual beli. Hasil ket erlibat an, pengamat an dan kajiannya ini selanjut nya dipresent asikan di dalam kelas, unt uk dibahas dan m enampung saran dan masukan lain dari seluruh anggot a kelas. Pada int inya dengan CI, dosen dan mahasisw a meman faat kan penget ahuan secara bersama-sama, unt uk mencapai kompet ensi yang dit unt ut oleh mat akuliah, sert a mem berikan kesempat an pada semua orang yang t erlibat dalam pembelajaran unt uk belajar sat u sama lain.

8. Project-Based Learning (PjBL)

PjBL adalah met ode belajar yang sist emat is, yang melibat kan mahasisw a dalam belajar penget ahuan dan ket erampilan m elalui proses pencarian/ penggalian (

inquiry

) yang panjang dan t erst rukt ur t erhadap pert anyaan yang ot ent ik dan kompleks sert a t ugas dan produk yang dirancang dengan sangat hat ihat i.

9. Problem-Based Learning/ Inquiry (PBL/ I)

PBL/ I adalah belajar dengan m emanfaat kan masalah dan mahasisw a harus m elakukan pencarian/ penggalian informasi (

inquiry

) unt uk dapat memecahkan masalah t ersebut . Pada umumnya, t erdapat empat langkah yang perlu dilakukan mahasisw a dalam PBL/ I, yait u: (a) M enerima masalah yang relevan dengan salah sat u/ beberapa kom pet ensi yang dit unt ut mat akuliah, dari dosennya; (b) M elakukan pencarian dat a dan informasi yang relevan unt uk mem ecahkan masalah; (c) M enat a dat a dan mengait kan dat a dengan masalah; dan (d) M enganalis st rat egi pem ecahan masalah PBL/ I adalah belajar dengan m eman faat kan masalah dan mahasisw a harus m elakukan pencarian/ penggalian informasi (

inquiry

) unt uk dapat mem ecahkan masalah t ersebut .

C. Pelaksanaan Pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran setiap dosen wajib menyusun

rancangan pembelajaran semester (silabus) dan Rencana Pelaksanaan perkuliahan

(RPP)

(contoh dapat dilihat pada lampiran)

.

Sesuai ketentuan dalam peraturan

pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan maka

pelaksanaan

pembelajaran

di

semua

jenjang

mendidikan

diharapkan


(5)

7

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik.

Untuk meningkatkan pembelajaran maka diperlukan usaha-usaha salah

satunya adalah adanya umpan balik dari peserta ajar. Umpan balik ini merupakan

bagian dari feedback sebagai bahan evaluasi setiap dosen dalam melaksanakan

PBM. Dalam makalah ini diberikan contoh instrumen penilaian mahasiswa terhadap

dosen selama melaksanakan PBM (lihat lampiran).

D. Kesimpulan

Usaha meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan kegiatan

belajar-mengajar yang baik. Dengan paradigma baru dan perubahan global dunia

akhir-akhir ini maka pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi harus dilakukan

dengan pendekatan baru yaitu pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa

(

student centered

). Untuk itu berbagai metode pembelajaran yang bernuansa

student

aktive learning

merupakan metode yang menjadi pilihan dalam melaksanakan PBM.


(6)

8

Daftar Pustaka

Anderson XE " Anderson" \ b , L., & Krat hw ohl, D. 2001.

A Taxonomy for Learning,Teaching

and Assessing: A Revision of Bloom

XE " Bloom" \ b

's Taxonomy of Educational

Objectives.

New York: Longman.

Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. 2001.

The Systematic Design of Instruction

(5 ed.). New York: Longman.

Heyw ood, J. 2005.

Engineering Education: Research and Development in Curriculum

and Instruction.

New Jersey: John Wiley & Sons.

Joyce, B., Weil, M ., & Calhoun, E. 2009.

Models of Teaching

(8 ed.). New Jersey: Pearson Educat ion,Inc.

Kelly, A. V. 2004.

The Curriculum: Theory and Practice

(5 ed.). London: Sage Publicat ions.

M ent eri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2000. Perat uran M ent eri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/ U/ 2000 t ent ang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar M ahasisw a. Jakart a, Indonesia: Kement erian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

M ent eri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2002. Perat uran M ent eri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/ U/ 2002 t ent ang Kurikulum Int i Pendidikan Tinggi. Jakart a, Indonesia: Kem ent erian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

M ent eri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Perat uran M ent eri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 t ent ang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi. Jakart a, Indonesia: Kem ent erian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

M ent eri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Perat uran M ent eri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 t ent ang St andar Nasional Pendidikan Tinggi. Jakart a, Indonesia: Kement erian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

M arzano XE " M arzano" \ b , R. J., & Kendall, J. S. 2007.

The New Taxonomy of Educational

Objectives.

California: A Sage Publicat ions Company.

Slat t ery, P. (2006).

Curriculum Development in the Postmodern Era

(2 ed.). New York: Rout ledge.