KEMAMPUAN DAN STRATEGI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS

ABSTRAK

KEMAMPUAN DAN STRATEGI DALAM MENINGKATKAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

Lutfan Kasyidi

Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) merupakan pencerminan dari potensi ekonomi
daerah, dan idealnya PAD mampu menyumbangkan bagian terbesar dari seluruh
pendapatan daerah dibandingkan dengan sumber pendapatan lainya. PAD
Kabupaten Tanggamus hanya memberikan kontribusi rata-rata 6,2% terhadap
penerimaan Kabupaten Tanggamus pada tahun anggaran 1999-2012 , rata-rata
prtumbuhan PAD Kabupaten Tanggamus adalah sebesar 26,85%, dan rata-rata
capaian target PAD sebesar 115,6%
Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana kinerja PAD Kabupaten
Tanggamus tahun anggaran 1999-2012 dan apa upaya pemerintah daerah dalam
meningkatkannya. Tujuan dari penulisan ini adalah (1) untuk mengetahui kinerja
setiap sumber PAD Kabupaten Tanggamus tahun anggaran 1999-2012 (2) untuk
mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan PAD yang dilihat

berdasarkan tingkat efektifitas, kontribusi, dan pertumbuhan.
Hasil penelitian menunjukkan kinerja PAD Kabupaten Tanggamus yang diukur
dengan capain target, kontribusi dan pertumbuhan menunjukkan kinerja belum
optimal. Kinerja penerimaan daerah belum optimal khususnya penerimaan yang
bersumber dari pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, retribusi pasar,
retribusi terminal , dan retribusi parkir. Strategi yang dapat ditempuh adalah ; a)
pengetatan sanksi administrasi berupa bunga dari retribusi yang terutang atau
pembongkaran b) khusus pos penerimaan dari pajak adalah pengawasan dalam
penarikan pajak dan pemberian fasilitas yang setimpal terhadap wajib pajak c)
perbaikan administrasi perpajakan meliputi penagihan secara aktif, dan
meningkatkan kualitas SDM d) menggali sumber-sumber penerimaan yang
memiliki potensi untuk dikembangkan.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Efektifitas, Kontribusi, Pertumbuhan, dan
Nilai Interval

ABSTRACT

ABILITY AND STRATEGIES IN IMPROVING REGIONAL REVENUE
DISTRICT TANGGAMUS

By

Lutfan Kasyidi

Regional Revenue is a reflection of the economic potential of the region, and
ideally regional revenue able to contribute the lion's share of all income areas
compared with other sources of income. Tanggamus’s regional revenue only
contributed an average of 6.2% on revenues of Tanggamus in fiscal year 19992012, the average of growth amounted to 26.85%, and the average achievement
of revenue targets by 115.6%
The problem in this research is how the performance of Tanggamus’s regional
revenue on 1999-2012 fiscal year and what the government's efforts to improve
the area. The purpose of this paper is (1) to determine the performance of each
revenue source of Tanggamus’s regional revenue on fiscal year 1999-2012 (2) to
assess the efforts made to increase revenue is seen by the level of effectiveness,
share, and growth.
The results showed Tanggamus’s regional revenue performance as measured by
effectiveness, share and growth shows performance is not optimal. Reception
performance is not optimal, especially the reception area which is sourced from
the restaurant tax, entertainment tax, advertisement tax, levy market, terminal
charges and parking fees. Strategies that can be taken is; a) tightening sanctions

such as interest payable from the levy or demolition b) a special post of tax
revenues is an oversight in tax collection and administration facilities
commensurate to the taxpayer c) improvement of tax administration include
billing actively, and improve the quality of human resources d) explore revenue
sources that have the potential to be developed.

Keywords: Regional Revenue, Effectiveness, Share, Growth, and Value Interval

KEMAMPUAN DAN STRATEGI DALAM MENINGKATKAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN
TANGGAMUS
(Skripsi )

Oleh

Lutfan Kasyidi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG

2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar

halaman

1. Kontribusi PAD Terhadap APBD...............................................

11

2. Rata-rata Share atau Kontribusi Pajak Daerah.............................

45

3. Rata-rata Share atau Kontribusi Retribusi Daerah........................

46


4. Pertumbuhan PAD dan APBD…………..................................

49

5. Share PAD Terhadap APBD………………………...................

49

6. Pertumbuhan Pajak Daerah …………………………………...

52

7. Pertumbuhan Retribusi Daerah ……………………………….

53

v

DAFTAR ISI
Halaman

SANWACANA ........................................................................................

i

DAFTAR ISI.............................................................................................

ii

DAFTAR TABEL ....................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................

vi


I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................

1

B. Permasalahan..................................................................................

12

C. Tujuan Penulisan............................................................................

13

D. Kerangka Pemikiran.......................................................................

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah ............................................................................

19

B. Keuangan daerah ...........................................................................

22

1. Pendapatan Asli Daerah ( PAD) ..............................................

22

2. Dana perimbangan ...................................................................

23

3. Pinjaman Daerah ......................................................................

25


4. Lain-lain Pendapatan daerah yang sah .....................................

25

C. Hubungan Keuangan pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah ..

26

D. Pengertian PAD..............................................................................

27

ii

E. Kinerja Pendapatan Asli Daerah dan Cara Pengukurannya............

31

III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan sumber data......................................................................


35

B .Metode pengumpulan data ..............................................................

35

C .Analisis Data ...................................................................................

35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kinerja Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Tanggamus .....................................................................................

39

1. Capaian Target (CT) Sumber-Sumber Penerimaan PAD
Kabupaten Tanggamus Tahun Anggaran 1999 - 2012 ............


39

2. Share (S) Sumber-Sumber Penerimaan PAD Kabupaten
Tanggamus Tahun Anggaran 1999 - 2012...............................

43

3. Pertumbuhan (G) Sumber-Sumber Penerimaan PAD
Kabupaten Tanggamus Tahun Anggaran 1999 - 2012 ............

50

B. Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD) Kota
Metro ..............................................................................................

55

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................

61

B. Saran...............................................................................................

62

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

63

LAMPIRAN..............................................................................................

65

iii

DAFTAR LAMPIRAN

lampiran
1. Perhitungan Interval ( Growth )

L1

2. Perhitungan Interval Share ( kontribusi )

L2

3. Realisasi PAD Kabupaten Tanggamus Tahun Anggaran
1999 – 2012

L3

4. Capaian target sumber-sumber Penerimaan PAD Kabupaten
Tanggamus Tahun Anggaran 1999 - 2012

L4

5. Share atau Kontribusi sumber-sumber Penerimaan PAD Kabupaten
Tanggamus Tahun Anggaran 1999 - 2012

L5

6. Growth atau pertumbuhan sumber-sumber Penerimaan PAD
Kabupaten Tanggamus Tahun Anggaran 1999 – 2012

L6

7. Rekapitulasi skor kinerja ( capaian target,share,growth )

L7

vi

DAFTAR TABEL

Tabel

halaman

1. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanggamus sebelum dan
sesudah Otonomi Daerah...........................................................

7

2. Target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kabupaten
Tanggamus setelah Otonomi Daerah ...........................................

9

3. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Total
Penerimaan APBD Kabupaten Tanggamus sebelum dan sesudah
Otonomi Daerah.........................................................................

10

4. Capaian target sumber-sumber Penerimaan PAD Kabupaten
Tanggamus Tahun Anggaran 1999 - 2012...................................... 40
5. Share atau Kontribusi sumber-sumber Penerimaan PAD Kabupaten
Tanggamus Tahun Anggaran 1999 - 2012....................................... 44
6. Share PAD pada APBD Kabupaten Tanggamus Tahun Anggaran
1999 – 2012………………………....................................

48

7. Pertumbuhan (Growth) Sumber-Sumber Penerimaan PAD
Kabupaten Tanggamus tahun anggaran 1999-2012...........

50

8. Rekapitulasi skor kinerja ( capaian target,share,growth )……..

54

iv

MOTO

Jangan pernah berhenti melangkah di satu titik, berjuanglah untuk kesuksesanmu sendiri

Sesungguhnya sesudah kesusahan ada kemudahan dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap
(Q.S: Alam Nassyrah 6 dan 8)

Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang selalu mengingat (Allah). Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah
tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan
(Q.S: Huud 114 115)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT
Ku persembahkan karya ini kepada . . .

Kedua orang tuaku tercinta yang telah membesarkanku dan mengajarkanku tentang hidup,
serta atas setiap doa yang tiada henti dari bibirnya

Abang dan adik-adikku yang cantik yang menemaniku tumbuh bersama, tertawa dan
bersabar bersama

Teman-temanku atas dukungan dan bantuannya baik moril maupun materiil

Para guru dan dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat untukku

dan seseorang yang telah mengisi warna dan cerita baru hidupku semoga kelak semakin
beraneka warna dan cerita yang hadir

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tanjung karang pada tanggal 04 April 1989 dan merupakan anak
kedua dari Bapak Abu Hurayrah dan Ibu Tjahaya Nila Kesuma.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Budi Bhakti I Bandar
Lampung pada Tahun 1995, Sekolah Dasar Kartika II – 5 Bandar Lampung pada
Tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Bandar Lampung pada
Tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 3 pada Tahun 2007. Pada tahun
yang sama Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
dengan Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB). Pada Tahun 2009 Penulis mengikuti Kuliah Kunjung
Lapangan (KKL) ke Bank Indonesia dan Bank Mandiri Pusat dalam mata kuliah
Ekonomi Keuangan Internasional sebagai pengganti Kuliah Kerja Nyata (KKN).

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,
dan juga shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kemampuan dan Strategi Dalam
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tanggamus”
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E.,M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan dan Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku Sekretaris Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Bapak Yourni Atmaja, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Utama yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak MA. Irsan Dalimunthe, S.E., M.Si. selaku penguji utama, terima kasih
atas semua saran dan kebaikannya.
5. Bapak Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Seluruh Dosen FE UNILA dan staff Administrasi Fakultas Ekonomi.
terima kasih atas segala didikan dan ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua OrangTua ku tercinta, Ayah dan Ibu terima kasih atas kasih sayang,
perjuangan dan pengorbanan, serta doanya, dan Abang dan Adik-adikku yang
selalu mendukung langkah-langkahku.
8. Sahabat-sahabatku : Halimah, Danny dan Helen, Senno, Najib, Pandy, Bung
Zuky, Made, Tyson, Ijal, Renaldi, Pak Yudha, Jimbo, Thomas dan Kakna,
Rika, Novi, Mela, Ari, Aldi, dan yang lainnya yang tidak sempat disebutkan
satu persatu terima kasih atas segala bantuan yang telah kalian berikan selama
ini. Semoga kita dapat terus menjadi sahabat yang selalu saling tolong
menolong.
9. Almamater Tercinta serta Keluarga Besar Universitas Lampung.
10. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka serta memberikan ridhoNya kepada kita semua dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Amiin
Bandar Lampung, Maret 2015
Penulis

Lutfan Kasyidi

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi pada setiap daerah di wilayah Republik Indonesia sejak
Orde Baru hingga kini senantiasa sistim perencanaannya telah mengalami
perubahan, dimasa orde baru pembangunan ekonomi tersentralistik di pemerintah
pusat, sesuai dengan perkembangannya hingga kini pembangunan di daerah
sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah daerah itu sendiri.

Di Indonesia sejak tahun 2001 pembangunan daerah dilakukan oleh pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang dilakukan dengan tanggung jawab daerah dengan
diterapkannya Otonomi Daerah, konsekuensinya adalah bahwa pembangunan ini
berdampak pada perubahan dalam sistem pembuatan keputusan terkait dengan
pengalokasian sumber daya dalam anggaran pemerintah daerah. Pembangunan
merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara menyeluruh,
terarah dan berkesinambungan untuk menuju kehidupan yang lebih baik,
bersamaan dengan berjalannya pembangunan, maka dituntut suatu perubahan
yang menyeluruh sehingga elemen masyarakat dapat menjadi bagian dari
pembangunan tersebut.

Tuntutan perubahan disegala bidang yang didukung oleh seluruh masyarakat
Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akan membawa

2

dampak terhadap hubungan keuangan antar pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Otonomi yang luas serta perimbangan keuangan yang lebih adil,
proporsional dan transparan antar tingkatan pemerintah menjadi salah satu
tuntutan daerah dan masyarakat.

Salah satu bidang yang menjadi tulang punggung pelaksanaan pembanguan
daerah adalah pada bidang Keuangan Daerah yang berada dalam posisi penting,
itu sangat disadari oleh pemerintah dalam penyelenggaraan otonomi daerah.
Alternatif cara untuk mendapatkan keuangan yang baik juga telah
dipertimbangkan oleh pemerintah, hal ini dapat dilihat dalam UU Nomor 33
tahun 2004 sebagai berikut, “Supaya daerah dapat mengurus rumah tangganya
sendiri dengan sebaik-baiknya maka kepadanya perlu diberikan sumber
pembiayaan yang cukup, tetapi mengingat tidak semua sumber pembiayaan dapat
diberikan kepada daerah maka kepala daerah diwajibkan untuk menggali sumber
keuangannya sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Untuk melaksanakan segala urusan pemerintah daerah yang diserahkan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah maka pemerintah daerah setempat
harus mengelola secara maksimal potensi sumber daya yang ada baik sumber daya
alam, sumber daya manusia ataupun sumber daya ekonominya, ini merupakan
sumber pendapatan yang digunakan untuk pembiayaan guna pembangunan di
daerah dan semua itu masuk dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diatur
UU No.33 tahun 2004.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli
Daerah adalah kelemahan dalam pengukuran/penilaian sumber-sumber PAD agar

3

dapat dipungut secara berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktorfaktor produksi dan keadilan ( Abdul Halim,2001: 100 ), oleh karena itu kinerja
PAD adalah suatu cara untuk menentukan penghitungan tingkat efektifitas dari
pencapaian pendapatan daerah yang berasal dari pajak, retribusi daerah dan
kutipan lain yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Ukuran besar atau kecilnya penerimaan dari PAD menggambarkan tingkat
kemampuan aparat Pemerintah Daerah dalam menghimpun serta menggali
potensi yang ada di daerah tersebut dan menjadi kinerja dari keuangan daerah itu
sendiri. Salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan berbagai urusan rumah tangga
adalah pembiayaan, mengingat kebutuhan dana yang diperlukan untuk tahuntahun anggaran berikutnya semakin besar, guna membiayaai Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) maka pemerintah daerah setempat serta
dinas terkait harus menghimpun dana serta menggali potensi yang ada secara
maksimal.

Dalam rangka meningkatkan PAD yang mengarah pada prinsip good governance
dan peningkatan pelayanan publik serta untuk mewujudkan Kabupaten
Tanggamus yang Unggul dan berdaya saing, maka upaya yang telah dan akan
terus dilakukan adalah :
1. Mengintensifkan sistem prosedur pungutan sumber-sumber pendapatan
daerah dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
kewenangan pengelolaannya dilaksanakan oleh masing-masing dinas
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi;

4

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bidang pendapatan
daerah dan pelayanan publik baik melalui pendidikan maupun bimbingan
teknis;
3

Meningkatkan koordinasi dengan seluruh dinas pengelolaan pendapat
daerah serta koordinasi dan bersinergi dengan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dalam pengelolan pendapatan daerah;

4. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat;
5. Melakukan pertukaran informasi antara dinas pendapatan propinsi se
Indonesia dan berkonsultasi dengan pemerintah pusat;
6. Mengadakan pendekatan dengan para pelaku usaha agar dapat informasi
mengenai keadan pasar;
7. Mengupayakan kontribusi dari perusahaan-perusahaan besar dalam bentuk
sumbangan pihak ketiga kepada daerah dan meningkatkan penyertaan
produk pada perusahaan daerah sehingga kontribusi terhadap PAD
diharapkan meningkat;
8. Berupaya dengan memanfaatkan aset pemerintah Kabupaten Tanggamus
untuk menambah sumber pendapatan;
9. Menyusun atau mengumpulkan Raperda terhadap jenis-jenis pemungutan
baru.

Kabupaten Tanggamus merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Lampung
Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung yang dalam
menyelenggarakan Otonomi Daerah nya secara penuh dimulai pada tahun 2004
dan daerah ini cukup potensial untuk berkembang, daerah ini sangat
mengharapkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Otonomi yang nyata

5

mengandung arti yaitu pemberian otonomi daerah berdasarkan faktor-faktor
perhitungan dan tindakan serta suatu kebijaksanaan yang benar-benar menjamin
daerah secara nyata mampu mengurus rumah tangganya sendiri.
Otonomi yang bertanggung jawab mengandung arti bahwa pemberian otonomi
kepada daerah benar-benar dijalankan sesuai dengan tujuannya, yakni dapat
melancarkan usaha pembangunan yang tersebar di seluruh negara dan serasi atau
tidak bertentangan dengan pengarahan yang diberikan, serasi dengan pembinaan
politik dan kesatuan bangsa (Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dikutip
dari Ratna Wati 2001:1). Menurut Josef Riwo Kaho (1995 : 25), suatu daerah
dapat dikatakan mampu mengurus rumah tangganya sendiri apabila memiliki
atribut sebagai berikut :

1. Mempunyai urusan tertentu yang disebut urusan rumah tangga, urusan
rumah tangga daerah itu merupakan urusan yang telah diserahkan oleh
pemerintah pusat ke pemerintah daerah;
2. Urusan rumah tangga itu diatur, diurus atau diselenggarakan atas inisiatif
atau prakarsa dan kebijaksanaan daerah sendiri;
3. Untuk mengatur dan mengurus rumah tangga tersebut maka daerah
memerlukan aparatur sendiri yang terpisah dari aparatur pusat, yang
mampu mengurus rumah tangganya;
4. Mempunyai sumber keuangan sendiri yang dapat menghasilkan
pendapatan yang cukup bagi daerah agar dapat membiayai segala
kegiatan dalam rangka penyelenggaraan rumah tangganya.

6

Oleh karena itu pemerintah daerah harus terus berpacu dan berusaha untuk
menggali potensi dan menata sumber-sumber pendapatan yang ada secara intensif
yang diharapkan mampu memberikan porsi PAD yang lebih besar terhadap
APBD. Dengan kondisi seperti inilah fungsi desentralisasi fiskal yang merupakan
peran dan tanggung jawab pemerintah sangat diperlukan. Hubungan antara
kebijakan fiskal dengan pertumbuhan ekonomi juga merupakan faktor yang
penting. Karena dengan suatu penetapan kebijakan yang tepat diharapkan dapat
meningkatkan potensi yang ada guna peningkatan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Tanggamus. Implementasi dari keuangan daerah tercermin dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terbagi atas dua sisi yaitu sisi
penerimaan dan sisi pengeluaran. Sisi penerimaan terdiri dari pajak daerah,
retribusi daerah, laba usaha daerah, dan lain-lain pendapatan yag sah. Peningkatan
sisi penerimaan adalah mutlak untuk mendukung sisi pengeluaran dimana
pengeluaran yang dilakukan pemerintah daerah pun untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya dengan pelayanan jasa publik yang lebih baik lagi,
perbaikan dan pengadaan fasilitas publik yang lebih banyak menjangkau setiap
wilayahnya, pemerataan ekonomi dengan menggerakkan sektor mikro ekonomi,
dan stabilisasi ekonomi di daerah guna mengundang investor masuk dan akan
membantu adanya lapangan kerja baru, serta investasi modal pemerintah daerah
itu sendiri. Untuk Kabupaten Tanggamus peningkatan PAD nya cukup signifikan
dari tahun ke tahun yang sejalan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan
ekonomi yang diinginkan pemerintah daerah.

7

Tabel 1 memperlihatkan penerimaan daerah yang berasal dari PAD Kabupaten
Tanggamus sebelum dan sesudah otonomi daerah.

Tabel I. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanggamus Sebelum dan Sesudah
Otonomi Daerah

Jenis Pendapatan Asli Daerah (juta rupiah)
Tahun

Pajak
daerah

Retribusi
daerah

Laba
Usaha
Daerah

Lain-lain PAD
Yang Sah

Total
PAD
(juta
rupiah)

Pertumbuhan
(%)

*1999

380,66

2605,09

19,48

517,04

3522,48

-

*2000

462,97

3044,54

46,68

769,95

4330,44

23

*2001

959,95

4028,62

94,64

749,92

5833,13

35

*2002

1284,58

4390,32

82,01

788,00

6444,99

9,5

*2003

2498,27

3001,95

-

715,62

6215,85

- 3,5

*2004

2840,36

2657,52

-

1088,86

6586,74

5,9

rata-rata

14
Jenis Pendapatan Asli Daerah (juta rupiah)
Lain-lain PAD
Yang Sah

2441,62

Laba
Usaha
Daerah
-

Total
PAD
(juta
rupiah)

1421,47

4773,65

-

1436,42

2170,41

-

3591,18

7198,01

50,7

2007

1791,29

3968,31

-

5442,56

11202,16

56,1

2008

2099,62

5749,28

136,46

3944,14

11790,03

5,3

2009

1718,08

7560,92

167,35

3108,47

12387,47

5,1

2010

2447,58

10560,12

254,39

4464,30

17726,38

43,1

2011

2497,72

10864,20

390,48

10547,86

24300,26

37,1

2012

2552,49

12857,93

520,45

6086,39

22017,27

-9,5

Tahun

Pajak
Daerah

Retribusi
Daerah

2005

910,57

2006

Rata-rata

Pertumbuhan
(%)

26,85

Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Tanggamus , 2014
( * ) Kabupaten Tanggamus sebelum berpisah dengan Lampung Selatan

Tabel I memperlihatkan bahwa perbandingan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Tanggamus sebelum dan sesudah otonomi daerah dari tabel di atas dapat terlihat
bahwa pertumbuhan penerimaan PAD Kabupaten Tanggamus mengalami

8

peningkatan seiring dengan digulirkan Otonomi Daerah terkecuali PAD pada
Tahun Anggaran 2012 yang mengalami penurunan, ini disebabkan berkurangnya
lain-lain PAD yang sah dan tidak maksimalnya pendapatan Pajak Daerah.
Sedangkan pertumbuhan yang tertinggi terlihat pada Tahun Anggaran 2007 yaitu
sebesar 56,1 %. Rata-rata pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Tanggamus sesudah otonomi daerah sebesar 26,85 %. Lain-lain PAD yang sah
memberikan kontribusi yang paling besar terhadap kenaikan Pendapatan Asli
Daerah dilanjutkan oleh Retribusi Daerah, Pajak Daerah dan Laba Usaha Daerah.
Sedangkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanggamus dari Tahun Anggaran
1999-2004 (sebelum Otonomi Daerah) mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar
14% . Peningkatan Pendapatan Asli Daerah tertinggi terjadi pada tahun 2001
sebesar 35%. Rata-rata pertumbuhan PAD Kabupaten Tanggamus dari Tahun
Anggaran 1999 - 2004 adalah 14%, retribusi daerah memberikan kontribusi yang
paling besar terhadap kenaikan PAD, dilanjutkan pajak daerah, laba usaha daerah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Tanggamus mengalami peningkatan
pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah semenjak digulirkan Otonomi Daerah
dikarenakan semakin meningkatnya pertumbuhan sumber-sumber PAD. Ini
merupakan gambaran bahwa Kabupaten Tanggamus mampu mengurus rumah
tangganya sendiri. Seperti yang telah diungkapkan Josef Riwo Kaho (1995 : 25),
dimana daerah yang mampu mengurus rumah tangganya sendiri adalah yang
memiliki sumber pendapatan yang cukup untuk membiayai kebutuhan rumah
tangganya sendiri.
Perbandingan antara target dan relisasi penerimaan yang diperoleh dari PAD
Kabupaten Tanggamus Setelah otonomi Daerah dapat dilihat dari Tabel 2

9

Tabel 2. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kabupaten
Tanggamus setelah Otonomi Daerah

Tahun
2005

Target (T)
(juta rupiah)
3426,16

Realisasi (R)
(juta rupiah)
4773,65

Persentasi (R / T)
(%)
139,3

2006

5.503,82

7.198,65

130.8

2007

9.846,03

11.202,16

113.7

2008

11.243,02

11.790,47

104.87

2019

11.441,22

12.387,47

108.27

2010

15.825,22

17.726,38

112.01

2011

18.909,23

24.300,23

128.51

2012

21.223,55

22.017,27

103.74

Rata-rata

115.6

Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab.
Tanggamus, 2013

Tabel 2 memperlihatkan bahwa rata-rata capaian target Kabupaten Tanggamus
Tahun Anggaran 2005-2012 adalah 115,6 % , ini memperlihatkan bahwa rata-rata
capaian target selama 7 tahun terakhir termasuk sangat baik, karena masih dalam
batas toleransi 10 % ( Ibnu Syamsi, 1994 :2005 ). Capaian target tertinggi terdapat
pada Tahun Anggaran 2006 yaitu sebesar 130,8 %, sedangkan capaian target
terendah terdapat pada Tahun Anggaran 2012 yaitu sebesar 103,7 %.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pencerminan dari potensi ekonomi
daerah, untuk itu pemerintah pusat menjadikan PAD sebagai salah satu kriteria
dalam pemberian Otonomi Daerah dan idealnya sumber PAD mampu
menyumbangkan bagian terbesar dari seluruh pendapatan daerah dibandingkan
dengan sumber pendapatan lainnya.

10

Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kemampuan suatu daerah adalah dengan
melihat kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap total penerimaan APBD.

Tabel 3. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Penerimaan APBD
Kabupaten Tanggamus Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah
Tahun

Total APBD
(juta rupiah)

Total PAD
(juta rupiah)

Kontribusi PAD terhadap APBD
(%)

*1999

111199,04

3522,48

3,2

*2000

134867,91

4330,44

3,2

*2001

155730,54

5833,13

3,8

*2002

121015,42

6444,99

5,3

*2003

233825,05

6215,85

2,7

*2004

131487,37

4086,74

3,1

Rata-rata

3,5

Tahun

Total APBD
(juta rupiah)

Total PAD
(juta rupiah)

Kontribusi PAD terhadap APBD
(%)

2005

136297,69

4773,65

3,5

2006

176.697,01

7.198,01

4,1

2007

207.354,95

10.098,04

4,9

2008

178.650,73

11.790,03

6,1

2009

180.051,95

12.387,05

6,9

2010

266.420,84

17.726,04

6,7

2011

310.726,01

24.300,27

7,8

2012

327.382,86

22.017,27

6,8

Rata-rata

6,2

Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab.
Tanggamus , 2013
( * ) Kabupaten Tanggamus sebelum berpisah dengan Lampung Selatan

11

%
8 7 6 5 4 3 2 1 tahun


99

‘ ‘
‘ ‘ ‘ ‘
‘ ‘ ‘ ‘ ‘ ‘

00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12

Gambar 1. Kontribusi PAD terhadap APBD

Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa rata-rata kontribusi PAD terhadap
APBD Kabupaten Tanggamus sebesar 3,5% sebelum Otonomi Daerah dan 6,2%
setelah Otonomi Daerah. Kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar
7,8% serta kontribusi terkecil terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 2,7 %.
Rata-rata Kontribusi PAD Kabupaten Tanggamus sebelum Otonomi Daerah
adalah 3,6%. Kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 5,3% dan
kontribusi terkecil terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 2,7%. Sedangkan ratarata Kontribusi PAD Kabupaten Tanggamus sesudah Otonomi Daerah 6,2%
kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 7,8% sedangkan
kontribusi terkecil terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 3,1%. Berdasarkan
keterangan dapat terlihat bahwa Kabupaten Tanggamus masih mempunyai tingkat
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap dana dari pemerintah pusat ini terlihat
dari kontribusi pendapatan asli daerah yang hanya memberikan kontribusi 3,64%.

12

Berdasarkan tabel dan gambar di atas Kabupaten Tanggamus setelah Otonomi
Daerah juga masih mempunyai tingkat ketergantungan yang besar terhadap dana
dari pemerintah pusat. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Tanggamus
khususnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
mempunyai tugas yang cukup berat untuk menggali potensi dan meningkatkan
PAD guna pembiayaan kegiatannya agar dapat mengurangi ketergantungan dana
dari pemerintah pusat. Sedangkan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
pada daerah Tanggamus diketahui bahwa kinerja PAD dari tahun ke tahun selalu
meningkat dengan capaian skor harapan antara 47,27% – 69,70% ini
dikarenakan Kabupaten Tanggamus dapat memaksimalkan sumber-sumber PAD
( Deni H. 2008,53 ).

B. Permasalahan
Pelaksanaan Otonomi Daerah menuntut kemandirian daerah dalam menggali
sumber-sumber pendapatan untuk membiayai kebutuhan pembangunan
daerahnya, mengingat kecenderungan campur tangan pemerintah pusat dalam
mengatur urusan rumah tangga daerah semakin berkurang. Pelaksanaan Otonomi
Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus dituntut adanya
kemandirian keuangan, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus perlu
melakukan upaya-upaya untuk dapat meningkatkan penerimaan daerah khususnya
Penerimaan Asli Daerah serta mengurangi ketergantungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tanggamus terhadap Pemerintah Pusat.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas bahwa rata-rata perkembangan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanggamus Tahun Anggaran 2005-2012

13

adalah 26,85% sedangkan rata-rata perkembangan Pendapatan Asli Daerah
sebelum otonomi daerah adalah 14% dan kontribusi PAD terhadap APBD ratarata 6,2% sedangkan kontribusi PAD terhadap APBD sebelum otonomi daerah
adalah 3,5% ini menunjukan peningkatan dalam peningkatan PAD serta
meningkatnya kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten Tanggamus setelah
otonomi daerah. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada kabupaten Tanggamus
telah dapat disimpulkan bahwa kinerja PAD pada kabupaten Tanggamus pada
tahun ketahun selalu meningkat ( Deni Hermawan 2008,53 ) inilah yang
mendorong penulis mengangkat permasalahan ini kembali dengan objek
Kabupaten Tanggamus karena Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu Kota
yang mengalami peningkatan kontribusi PAD terhadap APBD tiap tahunnya. Oleh
karena itu permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana
Kemampuan dan Strategi Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pemerintah Kabupaten Tanggamus?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui kinerja setiap sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Tanggamus menggunakan indikator tingkat
efektifitas, kontribusi, dan pertumbuhan.
2. Untuk mengetahui upaya-upaya Pemerintah Kabupaten Tanggamus
dalam Peningkatan PAD.

14

D. Kerangka Pemikiran
Keuangan Kabupaten Tanggamus menggambarkan penerimaan dan pengeluaran
Kabupaten Tanggamus selama periode anggaran, ini dapat dilihat dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tanggamus.
Secara Fungsional APBD merupakan kontrak sosial antara pemerintah daerah
dengan rakyatnya tentang kewajiban untuk mensejahterakan dan memenuhi
kebutuhan warganya ( Marselina, 2005:32).
Pemerintah sebagai suatu organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan
kewenangan atau kekuasaan atas mereka yang hidup bermasyarakat dan
menyelenggarakan pelayanan dan pendanaan memiliki fungsi sebagai berikut :
1.

Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi yaitu ketika APBD digunakan untuk mengatur alokasi belanja
untuk pengadaan barang-barang dan jasa publik (public goods and service)
berdasarkan skala prioritas yang diambil pemerintah;

2.

Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi yaitu melalui anggaran (APBD) pemerintah daerah dapat
mengusahakan agar kesenjangan pendapatan (ekonomi), pemanfaatan hasilhasil pembangunan lebih merata dalam masyarakat;

3.

Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilisasi yaitu ketika APBD digunakan untuk memecahkan masalahmasalah kesenjangan dan gejolak ekonomi dan sosial yang terjadi di
masyarakat seperti menekan laju inflasi dan tingginya angka pengangguran.

Pelaksanaan otonomi daerah dapat diwujudkan apabila disertai dengan otonomi
keuangan dan ekonomi yang baik, karena penyelenggaraan otonomi daerah yang

15

nyata, luas dan bertanggung jawab yang tertuang dlam undang-undang
membutuhkan kemampuan daerah untuk menggali sumber keuangan sendiri yang
didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Hal ini
berarti secara finansial daerah tidak hanya bergantung pada pemerintah pusat dan
harus mampu menggali sebanyak mungkin sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) . PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah
daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah
sebagai perwujudan desentralisasi.

Asas desentralisai masyarakat adanya kemandirian pemerintah daerah dalam
membiayai pembangunan daerah tidak tergantung pada subsidi dan bantuan
pemerintah pusat dalam bentuk dana perimbangan, pemerintah daerah dituntut
untuk menggali potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan PAD dan
mengurangi ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Kinerja Pendapatan Asli
Daerah adalah suatu cara untuk menentukan tingkat efisiensi, efektifitas dari
pencapaian pendapatan daerah yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah,
dan kutipan lain yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) adalah kelemahan dalam hal pengukuran/penilaian sumber-sumber
PAD agar dapat dipungut secara berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi
faktor-faktor produksi dan keadilan (Abdul Halim, 2001:100).
Secara teori pengertian kinerja Pendapatan Asli Daerah adalah merupakan rasio
penerimaan daerah yang terdiri dari Hasil Pajak Daerah, Retribusi Daerah,

16

Pendapatan dari Laba Perusahaan Daerah dan lain-lain Pendapatan yang Sah
terhadap total Pendapatan Asli Daerah.
Secara sederhana, Pemerintah Daerah dapat melakukan pengukuran kinerja
dengan menggunakan beberapa metode sederhana seperti berikut:
a. membandingkan rencana program dengan realisasi program
b. membandingkan efisiensi program saat ini dengan program tahun lalu
c. benchmarking dengan program Pemerintah Daerah lainnya
d. membandingkan realisasi program dengan standarnya.
Lebih lanjut Halim, (2002:100) menyebutkan kinerja pendapatan asli daerah
adalah suatu cara untuk menentukan tingkat efisiensi, efektifitas dari pencapaian
pendapatan daerah yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, dan kutipan
lain yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Untuk meningkatkan kemandirian daerah, pemerintah
daerah haruslah berupaya secara terus menerus menggali dan meningkatkan
sumber keuangan sendiri. Salah satu masalah yang dihadapi dalam upaya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah kelemahan dalam hal
pengukuran/penilaian sumber-sumber PAD agar dapat dipungut secara
berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan
keadilan.
Pengukuran Kinerja PAD dapat dibagi menjadi :
1. Kemandirian Fiskal merupakan kemampuan daerah untuk mengembangkan
potensi lokal;
2. a. Pertumbuhan PAD yaitu merupakan kemampuan daerah untuk
meningkatkan PAD dari waktu ke waktu.

17

b. Share PAD yaitu kontribusi/sumbangan PAD terhadap APBD
c. Capaian Target PAD yaitu merupakan kemampuan daerah untuk
mengoptimalkan PAD berdasarkan target yang ditetapkan.
3. Proporsionalitas Retribusi dan Pajak Daerah yaitu kemampuan daerah dalam
mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari Retribusi
dibandingkan dengan kabupaten lainnya.
4. Kemampuan Keuangan Daerah yaitu merupakan rata-rata hitung dari
Pertumbuhan (Growth), Elastisitas, dan Share.

Pembangunan daerah Kabupaten Tanggamus tidak terlepas dari aspek
pembiayaan baik yang bersumber dari pemerintah pusat atau dari pemerintah
daerah. Besarnya potensi lokal yang tergali dalam bentuk PAD terdiri dari pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan lain yang sah merupakan cermin
kemandirian keuangan suatu daerah. Kemandirian keuangan Kabupaten
Tanggamus dapat diukur melalui kinerja keuangan daerah dalam bentuk
pertumbuhan (growth), share atau perbandingan PAD terhadap APBD dan
capaian target PAD. Besarnya hasil penghitungan menunjukkan kondisi kinerja
keuangan daerah yang sesungguhnya, kemudian dibandingkan dengan standarisasi
atau kaidah-kaidah ukuran yang telah ditetapkan.

PAD Kabupaten Tanggamus sebagai salah satu ukuran dalam kemandirian
keuangan hanya memberikan kontribusi rata-rata PAD terhadap APBD setelah
otonomi daerah adalah sebesar 6,2% sedangkan kontribusi PAD terhadap APBD
Kabupaten Tanggamus sebelum otonomi daerah adalah 3,5%. Pertumbuhan PAD

18

Kabupaten Tanggamus setelah Otonomi Daerah sebesar 26,85% sedangkan
pertumbuhan PAD Kabupaten Tanggamus sebelum Otonomi Daerah adalah 14%
Dari latar belakang maslah yang ada maka alasan menganalisis perkembangan
kinerja PAD Kabupaten Tanggamus ini adalah dengan melihat bagaimana kinerja
PAD Kabupaten Tanggamus setelah Otonomi Daerah dengan melihat sumbersumber PAD antara lain pajak daerah, jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah,
dan jenis-jenis retribusi daerah, laba usaha daerah dan lain-lain PAD yang sah.

19

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah
Pembangunan daerah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
nasional yang dijalankan selama ini. Keberhasilan akan ditentukan dari bagaimana
kemampuan menggali sumber-sumber daya yang ada di setiap daerah untuk
membiayai keperluan pembangunan nasional secara adil dan merata. Namun
akibat beragamnya potensi dan kebutuhan pembangunan yang dimiliki pemerintah
pusat disisi lain mengakibatkan timbulnya ketimpangan pembangunan antar
daerah. Hal inilah yang memicu timbulnya berbagai gejolak di berbagai daerah
yang mengarah kepada perpecahan (disintegrasi) bangsa, akibat ketidakmerataan
pembangunan yang dilaksanakan selama ini. Kondisi inilah yang pada akhirnya
mengharuskan pemerintah untuk melakukan kebijaksanaan otonomi daerah untuk
meringankan beban pemerintah dalam membiayai kebutuhan pembangunan
nasional, khususnya pembangunan daerah.

Menurut M. Suparmoko (2001 :18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Tujuan dari pembangunan daerah adalah :
1. Memberdayakan masyarakat;

20

2. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas;
3. Meningkatkan peran serta masyarakat;
4. Mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan
bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemberian
otonomi luas kepada daerah diharapkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan
peran serta masyarakat. Disamping itu, melalui otonomi luas daerah diharapkan
mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan delapan prinsip antara
lain :
1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan
keanekaragaman;
2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi yang luas, nyata
dan bertanggung jawab;
3. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah
kabupaten dan daerah kota, sedangkan propinsi lebih merupakan otonomi
yang terbatas;
4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara
sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah;
5. Pelaksanaan otonomi daerah harus meningkatkan kemandirian daerah
otonomi;

21

6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peran dan fungsi
badan legislatif daerah baik secara fungsi legislatif, fungsi pengawasan
maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah;
7. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi pada
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan
kewenangan pemerintah tertentu yang dilimpahkan gubernur sebagai
wakil pemerintah;
8. Pelaksanaan tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari
pemerintah kepada daerah tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada
desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana,dan prasarana serta sumber
daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan
pertanggungjawaban kepada yang menugaskan.

Dengan kemandirian disertai otonomi yang luas, daerah diharapkan mampu
meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan, dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman.
Seiring dengan prinsip otonomi daerah tersebut maka penyelenggaraan otonomi
daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam
masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin
keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu
membangun kerjasama antara daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu
membangun kerjasama antara daerah dengan daerah lainnya untuk meningkatkan
kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan daerah. Selain itu bahwa

22

pelaksanaan otonomi daerah juga harus mampu menjamin keserasian hubungan
dengan pemerintah pusat.

B. Keuangan Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah dalam kegiatannya memerlukan sumber-sumber
keuangan daerah, yang merupakan sumber dana untuk pembiayaan pengeluaran –
pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah daerah, yang berhubungan
dengan tugas penyelenggaraan pemerintah daerah. Konsekuensi dari pemberian
kewenangan atas otonomi daerah, maka pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan di daerah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah.

Menurut Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyebutkan bahwa dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah, penyerahan, pelimpahan, dan penugasan urusan
pemerintah kepada daerah secara nyata dan bertanggung jawab harus diikuti
dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional secara
adil, termasuk perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan pemerintah daerah terdiri dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan lainlain.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-

23

undangan. PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah
daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
Sumber-sumber PAD berasal dari :
a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah
c. Hasil perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang mencakup :
-

Hasil penjualam kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

-

Jasa giro

-

Pendapatan bunga

-

Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

-

Komisi potongan,ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah

2. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ) yang dialokasikan
kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk
membantu daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk
mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintah daerah. Dana
Perimbangan terdiri dari :
a. Dana Bagi Hasil ( DBH )

24

DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sumber DBH berasal dari :
-

Pajak, terdiri atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan
(PPh)

-

Bukan Pajak ( sumber daya alam ), terdiri dari hasil kehutanan,
pertambangan umum, perikanan, pertambangan, minyak bumi,
pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

b. Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU merupakan dana yang berasal dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah tertentu dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. DAU suatu daerah dialokasikan atas dasar
celah fiskal dan alokasi dasar. Alokasi dasar ditentukan berdasarkan
jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah. Celah fiskal adalah kebutuhan
fiskal dikurangi kapasitas fiskal. Kebutuhan fiskal merupakan
kebutuhan pendanaan daerah dalam melaksanakan fungsi layanan
dasar umum.
Kapasitas fiskal daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang
berasal dari PAD dan DBH di luar dana reboisasi. DAU atas dasar
celah fiskal dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah propinsi
(kab/kota) dengan jumlah DAU seluruh daerah propinsi (kab/kota).
Bobot daerah propinsi (kab/kota) merupakan perbandingan antara

25

celah fiskal daerah propinsi (kab/kota) yang bersangkutan dan total
celah fiskal seluruh daerah propinsi (kab/kota). Daerah yang memiliki
nilai celah fiskal negatif dan nilai celah fiskal tersebut lebih kecil dari
alokasi dasar akan menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah
dikurangi hasil celah fiskal. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal
negatif dan nilai celah fiskal negatif tersebut sama atau lebih besar dari
alokasi dasar maka tidak menerima DAU.
c. Dana Alokasi Khusus DAK
DAK merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN dan
dialokasikan kepada daerah-daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan proritas nasional.
3. Pinjaman Dearah
Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah
menerima dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang
sehingga daerah tersebut dibebani untuk membayar kembali, tidak
termasuk kredit jangka pendek yang lazim dalam perdagangan. Pinjaman
daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah.
4.

Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri atas pendapatan hibah dan
pendapatan dana darurat. Lain-lain pendapatan daerah yang sah juga
memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh pendapatan selain
ketiga jenis pendapatan diatas.

26

C. Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Berdasarkan Undang-undang nomor 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat (3), yang
dimaksudkan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah
suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan, yang
mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta
pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan,dan
efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dan tugas
pembantuan dengan memperhatikan potensi, dan pembagian kewenangan serta
tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut termaksud pengolahan dan
pengawasan.

Biaya penyelenggaraan otonomi daerah ditanggung oleh daerah melalui Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBN), maka penyerahan kewenangan pemerintah
dari pemerintah pusat kepada daerah haruslah disertai dengan penyerahan dan
pengalihan pembiayaan. Daerah harus mampu menggali sumber-sumber keuangan
yang ada di daerah, selain didukung oleh perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah serta antara propinsi dan kabupaten/kota (Rozali
Abdullah,2000: 45)

Menurut H Dasril Munir,dkk (2004: 105), ciri utama yang menunjukkan suatu
daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah.
Artinya daerah otonom mampu memiliki kewenangan dan kemampuan untuk
menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan
keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal

27

mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi sumber
keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat
dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintah negara.
Tujuan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah :
1. Adanya pembagian wewenang yang rasional antara tingkat pemerintah
mengenai peningkatan sumber-sumber pendapatan dan penggunannya.
2. Pemerintah daerah mendapatkan bagian yang cukup dari sumber-sumber
dana sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsi lebih baik
( penyediaan dana untuk menutupi kebutuhan rutin dan pembangunan).
3. Pembagian yang adil antara pembelanjaan daerah yang satu dengan yang
lain.
4. Pemerintah daerah mengusahakan pendapatan (pajak dan re