Peranan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan

(1)

Proposal Penelitian

PERANAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA MEDAN

D I S U S U N Oleh :

050903075 NUKY MAHADITYA

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini, tepat pada waktunya. Adapun laporan penelitian ini merupakan salah satu syarat yang wajib saya lewati sebelum saya menghadapi wisuda.

Tak lupa saya haturkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing Bpk. Alwi Hasyim Batubara, M.Si yang telah sudi membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan laporan penelitian ini, sehingga memberikan kemampuan dan pemahaman kepada saya.

Dalam laporan ini, saya sadar masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun yang sekiranya dapat saya terapkan pada penelitian berikutnya. Untuk itu sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih.

Medan, 18 Maret 2010


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ………. ii

DAFTAR TABEL ………. iii

DAFTAR LAMPIRAN ………. iv

ABSTRAK...v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang masalah ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Kerangka Teoritik ... 6

1.5.1 Pendapatan Asli daerah ... 6

1.5.2 Jenis- Jenis PAD ... 7

1.5.3 Pajak ... 8

1.5.4 Fungsi Pajak ... 10

1.5.5 Azas Pemungutan Pajak ... 12

1.5.6 Pajak Daerah ... 14

1.5.7 Pajak Hotel ... 16

1.5.8 Objek Pajak Hotel ... 16


(4)

1.5.10 Retribusi daerah ……….. 19

1.5.11 Hasil Perusahaan Milik daerah dan Hasil Pengelolaan Milik daerah Yang Dipisahkan ... 21

1.5.12 Lain- lain PAD Yang Sah ... 22

1.5.13 Pengelolaan Keuangan Daerah ... 25

1.5.14 Definisi Konsep ... 27

1.5.15 Definisi Operasional ... 28

1.5.16 Sistematik Penulisan ... 29

BAB II METODE PENELITIAN ... 31

2.1 Bentuk Penelitian ... 31

2.2 Lokasi Penelitian ... 31

2.3 Jenis dan Sumber data ... 31

2.4 Populasi dan Sampel ... 32

2.5 Teknik Pengumpulan data ... 32

2.6 Teknik Analisis Data ... 33

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 35

3.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 35

3.1.1 Letak Geografis ... 37

3.1.2 Kependudukan ... 38

3.1.3 Kondisi Pajak Hotel di Kota Medan ... 39


(5)

3.3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota

Medan ... 42

3.4 Visi dan Misi Dinas Penda[atan Kota Medan ... 44

3.5 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 44

3.6 Tata Kerja ... 46

3.6.1 Bagian tata Usaha ... 46

3.6.2 Sub Dinas Program ... 47.

3.6.3 Sub Dinas Pendataan dan Penetapan ... 50

3.6.4 Sub Dinas Penagihan ... 52

3.6.5 Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain ... 54

3.6.6 Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan ... 56

3.6.7 Kelompok Jabatan Fungsional ... 58

3.7 Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2008 ... 60

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Identitas Responden ... 61

4.2 Variabel Penelitian ... 64

BAB V ANALISA DATA 5.1 Identitas Rsponden ... 74


(6)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 83 6.2 Saran ... 84


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jumlah dan Luas Kecamatan serta Jumlah Kelurahan

di Kota Medan ... 36

Tabel 3.2 : Jumlah Penduduk Kota Medan ... 38

Tabel 3.3 : Target dan Realisasi Pajak Hotel Kota Medan Tahun 2003 – 2007 ... 40

Tabel 3.4 : Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan ... 60

Tabel 4.1 : Jumlah Responden Menurut Jenis kelamin ... 61

Tabel 4.2 : Komposisi Umur Responden ... 62

Tabel 4.3 : Responden Berdasarkan Pendidikan ... 63

Tabel 4.4 : Responden Berdasarkan Masa kerja ... 63

Tabel 4.5 : Responden Berdasarkan Golongan/ruang kepangkatan ... 64

Tabel 4.6 : Upaya Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan PAD Oleh Dinas Pendapatan Kota Medan . ... 65

Tabel 4.7 : Pencapaian Target Pajak Sesuai Dengan YangDirencanakan ... 66

Tabel 4.8 : Jumlah Hotel yang Terdaftar di Kota Medan ... 66

Tabel 4.9 : Sosialisasi Yang Dilakukan Kepada Pengusaha Hotel ... 67

Tabel 4.10 : Kategori Dalam Penentuan tarif Hotel ... 68

Tabel 4.11 : Sistem dan Mekanisme Yang Dilakukan Dalam Pembayaran Pajak Hotel ... ... 68

Tabel 4.12 : Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Penagihan Pajak Hotel ... .69


(8)

Tabel 4.13 : Sanksi Yang Diberikan Atas Penunggakan Pembayaran

Pajak ... 70 Tabel 4.14 : Pengawasan Yang Dilakukan Dalam Penagihan

Pajak Hotel ... 71 Tabel 4.15 : Pelaksanaan Program Dalam Meningkatkan Pajak Hotel ... 71

Tabel 4.16 : Kepatuhan wajib pajak Terhadap Peraturan Tentang Pajak

Daerah ... 72 Tabel 4.17 : Kinerja Aparat pajak ... 73


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 2 : Surat Penunjukan Dosen pembimbing

Lampiran 3 : Surat undangan Seminar Usulan Penelitian Skripsi kepada Dosen Pembimbing

Lampiran 4 : Surat undangan seminar Usulan Peneltian Skripsi Kepada Dosen Penguji

Lampiran 5 : Jadwal Seminar usulan Skripsi

Lampiran 6 : Berita Acara Seminar Rencana Usulan Penelitian Departemen Ilmu Administrasi Negara


(10)

ABSTRAK

PERANAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA MEDAN

Nama : Nuky Mahaditya

N.I.M. : 050903075

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Dosen Pembimbing : Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si

Dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, menerangkan bahwa factor keuangan daerah merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintah daerah. Pemerintah Daerah harus dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan berupaya untuk meningkatkan penerimaan daerah, terutama yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Sehubungan dengan itu, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di Kota Medan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peranan dan besarnya kontribusi Pajak Hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah kota Medan dalam pembiayaan otonomi yang telah diserahkan kepada kota Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan populasi tersebut, penulis hanya mengambil sebagian saja


(11)

yang dijadikan sebagai sampel dengan menggunakan purposive sampling. Teknik analisa data yang dipergunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan cara mengumpulkan data melalui wawancara, kuesioner, serta dokumentasi dari pihak terkait. Kemudian data tersebut ditabulasi untuk dianalisis kemudian ditarik kesimpulan.

Dari hasil analisa data yang dilakukan diperoleh gambaran bahwa kontribusi Pajak Hotel terhadapa Pendapatan Asli Daerah kota Medan relative kecil dibandingkan dengan penerimaan pajak-pajak daerah lainnya seperti pajak penerangan jalan dan pajak restoran. Hal ini terlihat dari data selama 2 (dua) tahun terakhir yakni sebesar Rp. 17.684.311.819,64 pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 kontribusi yang diberikan sebesar Rp. 19.717.665.589,08.

Kata-kata kunci (key words) : Pajak Hotel, Pajak Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dinas Pendapatan Daerah kota Medan


(12)

ABSTRAK

PERANAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA MEDAN

Nama : Nuky Mahaditya

N.I.M. : 050903075

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Dosen Pembimbing : Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si

Dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, menerangkan bahwa factor keuangan daerah merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintah daerah. Pemerintah Daerah harus dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan berupaya untuk meningkatkan penerimaan daerah, terutama yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Sehubungan dengan itu, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di Kota Medan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peranan dan besarnya kontribusi Pajak Hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah kota Medan dalam pembiayaan otonomi yang telah diserahkan kepada kota Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan populasi tersebut, penulis hanya mengambil sebagian saja


(13)

yang dijadikan sebagai sampel dengan menggunakan purposive sampling. Teknik analisa data yang dipergunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan cara mengumpulkan data melalui wawancara, kuesioner, serta dokumentasi dari pihak terkait. Kemudian data tersebut ditabulasi untuk dianalisis kemudian ditarik kesimpulan.

Dari hasil analisa data yang dilakukan diperoleh gambaran bahwa kontribusi Pajak Hotel terhadapa Pendapatan Asli Daerah kota Medan relative kecil dibandingkan dengan penerimaan pajak-pajak daerah lainnya seperti pajak penerangan jalan dan pajak restoran. Hal ini terlihat dari data selama 2 (dua) tahun terakhir yakni sebesar Rp. 17.684.311.819,64 pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 kontribusi yang diberikan sebesar Rp. 19.717.665.589,08.

Kata-kata kunci (key words) : Pajak Hotel, Pajak Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dinas Pendapatan Daerah kota Medan


(14)

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagaimana pelaksanaan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang menyatakan bahwa Pemerintah daerah adalah penyelenggaan urusan pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-undang dasra Republik Indonesia tahun 1945. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini. Daerah memilki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan masyarakat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan umum pemerintahan diikuti dengan sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Dengan mengacu kepada Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ditetapkan suatu system pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan


(15)

penyelenggaraan desentralisasi dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah

Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbagan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah memberikan kesempatan yang lebih luas bagi pemerintah Daerah dalam menghimpun berbagai jenis pendapatan daerah. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk menghimpun pendapatan daerah yang konvensional, yaitu pajak dan retribusi ataupun pendapatan daerah yang non konvensional, seperti obligasi daerah ( Soekarwo, 2003 :40).

Dalam rangka melaksanakan pengurusan rumah tangganya sendiri , pemerintah Daerah diberi keluasaan dalam menghimpun dana seperti diatur dalam pasal 5 Undang-undang No.33 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan desentralisasi, pemerintah Daerah berhak sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang terdiri atas ;

1. Hasil pajak daerah

2. Hasil Retribusi daerah

3. Hasil Perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

lainnya yang dipsahkan dan

4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Undang-undang N0, 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah pada dasarnya menuntut kreativitas dari Pemerintah Daerah dalam menjalankan berbagai fungsi daerah. Berdasarkan


(16)

kewenangan yang ada, maka Pemerintah daerah dapat menetapkan berbagai jenis sumber penerimaan daerah baru. Kuantitas dan kualitas jenis-jenis penerimaan baru tersebut sangat tergantung pada Pemerintah Daerah dalam berinovasi. Perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam rangka desentralisasi fiscal mengandung pengertian bahwa kepada daerah diberikan kewenanagan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dan didukung dengan perimbangan keuangan Pusat dan Daerah. Pendapatan Asli daerah (PAD) menjadi sumber pendapatan utama atau dominant, sementara subsidi atau transfer dari tingkat Pemerintah Pusat merupakan sumber penerimaan tambahan saja.

Semakin besar peranan PAD berarti semakin sedikit ketergantungan daerah kepada bantuan pusat. PAD digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah seperti pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

Berdasarkan Undang - undang No.34 Tahun 2004 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Daerah diberikan peluang untuk menggali potensi sumber- sumber keuangan dengan menetapkan sendiri jenis pajak dan retribusi selain yang sudah ditentukan, asalkan sesuai dengan beberapa criteria yang ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Pajak Daerah sebagai salah satu sumber PAD diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.

Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan pusat perdagangan, pendidikan serta industri di kawasan Indonesia bagian barat. Perkembangan kota ini terus ditunjang oleh tersedianya fasilitas yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Salah satu diantaranya adalah perkembangan jumlah hotel


(17)

yang terus menunjang kondisi perekonomian pajak hotel serta memiliki potensi yang tinggi dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah kota Medan disamping pajak reklammme dan pajak penerangan jalan.

Pendapatan Asli daerah (PAD) kota Medan sampai pada pertengahan tahun 2009 mencapai Rp. 64.881.005.305,85 dan dalam hal ini pajak hotel menyumbang sebesar Rp. 10.144.740.320,49 (Harian Global Medan, rabu, 24 Juni 2009). Angka ini menunjukkan hasil yang kurang cukup baik dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) kota Medan. Dibandingkan dengan pajak-pajak daerah lain seperti pajak penerangan jalan dan pajak restoran, pajak hotel masil tertinggal jauh dalam menyumbangkan kontribusinya. Padahal jika dilihat dari pertumbuhan jumlah hotel yang terdapat di kota Medan terus mengalami peningkatan yang signifikan.

Masalah umum yang dihadapi oleh sektor perhotelan adalah masih rendahnya penerimaan sektor ini sehingga menyebabkan rendahnyan penerimaan Pendapatan Asli daerah (PAD) kota Medan dari sektor perhotelan ini.

Berdasarkan kepada uraian telah dikemukakan di atas dan menyadari pentingnya penerimaan pajak dari sektor perhotelan tersebut dalam meningkatan Penerimaan Asli daerah (PAD) di kota Medan, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah ini dengan judul ; “Peranan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli daerah(PAD) Kota Medan.”


(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yang timbul adalah sebagai berikut : Bagaimana peranan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah (PAD) ?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peranan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah (PAD) di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pajak hotel di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi pajak hotel terhadap Pendapatan Asli daerah (PAD) Kota Medan.

1.4 Manfaat Peneltian

Manfaat penelitian yang diharapkan dengan adanya peneltian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi dalam


(19)

lingkup pemerintahan daerah melalui penerepan teori-teori yang diperoleh selama masa kuliah.

2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Medan dalam hal pengelolaan keuangan daerah yang lebih efektif dan efisien sesuai dengan prioritas dan preferensi daerah.

3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para mahasiswa yang tertarik terhadap masalah keuangan daerah.

4. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan khusunya mengenai keuangan daerah.

1.5 Kerangka Teoritik

1.5.1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daeraer adalah salah satu dari sumber pendapatan..Yang dimaksud Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan di dalam wilayahnya sendiri. Pendapatan Asli Daerah tersebut dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Menurut Halim (2004: 67), ”Pendapatan Asli Daerah (PAD) ” adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Menurut Kajatmiko(2002 :77),”Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang


(20)

diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Selanjutnya, menurut Halim dan Nasir (2006:44), Pendapatan Asli Daerah adalah ”pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Dalam rangka melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, maka daerah harus melakukan maksimalisasi Pendapatan Asli Daerah. Maksimalisasi PAD dalam pengertian bahwa yang dimiliki oleh daerah dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber penerimaan yang baru.

Peningkatan PAD dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Intensifikasi melalui upaya :

a. Pendataa dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah b. Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari

kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi.

c. Mengintensifikasi penerimaan retribusi yang ada

d. Memperbaiki sarana dan prasarana pungutan yang beluum memadai.

2. Penggalian sumber-sumber penerimaan yang baru (ekstensifikasi). Penggalian sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak menimbulkan ekonomi biaya yang tinggi. Sebab, pada dasarnya tujuan


(21)

meningkatkan pendapatan daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di masyarakat. Dengan demikian, upaya ekstensifikasi lebih diarahkan pada upaya untuk mempertahankan potensi daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

3. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat ini merupakan unsur penting mengingat bahwa paradigma yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah bahwa pembayaran pajak dan retribusi merupakan hak daripada kewajiban masyarakat terhadap Negara, untuk itu perlu dikaji kembali pengertian wujud layanan yang dapat memberikan kepuasan dalam masyarakat.

1.5.2 Jenis- Jenis Pendapatan Asli Derah (PAD)

Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri 17/2006 adalah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasul kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Menurut Halim (2004:67), Pendapatan Asli daerah dipisahkan menjadi empat pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah. Klasifikasi PAD yang dinyatakan oleh Halim sesuai dengan Kepmendagri 29/2002.


(22)

1.5.3 P a j a k

Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah. Para ahli perpajakan memberikan pengertian atau definisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian mempunyai arti atau tujuan yang sama. Diantaranya adalah sebagai berikut ( Munawir, 1998).

Menurut Rochmad Soemitro, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara(peralihan kekayaan dari sektor peperintah) berdasarkan Undang-undang ( dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbalan yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Sementara itu menurut Soeparman Soemamidjaya, Pajak merupakan iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

S.I.Djajadiningrat mengatakan bahwa pajak sebagai dari pada kekayaan kepada negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung untuk memlihara kesejahteraan umum.

Selanjutnya Marihot P.Siagian (2004 :7), pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara (pemerintah) berdasarkan iuran yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontraprestasi/balas jasa) secara langsung yang hasilnya untuk


(23)

membiayai pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.

Menurut PJA.Adriani, pajak adalah iuran pada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas pemerintahan,

Dari pengertian-pengertian pajak yang telah dijelaskan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pajak adalah :

1. Pajak dipungut oleh Negara berdasarkan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individual oleh Pemerintah.

3. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pembayaran pemerintah, bila dari pemasukannya masih terdapat surplus dipergunakan untuk membiayai public investment , sehingga tujuan utama dari pemungutan pajak adalah sebagai sumber keuangan Negara maupun daerah.

4. Pajak dipungut disebabkan karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang.

5. Pajak merupakan kewajibaan masyarakat yang apabila diabaikan akan terkena sanksi sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.


(24)

1.5.4. Fungsi Pajak

Dari segi ekonomi, pemerintah mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menagatasi masalah inefisiensi dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, mendistribusikan penghasilan dan kekayaan kepada masyarakat sehingga tercapai masyarakat yang adil dan makmur. Selain itu, pemerintah juga berfungsi untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari fluktuasi perekonomian dan menjaga atau menjamin tersedianya lapangan kerja ( memperkecil tingkat pengangguran) serta menjaga stabilitas harga. Fungsi tersebut disebut sebagai Fiscal Function ( Musgrave dan Musgrave ,1989). Secara lebih rinci fungsi kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Alokasi

Apabila semua penyediaan barang dan jasa diserahkan pada ekonomi pasar, penyediaan barang dan jasa dan besarnya harga akan ditentukan sepenuhnya oleh preferensi konsumen ( dan tingkat penghasilannya), serta kepentingan produsen untuk meraup keuntungan. Jika hal ini terjadi, maka sudah dapat dipastikan akan ada barang-barang ( atau jasa) tertentu tidak tersedia di pasar.

2. Fungsi Distribusi

Selain masalah alokasi, pemerintah juga mempunyai tanggung jawab untuk mendistibusikan pendapatan dan kesejahteraan dalam masyarakat secara adil dan merata, khususnya bagi golongan menengah ke bawah yang jumlahnya sangat besar berbading terbalik dengan golongan menegah ke atas. Ketidak sempurnaan pasardapat menyebabkan penumpukan kekayaan pada salah satu golongan atau kelompok masyarakat saja. Apalagi jika pemupukan kekayaan ini juga terjadi karena adanya


(25)

monopoli.Akibatnya, kesenjangan antar golongan akan semakin melebar. Konsep pemerataan hasil pembangunan merupakan dasar dari fungsi ini. Hal ini didasari karena terdapatnya perbedaan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan antara satu orang dengan orang lain.

Melalui pemungutan pajak, Negara bisa menyediakan pelayanan kesehatan yang murah dan pendidikan yang terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat. Negara juga bisa memberikan subsidi atas pengadaan rumah murah dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Inilah yang disebut dengan fungsi distribusi.

3. Fungsi Stabilisasi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dari tujuan dari pembangunan disamping pemerataan. Pemerintah akan selalu berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tertentu dari tahun ke tahun. Disamping itu, penyediaan lapangan kerja yang cukup juga merupakan sisi lain dari pembangunan ekonomi. Masalah pengangguran, inflasi, pertumbuhan ekonomi, suplai dana, nilai tukar dan masih banyak aspek makro ekonomi lainnya tidak bisa diselesaikan oleh pasar secara otomatis sehingga pemerintahlah yang harus menangani hal-hal tersebut. Ini merupakan fungsi stabisasi pemerintah.

4. Fungsi Regulasi

Seringkali produsen tidak sepenuhnya menanggung biaya-biaya yang timbul akibat limbah pabrik yang berbahaya, yang merupakan ekses proses produksi suatu barang. Dalam beberapa kasus masyarakat yang menanggung biaya atau efek sampingan tersebut. Jika hal tersebut terjadi, pemerintah juga yang harus bertanggung jawab untuk menanggulangi hal tersebut. Dalam hal ini pasar tidak menangani


(26)

masalah sekompleks itu dan pasar tidak mempunyai otoritas untuk membatasi dampak buruk tersebut dan menghukum setiap orang atau badan yang melakukannya. Hal ini dikategorikan kegagalan pasar karena faktor eksternalitas.

Dari uiraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan fungsi Negara atau Pemerintah, baik dalam fungsi alokasi, distribusi, stabilitas dan regulasi maupun kombinasi dari keempatnya.

1.5.5 Aza Pemungutan Pajak

Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya. Sehingga terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asa yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan atas pajak tertentu. Adapun Asas-asas pemungutan pajak hendaknya didasarkan :

Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil maksudnya bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding deng kepentingan dan manfaat yang diminta.


(27)

Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

Convinience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh saat-saat wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as you earn

Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminim mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.

Azas keadilan dalam prinsip perundang-undangan perpajakan maupun dalam hal pelaksanaannya harus dipegang teguh, walaupun keadailan itu sangat relatif.

1.5.6. Pajak Daerah

Menurut undang No.34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang No, 18 Tahun 1997 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah, pasal 1 ayat (6) adalah pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-uindangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan daerah.


(28)

Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda), yang wewenang pemungutannya dilaksanakan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah. Karena pemerintah daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, pajak daerah di Indonesia dewasa ini juga dibagi menjadi dua, yaitu pajak Provinsi dan pajak Kabupaten/kota.

Sesuai dengan Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah, jenis-jenis pajak terdiri dari :

a. Pajak Provinsi :

1. Pajak Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di atas Air

2. Bea balik Nama Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di atas Air 3. Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor

4. Pajak Pengambilan dan PemanfaatanAir Bawah tanah dan permukaan. b. PajakKabupaten/Kota :

1. Pajak Hotel adalah pajak pelayanan hotel.

2. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran 3. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan


(29)

5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya di bayar oleh pemerintah daerah.

6. Pajak Penggalian Bahan Galian Golongan C adalah pajak ats kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan per-Undang-undangan yang berlaku.

7. Pajak Perparkiran adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan tertentu, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor dan garasi kenderaan bermotor yang memungut bayaran.

Relatif rendahnya kemampuan daerah dalam menggali kapasitas pajak daerah disebabkan karena rendahnya pendapatan per kapita, rendahnya distribusi pendapatan, tingkat kepatuhan wajib pajak dan relatif lemahnya kebijakan perpajakan daerah.

1.5.7. Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak atau pungutan atas pelayanan yang

disediakan dengan pembayaran di hotel. Pengertian hotel disini termasuk juga rumah penginanpan yang memungut bayaran. Pembahasan mengenai pajak

hotel didasarkan pada Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaima telah diubah dengan Undang-undang


(30)

Nomor 34 Tahun 2000; Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 Tentang Pajak daerah, khususnya pasal 38 – 42 dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003.

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengertian hotel

disini termasuk juga rumah penginapan yang memungut bayaran. Pengenaan pajak hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia (Marihot P.Siagian : 2005). Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah tentang pajak hotel, peraturan akan menjadi alasan hukum operasional dan teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hotel di daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

1.5.8 Objek Pajak Hotel

Objek pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel (Marihot P,Siagian : 2005). Objek pajak sebagaimana dimaksud meliputi :

a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek, antara lain : gubuk pariwisata (cottage), motel, wisma pariwisata, pesangrahan (hostel), losmen dan rumah penginapan termasuk rumah kost dengan jumlah kamar 15 atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.

b. Pelayanan penunjang antara lain, telepon, faxcimile, fotocopy, pelayanan cuci, setrika, dan pengangkutan lainnya yang disediakan atau dikelola oleh hotel.

c. Fasilitas olahraga dan hiburan antara lain pusat kebugaran, kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotik yang disediakan atau dikelola oleh hotel.


(31)

d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel. e. Penjualan makanan dan minuman di tempat yang disertai dengan fasilitas peyantapan.

Pada Pajak Hotel, tidak semua pelayanan yang diberikan oleh penginapan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak yaitu :

a. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan fasilitas tempat tinggal lainnya yang tidak menyatu dengan hotel.

b. Pelayan tinggal di asrama dan pondok pesanteren

c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan di hotel yang dipergunakan

oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran.

d. Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipakai oleh umum di hotel. e. Pelayan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat

dimanfaatkan oleh umum.

1.5.9 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel

Pada pajak hotel, yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha hotel. Sementara itu, yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha hotel, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang jasa penginapan. Dengan demikina, Subjek pajak dan Wajib pajak pada hotel tidak sama.


(32)

Konsumen yang menikmati pelayan hotel merupakan Subjek pajak yang menanggung pajak sedangkan pengusaha hotel bertindak sebagi Wajib pajak yang diberi kewenanga memungut pajak dari konsumen (subjek pajak) dan melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya.

Namun dalam Peraturan Pemerintah N0.65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang dimaksud Wajib Pajak Hotel hanya pengusaha hotel. Pada hal secara logika kedua-duanya merupakan Wajib Pajak . Bagi pembayar hotel merupakan Wajib Pajak (WAPA) langsung sedangkan bagi pengusaha hotel merupakan Wajib Pungut (WAPU) langsung. Pengusaha Hotel ini langsung berkewajiban menyetorkan Pajak Hotel ini ke kas daerah.

Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya Wajib Pajak dapat mewakili oleh pihak tertentu yang diperkirakan oleh Undang-undang dan Peraturan Daerah tentang pajak Hotel. Wakil Wajib Pajak bertanggung jawab secara pribadi dan atau secara langsung atas pembayaran pajak terhutang. Selain itu, Wajib Pajak dapat menunjuk seorang kuasa dan dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

Dasar pengenaan dan tarif pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No.12 tahun 2003 tentang Pajak maka tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% ( sepuluh persen).

1.5.10 Retribusi Daerah

Menurut Yani (2002:55), Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah ntuk kepentingan pribadi


(33)

atau badan.

Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan berikut :

• Retribusi Pelayanan Kesehatan

• Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan • Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP

• Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Catatan Sipil • Retribusi Pelayan Pemakaman

• Retribusi Pengabuan Mayat

• Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi jalan Umum • Retribusi Pelayanan pasar

• Retribusi Pengujian Kenderaan Bermotor

• Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran • Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

• Retribusi Pengujian Kapal Perikanan • Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

• Retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir atau Pertokoan • Retribusi Jasa Usaha Tempat pelelangan

• Retribusi Jasa Usaha Terminal • Retribusi Jasa Usaha Khusus Parkir

• Retribusi Jasa Usaha Tempat Penginapan/Pesenggrahan/Villa • Retribusi Jasa Usaha Penyedotan Kakus


(34)

• Retribusi Jasa Usaha Pelayanan Pelabuhan Kapal • Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olah raga • Retribusi Jasa Usaha Penyeberangan di Atas Air • Retribusi Jasa Usaha Pengolahan Limbah cair

• Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha daerah • Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

• Retribusi Izin Tempat penjualan Minuman Beralkohol • Retribusi Izin gangguan

• Retribusi Izin Trayek.

1.5.11. Hasil Perusahaah Milik Daerah Dan hasil Pengelolaan Milik Daerah Yang dipisahkan

Menurut Halim (2004 : 68), hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut : • Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah

• Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank • Bagian Laba Keuangan Non-Bank

• Bagian Laba atas Penyertaan Modal Investasi


(35)

setelah pajak dan retribusi daerah adalah bagian Pemerintah Daerah atas laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil kekayaan Milik daerah yang dipisahkan atau bagian laba BUMD merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

BUMD merupakan badan usaha yang didirikan seluruhnya atau

sebagian dengan modal daerah. Tujuan didirikannya BUMD adalah dalam rangka menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah. Selain itu, BUMD juga merupakan cara yang lebih efisien dalam melayani masyarakat, dan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah. Bagian laba BUMD tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan daerah dan anggaran belanja daerah, setelah dikurangi dengan penyusutan, dan pengurangan lai yang wajar dalam BUMD.

BUMD sebenarnya juga merupakan salah satu potensi sumber keuangan bagi daerah yang perlu terus ditingkatkan guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Besarnya kontriobusi laba BUMD dalam Pendapatan Asli daerah dapat menjadi indikator dan lemahnya BUMD dalam suatu daerah.

Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut : • Bagian Laba Perusahaan Milik daerah

• Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank • Bagian Laba Keuangan Non Bak


(36)

1.5.12 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah

Menurut Halim (2004 :69), pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :

1) Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan,

2) Penerimaan jasa giro 3) Penerimaan bunga deposito

4) Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

5) Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah.

Menurut Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan daerah, lain-lainm pendapatan asli daerah yang sah meliputi :

• Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan • Jasa giro,

• Pendapatan bunga,

• Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan

• Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

Salah satu kelemahan yang dihadapi dalam upaya peningkatan PAD adalah kelemahan dalam hal pengukuran penilaian atas pengutan daerah. Untuk mendukung upaya peningkatan PAD perlu diadakan pengukuran atau penilaian sumber-sumber


(37)

PAD agar dapat dipungut secara berkesinambungan. Ada beberapa indikator yang biasa digunakan untuk menilai pajak daerah yaitu (Devas, 1989) :

1. Hasil (Yield )

Memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayai, stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besarnya hasil itu, dan elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk dan sebagainya, juga perbandingan hasil pajak dengan biaya pungut.

2. Keadilan ( Equity )

Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak sewenang-wenang, pajak harus adil secara horizontal, artinya beban pajak haruslah sama antara berbagai kelompok, yang berada tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama, adil secara vertikal artinya beban pajak harus lebih banyak ditanggung oleh kelompok yang memiliki sumberdaya yang lebih besar, dan pajak haruslah adil dari suatu daerah ke daerah lain kecuali memang suatu daerah mampu memberikan fasilitas pelayanan sosial tinggi.

3. Daya Guna Ekonomi ( Economic Efficiency)

Pajak hendaknya mendorong atau setidak-tidaknya tidak menghambat penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif dalam kehidupan ekonomi, mencegah jangan sampai pilihan konsumen dan oilihan produsen salah arah atau orang menjadi segan bekerja atau menabung dan memperkecil ”beban”:lebih pajak. 4. Kemampuan Melaksanakan (Ability to Implement)


(38)

Suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan baik dari sudut keamanan politik dan keamanan administratif.

5. Kecocokan sebagai Sumber Penerimaan Daerah ( Suitability as a Local Revenue Source).

Ini berarti haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak harus dibayarkan, dan tempat pemungutan pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak. Pajak tidak mudah dihindari, dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu daerah ke daerah lain, pajak daerah hendaknya tidak mempertajam perbedaan-perbedaan antar daerah dari segi potensi ekonoi masing-masing, dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari kemampuan tata usaha pajak daerah.\

1.5.13 Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah )PP N0.105 Tahun 2000).

Menurut Jaya (1999: 11) dalam Munir, dkk (2004:6), keuangan daerah adalah seluruh tatanan , perangkat kelembagaan dan kebijaksanaan anggaran daerah yang meliputi pendapatan dan belanja daerah. Menurut Mmamesah (1995:16) keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan


(39)

daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh Negara atau daerah yang lebih tinggiiii, serta pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan berlaku.

Mardiasmo( 2000: 3) dalam Munir,dkk (2004 : 6), mengatakan bahwa dalam pemeberdayaan pemerintah daerah ini, maka perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah adalah :

1. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan public 2. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan

anggaran daerah pada khususnya.

3 Disentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran pada partisipan yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, KDH, Sekda dan perangkat daerah lainnya.

4. Kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, transparansi dan akuntabilitas.

5. Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, KDH, dan PNS daerah , baik rasio maupun dasar pertimbangannya.

6. Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan anggaran multi-tahunan.


(40)

8. Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, peran akuntan publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja anggaran dan transparansi informasi anggaran kepada publik.

9. Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan,

peran asosiasi, dan peran anggota masyarakat guna pengembangan. 10. Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen

pemerintah daerah terhadap penyebarluasan informasi.

Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan

daerah itu sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989 : 279-280) adalah sebagai berikut :

1. Tanggung jawab

Pemerintah Daerah harus mempertanggungjawabkan keuangannya kepada lembaga atau orang yang berkepentingan sah, lembaga atau

orang itu adalah Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala Daerah dan masyarakat umum.


(41)

2. Mampu memenhui kewajiban keuangan

Keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu yang telah ditentukan. 3. Kejujuran

Hal - hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan dapat dipercaya.

4. Hasil Guna dan Daya Guna

Merupakan tata cara mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan tujuan pemerintah daerah dengan biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang secepat-secepatnya.

5. Pengendalian

Aparat pengelola keuangan daerah, DPRD, dan petugas pengawasan harus melakukan penegndaklian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai.

1.5.14 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun,1995 : 37). Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti.


(42)

Untuk memberikan batasa yang jelas tentang penelitian yang akan dilakukan, maka penulis mendefinisikan konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Pajak Hotel

Iuran wajib yang diberikan pengusaha hotel kepada daerah tanpa balas jasa secara langsung yang dapat dipaksakan betrdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku untuk membiayai penyelenggaraan pemerinta dan pembangunan daerah serta besarnya tarif yang ditentukan berdasarkan Peraturan Daerah.

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan daerah yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri seperti pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD, dan pendapatan lain-lain yang sah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.5.15 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur yang memberitahukan bagaimana

Mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel - variabel tersebut ( Singarimbun, 1996,1995:46).

Variabel – variabel dalam penelitian ini adalah Pajak Hotel, dan Pendapatan Asli daerah. Untuk mengukur hubungan antar variabel, maka penulis merinci indikator-indikator dari setiap variabel sebagai berikut :


(43)

1. Pajak Hotel antara lain meliputi proses pembayaran pajak, proses penagihan paja dan pengawasa pajak yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Pendapatan Asli Daerah ;

Kendala yuang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Asli daerah dan upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli daerah (PAD) serta kontribusi pajak hotel terhadap penerimaan pajak daerah.

1.5.16 Sistematika Penulisan

BAB- I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari uraian tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah,

Tujuan Peneltian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep, Definisi Opreasional, dan Sistematika Penelitian.

BAB - II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang Bentuk peneltian, Lokasi Penelitian, Teknik Pengumpulan data, dan Teknik Analisas data yang diterapkan dalam penelitia ini.

BAB – III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan gambaran umum dan karakteristik lokasi


(44)

BAB – IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan penyajian data yang diperoleh selama penelitian dan menganalisanya berdasarkan metode yang penulis gunakan.

BAB – V ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data yang disajikan

pada Bab – IV.

BAB – VI PENUTUP

Bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan sasaran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkan.


(45)

BAB – II

METODE PENELTIAN 2.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode penelitian deskriptif yang menggambarkan kenyataan yang penulis teliti.

Metode deskriptif memusatkan penelitian pada masalah-masalah atau fenomena- fenomena yang ada pada saat peneltian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual,

kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki serta diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dimana penelitian ini menjelaskan keadaan dari objek penelitian dan mencoba menganalisis untuk memberitahu kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

2.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

2.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam peneltian ini adalah data kualitatif yaitu data yang yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan. Disamping itu juga dikumpulkan data sekunder yang merupakan data kuantitatif yakni data yang telah diproses oleh pihak lain.


(46)

2.4. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2005: 90) , populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Dinas Pendapatan Asli daerah Kota Medan yang berjumlah 314 orang.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai objek dan sumber data serta informasi di dalam penelitian yang dianggap mewakili atau representatif. Dalam menentukan siapa saja yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini, maka digunakan teknik sampling yakni purposive samplin., Teknik ini digunakan dalam penetuan sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.(Sugiyono, 2005 :96). Besaran sampel (sample size) yang diambil dalam penelitian ini berjumlah. 33 orang dan termasuk 3 (tiga) rang key informan yakni :

1. Kepala Dinas Pendapatan daerah : 1 orang

2. Bagian Tata Usaha : 10 orang 3. Bagian Pendataan dan Penetapan : 10 orang 4. Bagian Penagihan : 12 orang

2.5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan penulis adalah melakukan kunjungan langsung ke instansi yang terkait dan mencatat semua data yang dianggap relevan dengan topik skripsi ini. Namun demikian sebagai tambahan dan pelengkap, penulis juga melakukan pengumpulan data sekunder lain yaitu :


(47)

a. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b.Studi dokumenter, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi peneltian serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait.

2.6. Teknik Analis data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan cara menggambarkan atau menganaliss kembali data yang diperoleh dalam bentuk angka maupun hasil pengumpulan data yang didapat dari instansi-instansi terkait, kemudian dilakukan suatu penggolongan aataupun pengklasifikasian data dan menganalisa data yang diperoleh sehingga dapat digambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

Dalam pengumpulan data yang didapat dari instansi-instansi yang terkait maupun sumber pustaka, maka penulis dengan kemampuan nalarnya kemudian akan menghubung-hubungkan fakta, data, dan informasi yang diperoleh dan selanjutnya diinterpretasi sehingga memberikan keterangan terhadap permasalahan yang diteliti.


(48)

BAB - III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan sebagai salah satu kota Metropolitan di Indonesia yang merupakan pusat pemerintahan propinsi Sumatera Utara, dulunya adalah merupakn sebuah kampung kecil yang berada di tanah datar atau medan diantara sungai babura dengan sunai deli. Yang pada waktu itu dikenal dengan nama “ Medan Putri” , yang sekarang dikenal dengan nama Jalan Purti Hijau. Menurut Tengku Lukman Sinar,SH, dalam bukunya yang berjudul “Riwayat hamparan Perak (1971), yang mendidirikan kampong medan adalah Raja Guru patimpus, nenek moyang datuk hamparan perak ( dua belas kuta) dan Datuk Suka Piring yaitu dua dari empat kepala suku Kesultanan Deli.

Menurut John Anderso

seorang pegawai pemerintahan Inggris yang berkedudukan di Penang pernah berkunjung ke Medan tahun 1982, dalam bukunya yang berjudul “ Mission to the Eastcoast Of Sumatera” menuliskan bahwa kota Medan dulunya adalah perkampung kecil yang berpenduduk 200 orang. Dalam waktu kurang dari 89 tahun berkembang menjadi sebuah kota yang sekarang kita kenal dengan nama Kota Medan. Sesuai dengan keputusan DPRD Tingkat II Kotamadya Medan N0. 4/DPRD/1975 tanggal 26 Maret 1975, maka tanggal 1 Juli ditetapklan sebagai hari jadi Kota Medan. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah RI No. 35 tahun 1992 tentang pembentukan beberapa kecamatan di Sumatera Utara termasuk dua kecamatan pemekaran di kota


(49)

Medan. Jumlah kecamatan yang terdapat di Kota Medan sebanyak 21 (dua puluh satu) Kecamatan.

Tabel 3.1. Jumlah dan Luas Kecamatan serta Jumlah Kelurahan

Di Kota Medan

No Kecamatan

Luas (Km2)

Jumlah Kelurahan

1 Medan Tuntungan 20,68 9

2 Medan Johor 12,81 6

3 Medan Amplas 14,58 7

4 Medan Denai 11,59 6

5 Medan Area 9,05 12

6 Medan Kota 7,99 12

7 Medan Maimun 5,27 6

8 Medan Polonia 5,25 5 9 Medan Baru 5,84 6 10 Medan Selayang 9,01 6


(50)

12 Medan Helvetia 15,44 7 13 Medan Petisah 13,16 7 14 Medan Barat 6,82 6

15 Medan Timur 5,33 11

16 Medan Perjuangan 7,76 9 17 Medan Tembung 4,09 7

18 Medan Deli 20,84 6

19 Medan Labuhan 36,67 6 20 Medan Marelan 23,82 5 21 Medan Belawan 26,25 6

Total 265,10 151

Sumber : BPS Kota Medan,2008

3.1.1. Letak Geografis

Dengan Luas 265,10 km2 dan jumlah penduduk 2.006.142 jiwa ( BPS 2005), Kota Medan berada pada 3o 30’ LU – 98o 44’ BT. Untuk itu tofografinya cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 sampai 37,5 di atas permukaan laut. Dari keseluruhan luas wilayah tersebut dapat dipersentasekan pembagianya sebagai berikut :


(51)

Daerah permukiman : 36 % Daerah Perekebunan : 3,1 % S a w a h : 6,1 %

Perusahaan : 4,2 %

Kebun Campuran : 45,4 % Industri : 1,5 %

Secara administratif Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Barat, Timur dan Selatan. Sedangkan di sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Melaka.

3.1.2. Kependudukan

Kota Medan saat ini mempunyai jumlah penduduk sekitar 2.102.105 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.039.707 jiwa dan perempuan sebanyak 1.062.398 jiwa. Untuk jelasnya distribusi penduduk berdasarkan kecamatan dan jenis kelamin dapat dilihat pada table 3.2 di bawah.

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin Tahun 2008

No Kecamatan


(52)

1 Medan Tuntungan 33.836 35.611 69.447

2 Medan Johor 56.961 58.221 115.182

3 Medan Amplas 56.596 57.531 114.127

4 Medan Denai 69.098 69.591 138.689

5 Medan Area 53.366 54.911 108.277

6 Medan Kota 40.914 42.625 83.539 7 Medan Maimun 27.950 29.392 57.342

8 Medan Polonia 26.144 26.806 52.950 9 Medan Baru 20.629 23.193 43.822 10 Medan Selayang 42.040 42.873 84.913

11 Medan Sunggal 53.946 55.733 109.679 12 Medan Helvetia 71.047 73.030 144.077

13 Medan Petisah 32.490 35.022 67.512 14 Medan Barat 38.155 40.237 78.392 15 Medan Timur 55.679 57.178 112.857

16 Medan Perjuangan 51.271 53.487 104.758 17 Medan Tembung 60.972 79.547 140.519


(53)

19 Medan Labuhan 53.925 52.941 105.966 20 Medan Marelan 63.587 61.900 125.487 21 Medan Belawan 48.454 47.381 95.835

Kota Medan 1.039.707 1.062.398 2.102.105

Sumber : BPS Kota Medan,2008

3.1.3. Kondisi Pajak Hotel di Kota Medan

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang No. 34 Tahun 2000, Kota Medan berhak melakukan pemungutan terhadap beberapa jenis pajak daerah, salah satunya adalah Pajak Hotel. Seiring dengan otonomi daerah, Pemerintah kota Medan mengeluarkan peraturan perpajakan daerah yakni Peraturan Daerah Pemerintah Kota MedaN No.12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan. Dalam Peraturan daerah ini dijelaskan bahwa objek pajak adalah pembayaran atas fasilitas yang disediakan hotel, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan hukum yang melakukan pembayaran kepada hotel dan wajib pajak adalah pengusaha hotel dan tarif pajak hotel sebesar 10% dari jumlah total pembayaran.

Dilihat dari target dan realisasi penerimaan Pendapatan Asli daerah (PAD) dari sektor Pajak Hotel selam 5 (lima) tahun terakhir selalu dapat mencapai target bahkan melebihi target yang telah ditetapkan, dan pada tahun 2007 realisasi melebihi target yang ditetapkan sebesar 6,27 %. Namun pencapaian target Pajak Hotel tidak diiringi dengan pertumbuhan penerimaannya, dan apabila diperhatikan pada tabel di bawah persentase pertumbuhan cenderung semakin menurutn.


(54)

Gambaran mengenai target dan realisasi Pajak Hotel Kota Medan pada tahun 2003 – 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel : 3.3 Target dan Realisasi Pajak Hotel Kota Medan

Tahun 2003- 2007 Tahun Target

( Rp)

Realisasi ( Rp)

Target dan Realisasi (%)

Pertumbuhan ( % )

2003 11.099.480.000 11.117.519.748,84 100,16 - 2004 15.000.000,000 15.005.625.231,70 100,04 34,97

2005 16.500.000.000 16.506.930.084,22 100,04 10,00 2006 17.670.000.000 17.684.311.839,64 100,08 7,33 2007 18.553.599.000 19.717.665.589,08 106,27 5.84

101,32 11,89 Sumber : DIPENDA Kota Medan, 2008

3.2. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan daerah Kota Medan

Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan/pendapatan daerah. Mengingat pada saat ini potensi pajak


(55)

maupun retribusi daerah di kota Medan belum banyak, maka dalam Sub-Bagian Penerimaan tidak terdapat Seksi atau Urusan.

Peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta potensi pajak/retribusi daerah kota Medan, maka melaui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut di atas ditingkatkan menjadi bagian dengan nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan daerah.

Pada tahun 1978 berdasarkan instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor :KPUD-7 tahun 19:KPUD-78, tentang Penyeragaman Strutural Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi dan kabupaten/kotamadya di Indonesia di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kotamadya Medan sebagaimana dimaksud dalam instruksi Mendagri dimaksud. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tifa) Urusan dan 4(empat) seksi dengan masing-masing terdiri dari 3 (tiga) sub seksi.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan Wajib pajak/Retribusi Daerah, strukturrral Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.

Dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 973-442, tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan/Retribusi daerah dan Pendapatan Daerah kainnya serta pajak Bumi dan Bangunan di 99 kabupaten /kota


(56)

dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 061/1861/)UOC, tanggal 2 Mei 1998 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Pendapatan daerah Propinsi /Kabupaten/Kotamadya, maka Pemerintah Kota Medan merubah Peraturn daerah merubah Peraturan daerah Kota Menda No. 12 Tahub 1978 Tentang struktur Oraganisasi Dinas Pendapatan Daerajh Kotamadya Medan menjadi Peraturan daerah Kota Nomor: 16 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata kerja Pendapatan Kotamadya Daerah TK II Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi daerah Nomor : 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Oraganisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan tata Kerja di lingkungan Pemerintah Kota Medan sebaimana diatur dan ditetapkan dalam Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2001, sehingga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tk II Medan Nomor: 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor : 25 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

3.3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari :

a. Kepala Dinas

b. Bagian Tata Usaha dari : 1. Sub Bagian Keuangan


(57)

2. Sub Bagian Kepegawaian 3. Sub Bagian Perlengkapan 4. Sub Bagian Umum

c. Sub Dinas Program terdiri dari :

1. Seksi Penyusunan Program

2. Seksi Pemantauan dan Pengendalian 3. Seksi Pengembangan dan pendapatan

4. Seksi Evaluasi dan Pelaporan

d. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari : 1. Seksi pendataandan Pendaftaran

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Penetapan

4. Seksi Pemeriksaan

e. Sub Dinas Penagihan terdiri dari : 1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

2. Seksi Penagihan dan Perhitungan

3. Seksi Retribusi dan Pemindahan Bukuan 4. Seksi Pertimbangan dan Keberatan


(58)

f. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain terdiri dari :

1. Seksi Penata Usaha Penerimaan Retribusi dan Penetapan Lain- lain

2. Seksi Penerimaan lain-lain

3. Seksi Retribusi BUMD dan Pendapatan lain-lain 4. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-surat Berharga g. Sub Dinas Hasil Pendapatan Terdiri dari :

1. Seksi penata Usaha Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak 2. Seksi Bagi Hasil Pajak

3. Seksi Bagi hasil Bukan Pajak

4. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan

h. Kelompok Jabatan Fungsional

3.4. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Kota Medan

Adapun Visi dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah ” Mewujudkan Masyarakat Kota Medan Yang Taat Pajak dan Retribusi” dan dengan beberapa misi sebagai berikut :


(59)

b. Meningkatkan pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Medan. c. Meningkatkan mutu pelayanan kepada Wajib Pajak dan Wajib Retribusi Daerah.

d. Mencari terobosan dalam menggali sumber-sumber PAD yang baru

diluar PAD yang sudah ada.

3.5. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan No. 12 Tahun 2003 tentang Tugas Pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, dalam keputusan ini yang dimaksud dengan:

a. Daerah adalah Kota Medan;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan; c. Kepala Daerah adalah Pemerintah Kota Medan;

d. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan;

e. Kepala Dinas Pendapatan Daerah, adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

f. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu di bidang perpajakan daerah dan atau Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan


(60)

Perundang-undangan yang berlaku;

g. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Medan;

h. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menurut Ketentuan

Peraturan Daerah ini ditentukan untuk melakukan kewajiban

perpajakan;

i. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau

Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya;

Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksan Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretariat Daerah.

Dinas Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan daerah dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.


(61)

Unutuk melakukan tugas tersebut, Dinas Pendapatan mempunyai tugas: 1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang Pendapatan Daerah.

2. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak

daerah, retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, s erta penagihan PBB.

3. Melaksanakan koordinasi di bidang pendapatan daerah dengan unit dan

Instansi terkait dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi. 4. Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya serta PBB.

5. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.

6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

3.6. Tata Kerja

1. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala bagian tata Usaha yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab


(62)

melaksanakan sebagian tugas poko dina di bidang ketatausahaan yang meliputi pengolahan administrasi keuangan, kepegawaian, perlengkapan, perumahtanggaan , dan urusan umum lainnya.

Bagian tata usaha mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya.

c. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta rencana

penyusunan laporan keuangan

d. Mengelola urusan administrasi kepegawaian

e. Mengelola urusan perlengkapan kerumahtanggaan dan pengadaan barang dinas

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya

Bagian Tata Usaha terdiri dari :

1. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola keuangan dan perbendaharaan serta menyusun laporan keuangan.

2. Sub bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan


(63)

3. Sub bagian Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang perlengkapan perumahtanggan dan pengadaan barang.

4. Sub bagian Umum mempunyai tugas mengelola tata usaha dan surat

menyurat serta urusan umum lainnya.

Serta sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub bagian yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha.

2. Sub Dinas Program

Sub Dinas Program mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang penyusunan program.

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Program mempunyai fungsi :

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Mengumpulkan bahan dan dana untuk penyusunan program kegiatan dan perencanaan pendapatan daerah

c. Menyusun kebijaksanaan tttttttttteknis serta program kerja jangka pendek, menengah dan panjang

d. Menyusun penerimaan pendapatan daerah, merencanakan sistem dan prosedur kerja


(64)

e. Menyusun rencana serta mengkaji pengembangan potensi daerah

f. Melaksanakan pembinaan teknis di bidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pemungutan pendapatan daerah

g. Menyajikan data statistik target dan realisasi pendapatan daerah serta

mengidentifikasikan permasalahan pendapatan daerah h. Melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan daerah

i. Melaksanakan tukar informasi tentang target/realisasi penerimaan daerah

dengan daerah lainnya

j. Mempersiapkan rancangan peraturan daerah, keputusan kepala daerah tentang pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

k. Mengevaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan teknis operasional pengelolaan pendapatan daerah

l. Menyusun Laporan realisasi pendapatan daerah

m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya (pasal 14)

Sub Dinas Program terdiri dari : a. Seksi Penyuluhan Program

b. Seksi Pemantauan Pengendalian c. Seksi Pengembangaan Pendapatan


(65)

d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan (pasal 15)

Setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala sub dinas program.(pasal 16)

1) Seksi Penyusunan Program mempunyai tugas merencanakan

penerimaan pendapatan daerah, sistem dan prosedur kerja serta menyusun kebijaksanaan teknis dan program jangka pendek, menengah serta jangka panjang.

2) Seksi pemantauandan pengendalian mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis di bidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pemungutan pendapatan daerah dan melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian terhadap tugas yang dilaksanakan di bidang pendapatan serta melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan daerah. 3) Seksi Pengembangan Pendapatan mempunyai tugas menyusun rencana serta

mengkaji untuk pengembangan potensi pendapatan daerah dan mempersiapkan rencana peraturan daerah, keputusan kepala daerah tentang pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

4) Seksi Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas mengevaluasi dan memonitoring pelaksanaan teknis operasional pengelolaan pendapatan daerah, mengkaji data statistik target dan realisasi pendapatan daerah, mengidentifikasikan permasalahan pendapatan daerah dan menyusun laporan realisasi pendapatan daerah (pasal 17).


(66)

3. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan

Sub dinas pendataan dan penetapan dipimpin oleh seorang kepala sub dinas dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Dinas (pasal 18).

Sub dinas pendataan dan penetapan memunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang pendapatan dan penetapan (pasal 19).

Untuk melaksanakan tugas, Sub Dinas Pendaptaandan Penetapan mempunyai fungsi :

a. Mempunyai rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh Wajib pajak c. Melaksanakan pengolahan data dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi

daerah (SPRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait.

d. Melaksanakan Penetapan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan

pendapatan daerah lainnya

e. Merencanakan dan menatausahakan hasil pemeriksaan terhadap Wajib

Pajak dan Wajib Retribusi


(67)

Pendapatan sesuai dengan bidang tugasnya (pasal 20) Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari : a. Seksi pendataan dan Pendaftaran

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

c. Seksi Penetapan

d. Seksi Pemeriksaan (Pasal 21)

Setiap seksi dipimpin oleh Kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sub Dinas Pendataan dan Penetapan (pasal 22).

1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas melaksanakan pendataan objek pajak daerah/Retribusi Daerah dan Pendapatan daerah lalinnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan

pendaftaran Wajib Pajak daerah/Wajib Retribusi daerah melalui formulir pendaftaran dan pendataan.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas

melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah/retribusi daerah, menuangkan hasil pengolahan data dan informasi data ke dalam kartu data serta mengirimkan kartu data kepada seksi penetapan dan demikian sebaliknya.


(68)

3. Seksi penetapan mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan pokok pajak daerah/pokok retribusi daerah berdasarkan kartu data termasuk perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/ penyetoran atas permohonan wajib pajak. 4. Saksi pemeriksaan mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan

melaksanakan pemeriksaan tugas objek/retribusi, menatausahakan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak/ retribusi sera mengirimkan laporan hasil pemeriksaan kepada Seksi Penolahan Data dan Informasi (pasal 23).

4. Sub Dinas Penagihan

Sub Dinas Penagihan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Dinas (pasal 24).

Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi,

penagihan dan perhitungan restitusi, pemindah bukuan serta pertimbangan terhadap keberatan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah


(69)

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Penagihan mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi

daerah dan pendapatan daerah lainnya.

c. Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya

d. Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak

daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

e. Melaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan Wajib Pajak atas permohonan Wajib Pajak

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya (pasal 26).

Sub Dinas penagihan teriri dari : a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi b. Seksi penagihan dan Perhitungan

c. Seksi Restitusi dan Pemindahbukuan

d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan (pasal 27)

Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala seksi yang dalam


(70)

Kepala Sub Dinas Penagihan (pasal 28)

1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga, menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya serta menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala.

2. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, Retribusi daerah dan Pendapatan daerah lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan.

3. Seksi Retribusi dan Pemindahbukuan mempunyai tugas menerima permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari Wajib Pajak, meneliti kelebihan pembayaran pajak daerah/retribusi daerah yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan serta mempersiapakan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan.

4. Seksi Pertimbangan dan Keberatan mempunyai tugas menerima surat keberatan dan Wajib Pajak/resribusi dan menelti keberatan Wajib Pajak / Retribusi dan mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan atas keberatan tersebut (pasal 29)


(71)

5. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain dipimpin oleh

seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas (pasal 30)

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain -lain mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas retribusi dan pendapatan lain-

lain ( pasal 31).

Untuk melaksanakan tugas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain mempunyai :

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b . Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain- lain

c. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-

lain termasuk pinjaman daerah dana darurat

d. Melaksanakan penatausahaan penerimaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan pendapatan lain-lain

e. Melaksanakan legalisasi dan pembukuan surat-surat berharga


(72)

dengan bidang tugasnya.(pasal 32)

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain terdiri dari :

a. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Penerimaan Lain-lain

b. Seksi Penerimaan Lain-lain

c. Seksi Penerimaan badan Usaha Milik Negara dan pendapatan lain-lain d. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-surat berharga (pasal 33)

Setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam

menjalankan tugasnya berada di bawah dan bertanggung j awab kepada Kepala Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain (pasal 34).

1. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Pendapatan Lain -

lain mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan melaksanakan penatausahaan pendapatan lain - lain.

2. Seksi Penerimaan Lain-lain mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan lain-lain, merencanakan dan mengupayakan penerimaan lain-lain baik dari Pemerintah, Wakil Pemerintah di daerah maupun dari lembaga-lembaga keuangan dan atau badan-badan lain termasuk pinjaman daerah dan dana darurat.

3. Seksi Penerimaan BUMD dan PLL mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.


(1)

Singarimbun, Masri & Effendi Sofian, 1989, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.

Soekarwo, 2003, Berbagai Permasalahan Keuangan Daerah, Air Langga University Press, Surabaya.

Suparmoko, 2002, Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Penerbit Andi, Jakarta.

Sugiono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Edisi ke-13, CV. Alfabeta, Bandung.

Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuaangan Pusat dan Daerah beserta penjelasannya, Pustaka Pergaulan, Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.

Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Peraturan Pemerintah No. 105 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).


(2)

Kuesioner Penelitian

A. Karakteristik Responden

1. No Responden : 2. Jenis Kelamin a. Pria

b. Perempuan 3. U s i a

a. 20 – 30 tahun b. 31 – 40 tahun c. 41 - 50 tahun d. > 50 tahun 4. Pendidikan a. SLTA

b. Ahli Madya/D-III c. S-1 /Sederajat d. Pasca sarjana/S-2 5. Masa Kerja

a. 0 - 10 tahun b. 11 – 20 tahun c. 21 - 30 tahu d. > 31 tahun


(3)

6. Pangkat/ Golongan a. I/a – I/d b. II/a - II/d c. III/a - III/d d. IV/a - IV/d

B. JAWABAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL PENELITIAN

1. Bagaimana menurut pendapat bapak/Ibu/Sdr apakah usaha yangdilakukan oleh Dinas Pendapatan Kora Medan dalam meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel sudah optimal ?

a. Sudah Optimal

b. Kurang Optimal

c. Tidak Mengetahui

2. Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu/Sdr apakah target pajak hotel telah

tercapai sesuai dengan yang direncanakan oleh Dinas Pendapatan daerah Kota Medan ?

a. Telah Tercapai b. Belum Tercapai c. Tidak Mengetahui


(4)

3. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apakah semua Hotel yang terdapat di kota Medan

telah terdaftar ?

a Terdaftar. b. Tidak Tedaftar c. Tidak mengetahui

4. Menurut pendapat bapak/Ibu/Sdr apakah Dinas Pendapatan Daerah sering melakukan sosialisasi tentang perkembangan Pajak Hotel kepada pengusaha hotel ?

a. Sering b. Jarang

c. Tidak pernah

5. Menurut pendapat bapak/Ibu/Sdr apakah ada kategori dalam menentukan tarif hotel di Kota Medan ?

a. Ada b Tidak Ada

c. Tidak Mengetahui.

6. Menurut pendapat Bapak/Ibu/Sdr apakah sistem dan mekanisme dalam pembayaran Pajak Hotel sudah efisien ?

a. Efisien

b. Kurang Efisien c. Tidak Efisien


(5)

7. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apakah dalam penagihan pajak banyak ditemukan kendala ?

a. Banyak kendala b. Jarang

c. Tidak ada kendala

8. Menurut pendapat Bapak/Ibu/Sdr apakah ada sanksi yang diberikan kepada Pengusaha Hotel yang melakukan penungggakan pembayaran pajak hotel ?

a. Ada b. Tidak ada

c. Tidak Menegetahui

9. Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu/Sdr mengenai pengawasan yang dilakukan terhadap penagaihan pajak hotel ?

a. Terlaksana dengan baik b. Kurang Terlaksana c. Tidak Terlaksan

10. Menurut pendapat bapak/Ibu/Sdr apakah program-program yang dibuat dalam meningkatkan pajak hotel terlaksana dengan baik ?

a. Terlaksana


(6)

11. Menurut pendapat bapak/Ibu/Sdr apakah wajib pajak telah patuh kepada Peraturan daerah tentang pajak hotel khususnya ?

a. Patuh

b. Kurang patuh c. Tidak patuh

12. Menurut pandapat bapak/Ibu/Sdr apakah kinerja aparat pajak dalam melakukan tugasnya berjalan dengan baik ?

a. Baik

b. Kurang baik c. jelek