Sistem Pernikahan Adat Pernikahan Adat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 62 mengubah atau menolaknya, tetapi membenahi dan menyempurnakannya berdasarkan nilai-nilai budi pekerti luhur yang sesuai dengan ajaran-ajaran syariat. Pengaruh adat istiadat atau budaya terhadap kehidupan keagamaan bisa kita jumpai dari beragam ritus di masyarakat. Seperti contoh masalah yang bisa dijadikan sebagai ketetapan hukum adalah tradisi Mitoni. Tradisi mitoni adalah tradisi yang dilakukan untuk selamatan tujuh bulan dari kehamilan yang ibu atau ketika usia kandungan menginjak tujuh bulan. Tradisi tersebut lumrah terjadi di daerah Jawa, sehingga tradisi tersebut dapat dibenarkan terus berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Ini disebabkan karena disamping tradisi semacam itu tidak bertentangan dengan nash, ia juga dianggap tradisi yang baik oleh masyarakat yang secara turun-temurun melestarikannya lain. 80

2. Adat dalam Pandangan Negara

Hukum adat merupakan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat suatu daerah. Walaupun sebagian besar Hukum Adat tidak tertulis, namun ia mempunyai daya ikat yang kuat dalam masyarakat. Ada sanksi tersendiri dari masyarakat jika melanggar aturan hukum adat. Hukum Adat yang hidup dalam masyarakat ini bagi masyarakat yang masih kental budaya aslinya akan sangat terasa. Penerapan hukum adat dalam kehidupan sehari-hari juga sering 80 Fadal, Moh. Kurdi, Kaidah-Kaidah Fikih, …76. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 63 diterapkan oleh masyarakat. Dari pengertian Hukum Adat yang diungkapkan diatas, bentuk Hukum Adat sebagian besar adalah tidak tertulis. Padahal, dalam sebuah negara hukum, berlaku sebuah asas yaitu asas legalitas. Asas legalitas menyatakan bahwa tidak ada hukum selain yang dituliskan di dalam hukum. Hal ini untuk menjamin kepastian hukum. Namun di suatu sisi bila hakim tidak dapat menemukan hukumnya dalam hukum tertulis, seorang hakim harus dapat menemukan hukumnya dalam aturan yang hidup dalam masyarakat. Diakui atau tidak, namun Hukum Adat juga mempunyai peran dalam Sistem Hukum Nasional di Indonesia. 81 Hukum adat adalah aturan tidak tertulis yang hidup di dalam masyarakat adat suatu daerah dan akan tetap hidup selama masyarakatnya masih memenuhi hukum adat yang telah diwariskan kepada mereka dari para nenek moyang sebelum mereka. Oleh karena itu, keberadaan hukum adat dan kedudukannya dalam tata hukum nasional tidak dapat dipungkiri walaupun hukum adat tidak tertulis dan berdasarkan asas legalitas adalah hukum yang tidak sah. 81 Lihat Kedudukan Hukum Adat dalam Hukum Nasional http:wisnu.blog.uns.ac.id20090728kedudukan-hukum-adat-dalam-hukum-nasional diakses pada tanggal 20 Maret 2016. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 98

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, setidaknya ada dua kesimpulan penting yang dapat kita ambil dari pembahasan tesis ini. Yaitu sebagai berikut: 1. Pernikahan saleb tarjhe adalah pernikahan yang dilakukan oleh seorang calon suami yang salah satu kerabat perempuannya telah dinikahi oleh salah seorang kerabat laki-laki calon isterinya. Walaupun pada dasarnya secara agama dan hukum positif tidak terdapat persoalan, pernikahan yang semacam ini dilarang di Madura. Berdasarkan analisis teori konstruksi sosial yang digagas oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman, larangan pernikahan saleb tarjhe di desa Lomaer kecamatan Blega kabupaten Bangkalan murni merupakan hasil konstruksi masayarakat sendiri dengan motif untuk memperluas ikatan tali persaudaraan maleber kabele’en. Sebagaimana kultur masyarakat Madura yang senang dengan banyak dan mencari keluarga baru. Pernikahan saleb tarjhe dinilai tidak dapat membuka tali persaudaraan atau ikatan kekeluargaan yang baru karena salah satu dari dua keluarga tersebut sebelumnya telah ada yang menikah sehingga telah memiliki ikatan tali saudara. Maka leluhur secara terus-menerus mengkampanyekan dan mendoktin anak keturunannya agar tidak melakukan pernikahan saleb tarjhe. Bahkan, untuk memuluskan tujuan 98