Analisis penguatan ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) di Kecamatan Antapani : (studi kasus Kecamatan Antapani Kota Bandung)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama

: Christian E. E. Dura

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Same, 04 Desember 1991
Agama

: Kristen-Katolik

Kota/Kab.

: Kota Kupang

Suku Bangsa


: Timor

Warga Negara

: Indonesia

Alamat Kost

: Kel. Cikutra Kec. Cibeunying Kidul, Bandung

Telephone

: 081214082607

Email

: detriturador@yahoo.com

Pendidikan
SD


: SDN 1 Oebobo Kupang

(1997 - 2003)

SMP

: SMP Negeri 1 Kupang

(2003 - 2006)

SMU

: SMA Negeri 5 Kupang

(2006 - 2009)

Perguruan Tinggi

: UNIKOM Bandung


(2009 - 2013)

(Program Sarjana (S1) Perencanaan Wilayah dan Kota)

Pengalaman Organisasi
1)

SMP 1 Kupang

: Anggota OSIS, Anggota Pramuka

2)

SMAN 5 Kupang

: Anggota OSIS, Anggota Pramuka

3)


Perguruan Tinggi

: HIMA Planologi UNIKOM Bandung (2009-2013)

Penelitian yang Pernah Dilakukan


Studio Proses Perencanaan : Identifikasi Dampak Perkembangan TIK
terhadap Pola Pergerakan (Orang dan Barang) Di Kota Bandung. UNIKOM,
Bandung 2010.



Studio Perencanaan Kota : Studi Pengembangan Kawasan Perkotaan Di Kota
Banjar. UNIKOM, Bandung, 2011.



Studio Perencanaan Wilayah : Arahan Pengembangan Kecamatan Arjasari
Berbasis Agroforestri. UNIKOM, Bandung 2012.




Kerja Praktik PT. Maha Charisma Adiguna, Kupang

Pengalaman Seminar


Seminar “Pemecahan Rekor Muri dengan Peserta Terbanyak dan Waktu
Terlama Merakit dan Instalasi PC” Lab Hardware UNIKOM, 4 Januari 2013
(bersertifikat)

Kuliah Umum


Pengembangan Baros Cyber City Dalam Konteks Tata Ruang dan
Pengembangan Wilayah

Kemampuan
Komputer :

 Microsoft office (word, excel, powerpoint)
 ArcGIS
 Auto CAD
 Sketchup
 Corel Draw

ANALISIS PENGUATAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU
(RTH) DI KECAMATAN ANTAPANI
(STUDI KASUS : KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Sarjana Strata 1
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh
Christian. E. E. Dura
1.06.09.017

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,
bimbingan dan penyertaan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis
Penguatan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Antapani”.
Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat akademis dalam
menempuh ujian sidang sebagai proses penyelesaian studi Program Strata Satu
(S1) Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota di Universitas Komputer Indonesia.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari betul bahwa tanpa
adanya bantuan dari semua pihak tidak mungkin tugas akhir ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Rifiati Safariah ST., MT.
yang telah membantu dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini, dan tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih

yang setulus-tulusnya kepada:
1.

Kedua Orangtuaku tercinta. Terimakasih banyak atas segala bantuan,
dorongan, semangat serta do’a agar bisa menyelesaikan studi di Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota di Universitas Komputer Indonesia.

2.

Buat Kakak Tercinta (Rini), Terimakasih atas banyaknya bantuan, inspirasi,
dorongan serta doa yang telah diberikan.

3.

Buat Seluruh Keluarga ku di Timor-Leste, Kupang, Flores, Jakarta, Malang,
Terimakasih atas do’a dan dukungannya selama ini.

4.

Bapak Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, Ir., M.Sc., selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

5.

Bapak Prof. Dr. H. Denny Kurniadie, Ir., M.Sc., selaku Dekan Fakultas
Teknik dan Ilmu Komputer.

6.

Ibu Rifiati Safariah ST., MT. selaku Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah
dan Kota yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian Laporan
Tugas Akhir ini.

ii

iii
7.

Bapak Tatang Suheri ST., MT. selaku Dosen Wali Jurusan Perencanaan
Wilayah dan Kota angkatan 2009.


8.

Ibu Ir. Romeiza Syafriharti, MT. serta seluruh dosen pengajar khususnya
jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota yang sudah banyak membagi
berbagai ilmu serta pengalaman berharganya kepada penulis.

9.

Teh Fitri, yang telah memberi kemudahan dalam mengurus surat-surat izin.

10.

Buat sahabat – sahabat kampus khususnya Jurusan Perencanaan Wilayah
dan Kota angkatan 2009 (Alfan, Ivan, Arif, Ryan, Angga, Ichi, Deni, Rizal,
Syarief, Yogi, Ridho, Tommy, Meiske, Marga). Terima kasih untuk
kerjasama dan kebersamaannya semoga pertemanan ini semakin erat.

11.


Semua alumni dan mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.
Terima kasih untuk kebersamaannya selama kuliah serta doanya.

12.

Teman-teman tercinta yang ada di Pahlawan (The Hero), Lengkong,
Binong, Cikutra, Gasibu, Cikaso

13.

Internet yang telah memberikan berbagai informasi kepada penulis.

14.

Segala sumber-sumber terkait yang telah memberikan kecerahan dan
pemahaman berarti sehingga membuat penulis lebih mengerti.
Penulis berharap semoga segala niat baik pada semua pihak yang tersebut

diatas dibalas setimpal oleh Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari betul
bahwa dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, baik
dari segi isi maupun cara penyusunannya. Untuk itu penulis selalu terbuka
terhadap saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan tugas akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi para mahasiswa Universitas Komputer Indonesia
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota pada khusunya dan dapat memberikan
hasil guna untuk para pembaca pada umumnya.

Bandung, Agustus 2013
Penulis

Christian E. E. Dura
NIM: 1.06.09.017

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATAPENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2

Rumusan Masalah ....................................................................................... 3

1.3

Tujuan dan Sasaran ...................................................................................... 3

1.4

Ruang Lingkup ............................................................................................ 4
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ................................................................. 4
1.4.2 Ruang Lingkup Materi .................................................................... 4

1.5

Metodologi Penelitian ................................................................................. 6
1.5.1 Metodologi Pengumpulan Data ...................................................... 6
1.5.2 Teknik Pengambilan Sampel .......................................................... 7
1.5.3 Metode Analisis Penetlitian ............................................................ 8
1.5.4 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 11
1.5.5 ...Variabel Penelitian ........................................................................... 12

1.6

Sistematika Penulisan ................................................................................ 14

BAB II
2.1

TINJAUAN PUSTAKA

Konsepsi Ruang Terbuka Hijau .................................................................. 16
2.1.1 Pengertian RTH (Ruang Terbuka Hijau) ......................................... 16
2.1.2 Fungsi dan Manfaat RTH ................................................................ 17

2.2

Tipologi RTH............................................................................................... 20

2.3

Kategori RTH .............................................................................................. 22

2.4

Pola dan Struktur Fungsional....................................................................... 23

2.5

Perkembangan dan Pembangunan RTH Kota ............................................ 23

2.6

Faktor Penyebab Perubahan RTH .............................................................. 24

iv

v

2.7 Teknis Perencanaan ...................................................................................... 25
2.8 Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan ...................................................... 26

2.9

2.8.1

Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah ................................ 26

2.8.2

Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ......................... 26

2.8.3

Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu .......... 27

Jenis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan ........................................ 27

2.10 Faktor Pertimbangan Dalam Penyediaan RTH ........................................... 28
2.11 Konsep Green City ....................................................................................... 29
2.11.1. Pengertian Green City ................................................................... 30
2.11.2

Atribut Green City ......................................................................... 30

2.11.3

Green Building .............................................................................. 31

2.12 Pengembangan RTH Di Wilayah Bandung Berdasarkan RTRW Kota
Bandung 2013 ............................................................................................. 31
2.13 Isu-Isu Ruang Terbuka Hijau ...................................................................... 32
2.14 Standar Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau .................................................. 32
2.15 Kriteria Umum Pengembangan RTH .......................................................... 36
BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1

Gambaran Umum RTH Kota Bandung ....................................................... 40

3.2

Gambaran Umum Kecamatan Antapani ...................................................... 43

3.3

3.2.1

Batas Administrasi......................................................................... 43

3.2.2

Jumlah Penduduk........................................................................... 43

3.2.3

Pemanfaatan Lahan ........................................................................ 46

Gambaran Umum RTH Kecamatan Antapani ............................................. 47
3.3.1

BAB IV

Sebaran RTH di Kec. Antapani Per Kelurahan ............................. 48
3.3.1.1

Kelurahan Antapani Kidul ............................................ 48

3.3.1.2

Kelurahan Antapani Tengah ......................................... 50

3.3.1.3

Kelurahan Antapani Kulon ............................................ 52

3.3.1.4

Kelurahan Antapani Wetan ........................................... 54

ANALISIS PENGUATAN KETERSEDIAAN RTH DI
KECAMATAN ANTAPANI

4.1. Identifikasi Potensi dan Masalah RTH Publik dan RTH privat .................. 56

vi

4.1.1.

Potensi dan Permasalahan RTH
di Kelurahan Antapani Kulon ........................................................ 56

4.1.2.

Potensi dan Permasalahan RTH
di Kelurahan Antapani Wetan ....................................................... 59

4.1.3.

Potensi dan Permasalahan RTH
di Kelurahan Antapani Tengah ...................................................... 61

4.1.4.

Potensi dan Permasalahan RTH
di Kelurahan Antapani Kidul......................................................... 63

4.2. Analisis Penguatan Ketersediaan RTH publik ............................................ 65
4.2.1.

Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
dari Aspek Luas dan Sebaran ........................................................ 65
4.2.1.1.

Identifikasi Luas RTH Eksisting ................................... 65

4.2.1.2.

Identifikasi Guna Lahan Per Kelurahan ........................ 66

4.2.1.3.

Identifikasi Kebutuhan RTH Berdasarkan
Jumlah Penduduk .......................................................... 68

4.2.1.4.

Upaya penguatan RTH publik dari aspek
luas dan sebaran ............................................................ 71

4.2.2.

Analisis Persepsi dan Preferensi tentang ketersediaan
RTH Publik.................................................................................... 72
4.2.2.1.

Analisis Persepsi dan Preferensi tentang Ketersediaan
Jenis dan Fasilitas Taman Kecamatan .......................... 72

4.2.2.2.

Analisis Persepsi dan Preferensi Tentang Ketersediaan
jenis dan fasilitas RTH publik di Kelurahan Antapani
Kidul ............................................................................. 73

4.2.2.3.

Analisis Persepsi dan Preferensi Tentang Ketersediaan
jenis dan fasilitas RTH publik di Kelurahan Antapani
Tengah........................................................................... 84

4.2.2.4.

Analisis Persepsi dan Preferensi Tentang Ketersediaan
jenis dan fasilitas RTH publik di Kelurahan Antapani
Kulon............................................................................. 94

vii

4.2.2.5.

Analisis Persepsi dan Preferensi Tentang Ketersediaan
jenis dan fasilitas RTH publik di Kelurahan Antapani
Wetan ..........................................................................104

4.2.2.6.

Upaya penguatan Ketersediaan RTH publik dari aspek
jenis RTH ....................................................................114

4.2.2.7.

Upaya penguatan Ketersediaan RTH publik dari aspek
fasilitas penunjang ......................................................117

4.3. Analisis Penguatan Ketersediaan RTH Privat
di Kecamatan Antapani..............................................................................121
4.3.1.

Analisis Kesediaan masyarakat dalam penguatan RTH ..............121

4.3.2.

Upaya penyediaan RTH privat dari aspek
kesediaan masyarakat ..................................................................123

BAB V

KESIMPULAN

5.1

Kesimpulan ................................................................................................125

5.2

Rekomendasi..............................................................................................127

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................136

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Teks
Afifuddin, H. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bogor: Gahlia
Indonesia
Bugin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Dardak, Hermanto. (2006). Arah Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan. Jakarta : Direktorat Jendral Penataan Ruang, Departemen
Pekerjaan Umum.
Joga, nirwono dan Iwan ismaun. (2011). Ruang Terbuka Hijau 30%: Resolusi
(Kota) Hijau. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Kahn, Matthew E. (2006). Green Cities, Urban Growth and The Environment.
Brookings Institution Press, Washington, D.C., U.S.A.
Laurie, Ian C. (1979). Nature in cities : the natural environment in the design
and development of urban green space. New York : Wiley
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Gahlia Indonesia.
Purnomohadi, Ning. (2006). Ruang Terbuka Hijau Sebagai unsure Utama Tata
Ruang Kota. Direktorat Jendral Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan
Umum.
Sumarno. (2002). Memadu Metode Penelitian (Kualitatif dan Kuantitatif).
Yogyakarta: Pustaka pelajar.

136

137

B. Peraturan Perundang-undangan, Laporan dan Buku Rencana
Bappeda Kota Bandung. (2013). Dokumen Raperda RTRW Kota Bandung 20112030, Bandung.
Bappeda Kota Bandung. (2013). Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota
Bandung 2012-2032, Bandung.
BPS Provinsi (2011). Kecamatan Antapani dalam Angka Tahun 2011. Badan
Pusat Statistik, Bandung.
Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung. (2013). Dokumen Sebaran
RTH Kota Bandung, Bandung.
Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung. (2013). Dokumen Sebaran
Taman di Kota Bandung, Bandung.
Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya. (2013). Dokumen RDTR WP Ujungberung
2006, Bandung.
Kementrian Pekerjaan Umum. 2011. Program Pengembangan Kota Hijau
(P2KH)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan
C. Laporan Akhir
Alqoriah. 2010. Identifikasi Kecamatan dan Jenis Ruang Terbuka Hijau yang di
Prioritaskan untuk Pengembangan Ruang Terbuka Hijau. Tugas Akhir
Andjelicus, Paulinus J. 2008. Prinsip-prinsip Perancangan Ruang Terbuka Hijau
di Kota Kupang. Tesis. Institut Teknologi Bandung.

138

Dimastanto, A. (2008). Prinsip-prinsip Perancangan Taman Lingkungan (Studi
Kasus: taman lesmana dan taman pandawa). Tesis. Bandung: Institut
Teknologi Bandung
Filomeno Martins Da Silva. 2007. Identifikasi Tingkat Kepuasaan Pengunjung
Terhadap Ketersediaan Fasilitas Rekreasi Pada Wisata Museum Di Kota
Bandung. Tugas Akhir
Firmasnyah, M, R. 2010. Perangkat Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Privat
(Studi Kasus Kota Bandung).Tugas Akhir. Bandung: Institut teknologi
Bandung.
Hakim, Rustam. 2010. The Alternative Of Green Open Space Managemen In
Jakarta City, Indonesia. Malaysia : Faculty of Built Environment University
Teknologi Malasya
Martam, Salmon Aji. 2006. Ruang Terbuka Hijua Sebagai Utilitas Kota dan
Ruang Interaksi Masyarakat. Bandung. Jurusan Arsitektur, Universitas
Komputer Indonesia.
Melati, 2012. Persepsi Masyarakat Tentang Peningkatan Ruang Terbuka di
Kelurahan Tamansari (Studi Kasus : Kelurahan Tamansari Kota Bandung).
Tuigas Akhir. Universitas Komputer Indonesia.
Ramadhan, A. 2012. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Fungsi
Ekologis Sesuai Tipologi Kota. Tugas Akhir. Institut Teknologi Bandung.
Rahnandahegar Ardin Adinugrah. 2012. Persepsi dan Preferensi, Masyarakat
Kota Lama Tangerang, Aspek Perancangan Kota, Importance Performance
Analysis. Tugas Akhir
Tinambunan, R.S. 2006. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota
Pekanbaru. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro.

139

D. Media Elektronik
Amirin, Tatang M. (2011). Populasi dan Sampel Penelitian 4: Ukuran Sampel
Rumus Slovin. Tatangmanguny.wordpress.com.
Hakim, Rustam. (2007). Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau.
Rustamhakim.wordpress.com.
Hakim,

Rustam.

(2007).

Ruang

Terbuka

Hijau.

(URL:

:

http://rustam2000.wordpress.com.ruang-terbuka-hijau (diakses pada bulan
april 2013)

BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup yang terbagi menjadi dua yaitu ruang lingkup wilayah dan
ruang lingkup materi, metode penelitian, dan kerangka pemikiran.
1.1.

Latar Belakang
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan kerangka struktur

pembentuk kota. Ruang terbuka Hijau (RTH) kota memiliki fungsi utama sebagai
penunjang ekologis kota yang juga diperuntukkan sebagai ruang terbuka
penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu kawasan.
Tipologi

Ruang

Terbuka

Hijau

di

Kota

Bandung

berdasarkan

kepemilikannya terbagi menjadi RTH publik dan RTH Privat. Penjabaran jenis
RTH yang termasuk dalam masing-masing tipologi tersebut adalah sebagai
berikut:
 RTH publik, yang terdiri atas:
 Lindung (kecuali cagar budaya);
 Pertanian;
 Taman hijau; dan
 Fasos/fasum hijau (kebun binatang, Sarana Olah Raga, permakaman,
taman hijau).
 RTH Privat, yang terdiri atas:
 Pertanian Privat;
 Fasos (taman hijau, Sarana Olah raga, permakaman keluarga); dan
 Pekarangan (rumah, kantor).
Pemerintah Kota Bandung berupaya memperluas areal RTH untuk
mencapai standar ideal RTH yang tercantum dalam UU No.26 Tahun 2007
tentang penataan ruang, Peraturan Daerah (Perda) tentang RTRW Kota dan
RTRW Kabupaten. Dalam peraturan ini ditetapkan bahwa bahwa idealnya
persentase luas RTH suatu kota minimal 30% dari total luas wilayah kota tersebut,
dengan proporsi 20% merupakan RTH publik dan 10 % merupakan RTH Privat.
Saat ini, RTH di Kota Bandung masih jauh dari standar ideal tersebut yaitu

1

2

12,12% dari total luas wilayah (Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota
Bandung).
Salah satu program untuk menjaga dan mendukung ketersediaan RTH
(Ruang Terbuka Hijau) 30% di kota Bandung adalah Kota Hijau (Green City).
Green City dikenal sebagai kota ekologis artinya adanya keseimbangan antara
pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan juga
merupakan suatu kondisi dari suatu kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat
untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi
masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor
terkait dan sinkron dengan perencanaan kota.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung 2011-2030,
Pencapaian Kawasan Lindung sebesar 10% dari luas seluruh wilayah Kota
Bandung dan pelaksanaan rehabilitasi dan konservasi lahan dilakukan secara
bertahap, dengan ditentukan prioritas utama dalam mencapai RTH 30%
diantaranya mempertahankan dan memelihara ruang terbuka hijau yang ada,
mengembalikan kawasan terbangun yang memungkinkan ke fungsi lindung,
seperti makam, kawasan perumahan yang dikonservasi dan pembebasan lahan
untuk pencadangan kawasan lindung.
Kecamatan Antapani merupakan bagian dari SWK (Sub Wilayah
Kecamatan) Arcamanik, dengan luas RTH Publik berupa taman dan jalur hijau
sebesar 80,19 Ha. Untuk mencapai RTH 30% Kecamatan Antapani harus
berkontribusi dalam penyediaan RTH sebesar 1.14% (RTH Publik 0,76% dan
RTH Privat 0,38%).(Master Plan RTH Kota Bandung 2012-2032).
Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ujungberung tahun
2006, Kecamatan Antapani memiliki fungsi sebagai kawasan perumahan,
sehingga sebaran RTH di Kecamatan Antapani didominasi oleh RTH Privat yang
terdiri dari taman pekarangan perumahan. Ada pula RTH Publik yang tersebar di
Kecamatan Antapani yang berada pada lingkungan perumahan terdiri dari Taman
RT, RW, Kelurahan dan Kecamatan.
Dalam penelitian ini akan mengkaji mengenai, potensi dan masalah RTH
(publik dan privat), mengkaji kebutuhan luas dan sebaran RTH, mengkaji persepsi
dan Preferensi tentang ketersediaan RTH Publik berdasarkan jenis dan fasilitas

3

RTH dan mengkaji pula mengenai kesediaan masyarakat dalam penguatan RTH
privat di Kecamatan Antapani,, sehingga hasil yang dapat diperoleh dari
penelitian ini yaitu upaya penguatan ketersediaan RTH di Kecamatan Antapani.
Dalam penelitian ini pula masyarakat memiliki peranan penting dalam penilaian
ketersediaan RTH di Kecamatan Antapani yang akan dilihat melalui analisis
Persepsi dan preferensi untuk RTH publik dan analisis kesediaan masyarakat
untuk RTH privat.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk

mengkaji upaya penguatan RTH di Kota Bandung khususnya di Kecamatan
Antapani, maka penelitian ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
berkaitan dengan upaya penguatan fungsi RTH di Kecamatan Antapani. Rumusan
pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Apa yang menjadi potensi dan masalah RTH publik dan RTH privat yang
dilihat dari aspek fisik, masyarakat dan fasilitas di Kecamatan Antapani?
2) Berapa jumlah luas dan sebaran kebutuhan RTH publik di Kecamatan
Antapani?
3) Bagaimana Persepsi dan Preferensi Masyarakat tentang ketersediaan RTH
Publik dalam hal ini jenis dan fasilitas RTH publik?
4) Bagaimana kesediaan masyarakat dalam menyediakan RTH privat, dalam
upaya penguatan RTH?
1.3.

Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penelitian ini ialah “Menanalisis Penguatan Ketersediaan

RTH (Ruang Terbuka Hijau) di Kecamatan Antapani” Sedangkan sasaran yang
harus dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji mengenai upaya penguatan
fungsi RTH di Kota Bandung khususnya di Kecamatan Antapani dilihat dari
aspek luas, sebaran, fasilitas RTH Publik maupun kesediaan masyarakat dalam
penyediaan RTH Privat adalah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi Potensi dan Masalah RTH (publik dan privat) yang
dilihat dari fisik, fasilitas dan masyarakat di Kecamatan Antapani
2) Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau dari Aspek luas dan sebaran

4

3) Analisis Persepsi dan Preferensi tentang ketersediaan RTH publik
berdasarkan jenis dan fasilitas RTH
4) Analisis Kesediaan Masyarakat dalam Penguatan RTH privat
5) Rekomendasi upaya penguatan RTH di Kecamatan Antapani
1.4.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian akan terbagi menjadi dua bagian yaitu ruang

lingkup wilayah dan ruang lingkup materi yang akan dijelaskan pada sub bab
berikut ini :
1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini
adalah di Kecamatan Antapani dengan 4 (empat) Kelurahan yaitu Kelurahan
Antapani Kulon, Kelurahan Antapani Wetan, Kelurahan Antapani Tengah dan
Kelurahan Antapani Kidul.
1.4.2. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam penilitan ini adalah membahas Potensi dan
Masalah RTH (Publik dan Privat) yang dilihat dari fisik, masyarakat dan fasilitas
di Kecamatan Antapani, selanjutnya membahas mengenai Persepsi dan Preferensi
Masyarakat terhadap RTH publik terutama pada jenis dan fasilitas RTH,
membahas mengenai kesediaan masyarakat dalam menyediakan RTH Privat, dan
membahas mengenai Jenis dan fasilitas RTH apa yang perlu diterapkan di
Kecamatan Antapani.

5

Gambar 1.1.
Peta Batas Administrasi Kecamatan Antapani
(Sumber: Google Earth)

6

1.5.

Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang tepat bertujuan untuk mencapai tujuan penelitian.

Diperlukan metode penelitian yang tepat agar dapat memperoleh data yang
relevan serta pelaksanaan penelitian yang tepat. Metode yang dimaksud adalah
metode pengumpulan data dan metode analisis. Penjelasan mengenai metodologi
penelitian dapat dilihat sebagai berikut.
1.5.1. Metodologi Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data untuk menganalisis dan
menguatkan dalam penelitian ini. Untuk pengumpulan data sendiri dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan survey primer dan survey sekunder, untuk lebih
jelasnya dapat di lihat di bawah ini:


Survey Primer
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yaitu dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada masyarakat di Kecamatan Antapani,
Mengobservasi lapangan dan melakukan foto-foto kondisi eksisting.



Survey Sekunder
Dalam survey sekunder dilakukan pencarian data dengan mengambil data
yang sudah ada pada instansi terkait ataupun penelitian-penelitian yang
sudah ada sebelumnya sebagai bahan referensi penelitian.

No
1

Data

Tabel I.1.
Daftar Kebutuhan Data Penelitian
Suvey

Profil Kecamatan Antapani
Tahun 2011

2

Master Plan Ruang Terbuka
Hijau Kota Bandung

3

Sekunder



Sebaran Ruang Terbuka
Hijau Kota Bandung

Primer

Sumber
BPS Kota Bandung

BAPPEDA Kota
Bandung
Dinas Pertamanan dan



Pemakaman Kota
Bandung

4

Sebaran Taman di Kota
Bandung

Dinas Pertamanan dan


Pemakaman Kota
Bandung

7

No
5

Data

Suvey
Sekunder

RDTR WP Ujungberung

Primer



Sumber
Dinas Tata Ruang Cipta
Karya Kota Bandung

6

Kondisi Eksisting RTH
Kecamatan Antapani

7

Persepsi Ketersediaan RTH
di Kecamatan Antapani

8

Preferensi Ketersediaan RTH
di Kecamatan Antapani





Observasi Lapangan

Observasi Lapangan

Observasi Lapangan

Sumber: Hasil Observasi Lapangan, 2013

1.5.2. Teknik Pengambilan Sampel
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin.
Berikut adalah Rumus Slovin yang digunakan:

Keterangan:
n

= Ukuran Sampel

N

= Ukuran Populasi

e

= Persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir (e = 0,01).
Berdasarkan Rumus Slovin dengan populasi sebanyak 69.256 jiwa dan nilai kritis
atau batas ketelitian yang diinginkan 10%, maka jumlah sampel yang diperoleh
adalah:

Maka sampel yang akan dilakukan dalam penyebaran quisioner terhadap
masyarakat (responden) setempat dibulatkan menjadi 100 responden.

8

Tabel I.2.
Jumlah Sebaran Kuisioner Per Kelurahan di Kecamatan Antapani
Kecamatan

Jumlah
Penduduk

Sampel
Kuisioner

Antapani Kidul

23.456

34

Antapani Tengah

20.63

30

Antapani Kulon

16.133

23

Antapani Wetan

9.037

13

69.256

100

Kelurahan

Antapani
(3,79 Km2)

Jumlah

1.5.3. Metode Analisis Penelitian
Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah metode analisis
deskriptif dan Importance Performance Analysis. Penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan
berbagai karakteristik aspek perancangan kota Ruang Terbuka Hijau, sedangkan
Importance Performance Analysis atau Analisis Tingkat kinerja / persepsi dan
kepentingan / preferensi masyarakat digunakan untuk memetakan hubungan antar
persepsi dengan preferensi dari atribut-atribut yang telah ditentukan. Importance
Performance Analysis terdiri dari dua komponen yaitu, analisis kuadran dan
analisis kesenjangan (gap). Dengan analisis kuadran dapat diketahui respon
konsumen terhadap atribut yang diplotkan berdasarkan tingkat persepsi dan
preferensi dari atribut tersebut. Sedangkan analisis kesenjangan (gap) digunakan
untuk melihat kesenjangan antara kinerja suatu atribut dengan harapan konsumen
terhadap atribut tersebut.
Untuk analisis kuadran cara pengukurannya yaitu untuk menghadapkan kepada
100 responden kepada masyarakat di Kecamatan Antapani dengan kuesioner yang
kemudian diminta untuk memberi jawaban. Untuk menilai tingkat persepsi dan
preferensi pengunjung terhadap atribut tersebut, dalam hal ini digunakan skala 5
tingkat dimana setiap sub variable diberi bobot. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

9

Tabel I.3.
Bobot Persepsi dan Preferensi Setiap Atribut

Langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah bobot penilaian kinerja/persepsi
dan kepentingan/preferensi untuk setiap variabel dengan rumus:

Dimana:
Xi = Bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja atribut ke-i
Yi = Bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i
n = Jumlah responden

Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat persepsi dan preferensi
untuk keseluruhan variabel dengan rumus :

Dimana :
Xi = Nilai rata-rata kinerja atribut
Yi = Nilai rata-rata kepentingan atribut
N = Jumlah atribut
Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi
empat bagian ke dalam diagram kartesius seperti pada gambar berikut ini:

10

Keterangan:
1. Kuadran I
Variabel-variabel yang terletak dalam kuadran ini dianggap sebagai faktor
yang penting dan atau diharapkan oleh konsumen tetapi kondisi persepsi dan
atau kinerja aktual yang ada pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak
pengembang berkewajiban mengalokasikan sumber daya yang memadai
untuk meningkatkan kinerja berbagai variabel tersebut. Variabel-variabel
yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan.
2. Kuadran II
Variabel-variabel di kuadran ini dianggap penting oleh responden dan faktorfaktor yang dianggap oleh responden sudah sesuai dengan yang
diharapkannya. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus
tetap dipertahankan, karena variabel ini yang menjadikan variabel tersebut
memiliki keunggulan di mata responden
3. Kuadran III
Variabel-variabel yang dianggap kurang penting oleh responden dan pada
kenyataannya biasa saja atau tidak terlalu istimewa. Variabel-variabel yang
termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan untuk dihilangkan karena
pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh responden amat kecil.
4. Kuadran IV
Variabel-variabel di kuadran ini dianggap kurang penting oleh responden,
tetapi pada kenyataannya diterima atau dirasakan terlalu berlebihan. Sehingga
variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran dapat dipertimbangkan untuk
dikurangi atau tidak perlu ditambah.

11

1.5.4. Kerangka Pemikiran





Mencapai RTH Kota
Bandung 30%

UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007
RTRW Kota Bandung 2011-2030
Pedoman Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan
PERDA Kota Bandung

RTH Kota Bandung baru mencapai 12,12%
(Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung)

 Kecamatan Antapani harus berkontribusi dalam penyediaan RTH sebesar 1,14%
(Masterplan RTH Kota Bandung)
 Total Luas RTH eksisting Kecamatan Antapani sebesar 4.51 Ha
 RTH di Kecamatan Antapani di dominasi oleh RTH Privat (Taman pekarangan
perumahan)

Perlunya Upaya Penguatan Ketersediaan
RTH

Potensi dan Masalah RTH
Privat

Potensi dan Masalah RTH
Publik

Analisis Kebutuhan RTH
dari Aspek luas dan
Sebaran

Upaya Penguatan
RTH Publik dari
Aspek Luas dan
Sebaran

Analisis Ketersediaan Jenis
dan Fasilitas RTH Publik

Analisis Persepsi
dan Perferensi
tentang Jenis RTH

Analisis Persepsi
dan Perferensi
tentang Fasilitas
RTH

Upaya Penguatan
RTH Publik dari
Aspek Jenis

Upaya Penguatan
RTH Publik dari
Aspek Fasilitas

Rekomendasi Penguatan RTH Publik dan
Privat
Gambar 1.2.
Kerangka Berfikir

Analisis Kesediaan
Masyarakat dalam
Penguatan RTH Privat

Upaya Penguatan
RTH Privat dari
Aspek Kesedian
Masyarakat

12

1.5.5. Variabel Penelitian
Tabel I.4.
Variabel Penelitian
No
1

2

3

Tujuan dan Sasaran

Variabel

Mengidentifikasi Potensi dan Masalah
RTH (Publik dan Privat) yang dilihat
dari fisik, fasilitas dan peran serta
masyarakat di Kecamatan Antapani
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka
Hijau dari aspek luas dan sebaran RTH





Aspek fisik
Fasilitas dan
Peran serta masyarakat






Analisis Persepsi dan Preferensi tentang
ketersediaan RTH Publik berdasarkan
jenis dan fasilitas RTH



Jumlah penduduk
Luas lahan kosong
Sebaran rth
Luas RTH berdasarkan standar
kebutuhan
Ketersediaan Jenis RTH yang
dimaksud adalah jenis RTH publik
berupa Taman, yang terdiri dari
 Taman Kecamatan
 Taman Kelurahan
 Taman RW dan
 Taman RT
Fasilitas RTH merupakan fasilitas
pendukung yang terdiri dari:
 Fasilitas Taman Kecamatan :
lapangan, trek lari, wc umum,
parkir Kendaraan dan kursi taman



Teknik
Pengumpulan
Data
Observasi

Teknik
Analisis
Analisis
Deskriptif

Kuesioner

Deskriptif
Kuantitatif

Kuesioner

Deskriptif
Kuantitatif

Hasil
Potensi dan Masalah RTH
publik dan privat
berdasarkan fisik, fasilitas
dan peran serta masyarakat
Upaya penguatan RTH
publik dari aspek luas dan
sebaran

Upaya penguatan
ketersediaan RTH publik
dari aspek jenis dan fasilitas
RTH

13



4

Analisis Kesediaan Masyarakat dalam
Penguatan RTH Privat







5

Rekomendasi upaya penguatan RTH di
Kecamatan Antapani






Fasilitas Taman Kelurahan :
lapangan, trek lari, wc umum, kios
dan kursi taman.
 Fasilitas Taman RW : Lapangan
dan kursi taman
 Fasilitas Taman RT : Arena
bermain anak, kursi taman dan
jalur pejalan kaki
Tahu tidaknya masyarakat tentang
konsep Green Building sebagai upaya
penyediaan RTH privat
Penting tidaknya menurut masyarakat
konsep Green Building sebagai upaya
penyediaan RTH privat
Bersedia tidaknya masyarakat
menerapkan konsep Green Building
Bentuk penerapan konsep Green
Building
Upaya Penguatan RTH publik dari
aspek luas dan sebaran
Upaya Penguatan RTH publik dari
aspek Jenis
Upaya Penguatan RTH publik dari
aspek Fasilitas
Upaya Penguatan RTH Privat dari
Aspek Kesedian Masyarakat

Kuesioner

Analisis
Deskriptif

Upaya penguatan RTH
privat dari aspek kesediaan
masyarakat

Hasil Analisis
1-4

Analisis
Deskriptif

Upaya Penguatan RTH di
Kecamatan Antapani

14

1.6. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi laporan ini, maka sub
bab ini menjelaskan tetang sistematika pembahasan, seperti pada uraian di bawah
ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara khusus mengenai penyususnan penelitian ini
diantaranya mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
sasaran penelitian, ruang lingkup penelitian yang terdiri dari ruang lingkup
wilayah dan ruang lingkup materi, metodologi penelitian terdiri atas metode
pengumpulan data dan metode analisis, kerangka pemikiran dan sistematika
pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan studi ini
yaitu RTH (Ruang Terbuka Hijau). Diantaranya konsep RTH (pengertian,
tujuan, fungsi dan manfaat), jenis-jenis RTH berdasarkan kebijakan yang
ada, standar penyediaan kebutuhan RTH, peraturan perundang-undangan
RTH Kota, serta aspek-aspek yang mendukung identifikasi potensi dan
permasalahan RTH.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Kecamatan Antapani
meliputi fisik dasar, kependudukan dan penggunaan lahan. Selain itu juga
menjelaskan mengenai kondisi eksisting RTH kota Bandung secara garis
besar dan RTH eksisting Kecamatan Antapani. Ruang Terbuka Hijau yang
dijelaskan pada bab ini antara lain Taman, jalur hijau jalan, taman olahraga,
dan pertanian.
BAB IV ANALISIS PENGUATAN KETERSEDIAAN RTH DI
KECAMATAN ANTAPANI
Bab ini menjelaskan mengenai potensi dan permasalahan RTH di
Kecamatan Antapani berdasarkan kondisi eksisting aspek fisik, selain itu
menjelaskan mengenai Persepsi dan preferensi masyarakat tentang

15

ketersediaan RTH di lingkungan. Selain itu mengetahui prioritas Kelurahan
dan jenis RTH yang dapat dijadikan pengembangan RTH setiap Kelurahan.
Prioritas tersebut ditentukan berdasarkan ketentuan penyediaan RTH
berdasarkan jumlah penduduk. Sedangkan penentuan jenis RTH dilihat
berdasarkan

ketentuan

peraturan

pengembangan RTH disetiap kelurahan.

yang

sudah

ditetapkan

untuk

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan beberapa kajian teoritis dan literature yang berkaitan
dengan studi ini yaitu penguatan fungsi RTH (Ruang Terbuka Hijau) di Kota
Bandung. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi landasan teori yang menjadi
dasar atau pedoman dalam penyusuna laporan ini.
2.1.

Konsepsi Ruang Terbuka Hijau
Konsep Ruang Terbuka Hijau terdiri dari Pengertian, Fungsi dan Manfaat

Ruang Terbuka Hijau.
2.1.1. Pengertian RTH (Ruang Terbuka Hijau)
Ruang Terbuka Hijau adalah lahan yang digunakan untuk berbagai kegiatan
termasuk di dalamnya olahraga dan bermain, pada suatu area yang luas dengan sifat
kepemilikan publik atau semi publik, pada lahan yang tidak terbangun dan tidak
memmiliki bangunan di atasnya, pada lahan yang terbuka pemandanganya atau pada
tempat-tempat yang berada di luar bangunan (Lynch, 1990).
Ruang Terbuka Hijau terdiri dari RTH publik dan RTH privat. Proporsi RTH
di wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota yang terdiri dari proporsi
RTH publik paling sedikit 20% dan RTH privat l0%. Ruang Terbuka Hijau publik
diharapkan dapat tersebar merata dari mulai tingkat RT sampai dengan tingkat
kecamatan serta disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan
memperhatikan rencana struktur dan pola ruang. Dalam penjelasan UU Nomor 26
Tahun 2007 RTH publik terdiri dari taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur
hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sedangkan RTH privat terdiri dari kebun
atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.
Status kepemilikan RTH dapat berupa RTH publik yang penyediaan dan
pemeliharaan menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota, dan RTH privat
atau non-publik yang penyediaandan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab
pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin

16

17

pemanfaatan ruangoleh pemerintah kabupaten/kota. Adapun tujuannya adalah
menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, mewujudkan
keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, serta meningkatkan
kualitas lingkungan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman.
2.1.2. Fungsi dan Manfaat RTH
Ruang Terbuka Hijau memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu sebagai fungsi
ekologis dan sebagai fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi social dan budaya,
fungsi ekonomi, dan fungsi estetika.
 Fungsi utama (intrinsik)
 RTH berfungsi ekologis: merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi,
berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota untuk menjamin
keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik serta RTH untuk perlindungan
sumber daya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring
habitat kehidupan liar, memberi jaminan pengadaan RTH dari sistem sirkulasi
udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro agar system sirkulasi udara dan
air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen,
penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air
dan tanah serta penahan angin. Selain itu, RTH secara ekologis dapat
meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara
dan menurunkan temperatur kota. Bentuk-bentuk RTH yang berufungsi
ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, hutan kota, taman botani, dan
sempadan sungai. Sedangkan dalam fungsi tambahan (ekstrinsik), RTH dapat
berfungsi sebagai social dan budaya yaitu RTH dapat memberikan fungsi
sebagai ruang interaksi sosial dan sarana rekreasi.
 Fungsi Tambahan (ekstrinsik)
 Fungsi sosial dan budaya: seperti media komunikasi warga kota, tempat
rekreasi, menggambarkan ekspresi budaya lokal, dan wadah dan objek
pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam. Bentuk RTH

18

yang berfungsi sosial budaya antara lain taman-taman kota, lapangan
olahraga, kebun bunga, dan taman pemakaman umum (TPU).
 Fungsi Ekonomi: melalui pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan
pertanian/perkebunan(urban agriculture) dan pengembangan saran wisata
hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan, bisa menjadi bagian
dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain.
 Fungsi estetika: dapat meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan
kota baik dari skala mikro (halaman rumah, lingkungan permukimam),
maupun makro (lansekap kota secara keseluruhan), menstimulasi kreativitas
dan produktivitas warga kota, pembentuk faktor keindahan arsitektural,
menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak
terbangun.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung dan
manfaat tidak langsung:
 Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu
membentuk

keindahan

dan

kenyamanan

(teduh,

segar,

sejuk)

dan

mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah).
 Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu
pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan
persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan
fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).
Manfaat RTH kota secara langsung dan tidak langsung, sebagian besar
dihasilkan dari adanya fungsi ekologis. Penyeimbang antara lingkungan alam dan
buatan, yaitu sebagai „penjaja‟ fungsi kelestarian lingkungan pada media air, tanah
dan udara, serta konservasi sumber daya hayati flora dan fauna.(Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008).

19

Tabel II.1.
Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH

Sumber: Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006

20

2.2.

Tipologi RTH
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan pembagran jenis-jenis RTH yang ada sesuai dengan tipologi RTH
sebagaimana pada Tabel II.2.
Tabel II.2.
Tipologi RTH
Fisisk

Fungsi

Struktur

Kepemilikan

Pola
Ekologis

RTH publik

Pola
Planologis

RTH privat

Ekologis
Ruang
Terbuka
Hijau

RTH
Alami

RTH
Non
Alamai

Sosial
Budaya
Estetika
Ekonomi

Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar
alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan
seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan. Dilihat dari
fungsi RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Secara
struktur rumg, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang,
tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang
perkotaan. Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH
privat. Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH privat dapat dilihat pada Tabel
II.3.

21

Tabel II.3.
Kepemilikan RTH

Sumbe: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/
Catatan: Taman lingkungan yang merupakan RTH privat adalah taman lingkungan
yang dimiliki oleh orang perseorangan/masyarakat/swasta yang pemanfaatanya untuk
kalangan terbatas.

Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi-utama seperti
fungsi

ekologis

serta

fungsi

tambahan,

yaitu

sosial

budaya,

ekonomi,

estetika/arsiteklural. Khusus untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat,
sarana olahraga dan atau area bermain, maka RTH ini harus memiliki aksesibilitas
yang baik untuk semua orang, termasuk aksesibilitas bagi penyandang cacat.
Karakteristik RTH disesuaikan dengan tipologi kawasannya. Arahan karakteristik
RTH di perkotaan untuk berbagai tipologi kawasan perkotaan dapat dilihat pada
Tabel II.4.

22

Tabel II.4.
Fungsi dan Penerapan RTH pada Beberapa Tipologi
Kawasan Perkotaan
Tipologi Kawasan
Karakteristik RTH
Perkotaan
Fungsi Utama
Penerapan Kebutuhan RTH
 Pengamanan wilayah
pantai
 Sosial budaya
 Mmitigasi bencana
 Konservasi tanah
 Konservasi air
 Keanekaragaman Hayati

 Berdasarkan luas wilayah
 Berdasarkan fungsi tertentu

Rawan Bencana

 Mitigasi/ evakuasi
bencana

 Berdasarkan fungsi tertentu

Berpenduduk jarang s.d.
sedang

 dasar perencanaan
kawasan
 sosial

 berdasarkan fungsi tertentu,
 berdasarkan jumlah
penduduk

Berpenduduk Padat

 ekologis
 sosial
 hidrologis

 berdasarkan fungsi tertentu
 berdasarkan jumlah
penduduk

Pantai

Pegunungan

 Berdasarkan luas wilayah
 Berdasarkan fungsi tertentu

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjam Umum No. 05/PRT/M/2008

2.3.

Kategori RTH

 Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi:
a.

Bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung).

b.

Bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan
kota, lapangan olah raga, pemakaman).

 Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi :
a.

RTH berbentuk kawasan/areal, meliputi RTH yang berbentuk hutan
(hutan kota, hutan lindung, hutan rekreasi), taman, lapangan Olahraga,
Kebun Raya, kebun Pembibitan, Kawasan Fungsional (RTH kawasan
perdagangan, RTH kawasan perindustrian, RTH kawasan permukiman,
RTH kawasan pertanian) RTH kawasan khusus (Hankam, perlindungan
tata air, plasma nutfah, dan sebagainya).

23

b.

RTH berbentuk jalur/ koridor / linear, meliputi RTH koridor sungai, RTH
sempadan danau, RTH sempadan pantai, RTH tepi jalur jalan, RTH tepi
jalur kereta, RTH Sabuk hijau (green belt), dan sebagainya.

 Berdasarkan status kepemilikan, RTH diklasifikasikan menjadi 2 kelompok:
a.

RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau
lahanyang dimiliki oleh pemerintah.

b.

RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan
milik privat.

2.4.

Pola dan Struktur Fungsional
Pola RTH kota merupakan struktur RTH yang ditentukan oleh hubungan

fungsional (ekologis, sosial, ekonomi, msitektural) antar komponen pembentuknya.
Pola RTH terdiri dari RTH struktural, dan RTH non structural (Sumber: Lab.
Perencanaan Lanskap Departemen Arsitecthur Lanskap, Fakultas Pertanian - IPB,
2005).
RTH struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan
fungsional antara komponen pembentuknya yang mempunyai pola hierarki planologis
yang bersifat antroposentris. RTH tipe ini didominasi oleh fungsi-fungsi non ekologis
dengan struktur RTH binaan yang berhierarkhi, contohnya adalah struktur RTH
berdasarkan fungsi sosial dalam melayani kebutuhan rekreasi luar ruang (outdoor
recreation) penduduk perkotaan seperti yang diperlihatkan dalam urutan hierakial
sistem pertamanan kota (Urban park system) yang dimulai dari taman perumahan,
taman lingkungan, taman kecamatan, taman kota, taman regional).
2.5.

Perkembangan dan Pembangunan RTH Kota
Perkembangan dan Pembangunan RTH Kota Akibat pembangunan tidak

berwawasan lingkungan, luas RTH kota diberbagai kota semakin berkurang, jauh dari
luas optimal 30 persen dari total luas kota. Secara umum, permasalahan
ketidaktersediaan RTH kota secara ideal disebabkan oleh: (Purnomohadi, 1994 dan
KLH, 2001)

24

1) Inkonsistensi kebijakan dan strategi penataan ruang kota, kurangnya
pengertian dan perhatian akan urgensi eksistensi RTH dalam kesatuan wilayah
perkotaan. Perencanaan strategis pembangunan RTH di daerah belum
memadai, karena dianggap sebagai ruang publik (common property) yang
secara ekonomis tidak menguntungkan sehingga saling melepas tanggung
jawab;
2) Pemeliharaan RTH tidak konsisten dan tidak rutin. RTH sering dianggap
sebagai tempat sampah, gubug liar dan sarang vektor pembawa penyakit,
sehingga cenderung lebih menjadi „masalah‟dibanding „manfaat‟
3) Kuraangnya pemahaman (butir l), berakibat tidak tersedianya RTH yang
memadai, smakin mengurangi peluang bagi warga kota, terutama anak-anak
remaja wanita, manusia usia lanjut dan penyandang cacat, untuk mendapat
pendidikan dan pelajaran tentang kehidupan langsung dari alam sekitar,
sertafasilitas olahraga, berekreasi dan bermain.
4) Pencemaran ekosistem perkotaan terhadap media tanah, air dan udara semakin
meningkat dan menimbulkan penyakit fisik dan psikis yang serius.
2.6.

Faktor penyebab Perubahan RTH
Adapun faktor penyebab perubahan RTH yaitu:
1) Terbatasnya lahan yang hendak dibangun pada daerah RTH yang mengalami
perubahan.

2) Kebutuhan akan pemenuhan fasilitas yang ingrn dibangun untuk melayani
penduduk.
3) Kurangnya pengawasan dari pemerintah terhadap perubahan RTH.
4) Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan akan
RTH seperti penjelasan berikut:
a.

Masyarakat tingkat pendapatan rendah membutuhkan RTH sebagai
sarana membina hubungan sosial antar keluarga karena keterbatasan luas
rumah yang sempit, kebuthan RTH bukan merupakan kebuthan langsung

25

yang dapat dirasakan sehingga menimbulkan ketidak pedulian terhadap
ada atau tidak adanya penyediaan RTH.
b.

Masyarakat tingkat pendapatan sedang, membutuhkan RTH untuk
kenyamanan terhadap