PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU RTH SEBAG (1)

PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
SEBAGAI NILAI TAMBAH
PADA KAWASAN PERUMAHAN
DI PERKOTAAN KUNINGAN

diajukan sebagai Prasyarat dalam Pemenuhan Angka Kredit
Bagi Pengembangan Profesi Perencana

Iwan Mulyawan, S.Si., M.Sc
Perencana Muda

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Jl. RE Martadinata No 92. Kuningan 45514

KATA PENGANTAR

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perencanaan
tata ruang wilayah harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang
terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. Proporsi

RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20%
ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat,
maupun sistem ekologis lainnya.
Makalah yang berjudul Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai
Nilai Tambah Pada Kawasan Perkotaan Kuningan merupakan suatu pemikiran
penulis teekait ketersediaan RTH khususnya di lingkungan perumahan yang
memiliki manfaat sebagai nilai tambah yang dapat meningkatkan ketersediaan
udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan
nilai estetika lingkungan. Makalah ini merupakan sebuah Prasyarat dalam
Pemenuhan Angka Kredit Bagi Pengembangan Profesi Perencana.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan sedikit
pengetahuan tentang RTH berikut nilai tambahnya dalam kaitannya dengan
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang di Kabupaten Kuningan.
Seperti pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak”, segala sesuatu tidak ada yang
sempurna, begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan
kerendahan hati, komentar, kritik dan saran demi perbaikan ini akan diterima
dengan senang hati dan diucapkan terima kasih.
Kuningan, 18 Agustus 2015


Iwan Mulyawan, S.Si., M.Sc
Perencana Muda

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

i
ii
iv
v

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Maksud dan Tujuan.................................................................................. 2
BAB II POKOK PERMASALAHAN
2.1. Permasalahan Umum ............................................................................... 3
2.2. Permasalahan Khusus .............................................................................. 3
BAB III PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) SEBAGAI
NILAI TAMBAH PADA KAWASAN PERUMAHAN
DI PERKOTAAN KUNINGAN
3.1. Penyediaan RTH Perkotaan Kuningan..................................................... 5
3.1.1. RTH Perkotaan Kuningan menurut Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan tahun 2011 – 2031 ... 5
3.1.2. RTH Perkotaan Kuningan berdasarkan Citra Satelit.................... 7
3.2. Nilai Tambah Penyediaan RTH
pada Kawasan Perumahan Perkotaan Kuningan ...................................... 9
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan .............................................................................................. 17
4.2. Saran ........................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

ii


DAFTAR TABEL

3.1. Luas RTH Alokasi RTRW Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2031
Perkotaan Kuningan................................................................................. 6
3.2 Luas RTH Hasil Identifikasi Citra Satelit Perkotaan Kuningan .............. 8
4.1 Korelasi Antara Fungsi RTH dengan Dampak Perkiraan
yang akan terjadi Terhadap Kawasan Sekitarnya .................................... 11
4.2 Variabel Penilaian Kawasan Perumahan Perkotaan Kuningan ............... 15

iii

DAFTAR GAMBAR

3.1

Peta Sebaran RTH Perkotaan Kuningan Alokasi
RTRW Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2031 ................................ 7

3.2.


Peta Sebaran RTH Perkotaan Kuningan
Hasil Delineasi Citra Foto Udara ........................................................ 9

iv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan suatu kawasan atau areal
permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi
perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau
pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Fungsi RTH
terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan
arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan)
tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk
kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai
kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional

dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan
struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam
membangun dan mengembangkannya. Karakter ekologis, kondisi dan keinginan warga, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan kota
merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsional
ini.
RTH perkotaan mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi. Berbagai
fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi,
dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan)
tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk
kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai
kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional
dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan
struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam
membangun dan mengembangkannya. Karakter ekologis, kondisi dan keinginan warga, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan
perkotaan merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH
fungsional ini.
Permintaan akan pemanfaatan lahan perkotaan yang terus tumbuh dan
bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan,
termasuk kemajuan teknologi dan transportasi, selain sering mengubah
konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan

tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Hal ini umumnya
merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan

5

dan tidak ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambahan jalur
transportasi dan sistem utilitas, sebagai bagian dari peningkatan
kesejahteraan warga, juga telah menambah jumlah bahan pencemar dan
telah menimbulkan berbagai ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan.
1.2. Maksud dan Tujuan
Makalah ini bermaksud untuk membahas masalah pembangunan
kawasan perumahan yang terkait pada penilaian aspek RTH yang dapat
memberikan nilai tambah bagi kawasan tersebut. Tujuanannya untuk
mengetahui sebaran RTH dan mengidentifikasi dampak internal dan
eksternal yang dapat diperoleh dengan ketersediaan RTH tersebut pada
lingkungan perumahan penduduk.

6

BAB II


POKOK PERMASALAHAN

2.1. Permasalahan Umum
Pertambahan jumlah penduduk Perkotaan Kuningan mengakibatkan
terjadinya densifikasi penduduk dan permukiman yang cepat dan tidak
terkendali di bagian pusat kota. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan ruang
meningkat untuk mengakomodasi kepentingannya. Semakin meningkatnya
permintaan akan ruang khususnya untuk permukiman dan lahan terbangun
berdampak kepada semakin merosotnya kualitas lingkungan. Rencana Tata
Ruang yang telah dibuat tidak mampu mencegah alih fungsi lahan di
perkotaan sehingga keberadaan RTH semakin terancam dan lingkungan pun
semakin tidak nyaman untuk beraktivitas.
Selain itu, masih kurangnya apresiasi akan pentingnya RTH,
inkonsistensi masyarakat dalam pelaksanaan rekomendasi tata ruang yang
sudah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Kuningan dan Rapat BKPRD
Kabupaten Kuningan, serta lemahnya fungsi pengawasan (kontrol) dalam
pelaksanaan pembangunan menyebabkan kuantitas dan kualitas RTH
semakin berkurang.
2.2. Permasalahan Khusus

Pembangunan perumahan di Kabupaten Kuningan saling berkait erat
dengan tiga pihak. Pertama, pihak pemerintah yang menyangkut pada
kebijaksanaan pembangunan perumahan, tata ruang, pertanahan, perbankan,
fiskal, moneter, lingkungan, politik dan partispasi masyarakat. Kedua, pihak
swasta/investor yang sangat bergantung dari aspek investasi, teknologi,
produk perumahan, pemasaran dan pengembalian investasi. Ketiga, pihak
ketiga yaitu masyarakat yang menyangkut kemampuan daya beli, keinginan
untuk mendapatkan produk rumah yang memenuhi standart kualitas dan
estetika, lingkungan yang baik.
Salah satu permasalahan dalam pembangunan perumahan di Perkotaan
Kuningan adalah faktor lingkungan terutama keberadaan RTH yang selalu
menjadi bagian terkecil dari keberadaannya di dalam lokasi perumahan.
Banyak pemikiran bahwa keberadaan RTH tersebut hanya bagian dari suatu
sistem keindahan dan estetika belaka. Padahal, fungsi RTH dalam suatu
kawasan memberikan konstribusi menjaga keseimbangan lingkungan dan

7

justru akan menambah nilai eksternalitas kawasan yang berdampak pada
harga riel produk “rumah” yang semakin tinggi.

Beberapa permasalahan yang muncul terkait penyediaan RTH
Perkotaan Kuningan diuraikan sebagai berikut :
a. pada bangunan/perumahan (lahan pekarangan) : belum adanya peraturan
yang mengharuskan pemilik bangunan menggunakan lahan pekarangan
sebagai bagian dari RTH privat dan perlunya penyuluhan untuk
penanaman pohon pada lahan pekarangan yang termasuk dalam area non
coverage dalam lahan pekarangan.
b. pada lingkungan permukiman : jumlah taman yang ada masih terlalu
sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk di kawasan permukiman,
masih sedikitnya jumlah community open space di lingkungan
permukiman, masih kurangnya ruang terbuka yang khusus diperuntukkan
sebagai tempat bermain.
c. RTH sepanjang jalan : dalam perencanaan jalan belum dipertimbangkan
adanya ruang untuk RTH yang ditujukan untuk meningkatkan
kenyamanan pengguna dan lebih mementingkan faktor teknis dan pada
titik-titik persimpangan jalan banyak yang belum direncanakan secara
khusus sebagai node sehingga titik-titik tersebut tidak bisa memberi nilai
tambah bagi kualitas visual perkotaan.
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas dapat ditarik benang merah
bahwa nilai ekonomi dan nilai ekologis, keterbatasan luas lahan akibat

benturan kepentingan dalam fenomena pembangunan perkotaan, lebih
ditekankan pada pentingnya pembangunan sektor perumahan dan
perdagangan/niaga demi kepentingan ekonomi jangka pendek. Untuk
mengatasi kondisi lingkungan perkotaan seperti ini sangat diperlukan RTH
sebagai suatu teknik bioengineering dan bentukan biofilter yang relatif lebih
murah, aman, sehat, dan nyaman. Disamping itu kecenderungan konsumen
menuntut suatu kawasan perumahan yang memberikan kenyamanan,
keamanan lingkungan. Dari sisi pemasaran tentunya nilai tambah ini akan
menjadi daya tarik calon konsumen. Konflik akan terjadi bahwa harga tanah
yang harus dikorbankan oleh para developer untuk pengadaan RTH menurut
sebagian investor sangatlah riskan.

8

BAB III

PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)
SEBAGAI NILAI TAMBAH PADA KAWASAN
PERUMAHAN DI PERKOTAAN KUNINGAN

3.1. Penyediaan RTH Perkotaan Kuningan
Tata ruang Perkotaan Kuningan penting dalam usaha untuk efisiensi
sumberdaya dan juga efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam
maupun sumberdaya lainnya. Ruang-ruang perkotaan yang ditata terkait dan
saling berkesinambungan ini mempunyai berbagai pendekatan dalam
perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem transportasi,
dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam menata
ruang. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep ruang perkotaan selain
dikaitkan dengan permasalahan utama perkotaan yang akan dicari solusinya
juga dikaitkan dengan pencapaian tujuan akhir dari suatu penataan ruang
yaitu untuk kesejahteraan, kenyamanan, serta kesehatan warganya.
Munculnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, diharapkan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan, terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumber
dayamanusia, terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang, maupun
melindungi kawasan lindung di dalam melindungi RTH baik itu sekitar
sempadan sungai maupun hutan kota sebagai jalur hijau.

3.1.1. RTH Perkotaan Kuningan menurut Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kuningan tahun 2011 - 2031
Permintaan akan pemanfaatan lahan di Perkotaan Kuningan yang
terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai
fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan
transportasi serta permukiman. Selain sering mengubah konfigurasi
alami lahan/bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut
untuk berbagai bentukan ruang terbuka lainnya, kedua hal ini
umumnya merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai
lahan cadangan dan tidak ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan
pertumbuhan jalur transportasi dan sistem utilitas sebagai bagian dari
peningkatan kesejahteraan, juga telah menambah jumlah bahan-bahan
9

pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidaknyamanan di
lingkungan perkotaan, untuk mengatasi kondisi lingkungan seperti ini
sangat diperlukan RTH sebagai suatu teknik yang relatif lebih murah,
aman, sehat dan menyamankan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kawasan
perkotaan yang memilki manfaat kehidupan yang sangat tinggi, tidak
saja dapat menjaga dan mempertahankan kualitas lingkungan tapi juga
dapat menjadi nilai kebanggan identitas wilayah perkotaan.
Selanjutnya, dengan adanya perubahan paradigma dalam
pembangunan di Perkotaan Kuningan, khususnya dalam penyediaan
RTH di wilayah kabupaten sebagaimana diamanatkan dalam UndangUndang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dijabarkan
dalam Perda No. 26 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kuningan tahun 2011-2031 dilaksanakan dengan
melihat kondisi biogeografi lingkungan dan sumberdaya manusia di
masing-masing desa/kelurahan dan hendaknya dikembangkan secara
bertahap. Pada RTRW Kabupaten Kuningan tahun 2011-2031
terdapat muatan rencana dalam penyediaan dan pemanfaatan RTH.
Tabel 3.1
Luas RTH Alokasi RTRW Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2031 Perkotaan Kuningan
Luas
No
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Persentase
(m2)
1. Desa Cileuleuy
1
Cigugur

2

Kuningan

2.

Desa Cisantana

3.

Kelurahan Cigadung

-

-

49.820

0,73

4..

Kelurahan Cigugur

179.790

2,65

5.

Kelurahan Cipari

450.830

6,64

6.

Kelurahan Sukamulya

13.220

0,19

7.

Kelurahan Winduherang

8.680

0,13

8.

Desa Ancaran

26.270

0,39

9.

Desa Cibinuang

2.283.930

33,66

10.

Desa Karangtawang

82.290

1,21

11.

Desa Kasturi

37.370

0,55

12.

Desa Kedungarum

27.460

0,40

13.

Desa Padarek

7.240

0,11

14.

Kelurahan Awirarangan

19.410

0,29

15.

Kelurahan Cigintung

19.290

0,28

16.

Kelurahan Cijoho

4.850

0,07

17.

Kelurahan Ciporang

12.820

0,19

18.

Kelurahan Cirendang

17.840

0,26

19.

Kelurahan Citangtu

3.482.670

51,33

10

No

Kecamatan

Desa/Kelurahan

Luas
(m2)
43.190

Persentase

20.

Kelurahan Kuningan

21.

Kelurahan Purwawinangun

9.140

0,13

22.

Kelurahan Winduhaji

7.230

0,11

23.

Kelurahan Windusengkahan

1.500

0,02

6.784.840

100,00

Jumlah

0,64

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan tahun 2011-2031

Tabel 3.1 menunjukan persentase luasan RTH menurut RTRW
Kabupaten Kuningan paling besar disumbangkan oleh Kelurahan
Citangtu dan Desa Cibinuang yang mencapai 80 persen luasan
Perkotaan Kuningan. Kedua desa tersebut menyumbangkan luasan
RTH paling besar dikarenakan tutupan lahannya masih mayoritas
vegetasi. Pada desa/kelurahan lain, alokasi RTH hanya berupa spotspot kecil pada wilayah sempadan jalan dan sempadan sungai serta
beberapa spot kecil RTH Publik berupa taman serta RTH Privat yang
dimiliki beberapa perumahan baik yang dibangun oleh individu
maupun oleh pengembang/developer.

Gambar 3.1. Peta Sebaran RTH Perkotaan Kuningan
Alokasi RTRW Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2031

3.1.2.

RTH Perkotaan Kuningan berdasarkan Citra Satelit
Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai
secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal
(Permen PU No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan). Namun

11

fakta di lapangan menyatakan bahwa keberadaan RTH yang jauh
dari proporsi ideal, kekuatan pasar yang dominan merubah fungsi
lahan sehingga keberadaan RTH semakin terpinggirkan bahkan
diabaikan fungsi dan manfaatnya. Tata ruang yang diharapkan dapat
mengakomodasi seakan tidak berdaya menahan mekanisme pasar.
Luasan RTH Perkotaan Kuningan hasil analisis di RTRW
Kabupaten Kuningan masih belum mencapai 30 persen. Oleh karena
itu, dilakukan identifikasi citra satelit untuk menemukenali
kenampakan tutupan lahan yang berpotensi untuk dijadikan RTH.
Tutupan lahan yang teridentifikasi sebagai RTH meliputi hutan kota,
taman kota, lapangan olahraga, pemakaman, jalur-jaur hijau jalan
dan beberapa lokasi yang dapat direncanakan sebagai RTH
(rekomendasi).
Tabel 3.2
Luas RTH Hasil Identifikasi Citra Satelit Perkotaan Kuningan
No
1

2

Kecamatan
Cigugur

Kuningan

Desa/Kelurahan

Luas (m2)

Persentase

1.

Desa Cileuleuy

183.360

1,23

2.

Desa Cisantana

98.780

0,66

3.

Kelurahan Cigadung

228.940

1,53

4.

Kelurahan Cigugur

218.340

1,46

5.

Kelurahan Cipari

971.390

6,50

6.

Kelurahan Sukamulya

47.760

0,32

7.

Kelurahan Winduherang

535.720

3,59

8.

Desa Ancaran

579.810

3,88

9.

Desa Cibinuang

2.895.110

19,38

10.

Desa Karangtawang

140.040

0,94

11.

Desa Kasturi

271.730

1,82

12.

Desa Kedungarum

1.124.410

7,53

13.

Desa Padarek

227.740

1,52

14.

Kelurahan Awirarangan

164.110

1,10

15.

Kelurahan Cigintung

1.025.910

6,87

16.

Kelurahan Cijoho

123.870

0,83

17.

Kelurahan Ciporang

634.630

4,25

18.

Kelurahan Cirendang

533.280

3,57

19.

Kelurahan Citangtu

3.831.210

25,64

20.

Kelurahan Kuningan

232.930

1,56

21.

Kelurahan Purwawinangun

647.480

4,33

22.

Kelurahan Winduhaji

180.770

1,21

23.

Kelurahan Windusengkahan

44.790

0,30

14.942.110

100,00

Jumlah

Sumber : Analisis Citra Foto Udara Perkotaan Kuningan Perekaman Juli 2011

12

Tabel 3.2 menunjukan bahwa sumbangan RTH Perkotaan paling besar
diberikan oleh dua desa/kelurahan yaitu Kelurahan Citangtu dan Desa
Cibinuang yang mencapai luasan 45 persen. Pada desa/kelurahan lainnya
memiliki luasan yang bervariasi dengan nilai yang kecil. Konsentrasi jumlah
permukiman penduduk yang berada di pusat kota menjadikan ketersediaan
RTH masih minim.

Gambar 3.2. Peta Sebaran RTH Perkotaan Kuningan
Hasil Delineasi Citra Foto Udara

3.2. Nilai Tambah Penyediaan RTH pada Kawasan Perumahan Perkotaan
Kuningan
Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia, yang juga mempunyai peran sangat strategis sebagai pusat
pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi
mendatang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Selanjutnya
perumahan dan permukiman tidak dapat dipandang sebagai permasalahan
fungsional dan fisik semata, tetapi lebih kompleks lagi sebagai
permasalahan yang berkaitan dengan dimensi kehidupan bermasyarakat
yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, teknologi, ekologi maupun
politik. Perbedaan sudut pandang yang ada sesungguhnya bukan untuk
dipertentangkan, tetapi sebagai suatu upaya untuk memperkaya tinjauan
agar dapat lebih memandang persoalan perumahan dan permukiman secara
lebih holistik. Kesadaran akan adanya keragaman tersebut penting, karena
hal tersebut dapat melahirkan alternatif-alternatif strategi penyelenggaraan
di bidang perumahan dan permukiman untuk menuju Visi yang diinginkan.

13

Kelayakan lingkungan perumahan sebagai tempat tinggal keluarga
menunjang nilai kelayakan lingkungan. Nilai-nilai ini sebenarnya belum
menjamin terhadap nilai kelayakan baik dalam arti lingkungan ataupun
rumah itu sendiri. Nilai kelayakan sangat tergantung pada arti sosial
disamping arti teknis perencanaan fisik suatu rumah atau lingkungan tempat
tinggal. Hal ini dimaksudkan sejauh mana suatu rumah mempunyai
hubungan dengan lingkungan yang di ekspresikan secara nyata. Demikian
pula sejauh mana penghuni rumah dapat berkomunikasi dengan tetangganya
secara wajar. Dengan kata lain bangunan rumah harus mempunyai orientasi
terhadap site dan lingkungan.
Sebagai wadah untuk tempat rekreasi atau kegiatan sosial lainnya,
ruang terbuka lingkungan perumahan sering disebut dengan Taman
Lingkungan. Bentuk daripada ruang terbuka ini sangat tergantung pada pola
dan susunan massa bangunan. Selain sebagai fungsi rekreasi, ruang terbuka
ini juga mempunyai fungsi : ekologis, penyegaran udara,penyerapan air
hujan,pengendali banjir, membantu proses recyling, memelihara ekosistem
tertentu; dan juga estetis, membentuk perspektif dan efek keindahan
lingkungan lansekap, pelembut arsitektur bangunan.
Orientasi perumahan terhadap lingkungan antara lain menyangkut :
a. Matahari, struktur bangunan seharusnya dapat mengontrol sinar matahari
secara optimum. Penyerapan sinar matahari pagi sangat diharapkan
terutama kamar tidur. Penggunaan jendela kaca yang lebar pada ruangan
tamu dan ruang keluarga agar diperhatikan sebagai cara untuk mengatasi
cahaya yang menyebabkan efek silau. Pengaturan kamar kamar
hendaknya memperhatikan intensitas cahaya matahari yang dapat masuk
atau sebaliknya bagaimana mengurangi jumlah cahaya yang masuk
kedalam ruangan bila tidak diperlukan.
b. Angin, mungkin suatu lokasi rumah, angin sangat mengganggu baik
untuk aktivitas didalam maupun diluar rumah. Penanggulangan masalah
ini dapat dilakukan dengan cara membangun suatu sistem pengontrolan
angin atau dengan menanami dengan tanaman tertentu yang berfungsi
sebagai buffer dan sekaligus untuk memperoleh keteduhan.
c. Suara, faktor suara dewasa ini semakinjelas menimbulkan gangguan.
Gangguan suara yang amat terasa adalah suara yang diakibatkan oleh lalu
lintas kendaraan bermotor terutama pada bagian perumahan di tepi jalan
utama. Untuk penyerapan suara pada dinding bangunan, orientasi dari
ruang agar diatur sedemikian rupa hingga terhindar dari sumber suara .
d. Site Plan Persil (Kaveling), fleksibilitas orientasi bangunan baik kedalam
maupun keluar banyak dipengaruhi oleh jumlah persil dan luas dan

14

konsep/model site plan yang dibangun berdasarkan peraturan yang
berlaku. Berbagai konsep site blok perumahan mempunyai kelemahan
dan kelebihan (konsep grid iron, cul-de-sac, cluster, dll). Semakin kecil
persil, fleksibelitas semakin kecil pula dan semakin luas persil
fleksibilitas semakin besar. Pengaturan ruang di dalam persil pada
hakekatnya terbagi manjadi area pribadi, area publik dan area pelayanan.
Area publik dimaksudkan adalah ruang bangunan dan halaman rumah
yang mengarah kejalan dan merupakan bagian dari jalur hijau yang
bersifat pribadi.
e. Hubungan Antara Rumah dan Site, suatu persil, mungkin berbentuk
datar, berbukit, berteras atau berbukit batu. Bentuk bangunan atau rumah
sebaiknya disesuaikan dengan karakter dari site itu sendiri. Dalam
menjalin hubungan antara site dan bangunan, Frank Lloyd Wright, salah
seorang arsitek terkemuka memperkenalkan prinsip: Organic
Architecture yakni prinsip kesesuaian dengan lingkungannya.
f. Hubungan Site dan Lingkungan, suatu rumah yang dikatakan cukup baik
hubungannya dengan site belum berarti cukup baik pula dengan
lingkungannya. Oleh karenanya seorang arsitek lansekap harus peka
untuk penyesuaian bangunan dengan site dan lingkungannya. Setiap
rumah dalam suatu lingkungan hendaknya integrated dengan semua
perlengkapan lingkungan seperti; park, tempat bermain, tempat belanja,
sekolah, keindahan alam, dan lain lainnya.
Tabel 4.1 Korelasi Antara Fungsi RTH dengan Dampak Perkiraan
yang akan terjadi Terhadap Kawasan Sekitarnya.
No

Fungsi RTH

1

Urban Metropolitan Park
System

2

Keindahan Lingkungan

3

Mengurangi dampak banjir

Dampak terhadap
Lingkungan Sekitar Kawasan Perumahan
Rencana peruntukkan RTH suatu kawasan harus
merupakan bagian dari sistem RTH perkotaan. Dengan
demikian daerah sekitar kawasan perumahan akan
menerima dampak dari sistem tersebut. Penghijauan
tepi jalan menuju gerbang masuk perumahan akan
tertata baik sebagi konsekuensi pengembang untuk
memperlihatkan citra kawasan nya.
Lingkungan yang asri, indah dan nyaman akan
membawa suasana kawasan menjadi menarik. Kondisi
yang demikian akan mempengaruhi pola penataan
lingkungan di sekitar kawasan serta membawa
kesadaran masyarakat akan keindahan halaman
rumahnya.
Pada daerah yang rendah dan cenderung terjadi
genangan air yang menimbulkan banjir, beberapa jenis
tanaman mempunyai kemampuan untuk meng
evapotransiprasi tinggi, yaitu tanaman berdaun banyak
sehingga luas permukaan daunnya tinggi dan memiliki
banyak stomata (mulut daun). Beberapa jenis tanaman

15

No

Fungsi RTH

4

Menciptakan Iklim mikro

5

Kelestarian Tata Air/
Peresapan air

6

Mencegah Polusi Udara

7

Udara Segar

8

Sumber Plasma Nutfah

Dampak terhadap
Lingkungan Sekitar Kawasan Perumahan
yang memenuhi kretaria tersebut antara lain: Nangka
(Artocarpus integra), Albizia (Paraserianthes
falcataria), Mahoni (Sweitenia sp), Jati (Tectona
Grandis), KiHujan (Samanea Saman). Dengan
penanaman jenis tanaman tersebut, maka genangan
banjir di dalam kawasan ataupun di sekitar kawasan
dapat dikurangi.
Salah satu masalah yang cukup merisaukan masyarakat
adalah berkurangnya kenyamanan akibat meningkatnya
suhu udara. Untuk mengatasi itu, RTH dibangun
(dengan pola penghijauan tanaman pohon) agar pada
siang hari tidak terlalu panas akibat banyaknya
perkerasan seperti jalan, jembatan, bangunan dlsbnya.
Sebaliknya pada malam hari dapatlebih hangat karena
tajuk pohon dapat menahan radiasi balik dari bumi
[Grey and Deneke dalam Robinette,1983]. Jumlah
pantulan radiasi matahari sangat dipengaruhi oleh
panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman,
posisi jatuh sinar matahari, keadaaan cuaca dan posisi
lintang [Robinette]. Jadi, pada kawasan perumahan
penghijauan RTH akan menciptakan iklim mikro.
Salah satu konsepsi dasar RTH adalah kawasan dengan
seminimal mungkin adanya perkerasan. Sebagian besar
di dominasi oleh pepohonan. Dengan demikian jika
terjadi hujan lebat, air hujan dapat meresap ke dalam
tanah sebagai air infiltrasi melalui permukaan tanah
yang terbuka. Dengan demikian fungsi resapan sangat
berarti. Pada kawasan sekitarnya dengan banyaknya air
terserap kedalam tanah, maka beban saluran air
pembuangan yang melalui kawasan sekitar perumahan
dapat semakin berkurang.
Adanya kawasan perumahan menyebabkan terjadinya
lalulintas kendaran yang tinggi menuju kawasan
tersebut. Banyaknya arus kendaraan menyebabkan
terciptanya sisa buangan asap kendaraan yang
menyebabkan polusi. Demikian pula masalah
kebisingan. Dengan pola penanaman terpadu di dalam
maupun di luar kawasan akan mengurangi masalah
tersebut.
RTH di dalam kawasan akan menghasilkan udara
segar bagi masyarakat. Pepohonan akan mengeluarkan
O2 dan menyerap CO2. Sehinga rasa nyaman akan
tercapai. Demikian pula dampak di luar kawasan akan
menerima rasa nyaman.
RTH dapat ditanami dengan berbagai jenis tanaman
langka dan menjadikan tempat koleksi keaneka
ragaman hayati yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sehingga dapat juga berguna sebagai kawasan
konservasi, karena pada areal tersebut dapat
dilestarikan dengan flora dan fauna exsitu. Dengan
demikian bilamana di sekitar kawasan perumahan
terdapat jenis tanaman yang menjadi tanaman asli dan

16

No

Fungsi RTH

Dampak terhadap
Lingkungan Sekitar Kawasan Perumahan

bermanfaat, jenis tersebut dapat dibudidayakan lebih
lanjut.
9 Habitat Satwa Fauna
RTH dapat dikembangkan sebagai habitat burung.
Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon
sebagai tempat mencari makanan maupun tempat
bersarang dan bertelur. Beberapa jenis pohon yang
disukai oleh burung karena buah, nektar, bunga, ijuk,
batangnya yang menarik diantaranya: kiara, caringin,
loa (Ficus,sp), dadap (Erythrina variegata), aren
(Arenga pinnata), bambu (Bambusa sp), dan lain lain.
Dengan demikian, lingkungan di sekitar perumahan
memberikan lingkungan yang lebih alami.
10 Penahan Angin
Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu
penahan angin berupa tanaman pada RTH [Panilov
dalam Robinette,1983]. Jadi, RTH di dalam kawasan
perumahan membawa dapat positif terhadap
lingkungan disekitarnya.
Sumber : Hakim, 2011, dengan Modifikasi

Penilaian manfaat RTH dapat dilakukan dengan menggunakan pasar
pengganti sumberdaya milik umum yaitu barang dan jasa lingkungan. Jasa
lingkungan tidak ada harganya dan tidak masuk dalam mekanisme pasar maka
diperlukan subsitusi atau pelengkap dalam menilai manfaat sumberdaya milik
umum.
Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam menghitung biaya lingkungan
dengan cara memakai nilai pasar secara tidak langsung. Teknik-teknik yang
dimaksudkan adalah :
a. barang-barang dan jasa-jasa yang dipasarkan sebagai pengganti lingkungan;
Setiap teknik memiliki kebaikan dan kebutuhan tersendiri, juga kebutuhan
akan data dan sumber daya.Dalam perhitungan untuk permasalahan
keberadaan RTH suatu kawasan, teknik yang diusulkan adalah
mempergunakan butir 2.
b. nilai milik;
Pendekatan nilai milik termasuk dalam pendekatan nilai lahan karena
banyak masalah-masalah yang lebih luas seperti perlindungan tanah datar
terhadap banjir. Masalah yang lebih luas memerlukan pendekatan yang
lebih luas pula yaitu dapat memperkirakan manfaat program pemerintah
dengan menggunakan nilai lahan.
c. nilai lahan yang lain;
Pendekatan dengan memakai nilai lahan atau milik untuk menentukan
kesediaan seseorang untuk membayar suatu barang lingkungan tertentu.

17

Dengan memperoleh kurve permintaan, dapat dihitung manfaat atau
kerugian dari perubahan atau penyediaan barang lingkungan.
d. perbedaan upah; dan
e. biaya perjalanan.
Menurut Rosen (1974) dalam Hakim (2011), harga kenikmatan didifinisikan
sebagai harga tersirat karakterik suatu milik (misalnya luas, lokasi, kualitas,
dan karakteristik) yang dipertanyakan pada para pelaku ekonomi dari harga
berbagai milik yang diamati dan jumlah tertentu karakteristik yang
berhubungan dengan hal tersebut.
Dasar teoritik pendekatan nilai milik adalah memungkinkan penganalisis
memberikan nilai pada manfaat perbaikan dalam kualitas lingkungan atau juga
faktor keindahan. Pemakaian teknik ini berdasarkan pada anggapan bahwa
kesediaan seseorang untuk membayar cukup tepat untuk membatasi dan
mengukur perbaikan kualitas lingkungan. Masalah dan Keterbatasan Teknik
didalam menerapkan teknik nilai milik pada masalah kualitas lingkungan dan
di dalam menaksirkan hasil yang diperoleh perlu berhati-hati.
Maler (1977) dalam Hakim (2011) memberikan gambaran pendekatan
sebagai berikut:
a. Bahwa terdapat sejumlah besar individu yang berlainan yang berbeda pada
komunitas yang homogen
b. Bahwa harga tanah berdasar harapan tentang kualitas lingkungan masa
datang, sedangkan metodenya tergantung pada korelasi dengan kualitas
lingkungan sekarang.
c. Bahwa orang tanggap terhadap perbedaan dalam kualitas lingkungan.
d. Bahwa orang bersedia membayar perbaikan lingkungan sekitar mereka
bertempat tinggal.
e. Bahwa ada informasi sempurna tentang harga kawasan pemukiman.
f. Bahwa rumah tangga secara terus menerus menilai putusan mereka
sehubungan dengan tempat tinggal mereka.
Berdasarkan hal ini, Freeman (1979) dalam Hakim (2011) mengemukakan
bahwa teknik kenikmatan, walaupun terlalu sederhana dan penuh abstraksi
keadaan senyatanya yang kompleks, masih mengandung dasar teoritis logik
dan panggah. Model harga kenikmatan memiliki kekuatan menerangkan dan
memberi jalan yang relatif baik menghubungkan perubahan dan lain-lain
kualitas lingkungan dengan harga-harga rumah. Semakin banyak menikmati
keindahan maka semakin tinggi daya apresiasinya dan semakin tinggi
kesadaran akan nilai manfaat yang harus dikeluarkan.

18

Tabel 4.2 Variabel Penilaian Kawasan Perumahan Perkotaan Kuningan
No

Faktor

Bandingan

1

Letak lokasi kawasan perumahan

dekat pusat kota

2

Kondisi lingkungan (RTH)

alamiah, iklim, suasana, indah,
nyaman, banyak pepohonan, ada
sungai, pebukitan, taman lingkungan

3

Pencapaian terhadap jalan lokal, regional

dekat dengan jalan utama

4

Kondisi tapak

tanah datar, berkountour

5

Banyak alternatif jalan menuju pusat kota

jalan regional

6

Kemungkinan perkembangan wilayah sekitar

banyaknya kawasan perumahan

7

Kemudahan transportasi umum ke lokasi

tersediannya angkutan kota

8

Tidak banjir atau berada di atas batas ambang
air sungai

topografi tapak diatas permukaan garis
banjir, Tapak berada diatas jalan
utama.

9

Bentuk Blok Plan Bangunan

cul de-sac, cluster,

10

Arsitektur Bangunan

modern atau tradisional

11

Kemungkinan pengembangan bangunan

Mudah , efisien

12

Kondisi bangunan, spesifikasi

Kualitas bahan bangunan, standart
ruang

13

Kepadatan Bangunan

Sesuai ketentuan dan peraturan

14

Utilitas

Dekat atau tersedianya fasilitas
sekolah, pasar tradisional, fasilitas
olahraga, sarana ibadah, sarana
kesehatan, sarana bermain anak-anak,
kantor warga, apotik, pemakaman,
pedestrian, jalur sepeda

15

Fasilitas sarana dan prasarana lingkungan

air bersih, saluran telepon, listrik,
pembuangan sampah, penerangan jalan

16

Kondisi jalan

Lebar jalan diatas ketentuan, kualitas
Jalan.

17

Kondisi keamanan

Pemadam kebakaran, rambu-rambu
jalan

Sumber : Hakim, 2011, dengan Modifikasi

Dampak dari peran serta masyarakat perumahan terhadap penataan RTH
dapat ditinjau dari sisi internal dan Sisi eksternal baik secara mikro (penataan
pekarangan rumah tinggal berupa penghijauan pertamanan) maupun secara
makro (usaha penghijauan lingkungan kawasan), berpengaruh terhadap aspek
sosial ekonomi dan aspek sosial budaya.
Sisi Internal:
1. Pemberdayaan masyarakat perumahan tentang pentingnya RTH dalam
menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik, membawa dampak sosial

19

budaya yaitu mengembangkan kesadaran masyarakat untuk mencintai
tanaman serta melestarikan lingkungan.
2. Kegiatan dalam pembangunan RTH secara swadaya memberikan nilai
kebersamaan sebagai suatu kegiatan gotong royong antar warga yang akan
mempererat rasa kesatuan dan persatuan.
3. Dengan demikian, rasa memiliki lingkungan kawasan akan menjadi dasar
dalam pengembangan lingkungan menuju ketertiban, keindahan, keamanan,
dan kenyamanan lingkungan.
Sisi Eksternal:
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan peruntukan pembangunan RTH akan
meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan dari hasil tanaman
penghijauan tanaman hias dan tanaman produktif, seperti:
a. munculnya penjual tanaman hias;
b. menciptakan kesempatan kerja bagi petani tanaman dan buah-buahan.
c. memberikan kesempatan tenaga kerja sebagai pengumpul bibit tanaman.
d. munculnya petani tanaman produktif yang dapat memetik hasil setelah
pohon yang ditanam berbuah.

20

BAB IV

PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dengan mengacu pada perundang-undangan dan peraturan mengenai
lingkungan hidup serta memperhatikan masalah utama dalam pembangunan
perumahan dan pemukiman, maka upaya mewujudkan pembangunan
kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan di Perkotaan Kuningan
adalah melaksanakan pembangunan yang terpadu dan terencana yang dapat
mengatasi masalah tersebut dan menghasilkan pembangunan yang
memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan generasi mendatang
(sustainable development).
RTH tidak dapat diartikan semata-mata kumpulan atau penanaman
berbagai jenis tanaman penghijauan belaka. RTH lingkungan perumahan
merupakan bagian bangunan perumahan dalam suatu lingkungan itu sendiri.
Ini dimaksudkan karena ruang terbuka pada dasarnya merupakan suatu
wadah yang dapat menampung kegiatan dan aktifitas tertentu dari warga
setempat ataupun secara berkelompok.
Dampak dari peran serta masyarakat perumahan di Perkotaan Kuningan
terhadap penataan ruang terbuka hijau dapat ditinjau dari sisi internal dan
sisi eksternal baik secara mikro (penataan pekarangan rumah tinggal berupa
penghijauan pertamanan) maupun secara makro (usaha penghijauan
lingkungan kawasan), berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomidan aspek
sosial budaya.
4.2. Saran
Diperlukan ketegasan dan peran pemerintah serta pelaksanaan
kewajiban dari unsur swasta agar dapat menjadikan Perkotaan Kuningan
yang nyaman bagi penduduknya dengan menyediakan RTH yang
berkualitas. Penegakan Undang Undang tentang Ruang Terbuka Hijau dan
penegakan aturan yang sudah ada harus diawasi dan dilaksanakan dengan
tegas.

21

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Rustam .2011. Aspek Keberadaan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Nilai
Tambah Pada Kawasan Perumahan Perkotaan. Karya Tulis. Didownload di
: https://rustam2000.wordpress.com/karya-tulisku/ pada tanggal 12
Agustus 2015 Pukul 08.02 BBWI.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan
Perkotaan.
Peraturan Daerah No 26 Tahun 2011, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Kuningan Tahun 2011-2031.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007, tentang Penataan
Ruang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman.

22

23

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PENGONTROL ELEKTRONIK UNTUK PENGENDALI ARAH ANTENA PADA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK RUANG BEBAS (KORUB)

2 41 20

PERANCANGAN THERMAL INSULATOR RUANG BAKAR MIKRO GAS TURBIN

3 71 18

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA KECAMATAN PESANTREN KOTA KEDIRI

0 48 2

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI CAIRANUNTUK GANGGUANKESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADAAN.Z DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG EMPU TANTULAR RSUD KANJURUHAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

0 53 22

PERAN PERAWAT DALAM IMPLEMENTASI KOLABORATIF PEMBERIAN TERAPI INSULIN SEBAGAI TINDAKAN DALAM PENURUNAN KADAR GULA DALAM DARAH PADA KLIEN DENGAN HIPERGLIKEMI DI RUANG AIRLANGGA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN TAHUN 2012

1 55 23

PENGARUH DAYA TARIK REALITY SHOW MASIHKAH KAU MENCINTAIKU TERHADAP PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG SIKAP TERBUKA PADA PASANGAN (Studi Pada Pemirsa Acara Televisi reality show Kelurahan Tukang kayu RT/RW 02/05, Kecamatan Banyuwangi, Kota Banyuwangi)

0 67 2

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD) PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PARU JEMBER

14 90 168

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22