Analisis Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Kota Medan

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI
KAWASAN KOTA MEDAN

BERKAT FANGATULO GULO

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERISTAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI
KAWASAN KOTA MEDAN

SKRIPSI

Disusun Oleh:

BERKAT FANGATULO GULO

041201002/Manajemen Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERISTAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI
KAWASAN KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

BERKAT FANGATULO GULO
041201002/Manajemen Hutan


Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERISTAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi

: Analisis Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan
Kota Medan


Nama

: Berkat Fangatulo Gulo

NIM

: 041201002

Departemen

: Kehutanan

Program Studi

: Manajemen Hutan

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing


(Nurdin Sulistiyono, S. Hut, M.Si)
Ketua

(Ir. Nurdin Asyhari, M.Si)
Anggota

Diketahui Oleh:
Ketua Departemen Kehutanan

(Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS)
NIP: 132 287 853

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
BERKAT FANGATULO GULO. Analisis Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Kawasan Kota Medan. dibimbing oleh Nurdin Sulistiyono dan Nurdin
Asyhari.

Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya
daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota
telah berkembang menjadi metropolitan. Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang
terbuka publik yang ada di perkotaan, baik berupa ruang terbuka hijau (RTH) dan
ruang terbuka non-hijau telah mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan
perkotaan seperti seringnya terjadi banjir di perkotaan, tingginya polusi udara, dan
meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas dan krisis sosial), menurunnya
produktivitas masyarakat akibat stress karena terbatasnya ruang publik yang
tersedia untuk interaksi sosial. Kota Medan yang merupakan ibu kota Propinsi
Sumatera Utara dan juga sebagai pintu gerbang Indonesia bagian Barat.
Pertumbuhan kota yang pesat ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah
penduduk di perkotaan. Begitupula halnya dengan populasi ternak. Kepadatan
aktivitas sehari-hari harus didukung dengan kebutuhan akan kendaraan bermotor,
sehingga jumlahnya pun menjadi indikasi semakin pesatnya perkembangan suatu
kota, seperti Kota Medan. Luasan RTH Kota Medan berdasarkan existing
condition 2006 adalah sebesar 9865.76 ha dari luas total wilayah sebesar 26,510
Ha atau sebesar 37,72 %. Luasan RTH Kota Medan yang optimal berdasarkan
Inmendagri No.14 Tahun 1988 sebesar 40% adalah 10,604.0 ha, sedangkan
berdasarkan pendekatan Geravkis kebutuhan oksigen pada tahun 2008 adalah
sebesar 28,003.5 ha. Kekurangan RTH di Kota Medan pada tahun 2008 dapat

diantipasi dengan menanam pohon sebanyak 692,303 masing-masing 3-4
orang/batang dengan asumsi jarak tanam 5x5 m, didasarkan pada pendekatan
Geravkis kebutuhan oksigen.
Kata kunci: RTH, existing condition, kebutuhan oksigen, SIG

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

BERKAT FANGATULO GULO. The Analysis of Urban Green Space in
Kota Medan. Under Supervision of Nurdin Sulistiyono and Nurdin Asyhari.

Nowadays, world movement so faster than before, signed by most village became
a city, and city became a modern city (metropolitan). Reduction of quantity and
quality of public open spaces in the city, like urban green space or non-urban
green space caused decreasing environment in the city, such as flood, highly air
pollution and criminal act as often as happen. Kota Medan is a mother city of
North Sumatra Province and gate city in Western of Indonesia. Higly increasing
of resident in the city signed growing a city. Also growth of livestock. Daily
movement in the city supported by much vechicle, so its amount become

developing of city indication, like Kota Medan. Total of urban green space in
Medan based on existing condition in 2006 is 9865.76 ha from 26,510 ha that total
Medan region or 37,72 %. Total optimum of urban green spcace in Medan based
on Inmendagri No.14 Tahun 1988 about 40% are 10,604.0 ha, while based on
Geravkis the need of oxigen in 2008 are 28,003.5 ha. Lack of urban green space in
Kota Medan in 2008 can be solved by planting 692,303 trees, each tree can be
planted by 3-4 peoples with assumption of plant gap 5x5 m.
Keyword: urban green space, existing condition, the need of oxigen, geographic
information system

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Gunungsitoli pada tanggal 7 Agustus 1986 dari
pasangan Bapak. T.S. Gulo dan Ibu S. Maru’ao, anak ke tiga dari empar
bersaudara.
Lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Gunungsitoli tahun 1998, pada
tahun 2001 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Gunungstoli,
dan pada tahun 2004 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Gunungsitoli. Melalui jalur seleksi Penyaluran Minat dan Prestasi (PMP) tahun
2004 oleh Universitas Sumatera Utara (USU), penulis melanjutkan studinya di
Program Studi Manajemen Hutan Fakultas Pertanian (S1).
Penulis selama studinya aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan
Mahasiswa Sylva (HIMAS) dan Kelompok Mahasiswa Kristen (KMK)
Departemen Kehutanan. Prestasi yang pernah diraih diantaranya menjadi asisten
mata kuliah Geodesi dan Kartografi, asisten mata kuliah Inventarisasi Hutan,
asisten mata kuliah Penafsiran Potret Udara, juara pertama lomba karya tulis
Dinas Penataan Ruang Kota Medan 2006 tingkat mahasiswa, finalis Lomba Karya
Tulis Mahasiswa (LKTM) Tingkat USU Bidang Sosial 2007, finalis Aplaus Abdi
Mahakarya (AAM) Medan 2007.
Penulis melakukan Kegiatan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan
(P3H) di Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara dan kegiatan Praktek Kerja
Lapang (PKL) di KPH Bandung Selatan Perhutani Unit III Jabar dan Banten.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat_Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Analisis Kebutuhan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Kota Medan.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan yang diberikan berupa
dukungan dan bimbingan, sehingga dalam penelitian dan penulisan skripsi ini dapat
dirampungkan. Olehnya penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayahanda T.S. Gulo dan Ibunda S. Maru’ao yang amat saya sayangi, karena kasih
dan bimbingan orangtua yang tiada habis dan tidak terbalaskan bagi ananda.
2. Mbak Herna dan Mbak Aniek serta adik Vivin yang terus memberikan semangat dan
dukungannya buat saya.
3. Bpk. Nurdin Sulistiyono, S. Hut., M.Si. dan Bpk. Ir. Nurdin Asyhari, M.Si., selaku
komisi pembimbing.
4. Ketua Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara beserta staf dan pegawai.
5. Pimpinan dan staf Dinas Pertamanan Kota Medan yang membantu penulis selama
menyelesaikan penelitian ini.
6. Teman-teman sekerja saya yang cukup banyak membantu Rosmawati Sitompul, Selvi
Lehurlawal dan Rumondang.

Universitas Sumatera Utara


7. Teman-teman saya yang selalu memberi dukungan Ade, Deni, Elyska, Jeny, Lamria,
Mahar, Mia, Fatihulbar, Norbut, Odi, Susi, dan semua mahasiwa kehutanan USU.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Karenanya penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, demi kesempurnaan skripsi.
Akhir kata kiranya skripsi ini bermanfaat bagi kita. Terimakasih.

Medan, Desember 2008

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................
Rumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfat Penelitian .................................................................................

1
5
6
7

TINJAUAN PUSTAKA
Ruang Terbuka Hijau ...........................................................................
Ruang Terbuka Hijau Kota Medan .......................................................
Penginderaan Jauh ...............................................................................
Sitem Satelit ................................................................................
Satelit Landsat .............................................................................
Analisis Citra Landsat .................................................................
Serapan Vegetasi Terhadap Karbon Dioksida .......................................
Sistem Informasi Geografis ..................................................................

8
13
15
16
16
18
20
21

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................
Bahan dan Alat ....................................................................................
Metode.................................................................................................
Pengumpulan Data ......................................................................
Analisis Citra dengan SIG ...........................................................
Pengambilan Data Lapangan .......................................................
Klasifikasi Citra ..........................................................................
Analisa Data ................................................................................

24
24
25
25
25
30
30
31

Universitas Sumatera Utara

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................. 33
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan Data ............................................................................... 37
Interpretasi Citra .................................................................................. 38
Cek Lapangan ...................................................................................... 39
Analisa Citra ........................................................................................ 41
Analisis Kebutuhan RTH Berdasarkan Inmendagri No.14 tahun 1988 .. 44
Analisa Kebutuhan RTH Berdasarkan Kebutuhan Oksigen .................. 47
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................... 52
Saran.................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

1

Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH ........................................ 11

2

Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Jenis Kelamin 1996-2006 ......... 34

3

Produksi Daging Menurut Jenis Ternak (Kg) .......................................... 34

4

Jumlah Penyaluran Bahan Bakar Minyak Menurut Jenis ......................... 35

5

Luasan Kecamatan di Kota Medan Berdasarkan Pengolahan
Secara Digital ......................................................................................... 37

6

Hasil Analisis Akurasi Klasifikasi Citra Landsa TM Tahun 2006
dengan layer 543 ..................................................................................... 42

7

Luasan Penggunaan Lahan Setiap Kecamatan di Kota Medan (Ha) ......... 43

8

Data Kebutuhan RTH Kota Medan Berdasarkan Inmendagri
No. 14 Tahun 1988 ................................................................................. 45

9

Ketercukupan Kebutuhan RTH Berdasarkan Inmendagri
No. 14 Tahun 1988 dengan Exisiting Condition Kawasan Hijau .............. 46

10 Kesesuaian Existing Condition RTH terhadap Geravkis Kebutuhan
Oksigen di Kota Medan .......................................................................... 47
11 Ketercukupan RTH Kota Medan Berdasarkan Inmendagri No.14/88 dan
Geravkis Kebutuhan Oksigen dibandingkan dengan Existing Condition
RTH di Kota Medan............................................................................... 48
12 Luasan Kota Medan Berdasarkan Luas Sebenarnya Berbanding
Luas Existing Area .................................................................................. 49

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

1

Diagram Proses Interpretasi Citra ............................................................ 19

2

Diagram Alir Analisis Penutupan Lahan ................................................. 27

3

Peta Kecamatan di Kota Medan .............................................................. 36

4

Peta RTH Kota Medan beserta Titik Ground Check di Lapangan ............ 40\

5

Peta Overlay Penggunaan Lahan di Kota Medan dengan Peta Digital
Administrasiya ........................................................................................ 44

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Data Kebutuhan RTH Kota Medan Berdasarkan Pendekatan
Geravkis Kebutuhan Oksigen
Lampiran 2. Titik-Titik Ground Check di Kawasan Penelitian Kota Medan
Lampiran 3. Interpretasi Citra di Lapangan di Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
BERKAT FANGATULO GULO. Analisis Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Kawasan Kota Medan. dibimbing oleh Nurdin Sulistiyono dan Nurdin
Asyhari.
Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya
daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota
telah berkembang menjadi metropolitan. Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang
terbuka publik yang ada di perkotaan, baik berupa ruang terbuka hijau (RTH) dan
ruang terbuka non-hijau telah mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan
perkotaan seperti seringnya terjadi banjir di perkotaan, tingginya polusi udara, dan
meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas dan krisis sosial), menurunnya
produktivitas masyarakat akibat stress karena terbatasnya ruang publik yang
tersedia untuk interaksi sosial. Kota Medan yang merupakan ibu kota Propinsi
Sumatera Utara dan juga sebagai pintu gerbang Indonesia bagian Barat.
Pertumbuhan kota yang pesat ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah
penduduk di perkotaan. Begitupula halnya dengan populasi ternak. Kepadatan
aktivitas sehari-hari harus didukung dengan kebutuhan akan kendaraan bermotor,
sehingga jumlahnya pun menjadi indikasi semakin pesatnya perkembangan suatu
kota, seperti Kota Medan. Luasan RTH Kota Medan berdasarkan existing
condition 2006 adalah sebesar 9865.76 ha dari luas total wilayah sebesar 26,510
Ha atau sebesar 37,72 %. Luasan RTH Kota Medan yang optimal berdasarkan
Inmendagri No.14 Tahun 1988 sebesar 40% adalah 10,604.0 ha, sedangkan
berdasarkan pendekatan Geravkis kebutuhan oksigen pada tahun 2008 adalah
sebesar 28,003.5 ha. Kekurangan RTH di Kota Medan pada tahun 2008 dapat
diantipasi dengan menanam pohon sebanyak 692,303 masing-masing 3-4
orang/batang dengan asumsi jarak tanam 5x5 m, didasarkan pada pendekatan
Geravkis kebutuhan oksigen.
Kata kunci: RTH, existing condition, kebutuhan oksigen, SIG

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

BERKAT FANGATULO GULO. The Analysis of Urban Green Space in
Kota Medan. Under Supervision of Nurdin Sulistiyono and Nurdin Asyhari.

Nowadays, world movement so faster than before, signed by most village became
a city, and city became a modern city (metropolitan). Reduction of quantity and
quality of public open spaces in the city, like urban green space or non-urban
green space caused decreasing environment in the city, such as flood, highly air
pollution and criminal act as often as happen. Kota Medan is a mother city of
North Sumatra Province and gate city in Western of Indonesia. Higly increasing
of resident in the city signed growing a city. Also growth of livestock. Daily
movement in the city supported by much vechicle, so its amount become
developing of city indication, like Kota Medan. Total of urban green space in
Medan based on existing condition in 2006 is 9865.76 ha from 26,510 ha that total
Medan region or 37,72 %. Total optimum of urban green spcace in Medan based
on Inmendagri No.14 Tahun 1988 about 40% are 10,604.0 ha, while based on
Geravkis the need of oxigen in 2008 are 28,003.5 ha. Lack of urban green space in
Kota Medan in 2008 can be solved by planting 692,303 trees, each tree can be
planted by 3-4 peoples with assumption of plant gap 5x5 m.
Keyword: urban green space, existing condition, the need of oxigen, geographic
information system

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan
banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang
sebelumnya kota telah berkembang menjadi metropolitan. Pembangunan di sanasini seperti perumahan dan pendirian kawasan industri membuat wajah kota
semakin sempit dan penuh sesak. Tidak dapat disangkal iklim kota menjadi sangat
panas dan gerah dengan bangunan-bangunan yang tanpa ada ruang terbuka hijau,
seperti taman kota.
Dampak dari semakin pesatnya pembangunan di perkotaan meyebabkan
polusi dan mobilitas penduduk yang sangat tinggi, yang jika tidak ditangani maka
akan menimbulkan dampak yang lebih serius yaitu pemanasan global (global
warming). Alih fungsi lahan sangat berperan dalam ruang terbuka hijau kota yang
semakin berkurang, dimana ruang terbuka hijau kota tersebut menurut Fandeli dkk
(2004) merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai
kawasan lindung.
Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik yang ada di
perkotaan, baik berupa ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau
telah mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan seperti seringnya
terjadi banjir di perkotaan, tingginya polusi udara, dan meningkatnya kerawanan
sosial (kriminalitas dan krisis sosial), menurunnya produktivitas masyarakat
akibat stress karena terbatasnya ruang publik yang tersedia untuk interaksi sosial.

Universitas Sumatera Utara

Kecenderungan terjadinya penurunan kualitas ruang terbuka publik,
terutama ruang terbuka hijau (RTH) pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di
kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung, luasan RTH telah
berkurang dari 35% pada awal tahun 1970an menjadi kurang dari 10% pada saat
ini. RTH yang ada sebagian bersar telah dikonversi menjadi infrastruktur
perkotaan seperti jaringan jalan, gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan,
dan kawasan permukiman baru. Jakarta dengan luas RTH sekitar 9 persen, saat
memiliki rasio RTH per kapita sekitar 7.08 m2, relatif masih lebih rendah dari
kota-kota lain di dunia (Dirjen PU, 2007).
Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakan untuk (1) mencapai
tata ruang kawasan perkotaan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang dalam
pengembangan kehidupan manusia (2) Meningkatkan fungsi kawasan perkotaan
secara serasi, selaras, dan seimbang antara perkembangan lingkungan dengan tata
kehidupan masyarakat (3) Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan
kemakmuran rakyat dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap
lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial (UU Nomor 24 Tahun
1992).
Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan
ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau
hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga kawasan
hijau dan kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang
dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun
dalam bentuk area memanjang/jalur. Pemanfatan ruang terbuka hijau lebih
bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun

Universitas Sumatera Utara

budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan
sebagainya (Inmendagri No. 14 Tahun 1988).
Pembangunan yang terintegrasi tidak saja memikirkan satu aspek saja
seperti ekonomi atau sosial, tetapi segala aspek diperhatikan termasuk lingkungan.
Pembangunan era sekarang tidak saja melihat keuntungan ekonomi tetapi
keuntungan ekologi juga harus diperhatikan. Pembangunan kota tidak saja
mementingkan pembangunan gedung-gedung dan kawasan industri tetapi kegiatan
penghijauan kota juga diperhatikan sehingga pembangunan kota harus
direncanakan dengan terarah dan terpadu. Dalam mencapai hal ini sarana dan
media diperlukan agar pelaksanaannya baik.
Kota Medan yang merupakan ibu kota Propinsi Sumatera Utara dan juga
sebagai pintu gerbang Indonesia bagian Barat, dengan jumlah penduduk
1.909.700 jiwa dengan luas wilayah 26.500 Ha, dimana perkembangan hutan kota
di Medan dimulai sejak tahun 1980 yang meliputi pembangunan dan
pemeliharaan taman, jalur hijau, kebun dan perkarangan serta hutan kota. Hutan
kota sendiri merupakan kawasan di dalam kota yang didominasi oleh berbagai
jenis pohon yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan juga sebagai plestarian
berbagai jenis tumbuhan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami (Dinas
Pertamanan Kota Medan, 2003).
Pertumbuhan kota yang pesat ditandai dengan semakin bertambahnya
jumlah penduduk di perkotaan. Kota Medan dengan laju pertambahan penduduk
pada tahun 2005 sebesar 1,5% memiliki jumlah penduduk sebesar 2.036.018,
yang dari tahun 2001 sebesar 1.926.052 terus mengalami pertambahan yang pesat.

Universitas Sumatera Utara

Begitupula halnya dengan populasi ternak besar, kecil dan unggas yang
terus bertambah dari tahun ke tahun, sebagai dampak dari besarnya permintaan
penduduk yang besar. Kepadatan aktivitas sehari-hari harus didukung dengan
kebutuhan akan kendaraan bermotor, sehingga jumlahnya pun menjadi indikasi
semakin pesatnya perkembangan suatu kota, seperti Kota Medan.
Hutan kota merupakan

bagian

dari ruang

terbuka hijau

kota,

keberadaannya memiliki makna mengamankan ekosistem alam yang besar
pengaruhnya terhadap eksistensi dan kelangsungan hidup kota itu sendiri. Manfaat
keberadaan hutan kota yaitu untuk memperbaiki lingkungan dan menjaga iklim,
meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota
serta mendukung pelestarian plasma nutfah dan aspek lainnya, sehingga
pembangunan dapat berjalan seiring sejalan dengan aspek kelestarian lingkungan.
Pendekatan pembangunan hutan kota yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan parsial yakni menyisihkan sebagian dari kota untuk kawasan hutan
kota (Dahlan, 2004). Salah satu metoda yang dapat dilakukan untuk menetapkan
luasannya yakni berdasarkan perhitungan persentase luas (Instruksi Menteri
Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988). Persentase luas yang dipakai menjadi
acuan adalah 40 % dari luas wilayah adalah kawasan hijau. Luasan per kapita
yang digunakan adalah kebutuhan ruang terbuka hijau masyarakat yaitu 40 meter
persegi/jiwa (Iverson et. al. 1993).
Perhitungan persentase luas ruang terbuka hijau dapat dilakukan dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dalam bidang kehutanan
sering digunakan terutama dalam perencanaan kehutanan. Dengan menggunakan
data berupa citra satelit (Landsat TM), peta dasar yang dikelola dengan

Universitas Sumatera Utara

menggunakan sistem berbasis komputer menjadikan SIG sebagai teknologi yang
memebrikan kemudahan dan pemahamn yang baik bagi setiap perencana yag
menggunakannya.
SIG akan mempermudah dalam perhitungan ruang terbuka hijau ideal
kawasan Kota Medan sebagai bagian dari pembangunan kota yang terintegrasi.

Rumusan Masalah
Perkembangan Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia
telah merambah dalam segala aspek pembangunan. Pembangunan yang begitu
cepat telah menghadirkan wajah kota yang padat dengan bangunan-bangunan
tinggi bahkan pencakar langit beserta industrinya yang terintegrasi dengan sosial
budaya masyarakatnya.
Kota Medan menuju kota yang BESTARI (Bersih, Tertib, Aman, Rapi dan
Indah) membutuhkan ruang terbuka hijau atau taman-taman kota yang berada di
tengah-tengah kota, sepanjang jalan maupun tempat pemakaman. Pertambahan
penduduk yang besar telah menuntut ruang yang besar sebagai tempat pemukiman
beserta sarana dan prasarananya, sehingga alih fungsi lahan termasuk ruang
terbuka hijau tidak dapat dihindarkan.
Permasalahan pokok yang muncul dan hendak diteliti atau diungkapkan
pada penelitian ini adalah: keberadaan ruang terbuka hijau, sudahkah memenuhi
persentase luas ideal (40%) dari luas wilayah kota sebagai bagian dari
pembangunan yang terintegrasi. Dimana Undang-Undang Republik Indonesia No.
24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang menyebutkan “Kewajiban dalam
memelihara kualitas ruang merupakan pencerminan rasa tanggung jawab sosial
setiap ruang terhadap pemanfaatan ruang”.

Universitas Sumatera Utara

Adanya ruang terbuka hijau di perkotaan dapat dijadikan sebagai salah
satu idikator kondisi lingkungan. Faktor lingkungan di perkotaan pada dasarnya
sangat erat dengan masalah pencemaran. Apabila usaha pengendalian pencemaran
dilakukan dengan konsep pembangunan hutan kota, maka cemaran CO2
merupakan kriteria yang harus digunakan sebagai standar. O2 merupakan
parameter yang sangat erat kaitannya dengan CO2 dalam produksi biomassa
pohon. Oleh karenannya jumlah kebutuhan O2 manusia, jumlah kebutuhan O2
ternak, dan jumlah kebutuhan O2 kendaraan bermotor dapat dijadikan indikator
penentuan luas hutan kota yang ideal pada Kota Medan.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menghitung luas ruang terbuka hijau yang tersebar di Kota Medan
menggunakan Sistem Informasi Geografi dengan memanfaatkan citra satelit
Landsat TM tahun 2006.
2. Menghitung luas ruang terbuka hijau di Kota Medan dengan menggunakan
jumlah kebutuhan O2 manusia, jumlah kebutuhan O2 ternak, dan jumlah
kebutuhan O2 kendaraan bermotor, sebagai parameter yang erat kaitannya
dengan CO2 dalam produksi biomassa pohon.
3. Menganalisis kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan Instruksi Menteri
Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) sebesar 40% .

Universitas Sumatera Utara

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihakpihak yang membutuhkan dalam pembangunan ruang terbuka hijau kota, terutama
bagi Dinas Pertamanan Kota Medan dan Dinas Kehutanan Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Ruang Terbuka Hijau
Menurut Permen Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 ruang terbuka hijau
kawasan perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan
yang diisi oleh tumbuhsn dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial,
budaya, ekonomi dan estetika. Sedangkan oleh Fandeli (2004) menyatakan ruang
terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang
berfungsi sebagai kawasan lindung, yang terdiri atas pertamanan kota, kawasan
hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga,
kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan status
kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya (Fandeli, 2004).
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, ruang terbuka hijau adalah
ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk
area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan. Dalam
ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau
tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan
pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.
Hutan kota adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di
wilayah perkotaan. Hutan kota memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya
kepada penduduk perkotaan, dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,

Universitas Sumatera Utara

rekreasi dan kegunaan khusus lainnya (Djaiz dan Novian, 2000). Sedangkan oleh
Fandeli dkk (2004) hutan kota merupakan bentuk persekutuan vegetasi pohon
yang mampu menciptakan iklim mikro dan lokasinya di perkotaan atau dekat
kota.
Secara umum bentuk hutan kota adalah:
1. Jalur Hijau. Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat
listrik, di tepi jalan kereta api, di tepi sungai, di tepi jalan bebas hambatan.
2. Taman Kota. Taman Kota diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata
sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia,
untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.
3. Kebun dan Halaman. Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan
halamanbiasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah.
4. Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya
dankebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan
kota.Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain
baikdalam negeri maupun luar negeri.
5. Hutan Lindung, daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan
kawasanhutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai
yang rawanakan abrasi air laut (Dahlan, 1992).
Fungsi ruang terbuka hijau adalah:
1. Sebagai areal perlindungan berlangaungnya fungsi ekosistem dan keserasian
peyangga kehidupan.
2. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan
kehidupan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

3. Sebagai sarana rekreasi.
4. Sebagai pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam
pencemaran baik di darat, perairan maupun udara termasuk limbah cair yang
dihasilkan manusia.
5. Sebagai sarana pendidikan maupun penelitian serta penyuluha bagi
masyarakat untuk mebentuk kesadaran lingkungan.
6. Sebagai tempat perlindungan plasma nutfah.
7. Sebagai sarana untuk mempengaruhi maupun memperbaiki iklim mikro.
8. Sebagai pengatur tata air karena dapat menyimpan air tanah 900
m3/tahun/hektar dan mampu mentransfer 4000 liter air/hari/hektar yang berarti
dapat mengurangi suhu udara 50-80C.
9. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah yang rusak akibat pembangunan
maupun bencana alam.
10. Sebagai sumber oksigen sebesar 0,6 ton/hektar/hari yang cukup untuk
konsumsi 1500 jiwa.
11. Sebagai peredam kebisingan sekitar 25%-80%.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari ruang terbuka hijau antar lain
adalah:
1. Memberikan kesegaran, kenyaman dan keindahan lingkungan.
2. Memberikan lingkungan yang bersih dan sehat bagi penduduk kota.
3. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga, dan buah (Dinas
Pertamanan Kota Medan, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH (Purnomohadi, 2001)
Jenis RTH

Fungsi Lahan

Tujuan

Keterangan

Taman Kota

Ekologis,

Keindahan (tajuk, tegakan

Mutlak dibutuhkan bagi

(termasuk: taman

Rekreatif,

pengarah, pengaman,

kota, keserasian, rekreasi

bermain

Estetis,

pengisi dan pengalas),

aktif dan pasif, nuansa

anak/balita),

Olahraga

kurangi cemaran, meredam

rekreatif,

taman bunga,

(terbatas)

bising, perbaiki iklim

keseimbangan

mikro, daerah resapan,

(psikologis)

penyangga sistem

manusia,

kehidupan, kenyamanan.

keseimbangan eko-sistem.

(lansia)

terjadinya
mental
dan

fisik
habitat,

Jalur (tepian)

Konservasi,

Perlindungan, mencegah

Perlindungan

Sempadan

Pencegah

okupansi penduduk,

kiri-kanan bantaran sungai

Sungai dan

Erosi,

mudah menyebabkan erosi,

(+/- 25-50 meter) rawan

Pantai

Penelitian

iklim mikro, penahan

erosi.

‘badai’.

Taman Laut.

total

tepi

Taman

Kesehatan,

Kenikmatan, pendidikan,

Rekreasi aktif, sosialisasi,

Olahraga,

Rekreasi

kesenangan, kesehatan,

mencapai

interaksi, kenyamanan.

menumbuhkan

Bermain,

prestasi,

kepercayaan diri.

Relaksasi
Taman

Pelayanan

Pelindung, pendukung

Dibutuhkan

Pemakaman

Publik

ekosistem makro,

anggota

(umum)

(umum),

‘ventilasi’ dan ‘pemersatu’

menghilangkan

Keindahan

ruang kota.

‘angker’.

Produksi,

Kenyamanan spasial,

Peningkatan produktivitas

Estetika,

visual, audial dan thermal,

budidaya

Pelayanan

ekonomi.

pertanian.

Pelayanan masyarakat dan

Pelestarian, perlindungan,

Pertanian Kota

seluruh
masyarakat,
rasa

tanaman

Publik (umum)
Taman (Hutan)

Konservasi,

Universitas Sumatera Utara

Kota/

Pendidikan,

penyangga lingkungan

dan pemanfaatan plasma

Perhutanan

Produksi

kota, wisata alam, rekreasi,

nutfah,

keanekaragaman

produksi hasil ‘hutan’:

hayati,

pendidikan

iklim mikro, oksigen,

penelitian.

ekonomi.
Taman Situ,

Konservasi,

Keseimbangan ekosistem,

Pelestarian SD-air, flora &

Danau, Waduk,

Keamanan

rekreasi (pemancingan).

fauna (budidaya ikan air
tawar).

Empang
Kebun Raya,

Konservasi,

Keseimbangan ekosistem,

Pelestarian plasma nutfah,

Kebun Binatang

Pendidikan,

rekreasi, ekonomi.

elemen khusus Kota Besar,

(nursery)

Penelitian

Taman Purbakal

Konservasi,

Reservasi, perlindungan

‘Bangunan’

Preservasi,

situs, sejarah – national

elemen taman.

Rekreasi

character building.

Keamanan

Penunjang iklim mikro,

Pengaman:

thermal, estetika.

lintas, Rel KA, jalur listrik

Jalur Hijau
Pengamanan

Kota Madya.
sebagai

Jalur

lalu-

tegangan tinggi, kawasan
industri,

dan

‘lokasi

berbahaya’ lain.
Taman Rumah

Keindahan,

Penunjang iklim mikro,

Pemenuhan

kebutuhan

sekitar bangunan

Produksi

‘pertanian subsistem’:

pribadi

(privacy),

gedung - tingkat

TOGA (tanaman obat

penyaluran ‘hobby’ pada

‘Pekarangan’

keluarga)/apotik hidup,

lahan

karangkitri (sayur dan

memenuhi

buah-buahan).

keluarga

terbatas,

mampu
kebutuhan

secara

berkala

dan ‘subsistent’’.

Universitas Sumatera Utara

Ruang Terbuka Hijau Kota Medan
Menurut Dinas Pertamanan Kota Medan (2003), beberapa kebijakan
umum dalam mewujudkan ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan ruang terbuka hijau pada kawasan yang secara alami/peka dan
dapat menimbulkan dampak yang luas, seperti daerah pantai, resapan air,
penanaman listrik tegangan tinggi dan sebagainya.
2. Mengusahakan secara maksimal alternatif tata guna lahan untuk mencapai
tujuan diadakannya ruang terbuka hijau dalam menunjang kelestarian
lingkungan.
3. Mengusahakan agar pembangunan yang dilakukan sesuai dengan standard
perencanaan untuk memperoleh ruang terbuka hijau serba guna, perpetakan
ruang-ruang parkir, ruang-ruang antar bangunan dan sebagainya.
4. Melaksanakan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan untuk tercapainya
lingkungan hijau lebih merata secara ketat.
Kerberadaan ruang terbuka hijau di kota Medan terdiri atas:
1. Taman kota merupakan salah satu kawasan ruang terbuka hijau di wilayah
perkotaan yang lengkap dengan segala fasilitasnya. Permintaan akan
kebutuhan masyarakat untuk tempat rekreasi baik aktif maupun pasif
menuntut keberadaan taman kota yang bersih, indah dan nyaman yang dapat
menimbulkan ketentraman dan keindahan kota.
2. Hutan kota merupakan kawasan di dalam kota yang didominasi oleh berbagai
jenis pohon yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan juga sebagai tempat
pelestarian berbagai jenis tumbuhan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara
alami. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pinggiran.

Universitas Sumatera Utara

3. Taman perkantoran. Perkotaan di daerah pemukiman yang cukup baik
umumnya memiliki halaman yang cukup luas. Halaman ini bila ditata dengan
baik maka akan dapat menjadi taman yang sangat indah. Dengan adanya
taman yang indah akan menciptakan suasana yang nyaman dan segar bagi
perkantoran itu sendiri maupun para pekerja di dalamnya. Selain itu taman
tersebut dapat menahan debu-debu yang beterbangan di sekitar wilayah
perkantoran.
4. Taman rumah adalah taman yang letaknya di pekarangan rumah tingga.
Taman ini biasanya dibuat oleh penghuni rumah. Fungsi dari taman rumah
adalah sebagai penambah keindahan rumah itu sendiri
a. Berm jalan merupakan jalur hijau yang dapat dijumpai di media jalan
atau di tengah jalan untuk jalan raya atau jalan dua arah maupun di kanan
kiri jalan. Sering juga dijumpai jalan yang kanan kirinya telah dibuat
jalur khusus untuk pejalan kaki masih juga ditanami pohon-pohon.
b. Daerah aliran sungai. Penghijaun di daerah sungai bermanfaat untuk
menguatkan tebing sungai. Sungai yang ditanami pepohonan akan
terlihat rapi dan indah sehingga dapat dijadikan tempat rekreasi dan
menciptakan pemandangan yang asri bagi yang melintas di sepanjang
sungai tersebut (Dinas Pertamanan Kota Medan, 2003).
Berdasarkan hasil perhitungan Dinas Pertamanan Kota Medan (2003)
luasan taman di Kota Medan adalah 176,631.70 m2 yang meliputi taman, taman
planting box, taman median jalan, taman berm jalan, dan pot-pot tanaman hias.

Universitas Sumatera Utara

Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh infomasi
tentang objek, daerah, atau gejala dengan jalan manganalisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau
gejala yang dikaji (Lillessand dan Kiefer, 1990). Sedangkan oleh Janssen dan
Huurneman (2001) mendefenisikannya sebagai informasi yang diperoleh dari data
visual yang mewakili sebagian dari permukaan bumi.
Dalam proses pengideraan jauh (remote sensing) melibatkan tujuh elemen
penting, yaitu:
1. Sumber energi yang menyediakan energi elektromagnetik ke target interes.
2. Radiasi dan atmosfer yang merupakan perjalanan energi dari sumber ke
targetnya dan sebaliknya. Energi mengalami kontak dengan target dan
berinteraksi dengan atmosfer yang dilewatinya.
3. Interaksi denga target.
4. Perekaman enrgi oleh sensor.
5. Transmisi, penerimaan dan pemrosesan oleh stasiun pengolahan dan data
diolah menjadi citra (hardcopy atau digital).
6. Interpretasi dan analisis yang mengelolah citra dengan interpretasi secara
visual atau digita; untuk mengektrasi informasi tentang target.
7. Aplikasi yaitu pengaplikasian informasi tentang target untuk pemecahan
masalah (Howard, 1996).
Penginderaan
elektromagnetik.

jauh

bergantung

Gelombang

pada

elektromagnetik

panjang
bervariasi

energi

gelombang

bentuk

panjang

gelombangnya. Cahaya matahari berperan dalam penggunaan sensor pada

Universitas Sumatera Utara

pengideraan jauh. Sebagian sensor dapat mendeteksi energi yang diemisikan bumi
(Janssen dan Huurneman, 2001).

Sistem Satelit
Penerapan satelit penginderaan jauh dalam bidang kehutana secara efektif
dimulai dengan diluncurkannya Teknologi Sumberdaya Bumi Amerika Serikat
(Earth Resources Tecnological Sattelite/ERTS1) pada tahun 1972, yang kemudian
diberi nama Lansat (Howard, 1996).
Dalam pemilihan citra untuk kegiatan penelitian maka ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Resolusi spektral, merupakan interval panjang gelombang khusus pad
spectrum elektromagnetik yang direkam sensor.
2. Resolusi spasial merupakan ukuran yang terkecil dari obyek yang dapat
dibedakan oleh sensor atau ukuran daerah yang dapat disajikan oleh setiap
piksel.
3. Resolusi radiometrik yang ditunjukkan oleh jumlah nilai data yang
dimungkinkan pada setiap band
4. Resolusi temporal yang ditujukkan dengan seringnya citra merekam suatu
daerah yang sama (Riswan, 2002).

Satelit Landsat
Landsat didesain untuk menangkap informasi yang ada di permukaan
bumi (terutama tentang penutupan daratan). Landsat merupakan kombinasi dari
sensor-sensor yang memiliki band spektral khusus untuk pengamatan bumi,
fungsi resolusi spasial dan memiliki cakupan areal yang luas. Sejumlah sensor

Universitas Sumatera Utara

landsat antara lain Return Beam Vidicom (RBV), camera sistem, Multi Spektral
Scanner (MSS) Sistem, dan Thematyc Mapper (TM). Sensor yang paling popular
adalah MSS dan yang paling mutakhir adalah TM (Riswan, 2002).
Thematic Mapper merupakan salah satu jenis sensor penginderaan jauh
satelit. Memiliki alat scanning mekanis yang merekam data dengan cara scanning
permukaan bumi dalam jalur-jalur (baris), 6 baris secara simultan (six-line scan).
Thematic Mapper juga mempunyai resolusi spektral (7 band), spatial (30 m x 30
m) dan radiometrik (8 bit) yang lebih baik (Jaya, 2002). Karakteristik dari Landsat
Thematic Mapper adalah sebagai berikut:
1. Band 1, (0,45 – 0,52 μm dirancang untuk penetrasi air, sehingga bermanfaat
untuk pemetaan perairan pantai. Juga berguna untuk membedakan tanah
dengan vegetasi, tumbuhan berdaun lebar dan konifer.
2. Band 2, (0,52 – 0,60 μm),rirancang untuk mengukur puncak pantulan hijau
saluran tampak bagi vegtasi guna penilaian ketahanan.
3. Band 3, (0,63 – 0,69 μm), saluran absorpsi yang penting untuk diskriminasi
vegetasi.
4. Band 4, (0,76 – 0,90 μm), bermanfaat untuk menetukan kandungan bimasa
dan untuk deliniasi tubuh air.
5. Band 5, (1,55 – 1,75 μm), menunjukkan kandungan kelembapan vegetasi dan
kelembapan tanah. Juga bermanfaat untuk membedakan salju dan awan.
6. Band 6, (10,40 – 12,50 μm), saluran inframerah termal yang penggunaannya
untuk analisis pemetaan vegetasi, diskriminasi kelembapan tanah dan
pemetaan termal.

Universitas Sumatera Utara

7. Band 7, (2,08 – 2,35 μm), saluran yang diseleksi karena potensinya untuk
membedakan tipe batuan dan untuk pemetaan hidrotermal (Lo, 1996).

Analisis Citra Lansat
Dalam melakukan analisis citra, dapat dilakukan secara digital dan visual.
Howard (1996) mendefenisikan analisis citra visual sebagai aktivitas visual untuk
mengkaji citra yang menunjukkan gambaran muka bumi yang tergambar di dalam
citra tersebut untuk tujuan identidikasi obyek. Analisis visual menunjuk pada
kemampuan pandang binokuler yang dimiliki oleh mata manusia.
Pada dasarnya intepretasi citra terdiri dari dua proses yaitu proses
perumusan idenstitas obyek dan elem yang dideteksi pada citra dan proses untuk
menemukan atri pentignya obyek dan elemn tersebut. Sedangkan unsur-unsur
interpretasi citra terdiri dari: rona dan warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola,
bayangan, situs, asosiasi dan konvergensi bukti (Lo (1976) dalam Sutanto (1994).
Oleh Umali (1973) dalam Sutanto (1994) menyatakan bahwa setiap wujud
pada citra mula-mula tampak melalui rona dan tau warnanya. Penafsir citra mulai
dengan mendeteksi rona atau warna pada citra. Ia menarik garis batas bagi
kelompok wujud yang rona atau warnanya sama dan memisahkan dari yang lain.
proses ini disebut analisis citra. Sedangkan interpretasi citra terdiri dari
pengenalan jenis obyek dan polanya.
Langkah kerja dalam interpretasi citra menurut Lo (1976) dalam Sutanto
(1994) sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

5. Teorisasi
Menyusun teori atau
menggunakan teori yangada
pad disiplin yang bersangkutan

2. Merumuskan identitas obyek
dan elemen
Berdasarkan karakteristik citra
seperti rona, warna, pola,
tekstur, situs, bentuk dan
ukuran

Interpretasi
Citra

1. Deteksi

4. Klarifikasi
Melalui serangkain keputusan,
evaluasi, dsb berdasarkan
kriteria yang ada

3. Mencari arti melalui proses
analisis dan deduksi

Gambar 1. Diagram Proses Interpretasi Citra Menurut Lo (1976) dalam Sutanto
(1994)

Universitas Sumatera Utara

Serapan Vegetasi Terhadap Karbon Dioksida
Vegetasi juga mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi
jika kita mengamati pembangunan yang meningkat di perkotaan yang sering kali
tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi. Vegetasi ini sangat berguna
dalam produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk proses respirasi
(pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas karbon dioksida yang
semakin banyak di udara akibat kendaraan bermotor dan industri (Irwan, 1992).
Di dalam total peredaman cemaran udara oleh lingkungan terdapat
komponen peredaman cemaran udara vegetasi hijau, termasuk hutan kota.
Kemampuan hutan kota dalam memberikan sumbangan kepada proses peredaman
cemaran didekati dengan menggunakan peubah-peubah yang menyangkut
keragaan dan kinerja kelompok tumbuhan pembentuk hutan kota, mencakup sifatsifat fisik dan sifat-sifat fisiologis serta metabolistik tumbuhan, satu diantaranya
adalah biomassa (B dalam satuan ton), untuk semua kelompok tumbuhan di dalam
setiap jenis hutan kota, diduga berdasarkan peredaman CO2 oleh hutan kota, yang
pada hakekatnya merupakan penggunaan konsumtif CO2 oleh vegetasi pembentuk
hutan kota dalam proses fotosintesis (Dirjen Penataan Ruang, 2007).
Penyerapan karbon dioksida oleh hutan kota dengan jumlah 10.000 pohon
berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per
tahun (Simpson dan McPherson, 1999). Penanaman pohon menghasilkan absorbsi
karbon dioksida dari udara dan penyimpanan karbon, sampai karbon dilepaskan
kembali akibat vegetasi tersebut busuk atau dibakar. Hal ini disebabkan karena
pada hutan yang dikelola dan ditanam akan menyebabkan terjadinya penyerapan

Universitas Sumatera Utara

karbon dari atmosfir, kemudian sebagian kecil biomassanya dipanen dan atau
masuk dalam kondisi masak tebang atau mengalami pembusukan (IPCC, 1995).
Biomassa atau bahan organik adalah produk fotosintesis. Dalam proses
fotosintesis, butir-butir hijau daun berfungsi sebagai sel surya yang menyerap
energi matahari guna mengkonversi karbon dioksida (CO2) dengan air (H2O)
menjadi senyawa karbon, hidrogen dan oksigen (CHO). Senyawa hasil konversi
itu dapat berbentuk arang (karbon), kayu, ter, alkohol dan lain-lain (Kadir, 1995).
Biomassa vegetasi bertambah karena menyerap karbon dioksida dari udara dan
mengubah zat tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis.
Umumnya karbon menyusun 45-50% bahan kering dari tanaman (Kusmana et al,
1992).

Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer
yang memberikan empat kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis,
yaitu pemasukan, pengelolaan atau manajemen data (menyimpan atau pengaktifan
kembali), manipulasi dan analisis serta keluaran. Pemasukan data ke dalam sistem
informasi geografis dilakukan dengan cara digitasi dan tabulasi. Manajemen data
meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan, penyimpanan kembali, dan
pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan data. Proses manipulasi dan
analisa data dilakukan interpolasi spasial dari data non-spasial menjadi data
spasial, mengkaitkan data tabuler ke data raster, tumpang susun peta yang
meliputi map crossing, tumpang susun dengan bantuan matriks atau tabel dua
dimensi, dan kalkulasi peta. Keluaran utama dari sistem informasi geografis
adalah informasi spasial baru yang dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu

Universitas Sumatera Utara

tersimpan dalam format raster dan tercetak ke hardcopy, sehingga dapat
dimanfaatkan secara operasional (Anonim, 2002).
Pengunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam manajemen
sumberdaya alam menjadi umum digunakan pada sepuluh tahun terkhir ini. Hal
ini dikarenakan sifat efesien SIG dalam menganalis secara luas dan penggunaan
teknologi komputer dan softwarenya yang menguntungkan (Bettinger dan
Michael, 2004).
Data Sistem Informasi Geografis (SIG) dibagi menjadi dua macam, yaitu
data grafis dan data atribut atau data tabular. Data grafis adalah data yang
menggambarkan bentuk atau kenampakan obyek di permukaan bumi. Sedangkan
data tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis tersebut
(Nuarsa, 2005).
Menurut de By (2001) ada tiga langkah dalam mengolah data geografis,
yaitu:
1. Persiapan data dan bagiannya: merupakan langkah awal dalam mengumpulkan
dan mempersiapkan data untuk dimasukkan dalam sistem.
2. Analisis data: merupakan langkah kedua dalam mengumpulkan data untuk
ditinjau ulang.
3. Presentasi data: merupakan langkah akhir sebagai hasil yang akan
dipresentasikan.
Dalam kaitannya dengan inderja, informasi yang diturunkan dan analisis
penginderaan jauh dilakukan untuk diintegrasikan dengan data yang disimpan
dalam bank data SIG (Howard, 1996). Menurut Budiyanto (2002) sata SIG
sebagian besar berasal dari dat penginderaan jauh baik satelit maupun teresterial

Universitas Sumatera Utara

terdigitasi, dan hasil survei teresterial (uji lapangan) serta data-data sekunder lain
yang terpecaya. Secara teknis SIG mengorganisasikan dan memanfaatkan data
dari peta digital yang tersimpan dalam basis data.

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Pengolahan data dan analisis citra dilaksanakan di Laboratorium
Inventarisasi Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan. Data dan citra yang digunakan mengambil lokasi di Kota
Medan. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Januari – Oktober
2008.

Bahan dan Alat
Dalam penelitian ini, alat yang digunakan terdiri dari:
1. Personal komputer (PC) pentium IV beserta dengan perangkat lunaknya
(sotware)
2. Tools SIG
3. Global Positioning Sistem (GPS)
4. Penyimpan data berupa flash disc/CD
5. Printer yang sesuai
6. Kamera digital
7. Kalkulator dan alat tulis
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Citra Landsat TM path/row 129/57 dan 129/58 tahun 2006
2. Peta digital adminitrasi Kota Medan
3. Data dasar yaitu kondisi umum wilayah penelitian yang mencakup kondisi
fisik lapangan, seperti: letak geografis, luas wilayah; dan data statistik berupa

Universitas Sumatera Utara

jumlah penduduk, jumlah produksi daging dan jumlah penyaluran Bahan
Bakar Minyak (BBM) di Kota Medan

Metode
Pengumpulan data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengambilan titik koordinat
bumi di Kota Medan untuk klasifikasi daerah bervegetasi. Data ini diperlukan
dalam analisis penutupan lahan. Data-data sekunder diperoleh dari berbagai
instansi dan studi literatur, terdiri dari:
1. Citra Landsat 5 TM, path/row 129/57 dan 129/58 tahun 2006, yang diperoleh
dari BTIC Dataport. Data citra berguna untuk memperoleh informasi
penutupan lahan.
2. Peta digital administrasi Kota Medan berupa RTRWK dari BAPEDA Kota
Medan.
3. Data statistik jumlah penduduk, produksi daging ternak dan penyaluran BBM
di Kota Medan dari BPS Kota Medan.

Analisis Citra dengan SIG
Digitasi Peta Dasar
Digitasi dil