Tempat Tumbuh Ramin Pembangunan Areal Hutan Konservasi Ramin di Kalimantan Barat

42 berisi 250 – 270 butir. Biji yang disimpan rapat dalam kamar yang kering selama 15 – 30 hari mempunyai daya kecambah 50 – 80.

3. Tempat Tumbuh Ramin

Kawasan Asia merupakan agregat terdapatnya 75 lahan gambut tropis termasuk yang ada di Indonesia yang pada awalnya sebagai habitat hutan jenis ramin seperti Sumatera dan Kalimantan. Jenis ramin tumbuh berkelompok di hutan rawa gambut di atas tanah aluvial dengan ketinggian dataran 2 m sampai 100 m dari permukaan laut. Jenis ini juga tumbuh pada tanah podsol spodosol bergambut yang bahan bentukan di bawahnya berupa pasir kwarsa. Pada formasi yang disebutkan terakhir ini, lapisan gambut pada umumnya lebih tipis dan pertumbuhan ramin kurang begitu dominan. Tempat tumbuh ramin sering masih dipengaruhi oleh air pasang- surut, namun demikian tidak secara langsung dipengaruhi oleh air laut. Kondisi edafis lebih berperan sebagai tempat tumbuh jenis ramin dengan genangan air secara periodik. Ketebalan gambut dapat mencapai 3 meter atau lebih. Kondisi iklim pada umumnya basah dengan tipe iklim A menurut Schmidt dan Ferguson 1951. STRATEGI KONSERVASI MELALUI LEGALITAS DAN PENGELOLAAN AREALNYA

1. Pembangunan Areal Hutan Konservasi Ramin di Kalimantan Barat

Berdasarkan Surat Rekomendasi Gubernur kdh Tkt. I Kalimantan Barat Nomor 5225256IV-BAPEDA tanggal 5 November 1992 dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 306Kpts-II93 Tanggal 15 Juni 1993, Universitas Tanjungpura memperoleh areal hutan pendidikan dan penelitian seluas 500 Ha yang juga sekaligus sebagai areal Pusat Pelestarian Plasma Ramin Gonystylus bancanus Kurz. In-Situ. Areal Pusat Pelestarian Plasma Ramin yang berlokasi di Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak tersebut pada mulanya masih merupakan tegakan hutan rawa gambut yang relatif baik. Maraknya penebangan liar illegal logging terutama setelah dibangunnya jalan kabupaten melewati Desa Rasau dan Sungai Bakau Besar Darat di dekat lokasi hutan tersebut telah menyebabkan kerusakan kawasan hutan secara masif kendati upaya pengelolaan dan perlindungan telah dilakukan. Pelestarian hutan pada dasarnya merupakan upaya untuk menjaga keberadaan jenis-jenis pohon penyusunnya. Pelestarian jenis-jenis secara ex-situ perlu dilakukan apalagi bila upaya regenerasi buatan atau pelestarian secara in-situ belum berhasil. Berbagai upaya pelestarian hutan telah dilakukan, namun belum memberikan hasil yang memuaskan termasuk pengetatan cara penebangan dan bahkan perdagangan terhadap jenis-jenis tertentu. Menyadari hal tersebut Universitas Tanjungpura bermaksud ambil bagian dalam upaya pelestarian hutan khususnya hutan rawa gambut yang merupakan salah satu bagian dari pola ilmiah pokoknya. 43 Pusat Pelestarian Plasma Ramin Gonystylus bancanus adalah hutan yang diperuntukan sebagai sarana pendidikan dan penelitian di bawah pengelolaan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Hutan ini merupakan hutan rawa gambut yang memiliki komunitas biotik dari suatu sistem yang hidup dan berkembang sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dinamis. Kawasan yang dikelola dengan baik dan memiliki potensi yang cukup tinggi ternyata telah mengundang perhatian dari para penebang liar untuk melakukan kegiatan eksploitasi di kawasan ini. Oleh karena itu kegiatan pembalakan merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan hutan rawa gambut yang sering kali menghambat berlangsungnya proses suksesi menuju masyarakat hutan yang stabil. Pembalakan akan menyebabkan terbukanya tajuk hutan, meningkatkan suhu tanah, mempercepat proses pelapukan, evaporasi dan transpirasi sehingga tumbuhan penganggu yang mempunyai vitalitas tinggi dirangsang tumbuh. Disamping itu pembalakan melalui penebangan liar juga menyebabkan vegetasi yang ada pada kawasan menjadi berkurang. Pada saat ini kegiatan pembalakan liar di kawasan hutan pelestarian ramin ini telah menurun aktifitasnya. Maka untuk mengetahui secara jelas tentang kondisi tegakan pada kawasan perlu dilakukan penelitian, sehingga dapat diketahui keadaan struktur dan komposisi jenis yang tersisa setelah mengalami penebangan liar, khususnya untuk tingkat regenerasi alaminya.

2. Pengembangan Hutan Alam Gambut Kalimantan Tengah