Pengembangan Hutan Alam Gambut Kalimantan Tengah

43 Pusat Pelestarian Plasma Ramin Gonystylus bancanus adalah hutan yang diperuntukan sebagai sarana pendidikan dan penelitian di bawah pengelolaan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Hutan ini merupakan hutan rawa gambut yang memiliki komunitas biotik dari suatu sistem yang hidup dan berkembang sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dinamis. Kawasan yang dikelola dengan baik dan memiliki potensi yang cukup tinggi ternyata telah mengundang perhatian dari para penebang liar untuk melakukan kegiatan eksploitasi di kawasan ini. Oleh karena itu kegiatan pembalakan merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan hutan rawa gambut yang sering kali menghambat berlangsungnya proses suksesi menuju masyarakat hutan yang stabil. Pembalakan akan menyebabkan terbukanya tajuk hutan, meningkatkan suhu tanah, mempercepat proses pelapukan, evaporasi dan transpirasi sehingga tumbuhan penganggu yang mempunyai vitalitas tinggi dirangsang tumbuh. Disamping itu pembalakan melalui penebangan liar juga menyebabkan vegetasi yang ada pada kawasan menjadi berkurang. Pada saat ini kegiatan pembalakan liar di kawasan hutan pelestarian ramin ini telah menurun aktifitasnya. Maka untuk mengetahui secara jelas tentang kondisi tegakan pada kawasan perlu dilakukan penelitian, sehingga dapat diketahui keadaan struktur dan komposisi jenis yang tersisa setelah mengalami penebangan liar, khususnya untuk tingkat regenerasi alaminya.

2. Pengembangan Hutan Alam Gambut Kalimantan Tengah

Pengembangan Hutan Alam gambut Kalimantan Tengah seluas 50.000 ha berada pada kelompok hutan Sebangau yang berada pada bagian areal proyek lahan gambut sejuta hektar PLG. Pengembangan hutan alam gambut ini diharapkan dapat memperkuat pelestarian habitat ramin.Disamping sebagai areal konservasi ramin fungsi lingkungan lainnya dari lahan gambut tersebut adalah : - penguatan sumberdaya alam terbarukan source of renewable resources - cadangan karbon carbon store - sumber keanekaragaman hayati reservoir of biodiversity - sumber catatan sejarah record of historical information - pengaturan permukaan air tanah sensitivity to lowering of water table - manfaat wisata alam potential for limited recreation Di Kalimantan Tengah, seperti halnya di daerah lainnya di Indonesia, hutan rawa gambut yang berupa LOA mewarnai bekas tebangan hutan ramin yang rusak akibat kegiatan penebangan. Penebangan ilegal bahkan terjadi pada hutan konservasi atau taman nasional. Seperti halnya Taman Nasional Tanjung Putting yang dikenal sebagai habitat orangutan, sampai saat ini di sana masih berlangsung penebangan ilegal. Kerusakan lahan gambut telah menyebabkan hilangnya potensi hutan ramin yang sedianya terdapat di areal rencana proyek PLG. Perencanaan dan implementasi proyek yang kurang sempurna terutama pembukaan kanal yang terlalu intensif telah menyebabkan kekeringan terutama di musim kemarau. Dalam kaitan ini, lahan hutan gambut di lokasi PLG sebagian besar telah terbakar. 44 Laboratorium alam ekosistem gambut Sebangau yang merupakan bagian dari eks-projek pengembangan lahan gambut sejuta hektar Mega Rice Project kendatipun telah ditetapkan menjadi Taman Nasional Sebangau saat ini juga merupakan LOA yang nyaris terancam oleh kegiatan illegal tersebut. Dari kondisi hutan rawa gambut yang ada di Kalimantan Tengah tegakan ramin yang masih memungkinkan untuk dikembangkan adalah kelompok hutan Tanjung Puting, kelompok hutan Kahayan Tengah di sebelah utara kota Palangkaraya, dan dalam areal eks PLG di kelompok hutan Sebangau seluas 50.000 ha. Dalam upaya konservasi hutan ramin - regulasi, implementasi dan teknologi yang diperlukan meliputi : 1. Penetapan awal kembali tataguna hutan rawa gambut termasuk satuan lahan gambut, lokasi dan luas sebagai habitat ramin. Kepastian kawasan sangat krusial bagi kelangsungan jenis endemik yang hampir punah ini. 2. Dalam teknik silvikultur pada hutan ramin perlu diutamakan pemeliharaan semai alam karena hasil studi menunjukkan bahwa pertumbuhan permudaan alam lebih berhasil daripada permudaan buatan pada ekosistem rawa gambut. 3. Beberapa peraturan daerah seperti izin pemanfaatan cerucuk batangpohon tingkat tiang termasuk pancang, untuk keperluan pembangunan pondasi jalan dan gedung di dataran tanah rawa, seperti di Kalimantan Barat kemungkinan di daerah lain perlu ditertibkan. Moratorium penebangan pohon ramin pada hutan yang masih tersisa harus diimplementasikan dan tindakan hukum dalam mengatasi penebangan ilegal perlu ditingkatkan demi kelangsungan keberadaan hutan ramin. 4. Pertumbuhan anakan cabutan terutama jenis ramin untuk tanaman perkayaan pada hutan rawa gambut sering mengalami kendala, karena sistem perakaran permudaan semai yang panjang, untuk itu manipulasi sistem perakaran jenis ramin termasuk pengaturan pemukaan air tanah dan penyuburan permukaan tanah gambut perlu dilakukan. 5. Pengadaan bahan tanaman semai buatan jenis ramin perlu dikembangkan untuk mengatasi anakan alam yang sudah terbatas jumlahnya. Untuk memacu pertumbuhan anakan di lapangan perlu dilakukan pemberian zat perangsang tumbuh, pupuk esensial dan penularan mikorisa. 6. Rehabilitasi hutan gambut bekas terbakar harus disertai dengan pengaturan pemukaan air tanah gambut melalui pembuatan drainase yang sesuai karena pertumbuhan permudaan jenis endemik termasuk ramin hanya akan terjadi jika kondisi lingkungan mikro tercipta seperti sebelum kebakaran. 7. Pada lahan gambut yang telah dibangun kanal-kanal seperti pada eks PLG Kalimantan Tengah, proses pembasahan lahan rewetting perlu dilakukan melalui penambatan kanal terutama dalam mengatasi kekeringan lahan gambut. 8. Pelestarian hutan ramin pada areal bekas konsesi PT Diamond Riau. 45 STRATEGI KONSERVASI, PERSYARATAN LEGAL DAN ADMINISTRATIF

1.1 Konsep HCVF High Conservation Value Forest