beberapa bulan untuk melengkapi identifikasi tersebut. 3. Spesimen serum akut dan serum konvalesen dapat digunakan untuk konfirmasi
diagnosis. Tetapi, konfirmasi diagnosis ini lambat karena serum akut diambil saat 1-2 minggu setelah gejala awal timbul dan serum konvalesen diambil 2
minggu setelah itu. Antibodi antileptospira diperiksa menggunakan microscopic agglutination testMAT.
4. Metoda laboratorium cepat dapat merupakan diagnosis yang cukup baik. Titer MAT tunggal sebesar 1:800 pada sera atau identifikasi spiroseta pada
mikroskopi lapang gelap bila dikaitkan dengan manifestasi klinis yang khas akan cukup bermakna.
Pengobatan
Pengobatan awal memegang peranan penting; penggunaan pencilin dan streptomisin dianjurkan. Pengobatan tidak berguna bila terjadi kerusakan pada ginjal.
Streptomisin pada dosis yang tinggi dapat mencegah “carrier”.
Pencegahan
Bila leptospirosis merupakan wabah maka pencegahan utama yang dilakukan adalah pengendalian tikus dan pencemaran air. Leptospira dapat bertahan dalam air
yang bersifat basa selama beberapa hari, namun hanya dapat bertahan dalam sampah selama 12 jam; mikroorganisme ini sangat peka terhadap kering dan panas.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara vaksinasi. Perlindungan yang ditimbulkan kira-kira satu tahun.
II.1.4 Gardnerella vaginalis
Klasifikasi
26
Kingdom : Bacteria Phylum : Actinobacteria
Order : Bifidobacteriales Family : Bifidobacteriaceae
Genus : Gardnerella Species : Gardnerella vaginalis
Karakteristik
Organisme ini mula-mula dikenal sebagai H. vaginalis kemudian diubah menjadi genus Gardnerella atas dasar penyelidikan mengenai fenetopik dan asam
dioksi-ribonukleat. Tidak mempunyai kapsul, tidak bergerak dan berbentuk batang gram negatif atau variabel gram. Bewarna abu-abu dan tipis. Tes katalase, oksidase,
reduksi nitrat, indole, dan urease semuanya negatif Kuman ini bersifat fakultatif, dengan produksi akhir utama pada fermentasi
berupa asam asetat, banyak galur yang juga menghasilkan asam laktat dan asam format. Ditemukan juga galur anaerob obligat. Dan untuk pertumbuhannya
dibutuhkan tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, biotin, purin, dan pirimidin.7 Berbagai literatura dalam 30 tahun terakhir membuktikan bahwa G. vaginalis
berhubungan dengan bacterial vaginalis.
Penularan
Penyakit bakterial vaginosis lebih sering ditemukan pada wanita yang memeriksakan kesehatannya daripada vaginitis jenis lainnya. Frekuensi bergantung
pada tingkatan sosial ekonomi penduduk pernah disebutkan bahwa 50 wanita aktif seksual terkena infeksi G. vaginalis.
Gardnerella vaginalis dapat diisolasi dari 15 anak wanita prapubertas yang masih perawan, sehingga organisme ini tidak mutlak ditularkan lewat kontak seksual.
Meskipun kasus bakterial vaginosis dilaporkan lebih tinggi pada klinik PMS, tetapi peranan penularan secara seksual tidak jelas .Bakterial vaginosis yang rekuren dapat
27
meningkat pada wanita yang mulai aktivitas seksualnya sejak umur muda, lebih sering juga terjadi pada wanita berkulit hitam yang menggunakan kontrasepsi dan
merokok. Bakterial vaginosis yang rekuren prevalensinya juga tinggi pada pasangan- pasangan lesbi, yang mungkin berkembang karena wanita tersebut berganti-ganti
pasangan seksualnya ataupun yang sering melakukan penyemprotan pada vagina. Hampir 90 laki-laki yang mitra seksual wanitanya terinfeksi Gardnerella vaginosis,
mengandung G.vaginalis dengan biotipe yang sama dalam uretra, tetapi tidak menyebabkan uretritis.
Infeksi
Wanita dengan bakterial vaginosis dapat tanpa gejala. Gejala yang paling sering pada bakterial vaginosis adalah adanya cairan vagina yang abnormal terutama
setelah melakukan hubungan seksual dengan adanya bau vagina yang khas yaitu bau amisbau ikan fishy odor. Bau tersebut disebabkan oleh adanya amin yang menguap
bila cairan vagina menjadi basa. Cairan seminal yang basa pH 7,2 menimbulkan terlepasnya amin dari perlekatannya pada protein dan amin yang menguap
menimbulkan bau yang khas. Walaupun beberapa wanita mempunyai gejala yang khas, namun pada sebagian besar wanita dapat asimptomatik. Iritasi daerah vagina
atau sekitar vagina gatal, rasa terbakar, kalau ditemukan lebih ringan daripada yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis atau C.albicans. Sepertiga penderita
mengeluh gatal dan rasa terbakar, dan seperlima timbul kemerahan dan edema pada vulva. Nyeri abdomen, dispareuria, atau nyeri waktu kencing jarang terjadi, dan kalau
ada karena penyakit lain. Pada pemeriksaan biasanya menunjukkan sekret vagina yang tipis dan sering berwarna putih atau abu-abu, viskositas rendah atau normal,
homogen, dan jarang berbusa. Sekret tersebut melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kelainan yang difus. Gejala peradangan umum tidak
ada. Sebaliknya sekret vagina normal, lebih tebal dan terdiri atas kumpulan sel epitel vagina yang memberikan gambaran yang bergerombol.
Pada penderita dengan bakterial vaginosis tidak ditemukan inflamasi pada vagina dan vulva. Bakterial vaginosis dapat timbul bersama infeksi traktus genital
28
bawah seperti trikomoniasis dan servisitis sehingga menimbulkan gejala genital yang tidak spesifik.
Pengobatan
Gardnerella vaginalis yang asimptomatik tidak memerlukan pengobatan. Se- mentara VB meskipun dapat sembuh sendiri, sudah menjadi kesepakatan untuk harus
diobati, apalagi umumnya penderita mengeluhkan bau yang kurang sedap. Karena VB dilaporkan banyak terjadi pada ibu hamil dan jika tidak ditataksana dapat
menyebabkan partus preterm atau endometritiis pascapartus, maka regimen untuk VB pun diupayakan yang aman untuk ibu hamil.
Secara umum antibiotik merupakan pilihan pertama terapi VB, Metronidazole, Clindamycin, Tetrasiklin, serta krim sulfonamida. Sebagai terapi
utama digunakan Metronidazole dengan dosis 2 x 400 mg atau 300 mg setiap hari selama 7 hari atau 5 g inttravaginal selama 7 hari. Metronidazole bersifat bakterisida
terhadap bakteri anaerob. Metronidazole topikal Flagyl akan mematikan jaringan sehat di sekitarnya karena terbentuk radikal bebas dan bereaksi dengan komponen
DNA interaseluler sehingga mematikan sel-sel di sekitarnya. Clindamycin dan tetrasiklin sudah tidak banyak dipakai karena tidak terlalu
efektif. Begitu juga krim sulfonamida tripel yang bersifat acid cream base sehingga akan menurunkan pH jika dipakai setiap hari selama 7 hari. Pemberian antibiotik
untuk VB tidak hanya ditujukan untuk eradikasi atau menurunkan jumlah G. Vaginalis dan kuman anaerob vaginal, tetapi juga memiliki aktivitas minimal terhadap
flora vaginal. Pemakaian AKDR akan menimbulkan rekurensi VB. Pemberian metronidazole 2 gram oral dosis tunggal tiap bulan pada hari ke-3 siklus menstruasi
dianjurkan untuk profilaksis terjadinya rekurensi. Besarnya jumlah rekurensi setelah pengobatan merupakan pertimbangan memilih obat untuk VB.
Selain pemakaian AKDR, faktor predisposisi yang dapat menyebabkan VB ialah pemberian antibiotik, penurunan estrogen, pencucian vagina vaginal douching,
serta berhubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi Gardnerella vaginalis. Selain itu VB juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi, di antaranya salpingitis,
endometritis, selulitis vagina, reaksi simpang kehamilan, termasuk kehamilan prematur, korioamnionitis, dan endometritis pascapartum. Namun yang demikian
29
relatif jarang terjadi, sehingga prognosis VB jika tanpa komplikasi termasuk baik. Sementara prognosis jika terdapat komplikasi sangat tergantung pada komplikasi
yang terjadi
Pencegahan
Untuk mencegah penyakit vaginalis yang dibawa oleh Gardnerella vaginalis ini hendaknya kita tidak berganti pasangan walaupun sampai sekarang penularan
Gardnerella vaginalis melalui kegiatan seksual belum jelas kepastiannya. Kegiatan- kegitan yang mengurangi imun kita juag sebaiknya dihindari seperti merokok karena
bagaimanapun juga hal yang pertama melawan bakteri yang masuk ke dalam tubuh adalah sistem imun
II.2 Bakteri Patogen Sistem Saraf