Perkembangan ini terjadi sebelum adanya perkembangan parlemen. Setelah fungsi legislasi menjadi penting, ada suatu tahap dimana terdapat kecemburuan oleh pihak pengadilan oleh
karena penerapan produk legislasi yang harus diterapkan dalam pengadilan, serta dalam keadaan terdapat keraguan terhadap produk legislasi tersebut produk legislasi hanya memberikan
interpretasi yang sempit untuk meminimalisasi perambahan pada common law. Kemudian ada juga istilah “equity” yang dibedakan dengan istilah “law” tapi merupakan tambahan terhadap
“law”. Equity ini diterapkan dalam suatu pengadilan yang dikenal sebagai Court of Chancery. Adanya equity ini bertujuan untuk menutupi kelemahan - kelemahan common law dalam hal
common law tidak mampu untuk menanggapi kebutuhan masyarakat.
II. Peraturan Perundang - Undangan dan keputusan - keputusan yudisial
Referensi untuk perbandingan lainnya selain sejarah adalah peraturan perundang - undangan dan keputusan yudisial. Pada common law kedua hal ini dapat diartikan dalam
“enacted law” dan “case law”. Pada civil law, sumber hukum utamanya adalah peraturan perundang - undangan, dan hal - hal yang luas dikodifikasi secara sistematik. Kodifikasi ini
meskipun berbentuk undang undang yang dibuat berdasarkan badan legislative, namun ini sedikit berbeda dengan undang undang pada umumnya.
Pada common law, terutama di Inggris hal ini berbeda. Pada Common law, saat pengadilan memutus suatu perkara, putusannya tidak hanya menjadi hukum bagi para piahk,
namun juga menjadi hukum bagi kasus - kasus lainnya di waktu mendatang. Common law terdiri dari peraturan peraturan yang berasal dari putusan - putusan tersebut. Permasalahan baru akan
semakin memperkaya peraturan - peraturan pada common law. Dalam hal ini putusan hakim dapat dianggap sebagai sumber hukum dan bukti dari adanya hukum yang berhubungan dengan
kasus kasus actual. Hal ini didasari pada asas preseden, dimana jika suatu hal telah ditetapkan, suatu hasilnya tersebut haruslah dicapai terhadap suatu permasalahan yang sama. Namun asas
preseden ini hanya diterapkan dalam ratio decidendi atau bagian menimbangnya. Kalau ada situasi dimana kasus yang ditangani hakim mirip tapi tidak mirip dengan kasus - kasus yang
pernah ada, maka hakim bisa memilih dua opsi, antara memakai hukum pada kasus yang sudah ada atau tidak memperhatikan putusan sebelumnya dan hanya mengaplikasikannya pada bagian
bagian tertentu. Atau secara ekstrim dapat juga menerapkan putusan yang baru, dalam rangka adanya suatu kondisi yang berbeda.
Perundang - undangan tetap ada pada common law. Namun perundang undangan ini biasanya tidak dirumuskan dalam hal mengatur hal hal yang umum, namun berisi peraturan -
peraturan yang dimaksudkan untuk mengendalikan situasi tertentu yang berisi detail yang cukup. Belakangan ini perkembangannya malah berkembang sebaliknya, sehingga menjadi pertanyaan
apakah hal ini suatu pergerakan menuju kodifikasi. Putusan hakim pada civil law dikatakan hanyalah untuk menerapkan hukum saja.
Pernyataan tersebut merupakan pernyataan yang sempit, yang dapat menimbulkan persepsi bahwa peran yudisial hanyalah sebatas itu saja. Saat pengadilan menerapkan hukum, itu adalah
sekaligus menginterpretasikannya. Pada proses menginterpretasikan tersebut, pengadilan dimungkinkan memperluas penafsirannya, sehingga diharapkan dapat mengisi kekosongan
hukum. Sehingga pengadilan civil law dapat dianggap sebagai “membuat hukum” dalam arti yang sempit, tidak seperti pada common law dimana putusan hakim dianggap sebagai sumber
hukumnya. Pada sistem civil law, pengadilan tidak terikat untuk menerapkan putusan pengadilan sebelumnya. Putusan yang baru haruslah didasarkan pada hukum, yang mana dianggap tidak
akan menghalangi untuk hasil yang sama untuk suatu kasus yang serupa karena dianggap isi teks yang sama akan mengarah pada kesimpulan yang sama. Pada negara Prancis atau Belgia terdapat
ketentuan kalau hukum yang sama diterapkan secara konsisten pada kasus kasus tertentu yang identik, hal ini dapat menjadi suatu “Jurisprudence constant” dan dapat mengikat di kemudian
hari.
III. Doktrin, pendidikan Hukum, dan Penelitian Hukum