metode - metode ini. Namun ada juga pendapat yang menyatakan saat ini sudah tidak ada perbedaan yang jelas antara kedua sistem hukum ini, yang disebabkan perkembangan
masyarakat. Terdapt juga di beberapa daerah dimana kedua sistem hukum ini berjalan dalam satu negara, yang sering disebut sebagai “mixed jurisdiction” seperti pada Lousiana, Quebec,
Skotlandia, dan Afrika Selatan.
I. Sejarah dan Perkembangannya
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam memahami civil law dan common law adalah melihat dengan sekilas terhadap sejarah dan perkembangannya. Terminologi civil law
berasal dari kata Latin “jus civile” yang diciptakan oleh bangsa Romawi sebagai hukum dimana hanya Orang - orang Romawi saja yang memiliki privilese terhadap hukum ini, serta orang orang
lainnya berlaku “ius gentium”. Seringkali juga disebutkan bahwa negara - negara civil law adalah mereka yang sistem hukumnya mengadopsi dari hukum romawi. Perkembangannya dapat dilihat
setidaknya seribu tahun dari awal mula adanya hukum tertulis dalam twelve tables sampai pada selesainya kodifikasi dan kompilasi Justinian. Kemudian pada abad pertengahan hukum romawi
ini meredup pada negara negara di eropa, dan kembali muncul pada waktu yang berbeda dan dengan cara yang berbeda - beda seperti modifikasi atau diinterpretasikan kembali. Pada abad 18
dan 19 hukum romawi mendapat apresiasi yang mendalam dari para sarjana hukum. Puncaknya, adalah pada saat terdapat beberapa unifikasi politik eropa barat yang menuntun kepada unifikasi
hukum privat dalam gerakan nasional kodifikasi, khususnya di Prancis dan di Jerman. Common law sebagai sistem hukum diidentikan dengan asalnya serta perkembangannya
di Inggris, yang mana lahir dari sistem yang feudal dan insiden - insiden yang terjadi karenanya. Aspek penyelesaian sengketa dalam sistem ini dilaksanakan secara kedaerahan, yang mana tiap
daerah bertindak secara independen. Hak dan kewenangan suatu individu mengalir dari status personalnya dalam sistem. Kemudian raja menginginkan kekuatan yang lebih sentral, namun
ternyata nmalah menimbulkan konflik dengan penguasa penguasa daerah. Raja dalam hal ini membuat pengadilan sendiri dengan hakim - hakim yang berada pada seluruh negeri, namun
pengadilan ini hanya dalam kompetensi - kompetensi tertentu saja. Pengadilan - pengadilan ini awalnya tidak diterima dengan baik oleh masyarakat. Kemudian dibuatlah peraturan yang
seragam dengan menyusun norma dasar yang biasa common atau dikenal di seluruh negeri, yang kemudian menjadi bentuk hukum yang umum dan dikenal sebagai common law.
Perkembangan ini terjadi sebelum adanya perkembangan parlemen. Setelah fungsi legislasi menjadi penting, ada suatu tahap dimana terdapat kecemburuan oleh pihak pengadilan oleh
karena penerapan produk legislasi yang harus diterapkan dalam pengadilan, serta dalam keadaan terdapat keraguan terhadap produk legislasi tersebut produk legislasi hanya memberikan
interpretasi yang sempit untuk meminimalisasi perambahan pada common law. Kemudian ada juga istilah “equity” yang dibedakan dengan istilah “law” tapi merupakan tambahan terhadap
“law”. Equity ini diterapkan dalam suatu pengadilan yang dikenal sebagai Court of Chancery. Adanya equity ini bertujuan untuk menutupi kelemahan - kelemahan common law dalam hal
common law tidak mampu untuk menanggapi kebutuhan masyarakat.
II. Peraturan Perundang - Undangan dan keputusan - keputusan yudisial