Perbandingan Hukum Perdata Tugas
Tugas Mata Kuliah
Perbandingan Hukum Perdata
Nama :
Muhammad Iqbal
(2)
A. COMMON LAW (ANGLO-SAXON)
Sistem ini dikenal pula dengan istilah "Anglo Amerika", mulai berkembang di Inggris pada abad XI yang disebut sebagai sistem "Common Law" dan "Uri Written Law". Sistem "Anglo Amerika" melandasi hukum positif di negara-negara Amerika Utara, seperti Kanada dan negara-negara persemakmuran Inggris dan Australia serta USA.
Konsep negara hukum Anglo-Saxon Rule of Law dipelopori oleh A.V Dicey (Inggris). Menurut A.V Dicey, konsep rule of law ini menekankan pada tiga tolok ukur:
1. Supremasi hukum (supremacy of law);
2. Persamaan dihadapan hukum (equality before the law);
3. Konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan (the constitution based on individual rights).
Sumber hukumnya Sistem Hukum Anglo Saxon antara lain:
1. Putusan-putusan pengadilan atau hakim (judicial decision), yaitu hakim tidak hanya berfungsi sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum, tetapi juga membentuk seluruh tata kehidupan dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru (yurisprudensi).
2. Kebiasaan-kebiasaan dan peraturan-peraturan tertulis Undang-Undang dan peraturan administrasi negara.
Dengan demikian sistem hukum Anglo Saxon lebih mengutamakan pada Common Law, yaitu kebiasaan dan hukum adat masyarakat, sedangkan undang-undang hanya mengatur pokok-pokoknya saja dan kehidupan masyarakat. Dengan adanya common law, kedudukan kebiasaan dalam masyarakat lebih berperan, dan selalu menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang semakin maju.
Sumber-sumber dalam sistem Anglo Saxon (putusan hakim, kebiasaan dan peraturan administrasi) tidak tersusun secara sistematik dalam hierarki tertentu seperti di dalam sistem Eropa Kontinental. Selain itu peranan hakim dalam sistem Anglo Saxon berbeda dengan peranan hakim pada sistem Eropa Kontinental. Pada sistem Anglo Saxon, hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum saja, melainkan peranannya sangat besar yaitu membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat. Hakim mempunyai wewenang
(3)
yang sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang sejenis.
Dalam sistem common law hakim di pengadilan menggunakan prinsip "pembuat hukum sendiri" dengan melihat kepada kasus-kasus dan fakta-fakta sebelumnya [case law atau judge made law]. Pada hakekatnya hakim berfungsi sebagai legislative, sehingga hukum lebih banyak bersumber pada putusan-putusan pengadilan yang melakukan kreasi hukum."
Lebih jauh dari itu dengan dianutnya ajaran "the doctrine of precedent atau stare decists" pada common law, maka dalam memutuskan suatu perkara, seorang hakim hams mendasarkan putusannya kepada prinsip hukum yang sudah ada di dalam putusan hakim lain dari perkara yang sejenis sebelumnya [preceden). Tetapi dalam hal belum ada putusan hakim lain yang serupa, atau putusan pengadilan yang sudah ada tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, maka hakim dapat menetapkan putusan baru berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran dan akal sehat [common sense] dengan pertimbangan yang rasa penuh tanggungjawab.
Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Saxon Amerika mengenal juga pembagian "Hukum Publik dan Hukum Privat". Pengertian yang diberikan kepada hukum publik hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Eropa Kontinental. Sedangkan bagi hukum privat pengertiannya agak berbeda dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Eropa Kontinental. Sistem hukum Eropa Kontinental lebih menekankan hukum privat sebagai kaidah-kaidah hukum perdata dan hukum dagang yang dicantumkan dalam kodifikasi kedua hukum itu. Tetapi pada sistem hukum Anglo Saxon, hukum privat lebih ditujukan kepada kaidah-kaidah hukum tentang hak milik [law of property], hukum tentang orang [law of persons], hukum perjanjian [law oc contract], dan hukum tentang perbuatan melawan hukum [law of torts] yang tersebar di dalam peraturan tertulis, putusan-putusan hakim dan hukum kebiasaan.
Kronologis sejarah hukum Common Law yang dimulai dari tahun 1066 berdampak terhadap sistem pemerintahan yang bersifat feodalistis dengan melakukan pembagian wilayah-wilayah yang dikuasakan ke tangan Lord dan rakyat harus menyewa tanah terhadap Lord tersebut. Kekuasaan Lord yang semakin besar sehingga ia dapat mendirikan pengadilan sendiri yang dinamakan dengan minoral court yang
(4)
menjalankan tugasnya berdasarkan hukum kebiasaan setempat dan hukum yang ditetapkannya sendiri.
Kekuasaan Lord yang demikian besar menimbulkan berbagai penyelewengan dan akhirnya tercium juga oleh Raja Henry II (1154-1180) dan mengambil beberapa kebijaksanaan, yaitu:
a. Disusunlah suatu kitab yang memuat hukum Inggris pada waktu itu. Agar mendapatkan kepastian hukum kitab tersebut ditulis dalam bahasa latin oleh Glanvild chief justitior dari Henry II dengan judul Legibus Angliae.
b. Diberlakukannya sistem writ yakni surat perintah dari raja kepada tergugat agar membuktikan bahwa hak-hak dari penggugat itu tidak benar. Dengan demikian tergugat mendapat kesempatan untuk membela diri.
c. Diadakan sentralisasi pengadilan (Royal Court) yang tidak lagi mendasarkan pada hukum kebiasaan setempat melainkan pada Common Law yang merupakan suatu unifikasi hukum kebiasaan yang sudah diputus oleh hakim (yurisprudensi). Hal ini merupakan suatu kemajuan yang semula hanya ada minorial court yang didirikan oleh para Lord.”'
Dalam periode tahun 1485 sampai tahun 1832, timbul sistem hukum “equity” yaitu sistem hukum yang didasarkan pada hukum alam atau keadilan yang timbulnya memiliki sejarah tersendiri. Awalnya pengadilan yang ada yaitu Royal Court dan sistem Writ yang diberlakukan sangat terbatas dalam mengadili perkara sehingga orang mencari keadilan kepada pimpinan gereja atau Lord of Chancellor.
Pengadilan yang dilakukan oleh pimpinan gereja menurut sistem hukum Inggris tidak bertentangan di mana pada saat itu terdapat pengadilan Royal Court yang didasarkan kepada Common Law dan hakim-hakimnya bertindak atas nama raja, sedangkan pengadilan Court of Chancery didasarkan Dada hukum gereja atau kanonik dan hakimnya adalah seorang rohaniawan. Dengan semakin banyaknya minat dari masyarakat untuk mencari keadilan kepada Lord of Chancellor sehingga pada akhirnya terbentuk pengadilan tersendiri yaitu Court of Chancerry di samping Royal Court yang telah ada.
Akhirnya pengadilan Inggris dilakukan reorganisasi (judicature act pada tahun 1873-1875) di mana pengadilan Royal Court dan Court of Thancerry diletakkan di bawah satu atap. Tugas dalam penyelesaian perkara tidak berbeda lagi, artinya baik perkara-perkara Common Law (cases at Common Law) dan perkara-perkara Equity
(5)
(cases at Equity) sama-sama diajukan ke salah satu pengadilan tersebut. Namun demikian di dalam Draktek masyarakat tetap tidak mematuhinya, dan mengajukan tuntutan masing-masing sesuai dengan jenis perkaranya.
Sumber hukum dalam sistem hukum Common Law terdiri atas: a. Yurisprudensi.
Yurisprudensi merupakan sumber hukum yang utama dan terpenting dalam sistem Common Law. Dalam sistem ini, hakim terikat pada “precedent” atau putusan mengenai perkara yang serupa dengan yang akan diputus. Hakim harus berpedoman pada putusan-putusan pengadilan terdahulu apabila dihadapkan pada suatu kasus. Oleh karenanya di sini hakim berpikir secara induktif. Asas keterikatan hakim pada “precedent” disebut “stare decisis et quieta non movere”, yang lazimnya disingkat “stare decisis” atau disebut juga “the binding force of precedent”. Hakim hanya terikat pada isi putusan pengadilan yang esensial yang disebut “ratio decidendi” yaitu yang dapat dianggap mempunyai sifat yang menentukan atau bagian yang berkaitan dengan hukum. Putusan yang bersifat “binding precedent” berarti putusan tersebut memiliki kekuatan yang meyakinkan.
Dalam putusan hakim menurut sistem common law putusan seorang hakim yang diikuti oleh hakim lainnya adalah yang berhubungan langsung dengan pokok perkara (ratio decidendi), sedangkan dalam hal yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan pokok perkara yakni yang merupakan tambahan dan ilustrasi (obiter dicto) hakim dapat menilai sebagai suasana yang meliputi pokok perkara menurut pandangan hakim itu sendiri.
b. Statuta Law.
Pandangan masyarakat Inggris terhadap hukum dalam arti sebenarnya masih tertuju terhadap Common Law karena telah, berkembang selama berabad-abad lamanya. Statuta Law diakui sebagai hukum Inggris setelah diterapkan oleh hakim beserta interpretasi nya.
(6)
Statuta law adalah peraturan yang dibuat oleh parlemen Inggris seperti layaknya undang-undang dalam sistem kontinental. Statuta Law merupakan sumber hukum kedua setelah yurisprudensi. Untuk melaksanakan Statuta Law dibuat perangkat peraturan pelaksanaan oleh instansi-instansi pemerintah yang bersangkutan.
Fungsi Statuta Law sebagai penambah terhadap Common Law yang terkadang belum lengkap dan tidak ditujukan untuk mengatur suatu permasalahan secara menyeluruh. Pembentukkan melalui Statuta Law menjadi penting setelah Perang Dunia II karena diperlukan perubahan peraturan-peraturan secara cepat, dibandingkan dengan yurisprudensi yang dirasakan lamban. Dengan demikian pembentukkan melalui Statuta merupakan cara pembentukkan hukum yang lain karena dilakukan oleh Parlemen yakni berupa undang-undang (written law).
Pembentukkan hukum oleh Parlemen dirasakan lebih cepat karena:
1) Tidak terikat kepada banyaknya perkara yang masuk pengadilan dan banyaknya keputusan hakim;
2) Karena dapat menyimpang dari hukum yang telah diputuskan oleh hakim. Parlemen dapat merubah putusan pengadilan dengan suatu undang-undang. Jadi Undang-Undang dapat merubah yurisprudensi. Meskipun Undang-Undang dengan bebas dapat menyatakan apa yang merupakan hukum, tetapi di dalam kenyataan tidaklah demikian. Ada hal-hal yang membatasi tindakan parlemen untuk mengubah yurisprudensi yaitu pendapat umum. Di camping pendapat umum yang membatasi kebebasan parlemen tersebut adalah pendapat para sarjana hukum, sehingga terdapat pembatasan secara obyektif. Oleh karenanya dalam sistem hukum Inggris, kekuasaan pembentuk undang-undang dipergunakan agak hati-hati. Dari uraian di atas tampak pembentukkan hukum secara tradisional melalui yurisprudensi dirasakan lamban dan tidak mampu untuk mengikuti perubahan-perubahan secara cepat. Untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat modern, pembentukkan hukum secara cepat harus dibantu dengan pembentukkan hukum melalui undang-undang.
(7)
c. Custom
Custom merupakan sumber hukum yang ketiga. Yang dimaksud dengan custom adalah kebiasaan yang sudah berlaku selama berabad-abad di Inggris dan merupakan sumber nilai-nilai. Dari nilai-nilai ini hakim menggali serta membentuk norma-norma hukum. Custom ini kemudian dituangkan dalam putusan pengadilan.
Kebiasaan ada dua macam yaitu local custom (kebiasaan setempat) dan commercial custom (kebiasaan yang menyangkut perdagangan). Kedua custom (kebiasaan) ini merupakan sumber darimana hakim menggali nilai-nilai untuk dapat dituangkan dalam putusan pengadilan di dalam menghadapi suatu perkara.
d. Reason (akal sehat).
Reason merupakan sumber hukum keempat dalam hukum Inggris. Reason berfungsi sebagai sumber hukum jika sumber hukum yang lain tidak memberikan penyelesaian terhadap perkara yang sedang ditangani oleh hakim, artinya tidak didapatkan norma hukum yang mampu memberikan penyelesaian mengenai perkara yang sedang diperiksa.
Reason berfungsi sebagai pelengkap dan merupakan cara penemuan hukum di dalam menghadapi masalah-masalah hukum yang tidak ditemukan norma-norma hukumnya dari sumber-sumber hukum yang lain. Dengan reason, para hakim dibantu untuk menemukan norma-norma hukum untuk memberikan keputusan.
(8)
B. Socialist Law
Socialist Law adalah nama resmi untuk sistem hukum di negara-negara komunis. Kata sosialis ketika digunakan dalam hubungannya dengan hukum mengandung banyak arti berbeda diantara para ahli hukum. Pada dasarnya, kata “sosialis” menandakan filosofi dan ideologi yang berdasarkan yang pada umumnya mengacu ke pemikiran “Marxist-Leninist”. Ideologi sosialis selalu dihubungkan dengan prinsip bahwa keseluruhan hukum adalah instrumen dari kebijakan ekonomi dan sosial, dan kebiasaan common law dan civil law menggambarkan kapitalis, burjuis, imperialis, eksploitasi masyarakat, ekonomi dan pemerintahan.
Teori Marxist dibangun diatas dasar doktrin “dialektikal/historikal materialisme” yang berpendapat bahwa masyarakat bergerak menuju berbagai tingkatan dan fase di dalam menjalaninya itu merupakan evolusi dan pembangunan. Itu kemungkinan dimulai tanpa sistem hukum, kemudian menjadi salah satu kepemilikan buruh, diikuti dengan tingkat dari abad pertengahan, sebelum bergerak menjadi kapitalisme, kemudian sosialisme sebelum akhirnnya hukum bertambah buruk di dalam masyarakat tanpa kelas tanpa kepentingan terhadap sistem hukum apapun karena semua manusia akan saling membicarakan keadilan satu sama lain.
Quigley menggambarkan (lebih baik mendefinisikan): “socialist law as the law of countries whose governments officially view the country as being either socialist or moving from capitalism to socialism, and which hold a communistic society as an ultimate goal” yang artinya: “hukum sosialis sebagai hukum negara-negara yang pemerintahnya secara resmi melihat negara-negara sebagai salah satu sosialis atau bergerak dari kapitalisme ke sosialisme dan yang memegang teguh masyarakat komunistik sebagai sebuah tujuan akhir”.
Christine Sypnowich, dalam bukunya “The Socialist Concept of Law” mendefinisikan: “socialism as a society where private propety in the form of capital has been eliminated and replaced by common ownership of the means of production thereby permitting a large measure of equality and fraternity in social relations”, yang artinya: “sosialisme sebagai suatu masyarakat dimana kepemilikan pribadi dalam bentuk modal telah dihapus dan diganti dengan kepemilikan umum dimana berarti produksi oleh karenanya diizinkan dalam ukuran besar dari persamaan dan persaudaraan di dalam hubungan kemasyarakatan”.
(9)
Teori Marxist-Leninist mengagung-agungkan kedudukan istimewa ekonomi dalam hubungan kemasyarakatan, dengan mengambil kekuatan mengikat dari politik dan hukum. Dalam istilah internasional, teori Marxist-Leninist berarti pengasingan dari dunia Barat, kadang-kadang meninggalkannya dengan interaksi yang selektif dengan pihak komunis asing. Hukum, ketika digunakan oleh pemimpin Soviet oleh karenanya telah menjadi alat belaka dalam merencanakan dan mengelola ekonomi dan struktur sosial dari negara. Hukum adalah bagian sederhana dari ideologi super struktur yang mengontrol kenyataan material dari produksi; dimana ditetapkan dan didefinisikan dalam kata dari fungsi politik.
Kelompok negara-negara yang telah menerima socialist law dapat dibagi ke dalam dua kategori utama:
1. Jurisdiksi sosialis kuno, seperti Polandia, Bulgaria, Hungaria, Czechoslovakia, Rumania, Albania, Repbulik Rakyat China, Republik Rakyat Vietnam, Republik Rakyat Demokratik Korea, Mongolia (merupakan sistem hukum nasionalnya yang tertua di dalam kelompok ini) dan Kuba;
2. Sistem Hukum Sosialis yang terbaru atau yang kemudian berkembang, seperti Republik Demokratic Kamboja, Laos, Mozambique, Angola, Somalia, Libya, Ethiopia, Guiena dan Guyana.
(10)
C.
Pemikiran Karl Marx
a. Materialisme Historis
Materialisme Historis merupakan istilah yang sangat berguna untuk memberi nama pada asumsi-asumsi dasar menganai teorinya. Dari The Communist Manifesto dan Das Kapital, dimana penekanan Marx adalah pada kebutuhan materil dan perjuangan kelas sebagai akibat dari usaha-usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Menurut pandangan ini, ide-ide dan kesadaran manusia tidak lain daripada refleksi yang salah tentang kondisi-kondisi materil. Perhatian ini dipusatkan Marx sebagai uasaha Marx untuk meningkatkan rvolusi sosialis sehingga kaum proletariat dapat menikmati sebagian besar kelimpahan materil yang dihasilkan oleh industrialisme. Menurut Marx, suatu pemahaman ilmiah yang dapat diterima tentang gejala sosial menuntut si ilmuwan untuk mengambil sikap yang benar terhadap hakikat permasalahan itu. hal ini mencakupi pengakuan bahwa manusia tidak hanya sekedar organisme materil, sebaliknya manusia memiliki kesadaran diri. Dimana, mereka memiliki suatu kesadaran subyektif tentang dirinya sendiri dan situasi-situasi materialnya. Penjelasan Marx pada Materialistis tentang perubahan sejarah, diterapkan pada pola-pola perubahan sejarah yang luas, penekanan materialistis ini berpusat pada perubahan-perubahan cara atau teknik-teknik produksi materil sebagai sumber utama perubahan sosial budaya. Dalam The German Ideology Marx menunjukkan bahwa manusia menciptakan sejarahnya sendiri selama mereka berjuang menghadapi lingkungan materilnya dan terlibat dalam hubungan-hubungan sosial yang terbatas dalam proses-proses ini. Tetapi kemampuan manusia untuk membuat sejarahnya sendiri, dibatasi oleh keadaan lingkungan materil dan sosial yang sudah ada. Ketegangan-ketegangan yang khas dan kontradiksi-kontradiksi yang menonjol akan berbeda-beda menurut tahap sejarahnya serta perkembangan materil sosialnya. Tetapi dalam semua tahap, perjuangan individu dalam kelas-kelas yang berbeda untuk menghadapi lingkungan materil dan sosialnya yang khusus agar bisa tetap hidup dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, merupakan sumber utama perubahan untuk tahap berikutnya Marx mengandaikan bahwa pemilikan daya-daya produksi masyarakat secara komunal dan suatu distribusi yang lebih merata yang didasarkan pada kebutuhan manusia, bukan kerakusan borjuis.
(11)
b. Infrastruktur Ekonomi dan Superstruktur Sosio Budaya
Marx berulang-ulang menekankan ketergantungan politik pada struktur ekonomi, tipe analisa yang sama berlaku untuk pendidikan , agama, keluarga, dan semua institusi sosial lainnya. Sama halnya dengan kebudayaan suatu masyarakat, termasuk standar-standar moralitasnya, kepercayaan-kepercayaan agama, sistem-sistem filsafat, ideologi politik, dan pola-pola seni serta kreativitas sastra juga mencerminkan pengalaman hidup yang riil dari orang-orang dalam hubungan-hubungan ekonomi mereka. hubungan-hubungan antara infrastruktur ekonomi dan superstruktur budaya dan struktur sosial yang dibangun atas dasar itu merupakan akibat langsung yang wajar dari kedudukan materialisme historis. Adaptasi manusia terhadap lingkungan materilnya selalu melalui hubungan-hubungan ekonomi tertentu, dan hubungan-hubungan ini sedemikian meresapnya hingga semua hubungan-hubungan sosial lainnya dan juga bentuk-bentuk kesadaran, dibentuk oleh hubungan ekonomi itu. Mengenai determinisme ekonomi Marx tidak menjelaskan secara konsisten, sekalipun ekonomi merupakan dasar seluruh sistem sosio budaya, institusi-institusi lain dapat memperoleh otonomi dalam batas tertentu, dan malah memperlihatkan pengaruh tertentu pada struktur ekonomi. Pada akhirnya struktur ekonomi itu tergantung terhadapnya.
c. Kegiatan dan Alienasi
Inti seluruh teori Marx adalah proposisi bahwa kelangsungan hidup manusia serta pemenuhan kebutuhannya tergantung pada kegiatan produktif di mana secara aktif orang terlibat dalam mengubah lingkungan alamnya. Namun, kegiatan produktif itu mempunyai akibat yang paradoks dan ironis, karena begitu individu mencurahkan tenaga kreatifnya itu dalam kegiatan produktif , maka produk-produk kegiatan ini memiliki sifat sebagai benda obyektif yang terlepas dari manusia yang membuatnya. Tentang alienasi menurut Marx merupakan akibat dari hilangnya kontrol individu atas kegiatan kreatifnya sendiri dan produksi yang dihasilkannya. Pekerjaan dialami sebagai suatu keharusan untuk sekedar bertahan hidup dan tidak sebagai alat bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan kreatifnya. Alienasi melekat dalam setiap sistem pembagian kerja dan pemilikan pribadi, tetapi bentuknya yang paling ekstrem ada di dalam kapitalisme, dimana mekanisme pasar yang impersonal itu, menurunkan kodrat manusia menjadi komoditi, dilihat sebagai satu pernyataan hukum alam dan kebebasan manusia.
(12)
bentuk ekstrem alienasi itu merupakan akibt dari perampasan produk buruh oleh majikan kapitalisnya. Marx menekankan bahwa alienasi kelihatannya benar-benar tidak dapat dielakkan dalam pandangan mengenai kodrat manusia yang paradoks. Di satu pihak manusia menuangkan potensi manusiawinya yang kreatif dalam kegiatannya, dilain pihak, produk-produk kegiatan kreatifnya itu menjadi benda yang berada di luar kontrol manusia yang menciptakannya yang menghambat kreativitas mereka selanjutnya. Bagi Marx alienasi akan berakhir, bila manusia mampu untuk mengungkapkan secara utuh dalam kegiatannya untuk mereka sendiri, sehingga ekspolitasi dan penindasan tidak menjangkiti manusia lagi. d. Kelas Sosial, Kesadaran Kelas, dan Perubahan Sosial
Salah satu kontradiksi yang paling mendalam dan luas yang melekat dalam setiap masyarakt di mana ada pembagian kerja dan pemilikan pribadi adalah pertentangan antara kepentingan-kepentingan materil dalam kelas-kelas sosial yang berbeda. Marx memang bukan orang pertama yang menmukan konsep kelas, tapi menurut Marx pembagian kelas dalam masyarakat adalah pembagian antara kelas-kelas yang berbeda, faktor yang paling penting mempengaruhi gaya hidup dan kesadaran individu adalah posisi kelas. Ketegangan konflik yang paling besar dalam masyarakat, tersembunyi atau terbuka adalah yang terjadi antar kelas yang berbeda, dan salah satu sumber perubahan sosial yang paling ampuh adalah muncul dari kemenangan satu kelas lawan kelas lainnya. Marx beranggapan bahwa pemilikan atau kontrol atas alat produksi merupakan dasar utama bagi kelas-kelas sosial dalam semua tipe masyarakat, dari masyarakat yang primitif sampai pada kapitalisme modern. Mengenai konsep kelas Marx, mengidentifikasikan tiga kelas utama dalam masyarakat kapitalis, yaitu buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah. Kelas tersebut dibedakan berdasarkan pendapatan pokok yakni upah, keuntungan, sewa tanah untuk masing-masinnya. Selanjutnya Marx juga melakukan pembedaan antara dimensi obyektif dan subyektif antara kepentingan kelas. Kesadaran kelas merupakan satu kesadaran subyektif akan kepentingan kelas obyektif yang mereka miliki bersama orang-orang lain dalam posisi yang serupa dalam sistem produksi. Konsep “kepentingan” mengacu pada sumber-sumber materil yang aktual yang diperlukan kelas untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan individu. Kurangnya kesadaran penuh akan kepentingan kelas sangat berhubungan dengan penerimaan yang berkembang untuk mendukung kelas dominan dan
(13)
struktur sosial yang ada. Pengaruh ideologi inilah yang memunculkan “kesadaran palsu”. Bila nanti terjadi krisis ekonomi dalam sistem kapitalis, menurut Marx akan menjelaskan bahwa kontradiksi-kontradiksi internal dalam kapitalisme akan mencapai puncak gawatnya dan sudah tiba waktunya bagi kaum proletar untuk melancarkan suatu revolusi yang berhasil
e. Kritik Terhadap Masyarakat Kapitalis
Menurut Marx dalam Das kapital, ia menekankan bahwa untuk mengungkapkan dinamika-dinamika yang mendasar dalam sistem kapitalis sebagai sistem yang bekerja secara aktual, yang berlawanan dengan versi yang diberikan oleh para ahli ekonomi politik sangat bersifat naif. Marx menerima teori nilai tenaga kerja dari nilai pasar suatu komoditi ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang menghasilkan produksi itu. nilai merupakan faktor utama menetukan harga komoditi. Gagasan Marx dalam hal ini selanjutnya dikenal dengan istilah “surplus Value” atau teori nilai lebih yaitu pertukaran yang tidak proporsional antara nilai pakai dan nilai tukar. Dalam hal ini keuntungan yanng lebih besar dimiliki oleh para kapitalis, dan buruh tidak berkuasa atas nilai lebih yng telah dihasilkannya sebagai tenaga kerja. Ketika Marx hidup waktu Di Eropa sedang terjadi revolusi industri, lalu dalam hal ini Marx melakukan kritik atas ekspansi kapitaslis dan korelasinya dengan krisis ekonomi. Menurut marx penggunaan mesin baru yang hemat buruh merusakkan keseimbangan antara kemampuan produktif dan permintaan, dan karena itu mempercepat krisis ekonomi. Selain itu juga menurut marx eskpansi Kapitalis akan membuat individu-individu semakin teralienasi. Dan paradoks atas kapitalisme akan muncul.
(14)
Daftar Pustaka
1. Usman, Rachmadi. 2003.
2. Asshiddiqie, Jimly. 2010. Konstitusi Ekonomi. Jakarta: Kompas Gramedia
3. http://jimlyschool.com/read/analisis/276/sejarah-constitutional-review-gagasan-pembentukan-mk/ (diakses 29 September 2013)
(1)
Teori Marxist-Leninist mengagung-agungkan kedudukan istimewa ekonomi dalam hubungan kemasyarakatan, dengan mengambil kekuatan mengikat dari politik dan hukum. Dalam istilah internasional, teori Marxist-Leninist berarti pengasingan dari dunia Barat, kadang-kadang meninggalkannya dengan interaksi yang selektif dengan pihak komunis asing. Hukum, ketika digunakan oleh pemimpin Soviet oleh karenanya telah menjadi alat belaka dalam merencanakan dan mengelola ekonomi dan struktur sosial dari negara. Hukum adalah bagian sederhana dari ideologi super struktur yang mengontrol kenyataan material dari produksi; dimana ditetapkan dan didefinisikan dalam kata dari fungsi politik.
Kelompok negara-negara yang telah menerima socialist law dapat dibagi ke dalam dua kategori utama:
1. Jurisdiksi sosialis kuno, seperti Polandia, Bulgaria, Hungaria, Czechoslovakia, Rumania, Albania, Repbulik Rakyat China, Republik Rakyat Vietnam, Republik Rakyat Demokratik Korea, Mongolia (merupakan sistem hukum nasionalnya yang tertua di dalam kelompok ini) dan Kuba;
2. Sistem Hukum Sosialis yang terbaru atau yang kemudian berkembang, seperti Republik Demokratic Kamboja, Laos, Mozambique, Angola, Somalia, Libya, Ethiopia, Guiena dan Guyana.
(2)
C.
Pemikiran Karl Marx
a. Materialisme HistorisMaterialisme Historis merupakan istilah yang sangat berguna untuk memberi nama pada asumsi-asumsi dasar menganai teorinya. Dari The Communist Manifesto dan Das Kapital, dimana penekanan Marx adalah pada kebutuhan materil dan perjuangan kelas sebagai akibat dari usaha-usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Menurut pandangan ini, ide-ide dan kesadaran manusia tidak lain daripada refleksi yang salah tentang kondisi-kondisi materil. Perhatian ini dipusatkan Marx sebagai uasaha Marx untuk meningkatkan rvolusi sosialis sehingga kaum proletariat dapat menikmati sebagian besar kelimpahan materil yang dihasilkan oleh industrialisme. Menurut Marx, suatu pemahaman ilmiah yang dapat diterima tentang gejala sosial menuntut si ilmuwan untuk mengambil sikap yang benar terhadap hakikat permasalahan itu. hal ini mencakupi pengakuan bahwa manusia tidak hanya sekedar organisme materil, sebaliknya manusia memiliki kesadaran diri. Dimana, mereka memiliki suatu kesadaran subyektif tentang dirinya sendiri dan situasi-situasi materialnya. Penjelasan Marx pada Materialistis tentang perubahan sejarah, diterapkan pada pola-pola perubahan sejarah yang luas, penekanan materialistis ini berpusat pada perubahan-perubahan cara atau teknik-teknik produksi materil sebagai sumber utama perubahan sosial budaya. Dalam The German Ideology Marx menunjukkan bahwa manusia menciptakan sejarahnya sendiri selama mereka berjuang menghadapi lingkungan materilnya dan terlibat dalam hubungan-hubungan sosial yang terbatas dalam proses-proses ini. Tetapi kemampuan manusia untuk membuat sejarahnya sendiri, dibatasi oleh keadaan lingkungan materil dan sosial yang sudah ada. Ketegangan-ketegangan yang khas dan kontradiksi-kontradiksi yang menonjol akan berbeda-beda menurut tahap sejarahnya serta perkembangan materil sosialnya. Tetapi dalam semua tahap, perjuangan individu dalam kelas-kelas yang berbeda untuk menghadapi lingkungan materil dan sosialnya yang khusus agar bisa tetap hidup dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, merupakan sumber utama perubahan untuk tahap berikutnya Marx mengandaikan bahwa pemilikan daya-daya produksi masyarakat secara komunal dan suatu distribusi yang lebih merata yang didasarkan pada kebutuhan manusia, bukan kerakusan borjuis.
(3)
b. Infrastruktur Ekonomi dan Superstruktur Sosio Budaya
Marx berulang-ulang menekankan ketergantungan politik pada struktur ekonomi, tipe analisa yang sama berlaku untuk pendidikan , agama, keluarga, dan semua institusi sosial lainnya. Sama halnya dengan kebudayaan suatu masyarakat, termasuk standar-standar moralitasnya, kepercayaan-kepercayaan agama, sistem-sistem filsafat, ideologi politik, dan pola-pola seni serta kreativitas sastra juga mencerminkan pengalaman hidup yang riil dari orang-orang dalam hubungan-hubungan ekonomi mereka. hubungan-hubungan antara infrastruktur ekonomi dan superstruktur budaya dan struktur sosial yang dibangun atas dasar itu merupakan akibat langsung yang wajar dari kedudukan materialisme historis. Adaptasi manusia terhadap lingkungan materilnya selalu melalui hubungan-hubungan ekonomi tertentu, dan hubungan-hubungan ini sedemikian meresapnya hingga semua hubungan-hubungan sosial lainnya dan juga bentuk-bentuk kesadaran, dibentuk oleh hubungan ekonomi itu. Mengenai determinisme ekonomi Marx tidak menjelaskan secara konsisten, sekalipun ekonomi merupakan dasar seluruh sistem sosio budaya, institusi-institusi lain dapat memperoleh otonomi dalam batas tertentu, dan malah memperlihatkan pengaruh tertentu pada struktur ekonomi. Pada akhirnya struktur ekonomi itu tergantung terhadapnya.
c. Kegiatan dan Alienasi
Inti seluruh teori Marx adalah proposisi bahwa kelangsungan hidup manusia serta pemenuhan kebutuhannya tergantung pada kegiatan produktif di mana secara aktif orang terlibat dalam mengubah lingkungan alamnya. Namun, kegiatan produktif itu mempunyai akibat yang paradoks dan ironis, karena begitu individu mencurahkan tenaga kreatifnya itu dalam kegiatan produktif , maka produk-produk kegiatan ini memiliki sifat sebagai benda obyektif yang terlepas dari manusia yang membuatnya. Tentang alienasi menurut Marx merupakan akibat dari hilangnya kontrol individu atas kegiatan kreatifnya sendiri dan produksi yang dihasilkannya. Pekerjaan dialami sebagai suatu keharusan untuk sekedar bertahan hidup dan tidak sebagai alat bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan kreatifnya. Alienasi melekat dalam setiap sistem pembagian kerja dan pemilikan pribadi, tetapi bentuknya yang paling ekstrem ada di dalam kapitalisme, dimana mekanisme pasar yang impersonal itu, menurunkan kodrat manusia menjadi komoditi, dilihat sebagai satu pernyataan hukum alam dan kebebasan manusia.
(4)
bentuk ekstrem alienasi itu merupakan akibt dari perampasan produk buruh oleh majikan kapitalisnya. Marx menekankan bahwa alienasi kelihatannya benar-benar tidak dapat dielakkan dalam pandangan mengenai kodrat manusia yang paradoks. Di satu pihak manusia menuangkan potensi manusiawinya yang kreatif dalam kegiatannya, dilain pihak, produk-produk kegiatan kreatifnya itu menjadi benda yang berada di luar kontrol manusia yang menciptakannya yang menghambat kreativitas mereka selanjutnya. Bagi Marx alienasi akan berakhir, bila manusia mampu untuk mengungkapkan secara utuh dalam kegiatannya untuk mereka sendiri, sehingga ekspolitasi dan penindasan tidak menjangkiti manusia lagi. d. Kelas Sosial, Kesadaran Kelas, dan Perubahan Sosial
Salah satu kontradiksi yang paling mendalam dan luas yang melekat dalam setiap masyarakt di mana ada pembagian kerja dan pemilikan pribadi adalah pertentangan antara kepentingan-kepentingan materil dalam kelas-kelas sosial yang berbeda. Marx memang bukan orang pertama yang menmukan konsep kelas, tapi menurut Marx pembagian kelas dalam masyarakat adalah pembagian antara kelas-kelas yang berbeda, faktor yang paling penting mempengaruhi gaya hidup dan kesadaran individu adalah posisi kelas. Ketegangan konflik yang paling besar dalam masyarakat, tersembunyi atau terbuka adalah yang terjadi antar kelas yang berbeda, dan salah satu sumber perubahan sosial yang paling ampuh adalah muncul dari kemenangan satu kelas lawan kelas lainnya. Marx beranggapan bahwa pemilikan atau kontrol atas alat produksi merupakan dasar utama bagi kelas-kelas sosial dalam semua tipe masyarakat, dari masyarakat yang primitif sampai pada kapitalisme modern. Mengenai konsep kelas Marx, mengidentifikasikan tiga kelas utama dalam masyarakat kapitalis, yaitu buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah. Kelas tersebut dibedakan berdasarkan pendapatan pokok yakni upah, keuntungan, sewa tanah untuk masing-masinnya. Selanjutnya Marx juga melakukan pembedaan antara dimensi obyektif dan subyektif antara kepentingan kelas. Kesadaran kelas merupakan satu kesadaran subyektif akan kepentingan kelas obyektif yang mereka miliki bersama orang-orang lain dalam posisi yang serupa dalam sistem produksi. Konsep “kepentingan” mengacu pada sumber-sumber materil yang aktual yang diperlukan kelas untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan individu. Kurangnya kesadaran penuh akan kepentingan kelas sangat berhubungan dengan penerimaan yang berkembang untuk mendukung kelas dominan dan
(5)
struktur sosial yang ada. Pengaruh ideologi inilah yang memunculkan “kesadaran palsu”. Bila nanti terjadi krisis ekonomi dalam sistem kapitalis, menurut Marx akan menjelaskan bahwa kontradiksi-kontradiksi internal dalam kapitalisme akan mencapai puncak gawatnya dan sudah tiba waktunya bagi kaum proletar untuk melancarkan suatu revolusi yang berhasil
e. Kritik Terhadap Masyarakat Kapitalis
Menurut Marx dalam Das kapital, ia menekankan bahwa untuk mengungkapkan dinamika-dinamika yang mendasar dalam sistem kapitalis sebagai sistem yang bekerja secara aktual, yang berlawanan dengan versi yang diberikan oleh para ahli ekonomi politik sangat bersifat naif. Marx menerima teori nilai tenaga kerja dari nilai pasar suatu komoditi ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang menghasilkan produksi itu. nilai merupakan faktor utama menetukan harga komoditi. Gagasan Marx dalam hal ini selanjutnya dikenal dengan istilah “surplus Value” atau teori nilai lebih yaitu pertukaran yang tidak proporsional antara nilai pakai dan nilai tukar. Dalam hal ini keuntungan yanng lebih besar dimiliki oleh para kapitalis, dan buruh tidak berkuasa atas nilai lebih yng telah dihasilkannya sebagai tenaga kerja. Ketika Marx hidup waktu Di Eropa sedang terjadi revolusi industri, lalu dalam hal ini Marx melakukan kritik atas ekspansi kapitaslis dan korelasinya dengan krisis ekonomi. Menurut marx penggunaan mesin baru yang hemat buruh merusakkan keseimbangan antara kemampuan produktif dan permintaan, dan karena itu mempercepat krisis ekonomi. Selain itu juga menurut marx eskpansi Kapitalis akan membuat individu-individu semakin teralienasi. Dan paradoks atas kapitalisme akan muncul.
(6)
Daftar Pustaka
1. Usman, Rachmadi. 2003.
2. Asshiddiqie, Jimly. 2010. Konstitusi Ekonomi. Jakarta: Kompas Gramedia
3. http://jimlyschool.com/read/analisis/276/sejarah-constitutional-review-gagasan-pembentukan-mk/ (diakses 29 September 2013)