Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Mobilitas Pada Kasus Stroke di Ruangan Neorologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan
Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Mobilitas Pada Kasus Stroke di
Ruangan Neorologi Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Ahmad Husein
NIM. 112500099
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Mobilisasi pada Kasus Stroke di RSUD. Dr.Pirngadi Medan”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatra Utara Medan.
2. Ibu Erniyati S.Kep, Ns, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.
3. Bapak Ismayadi S.Kep, MNs, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS, selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan memberi masukan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.
6. Yang terhormat kepada kedua orang tua, Ayahanda (Ahmad Fauzi Hutasuhut), Ibunda (suhaini hasibuan) serta Abang dan seluruh keluarga yang tidak pernah lelah memberikan dukungan moril maupun materil dan dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Sahabat-sahabat dan orang-orang yang saya sayangi Milisa isma lubis, Rezky Yolanda tari, Ade ira wati, Raudhatun wardah lubis, Radha A. saragih, Nur Kholila Siregar, Zulfadly Hariadi, Muhammad R Dhana, Ali umar, lexa sein, yang selalu memberikan dukungan serta motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
(4)
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang telah berpartisipasi dan mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Medan, Juni 2013 Penulis
Ahmad Husein NIM. 112500099
(5)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Manfaat ... 3
BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 4
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi ... 4
a. Pengkajian ... 7
b. Analisa Data ... 10
c. Rumusan Masalah ... 12
d. Perencanaan ... 12
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus ... 15
a. Pengkajian ... 15
b. Analisa Data ... 25
c. Rumusan Masalah ... 26
d. Perencanaan ... 27
e. Implementasi ... 31
f. Evaluasi ... 31
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 33
3.1 Kesimpulan ... 33
3.2 Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(6)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Kategori Tingkat Kemampuan Aktivitas ... 8 2.2 Derajat Normal Rentang Gerak Sendi ... 9 2.3 Derajat Kekuatan Otot ... 10
(7)
BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang
Stroke adalah penyebab utama mengalami ketidakmampuan jangka panjang (cacat). Setiap tahunnya terdapat kurang lebih 795.000 orang yang menderita serangan stroke. Jumlah tersebut, 600.000 jiwa adalah serangan pertama, dan 165.000 jiwa mengalami serangan ulang. Hamper ¾ stroke yang terjadi, dialami oleh mereka dengan usia diatas 65 tahun. Resikonya selalu meningkat lebih dari dua kali lipat pada setiap dekadenya. Dimana dekade sebelumnya terjadi pada usia diatas 55 tahun. Menurut WHO menyebutkan tahun 2011 terdapat 15.000.000 orang di dunia yang mengalami stroke setiap tahunnya. Dari jiwa tersebut, 5 juta jiwa meninggal dunia dan 5 juta jiwa mengalami cacat total permanen. Sedangkan, di Indonesia menurut menteri kesehatan Indonesia, stroke adalah penyebab kematian yang utama di Indonesia. Porsinya mencapai 15,4% dari total penyebab kematian. Artinya, 1 dari 7 orang yang meninggal adalah karena stroke (Pahria, 2010).
Stroke dapat berdampak pada berbagai fungsi tubuh, diantaranya adalah defisit motorik berupa hemiparese. Stroke merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat. Kondisi abnormal pembuluh darah otak, yang dikarakteristikkan oleh adanya perdarahan didalam otak atau pembentukan embolus atau trombus yang menyumbat arteri, mengakibatkan iskemik jaringan otak yang pada kondisi normal diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut (Astrid, 2011).
Pasien stroke bukan merupakan kasus kelainan muskuloskeletal, tetapi kondisi stroke merupakan kelainan dari otak sebagaisusunan saraf pusat yang mengontrol dan mencetuskan gerak dari system neuro-muskoloskeletal, secara klinis gejala yang sering muncul adalah hemiparese atau hemiplegi. Keadaan hemiperese atau hemiplegik merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab hilangnya mekanisme refleks postural normal, seperti mengontrol siku untuk bergerak. Mengontrol gerak kepala untuk menjaga keseimbangan. Rotasi tubuh untuk gerak-gerak fungsional pada ekstremitas (Irdawati, 2008).
Gerak fungsional merupakan gerakan yang harus di stimulasi secara berulang-ulang supaya terjadi gerakan yang terkoordinasi secara disadari serta
(8)
menjadi refleks secara otomatis berdasarkan keterampilan aktifitas kehidupan sehari-hari. Hal ini tergantung pada cara pertolongan saat re-learning gerakan yang akan mempengaruhi sensasi gerak di otak dan mendorong pasien untuk memikirkan gerakannya pada saat melakukan gerakan tersebut (Irdawati, 2008).
Masalah yang sering di alami oleh penderita stroke dan yang paling di takuti adalah hambatan mobilitas fisik. Penderita mengalami kesulitan saat beraktivitas karena mengalami gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan, dan koordinasi gerak (Irdawati, 2008).
Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relatif. Maksudnya, individu tidak hanya kehilangan kemempuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Komplikasi tersebut tidak hanya membatasi pasien untuk mandiri dalam melakukan Activity Daily Lifes (ADL), namun juga meningkatkan ketergantungan pasien pada keluarga dan memiliki dampak ekonomi pada pasien, keluarga dan masyarakat. Mobilisasi adalah kemampuan seorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kehilangan kemampuan untuk berrgerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (Mubarak, 2007).
Kasus diatas sejalan dengan kasus yang ditemui oleh penulis di ruangan Neurologi RSUD dr. Pirngadi. Dimana pasien ditemukan tanda dan gejala anggota gerak pasien bagian kiri sulit untuk di gerakkan, kekuatan otot anggota gerak bagian kiri pasien menurun, gerakan pasien melambat, bicara pelo, aktivitas pasien dibantu perawat dan keluarga. Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk mengambil atau menegakkan kasus “Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Mobilisasi pada Kasus Stroke di RSUD dr. Pirngadi Medan”.
(9)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi kebutuhan mobilisasi pada Ny. N dengan kasus stroke di ruangan neurologi RSUD dr. Pirngadi Medan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. N dengan gangguan kebutuhan mobilisasi.
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. N dengan gangguan kebutuhan mobilisasi.
c. Melakukan implementasi pada Ny. N dengan gangguan kebutuhan mobilisasi.
d. Melakukan evaluasi pada Ny. N dengan gangguan kebutuhan mobilisasi.
1.3 Manfaat
1. Penulis
Dapat menambah pengetahuan tentang intervensi terhadap gangguan kebutuhan mobilisasi serta meningkatkan keterampilan dan wawasan bagi penulis.
2. Tenaga Kesehatan
Masukkan agar tenaga kesehatan lebih bertanggung jawab dalam memberikan konstribusi penanganan masalah mobilisasi pada pasien.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa DIII Keperawatan.
(10)
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi
2.1.1 Definisi Mobilisasi Fisik
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhikebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Alimul, 2009).
NANDA Internasional mendefinisikan gangguan mobilisasi fisik sebagai keterbatasan pada kemandirian, gerakan fisik pada tubuh, atau satu atau lebih ekstremitas (Ackley dan Ladwign, 2006). Gangguan tingkat mobilisasi fisik klien sering disebabkan oleh restriksi gerakan dalam bentuk tirah baring, restriksi fisik karena peralatan eksternal (misalnya gips atau traksi rangka), restriksi gerakan volunter, atau gangguan fungsi motorik dan rangka.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya (Alimul, 2009).
Gangguan mobilisasi adalah suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami oleh seseorang. Penyebab imobilitas fisik bermacam-macam dan dapat dikategorikan berhubungan dengan lingkungan internal dan eksternal.
2.1.2 Klasifikasi Mobilisasi
Menurut (Mubarak, 2008), secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain :
a. Imobilitas fisik
Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
b. Imobilitas intelektual
(11)
c. Imobilitas emosional
Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai.
d. Imobilitas sosial
Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering terjadi akibat penyakit (Mubarak, 2008).
2.1.3 Tingkatan Imobilitas
Tingkatan imobilitas bervariasi, diantaranya adalah : a. Imobilitas komplit
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan tingkat kesadaran.
b. Imobilitas parsial
Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur, misalnya fraktur ekstremitas bawah (kaki).
c. Imobilitas karena alasan pengobatan
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan pernafasan (misalkan sesak nafas) atau pada penderita penyakit jantung. Pada kondisi tirah baring (bedrest) total, klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur dan tidak boleh berjalan ke kamar mandi atau duduk di kursi. Akan tetapi, pada tirah baring bukan total, klien masih diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur dan berjalan kekamar mandi atau duduk dikursi. Keuntungan dari tirah baring antara lain mengurangi kebutuhan oksigen sel-sel tubuh, menyalurkan sumber energi untuk proses penyembuhan, dan dapat mengurangi respon nyeri.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
a. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
(12)
b. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu:
• Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya: paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).
• Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer (misalnya: kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.
c. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi. d. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008).
2.1.5 Dampak Fisik dan Psikologi Imobilitas
Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalalm memecahkan masalah, dan perubahan konsep diri. Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai berikut:
a. Sistem muskuloskeletal
Pada sistem ini, imobilitas dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti osteoporosis, atrofi otot, kontraktur, dan kekakuan serta nyeri pada sendi. b. Elliminasi urin
Masalah yang umum ditemui pada sistem perkemihan akibat imobilisasi adalah stasis urine, batu ginjal, retensi urine, infeksi perkemihan.
(13)
c. Gastrointestinal
Kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga sistem pencernaan, yaitu fungsi ingesti, digesti dan eleminasi.
d. Respirasi
Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan gerak pernafasan, penumpukan secret, atelektasis.
e. Sistem kardiovaskular
Masalah yang umum ditemui yaitu Hipotensi ortostatik, pembentukan thrombus, edema dependen.
f. Metabolisme dan nutrisi
Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan laju metabolisme, balans nitrogen negatif, anoreksia.
g. Sistem integument
Masalah yang umum ditemui yaitu turgor kulit menurun, kerusakan kulit. h. Sistem neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input sensorik, menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan mudah bingung (Wahid, 2008).
2.1.6 Proses Keperawatan a. Pengkajian
Suatu ketika mobilitas individu mengalami keterbatasan karena nyeri, paralisis, kehilangan kekuatan otot, penyakit sistemik, adanya alat pengimobilisasi, atau keterbatasan yang ditentukan untuk meningkatkan penyembuhan. Pengkajian mobilitas pasien mencakup perubahan posisi, kemampuan untuk bergerak, kekuatan otot, fungsi sendi, dan batasan mobilitas yang ditentukan. Perawat mungkin harus berkolaborasi dengan ahli terapi fisik atau anggota tim lainnya untuk mengkaji mobilitas. Selama aktivitas perubahan posisi, pindah, dan ambulasi, perawat mengkaji kemampuan pasien, keluasan ketidakmampuan, dan kapasitas residual untuk adaptasi fisiologi (Suddarth dan Brunner, 2002).
Disamping itu, perawat perlu menyadari kondisi medis pasien dan efek yang dipunyai pada kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
(14)
Pengkajian tentang keterlibatan keluarga dalam aktifitas kehidupan sehari-hari juga penting. Informasi ini sangat penting dalam merancang tujuan dan menyusun rencana keperawatan guna memaksimalkan perawatan diri (Suddarth dan Brunner, 2002).
Menurut (Alimul, 2006), pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas adalah sebagai berikut:
a. Riwayat keperawatan sekarang
b. Pengkajian keperawatan penyakit yang pernah diderita c. Kemampuan fungsi motorik
d. Kemampuan mobilitas
Tabel 2.1 Kategori Tingkat Kemampuan Aktivitas adalah sebagai berikut : Tingkat aktivitas/Mobilisasi Kategori
Tingkat 0
Tingkat 1 Tingkat 2
Tingkat 3
Tingkat 4
Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
e. Kemampuan rentang gerak
Pengkajian rentang gerak (Range of Motion – ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.
(15)
Tabel 2.2 Derajat Normal Rentang Gerak Sendi
Gerak Sendi Derajat Rentang
Normal Bahu
Adduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh
Siku
Fleksi : angkat lengan bawah kea rah depan dan ke arah atas menuju bahu
Pergelangan tangan
Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah
Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan 9ea rah belakang sejauh mungkin
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas Adduksi : tekuk pergelangan tangan kea rah kelingking, telapak tangan menghadap ke atas
Tangan dan jari
Fleksi : buat kepalan tangan Ekstensi : luruskan jari
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
Abduksi : kembangkan jari tangan
Adduksi : rapatkan jari tangan dari posisi adduksi
180
150
80-90
80-90
70-90
0-20
30-50
90 90
30 20 20
(16)
f. Perubahan intoleransi aktivitas
g. Kekuatan otot dan gangguan kordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan secara bilateral atau tidak.
Tabel 2.3 Derajat Kekuatan Otot dapat ditentukan dengan : Skala Presentase
Kekuatan Normal Karakteristik
0 1
2
3
4
5
0 10
25
50
75
100
Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat
Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
Gerakan yang normal melawan gravitasi
Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh
h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme tulang, dan lain-lain.
b. Analisa Data
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada atau risiko terjadi masalah. (lihat kotak diagnosa di bawah)
(17)
Contoh Diagnosa keperawatan NANDA untuk Ketidaktepatan Mekanika Tubuh dan Hambatan Mobilisasi
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan :
- Kesejajaran tubuh yang buruk - Penurunan mobilisasi
Risiko cedera yang berhubungan dengan :
- Ketidaktepatan mekanika tubuh - Ketidaktepatan posisi
- Ketidak tepatan tekhnik pemindahan
Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :
- Penurunan rentang gerak - Tirah baring
- Penurunan kekuatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan :
- Stasis sekresi paru
- Ketidaktetapan posisi tubuh
Ketidakefektiifan pola nafas yang berhubungan dengan :
- Penurunan pengembangan paru - Penumpukan sekresi paru - Ketidaktepatan posisi tubuh
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan :
- Pola nafas ridak simetris - Penurunan pengembangan paru - Penumpukan sekresi paru
Gangguan intergritas kulit atau risiko gangguan integritas kulit yang
berhubungan dengan : - Keterbatasan mobilisasi - Tekanan permukaan kulit - Gaya gesek
Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan :
- Risiko infeksi
(18)
- Retensi urine
Inkontinensia total yang berhubungan dengan :
- Perubahan pola eliminasi - Keterbatasan mobilisasi
Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan :
- Penurunan asupan cairan
Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan :
- Pengurangan tingkat aktivitas - Isolasi sosial
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :
- Keterbatasan mobilisasi - Ketidaknyamanan
c. Rumusan Masalah
Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah mobilisasi bisa pula dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut Nanda, label diagnosis untuk masalah mobilisasi meliputi Hambatan Mobilitas Fisik atau Risiko Dissuse Syndrome. Sedangkan label diagnosis dengan masalah mobilisasi sebagai etiologi bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi (Wahid, 2008).
d. Perencanaan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kateori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literatur yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik (Potter & Perry, 2005).
(19)
Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik Faktor yang berhubungan :
1. Intoleran aktivitas 2. Ansietas
3. Kontraktur
4. Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia 5. Fisik tidak bugar
6. Penurunan ketahanan tubuh 7. Penurunan kendali otot 8. Penurunana massa otot 9. Penurunan kekuatan otot
10.Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik 11.Ketidaknyamanan
12.Kaku sendi
13.Kerusakan integritas struktur tulang 14.Gangguan musculoskeletal
15.Nyeri
16.Program pembatasan gerak 17.Keengganan memulai pergerakan 18.Gangguan sensoriperseptual
Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang bermasalah kesejajaran tubuh dan mobilisasiyang aktual maupun beresiko. Perawat merencanakan terapi sesuai dengan derajat risiko klien, dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan gaya hidup.
Klien berisiko bahaya dikaitkan ketidaktepatan kesejajaran tubuh dan gangguan mobilisasi, membutuhkan rencana keperawatan langsung melalui pemberian posisi secara aktual atau potensial serta kebutuhan mobilisasi. Ahli terapi fisik merupakan sumber paling tepat bagi perawat dalam memilih jenis latihan rentang gerak. Rencana keperawatan di dasari oleh satu atau lebih tujuan berikut ini:
(20)
1. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat.
2. Mencapai kembali kesejajaran tubuh yang tepat ataupun pada tingkat optimal.
3. Mengurangi cedera pada sistem kulit dan musculoskeletal dari ketidaktepatan mekanika atau kesejajaran.
4. Mencapai ROM penuh atau optimal. 5. Mmencegah kontraktur.
6. Mempertahankan kepatenan jalan nafas.
7. Mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal 8. Memobilisasi sekresi jalan nafas.
9. Mempertahankan pola tidur normal. 10.Meningkatkan toleransi aktivitas. 11.Mencapai pola eliminasi normal. 12.Mempertahankan pola tidur normal. 13.Mencapai sosialisasi.
14.Mencapaii kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri. 15.Mencapai stimulasi fisik dan mental.
Mempertahankan kesejajaran tubuh merupakan hal penting khususnya pada klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi actual maupun potensial. Misalnya pada klien koma, harus diposisikan dengan penggunaan bantaldan diubah posisinya sesering untukk mengurangi risiko kesejajaran buruk dan cedera sistem kulit maupun muskuloskeletal. Frekuensi perubahan berdasarkan pengkajian klien terhadap risiko perkembangan dekubitus (Potter dan Perry, 2006).
(21)
2.2Asuhan Keperawatan Kasus
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.N Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 57 tahun Status Perkawinan : Sudah menikah Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jln. Sensor Gambiri, Dolok sanggul Tanggal Masuk RS : 30-05-2014
No. Register : 92.62.53 Ruangan / Kamar : Neorologi Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 03-06-2014
Tanggal Operasi : Tidak di lakukan tindakan operasi Diagnosa Medis : Stroke
I. KELUHAN UTAMA :
Seminggu sebelum masuk rumah sakit, os kejang dan setelah itu kesadaran os menurun. Lalu keluarga membawa pasien ke rumah sakit.
II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative / palliative
1. Apa penyebabnya :
Kelelahan dan banyaknya beban pikiran klien 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Pasien telah dibawa berobat ke rumah sakit
B. Quantity / quality
1. Bagaimana dirasakan :
Tubuh bagian sebelah kiri pasien tidak dapat digerakkan 2. Bagaimana dilihat :
(22)
C. Region
1. Dimana lokasinya : Pasien mengatakan dibagian tubuh sebelah kiri
2. Apakah menyebar : Pasien mengatakan tidak menyebar
D. Severity
Aktivitas pasien terbatas akibat kelumpuhan organ tubuh sebelah kiri
E. Time
Setiap saat
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami
Hipertensi
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Pasien berobat di balai pengobatan herbal
C. Pernah dirawat / dioperasi
Pasien tidak pernah dioperasi/dirawat
D. Lama dirawat
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit
E. Alergi
Pasien tidak pernah mengalami riwayat alergi
F. Imunisasi
Imunisasi tidak lengkap
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Orang tua menderita penyakit diabetes meletus (DM) dan jantung
B. Saudara kandung
Kakak dari os menderita penyakit diabetes mellitus (DM)
C. Penyakit keturunan yang ada
Diabetes melitus
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(23)
E. Anggota keluarga yang meninggal
Orang tua pasien sudah meninggal.
F. Penyebab meninggal
Pasien mengatakan orang tua pasien meninggal karena penyakit komplikasi
V. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum
Composmentis , GCS 7 ( E4,V2,M1)
B. Tanda – tanda vital
− Suhu tubuh : 37 oC
− Tekanan darah : 110/70 mmHg − Nadi : 81 x/i
− Pernafasan : 24 x/i
− Skala nyeri : Pasien tidak mengalami nyeri
− TB : 158
− BB : 49
C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut
− Bentuk : Simetris − Ubun-ubun : Simetris
− Kulit kepala : Bersih, tidak dijumpai lesi, tidak ada benjolan
Rambut
− Penyebaran dan keadaan rambut : Lebat dan merata − Bau : Tidak ada bau − Warna kulit : Hitam dan ikal
Wajah
− Warna kulit : Normal, sawo matang − Struktur wajah : Simetris
(24)
Mata
− Kelengkapan dan kesimetrisan : Simetris antara mata kanan dan kiri
− Palpebra : Normal dan simetris − Konjungtiva dan sklera : Tidak dijumpai anemis,
normal
− Pupil : Isokor
− Cornea dan iris : Normal
− Visus : Tidak dilakukan − Tekanan bola mata : Tidak dilakukan
Hidung
− Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris
− Lubang hidung : Bersih, tidak dijumpai sekret
− Cuping hidung : tidak ada cuping hidung
Telinga
− Bentuk telinga : Simetris antara kiri dan kanan
− Ukuran telinga : Simetris antara kiri dan kanan
− Lubang telinga : Bersih
− Ketajaman pendengaran : Normal, dapat mendengar dengan baik
Mulut dan faring
− Keadaan bibir : Lembab
− Keadaan gusi dan gigi : Gigi lengkap, gigi berlubang, gusi pink.
− Keadaan lidah : Simetris, lembab, pink − Orofaring : Normal
(25)
Leher
− Posisi trachea : Simetris
− Thyroid : Tidak ada pembesaran, tidak ada rasa nyeri
− Suara : Jelas
− Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran − Vena jugularis : tidak terdapat distensi − Denyut nadi karotis : Denyut nadi karotis teraba
Pemeriksaan integumen
− Kebersihan : Bersih
− Kehangatan : Hangat (37 oC) − Warna : Normal, sawo matang − Turgor : Baik / elastis, < 2 detik − Kelembaban : Lembab
− Kelainan pada kulit : tidak terdapat ikterik, tidak ada sianosis
Pemeriksaan thoraks / dada
− Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifos koliasis) : tidak dilakukan pemeriksaan
− Pernafasan (frekuensi, irama) : 21 x/menit, irreguler − Tanda kesulitan bernafas : Pasien mengatakan tidak
sulit bernafas
Pemeriksaan paru
− Palpasi getaran suara : tidak dilakukan pemeriksaan
− Perkusi : tidak dilakukan
pemeriksaan
− Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan) : tidak dilakukan pemeriksaan
(26)
Pemeriksaan jantung
− Inspeksi : Dada simetris antara kiri dan kanan
− Palpasi : tidak ada oedem − Perkusi : Tympani
− Auskultasi : dullness
Pemeriksaan abdomen
− Inspeksi (bentuk, benjolan) : Sawo matang, tidak ikterik, bagian sebelah kiri terlihat lebih besar
− Auskultasi : tidak dilakukan pemeriksaan
− Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien): Nyeri tekan , Ascites
Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) :
Kekuatan otot
− Ekstremitas atas kanan : 5 (lima) − Ekstremitas atas kiri : 1 (satu) − Ekstremitas bawah kanan : 5 (lima) − Ekstremitas bawah kiri : 3 (tiga)
Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis) :
− Kehilangan control tonus otot fasial atau oral.
Fungsi motorik :
− Pasien mengatakan anggota badan sebelah kiri tidak dapat di gerakkan.
− Pasien tidak dapat menutup dan merapatkan bibis dengan baik − Pasien tidak dapat mengunyah dengan baik
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran) :
(27)
getaran. Tetapi bagian kanan tubuuh pasien tidak normal karena tidak merasakan apapun.
Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tenson achiles, plantar) :
− Tidak di lakukan berhubungan dengan tidak adanya alat
Pengkajian syaraf cranial
− Nervus olfaktorius
Pasien dapat membedakan bau suatu benda yang di letak di bawah hidung pasien dengan mata pasien di tutup
− Nervus optikus
Pasien tidak dapat menyebutkan jam berapa ketika di Tanya melihat jam dengan jarak 8 meter
− Nervus okulomotorius
Pasien dapat menggerakkan bola mata mengikuti ballpoint kea rah medial, atas dan bawah.
− Nervus troklearis
Ketika dicoba dengan menggunakan senter kearah pupil pasien terlihat bahwasanya pupil pasien mengecil
− Nervus trigeminus
Pasien tidak dapat menutup mulut, mengunyah, menggerakkan rahang ke bawah dan ke samping, membuka mulut dengan baik − Nervus abdusen
Ketika wawancara dengan pasien terlihat bahwa mata pasien dapat bergerak dan tidak juling.
− Nervus facialis
Wajah pasien terlihat tidak simetris ketika berkomunikasi, dan ketika istirahat.
− Nervus vestibulotroklearis
Pasien tidak dapat melakukan keseimbangan dikarenakan kelumpuhan organ tubuh sebelah kiri.
(28)
− Nervus glasofangerius
Saat dilakukan pemeriksaan dengan menaruh tongspatel ke posterior faring pasien, pasien tidak ada timbul reflek muntah.
Nervus vagas
Ketika pasien di suruh mengucapkan aaaaa, suara yang terdenger tidak normal.
− Nervus assesorius
Kekuatan otot ekstremitas atas kanan : 5 dan kiri : 1 Kekuatan otut ekstremitas bawah kanan : 5 dan kiri : 3 − Nervus hipoglosus
Ketika pasien di suruh menjulurkan lidah keluar dan memasukkannya kembali terlihat gerakan lidah tidak terkoordinasi.
VI. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum
− Frekuensi makan/hari : 3 kali/hari − Nafsu / selera makan : Berkurang − Nyeri ulu hati : Tidak ada − Alergi : Tidak ada − Mual dan muntah : Tidak ada
− Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) : Tidak ada
− Waktu pemberian makan : 10.00 am, 12.00 am, 18.00 − Jumlah dan jenis makanan : Makanan lunak
− Waktu pemberian cairan/minum : 6-8 gelas/hari, IVFD NaCl − Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah):
pasien tidak dapat mengunyah dengan baik.
II. Perawatan diri / personal hygiene
− Kebersihan tubuh : Mandi 2 x/hari
(29)
III.Pola kegiatan / Aktivitas
− Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian, dilakukan secara mandiri, sebagian, atau total : Total − Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat / sakit : Pasien
tidak melaksanakan sholat selama dirawat
IV. Pola eliminasi 1. BAB
− Pola BAB : ± 1 x/hari
− Karakteristik : Lunak, warna hitam
− Riwayat perdarahan : Tidak ada − BAB terakhir : Tadi pagi
− Diare : pasien tidak diare − Penggunaan laktasif : tidak
menggunakan laktasif
2. BAK
− Pola BAK : 5-6 x/hari
− Karakter urine : Kuning cerah − Nyeri / rasa terbakar / kesulitan kemih : Tidak ada − Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada − Penggunaan diuretik : Tidak ada − Upaya mengatasi masalah : pasien memakai
kateter
V. Mekanisme koping
− Adaptif
o Bicara dengan orang lain : pasien dapat berbicara dengan orang lain dengan suara pelo
o Mampu menyelesaikan masalah: pasien tidak mampu menyelesaikan masalah dengan mandiri
(30)
o Aktivitas konstruksi: pasien mengatakan tidak ada aktivitas kontruksi
o Olah raga : pasien tidak dapat melakukan aktivitas olah raga
(31)
2. ANALISA DATA
No. Data Penyebab Masalah
Keperawatan
1. DS :
−Klien mengatakan anggota badan sebelah kiri tidak dapat di gerakkan.
DO :
−Klien tampak lemah −Kekuatan otot
ekstremitas atas kanan :5 dan kiri :1 −Kekuatan otot
ekstremitas bawah kanan :5 dan kiri :3 −ADL klien dibantu
maksimal oleh keluarga
Pembuluh darah pecah
↓ Perdarahan ↓ Hemiparese ↓ Gangguan mobilitas fisik Gangguan mobilitas fisik
2. DS :
− Keluarga mengatakan klien sulit berbicara dengan jelas
DO :
− Klien berbicara pelo, kurang jelas, dan intonasi sedang − Kehilangan control
tonus otot fasial atau oral
Perfusi jaringan cerebral ↓
↓
Iskemia
↓
Hypoxia
↓
Nekrotik jaringan otak
↓ Infark ↓ Afasia ↓ Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi verbal
(32)
3. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik 2. Gangguan komunikasi verbal
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler, kelemahan, hemiparese ditandai dengan kekuatan otot ekstremitas atas kanan 5 dan kiri 1, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan 5 dan kiri 3 serta ADL klien dibantu maksimal oleh keluarga.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral ditandai dengan klien berbicara pelo, kurang jelas, dan intonasi sedang dan kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral.
(33)
4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional Hari /
Tanggal
No.
Dx Perencanaan Keperawatan
Selasa / 3 Juni 2014
1 Tujuan :
Mampu mempertahankan kekuatan otot Kriteria Hasil :
− Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian yang terkena/kompensasi.
− Mempertahankan integritas kulit. − Kebutuhan ADL terpenuhi.
Rencana Tindakan Rasional
a. Kaji kemungkinan secara fungsional/luasnya
kerusakan awal dan dengan cara yang teratur.
b. Kaji tanda-tanda vital klien.
c. Ubah posisi klien minimal setiap 2 jam.
d. Ajarkan klien latihan rentang gerak aktif dan pasif, libatkan keluarga dalam melakukan tindakan.
a. Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan yang dapat memberikan informasi mengenai pemulihan.
b. Mengetahui keadaan umum klien melalui tanda-tanda vital. c. Menurunkan resiko
terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan. d. Meminimalkan
atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
(34)
e. Tempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan.
f. Inspeksi kulit terutama pada daerah yang tertekan dan menonjol secara teratur, lakukan massage pada daerah tertekan, sanggah tangan dan pergelangan pada kelurusan alamiah.
e. Mencegah abduksi bahu dan fleksi siku.
f. titik-titik tekanan pada daerah yang menonjol paling berisiko untuk terjadinya penurunan perfusi atau iskemia.
(35)
Hari / Tanggal
No.
Dx Perencanaan Keperawatan
Rabu / 4 Juni 2014
2 Tujuan :
Mampu menciptakan metode komunikasi yang dapat dipahami.
Kriteria Hasil :
− Dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi.
− Mampu membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan.
Rencana Tindakan Rasional
a. Kaji tipe atau derajat disfungsi misalnya klien tidak mengerti tentang kata-kata atau masalah berbicara atau tidak mengerti bahasa sendiri.
b. Katakan untuk mengikuti perintah secara sederhana seperti ”tutup matamu” dan ”lihat kepintu”.
c. Berikan metode komunikasi alternatif misalnya menulis pada papan tulis,
menggambar, gunakan kata-kata sederhana secara
a. Membantu menentukan
kerusakan area pada otak dan menentukan kesulitan klien sebagian atau seluruh proses komunikasi, klien mungkin mempunyai masalah dalam mengartikan kata-kata.
b. Untuk menguji afasia reseptif.
c. Memberikan komunikasi dasar sesuai dengan situasi individu.
(36)
bertahap dan dengan bahasa tubuh.
d. Berbicara dengan nada normal dan hindari ucapan yang terlalu cepat, berikan waktu klien untuk berespon.
d. Klien tidak dipaksa untuk mendengar, tidak menyebabkan klien marah dan tidak menyebabkan rasa frustasi.
(37)
CATATAN PERKEMBANGAN 5. Implementasi dan Evaluasi
No. Dx
Hari /
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
1 Kamis / 5 Juni 2014
a. Mengkaji kemungkinan secara fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur. b. Mengkaji tanda-tanda vital
klien.
c. Mengubah posisi klien minimal setiap 2 jam. d. Mengajarkan klien latihan
rentang gerak aktif dan pasif, libatkan keluarga dalam melakukan tindakan.
e. Menempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan.
f. Menginspeksi kulit
terutama pada daerah yang tertekan dan menonjol secara teratur, lakukan massage pada daerah tertekan, sanggah tangan dan pergelangan pada kelurusan alamiah.
S= Klien mengatakan anggota gerak bagian kiri masih belum dapat digerakan.
O= Tanda-tanda vital: TD= 110/80mmHg HR= 82x/menit RR= 24x/menit T= 36,2 oC Kekuatan otot ekstremitas atas kanan 5 dan kiri 1. Kekuatan otot ekstremitas bawah kanan 5 dan kiri 3.
A= Masalah belum teratasi
P= Intervensi dilanjutkan.
(38)
No. Dx
Hari /
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
2 Jumat / 6 Juni 2014
a. Mengkaji tipe atau derajat disfungsi misalnya klien tidak mengerti tentang kata-kata atau masalah berbicara atau tidak mengerti bahasa sendiri. b. Mengatakan untuk
mengikuti perintah secara sederhana seperti ”tutup matamu” dan ”lihat kepintu”.
c. Memberikan metode komunikasi alternatif misalnya menulis pada papan tulis, menggambar, gunakan kata-kata
sederhana secara bertahap dan dengan bahasa tubuh. d. Berbicara dengan nada
normal dan hindari ucapan yang terlalu cepat, berikan waktu klien untuk
berespon.
S= Keluarga klien mengatakan mulai mengetahui bagaimana cara berkomunikasi tepat dengan klien.
O= Keluarga
mendengarkan dan memahami informasi yang diberikan perawat.
A= Masalah teratasi sebagian
P= Intervensi dilanjutkan
(39)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN 2.1 Kesimpulan
a. Hasil pengkajian dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien stroke Ny.N yaitu adanya hemiparese, penurunan kekuatan otot, ketergantungan pasien dalam mobilitas dan aktivitas, dan timbulnya rasa kesemutan. Pengkajian lainnya yang di temui penulis yaitu pasien bicara pelo, dsan sulit berjalan.
b. Diagnosa keperawatan yang ditemui pada pasien stroke dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada Ny.N adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
c. Rencana asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien stroke pada Ny.N yaitu berikan posisi yang nyaman, ubah posisi pasien tiap 2 jam, ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM, berikan suport psikososial dan spiritual, dan kolaborasi dengan tenaga fisioterapi.
d. Implementasi dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien stroke disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat penulis dan kondisi pasien di RSUD. Dr.Pirngadi Medan. Implementasi yang dilakukan penulis pada Ny.N yaitu memberikan posisi nyaman, mengajarkan pasien latihan ROM, mengkaji tanda-tanda vital pasien, mengubah posisi pasien tiap 2 jam, memberikan lingkungan yang nyaman, dan memberikan dukungan psikososial dan spiritual.
e. Evaluasi dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien stroke, khususnya Ny.N tidak mengalami peningkatan kekuatan otot. Keterbatasan pasien dalam melakukan latihan ROM, adanya riwayat hipertensi pada pasien dan keterbatasan waktu penulis dalam penerapan latihan ROM.
f. Kondisi pasien selama 3 hari asuhan keperawatan, pasien tidak mengalami kekuatan otot dengan ditandainya kekuatan ekstremitas atas kanan : 5 dan kiri : 3, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan : 5 dan kiri : 2. Pasien
(40)
mengatakan masih sulitnya anggota gerak bagian kiri untuk di gerakkan, mobilitas pasien masih di bantu perawat dan keluarga.
3.2 Saran
a. Institusi pendidikan
Agar dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan melalui penelitian yang lebih inovatif lagi dan waktu pengelolaan pada pasien stroke di tambahkan agar bisa lebih detail melakukan asuhan keperawatan.
b. Rumah sakit
Agar penerapan ROM pasif di ruangan dapat di maksimalkan, mengingat pentingnya intervensi tersebut dilakukan pada pasien stroke sehingga masalah pada pasien stroke dapat diatasi dan untuk fisioterapi untuk lebih meningkatkan kepedulian pada pasien stroke di ruangan dalam pelatihan ROM.
c. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang ingin mengambil kasus mobilisasi pada pasien stroke untuk dapat lebih memberikan tindakan asuhan keperawatan yang lebih dan untuk rajin melakukan latihan ROM agar tidak terjadinya kekakuan otot dan komplikasi-komplikasi lain.
d. Keluarga penderita stroke
Keluarga untuk segera bertindak dalam penyembuhan penderita stroke dan lebih memperhatikan kemandirian penderita stroke dalam aktivitas maupun mobilisasi, tidak membebani mental atau pikiran penderita stroke, dan untuk selalu memberikan dukungan agar penderita tidak merasa rendah diri dan putus asa.
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2002). Buku saku praktikum : Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta. EGC.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta. Salemba Medika.
Brunner dan Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC.
Dongoes, dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan, pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Pahria, T, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan
Sistem Persyarafan. Jakarta. EGC.
Potter & Perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC.
Rosina, S. (2009). Rehebilitasi Stroke pad Pelayanan Kesehatan Primer, Vol. 59
(42)
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi
dan Evaluasi
Kepererawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Hari/ tanggal Pukul
1 Selasa 03-06-2014 10.10 11.30 11.50 13.00 − Memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien tentang penyakit stroke.
− Membantu pasien untuk mengganti posisi setiap dua jam sekali − Mengukur tanda-tanda
vital pasien − Mengkaji
fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur
S= pasien mengatakan belum mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya
O= TD : 110/70mmhg HR : 81x/menit RR : 24x/menit T ; 36,5 oC A= Masalah belum
teratasi P= Intervensi di
lanjutkan
2 Rabu, 04-06-2014
10.00
11.30
12.45
13.45
− Mendengarkan tentang keluhan pasien
terhadap penyakitnya − Memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien
− Mengukur tanda-tanda vital pasien
− Mengajarkan pasien untuk melakukan
S=pasien mengatakan sudah sering untuk mencoba melakukan gerakan- gerakan ringan pada bagian tubuh sebelah kiri. O=Keluarga sering
membantu pasien untuk merobah posisi pasien setiap
(43)
A= masalah teratasi sebagian
O= Intervensi di lanjutkan 1 Kamis,
05-06-2014 10.15 11.30 12.30 13.00 13.40 − Mengkaji fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur
− Mengatur/mengubah posisi pasien setiap dua jam
− Mengajarkan kepada pasien latihan rentang gerak aktif dan pasif − Mengukur tanda-tanda
vital pasien − Memberikan
kesempatan kepada pasien untuk bercerita tentang keluhannya
S= pasien mengatakan anggota gerak sebelah kiri masih belum dapat digerakkan O= kekuatan otot Ektremitas atas Kanan : 5 dan Kiri : 1
Kekuatan otot Ekstremitas bawah Kanan : 5 dan Kiri : 3
A= masalah sebagian teratasi
P= intervensi dilanjutkan.
1 Jumat, 06-06-2014
10.30
11.30
− Mengkaji tipe/drajat disfungsi misalnya pasien tidak mengerti tentang kata-kata atau masalah berbicara atau tidak mengerti bahasa sendiri
− Mengatakan untuk mengikuti perintah secara sederhana seperti “ tutup
S= keluarga pasien mengatakan mulai mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang tepat dengan pasien. O= keluarga
mendengarkan dan memahami
informasi yang diberikan oleh
(44)
matamu” dan “lihat ke pintu”
− Berbicara dengan nada normal dan hindari ucapan yang terlalu cepat, berikan waktu pasien untuk berespon
perawat. A= Masalah teratasi P= Intervensi
(1)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN 2.1 Kesimpulan
a. Hasil pengkajian dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien stroke Ny.N yaitu adanya hemiparese, penurunan kekuatan otot, ketergantungan pasien dalam mobilitas dan aktivitas, dan timbulnya rasa kesemutan. Pengkajian lainnya yang di temui penulis yaitu pasien bicara pelo, dsan sulit berjalan.
b. Diagnosa keperawatan yang ditemui pada pasien stroke dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada Ny.N adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
c. Rencana asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien stroke pada Ny.N yaitu berikan posisi yang nyaman, ubah posisi pasien tiap 2 jam, ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM, berikan suport psikososial dan spiritual, dan kolaborasi dengan tenaga fisioterapi.
d. Implementasi dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien stroke disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat penulis dan kondisi pasien di RSUD. Dr.Pirngadi Medan. Implementasi yang dilakukan penulis pada Ny.N yaitu memberikan posisi nyaman, mengajarkan pasien latihan ROM, mengkaji tanda-tanda vital pasien, mengubah posisi pasien tiap 2 jam, memberikan lingkungan yang nyaman, dan memberikan dukungan psikososial dan spiritual.
e. Evaluasi dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien stroke, khususnya Ny.N tidak mengalami peningkatan kekuatan otot. Keterbatasan pasien dalam melakukan latihan ROM, adanya riwayat hipertensi pada pasien dan keterbatasan waktu penulis dalam penerapan latihan ROM.
f. Kondisi pasien selama 3 hari asuhan keperawatan, pasien tidak mengalami kekuatan otot dengan ditandainya kekuatan ekstremitas atas kanan : 5 dan kiri : 3, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan : 5 dan kiri : 2. Pasien
(2)
mengatakan masih sulitnya anggota gerak bagian kiri untuk di gerakkan, mobilitas pasien masih di bantu perawat dan keluarga.
3.2 Saran
a. Institusi pendidikan
Agar dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan melalui penelitian yang lebih inovatif lagi dan waktu pengelolaan pada pasien stroke di tambahkan agar bisa lebih detail melakukan asuhan keperawatan.
b. Rumah sakit
Agar penerapan ROM pasif di ruangan dapat di maksimalkan, mengingat pentingnya intervensi tersebut dilakukan pada pasien stroke sehingga masalah pada pasien stroke dapat diatasi dan untuk fisioterapi untuk lebih meningkatkan kepedulian pada pasien stroke di ruangan dalam pelatihan ROM.
c. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang ingin mengambil kasus mobilisasi pada pasien stroke untuk dapat lebih memberikan tindakan asuhan keperawatan yang lebih dan untuk rajin melakukan latihan ROM agar tidak terjadinya kekakuan otot dan komplikasi-komplikasi lain.
d. Keluarga penderita stroke
Keluarga untuk segera bertindak dalam penyembuhan penderita stroke dan lebih memperhatikan kemandirian penderita stroke dalam aktivitas maupun mobilisasi, tidak membebani mental atau pikiran penderita stroke, dan untuk selalu memberikan dukungan agar penderita tidak merasa rendah diri dan putus asa.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2002). Buku saku praktikum : Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta. EGC.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta. Salemba Medika.
Brunner dan Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC.
Dongoes, dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. Pahria, T, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan
Sistem Persyarafan. Jakarta. EGC.
Potter & Perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC.
Rosina, S. (2009). Rehebilitasi Stroke pad Pelayanan Kesehatan Primer, Vol. 59 Nomor 2. Kedokteran Indonesia, Jakarta.
(4)
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi
dan Evaluasi
Kepererawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Hari/ tanggal Pukul
1 Selasa 03-06-2014 10.10 11.30 11.50 13.00 − Memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien tentang penyakit stroke.
− Membantu pasien
untuk mengganti posisi setiap dua jam sekali − Mengukur tanda-tanda
vital pasien − Mengkaji
fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur
S= pasien mengatakan belum mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya
O= TD : 110/70mmhg HR : 81x/menit RR : 24x/menit T ; 36,5 oC A= Masalah belum
teratasi P= Intervensi di
lanjutkan
2 Rabu, 04-06-2014
10.00
11.30
12.45
13.45
− Mendengarkan tentang keluhan pasien
terhadap penyakitnya − Memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien
− Mengukur tanda-tanda vital pasien
− Mengajarkan pasien untuk melakukan gerakan-gerakan yang sederhana.
S=pasien mengatakan sudah sering untuk mencoba melakukan gerakan- gerakan ringan pada bagian tubuh sebelah kiri. O=Keluarga sering
membantu pasien untuk merobah posisi pasien setiap dua jam.
(5)
A= masalah teratasi sebagian
O= Intervensi di lanjutkan 1 Kamis,
05-06-2014 10.15 11.30 12.30 13.00 13.40 − Mengkaji fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang teratur
− Mengatur/mengubah posisi pasien setiap dua jam
− Mengajarkan kepada pasien latihan rentang gerak aktif dan pasif − Mengukur tanda-tanda
vital pasien − Memberikan
kesempatan kepada pasien untuk bercerita tentang keluhannya
S= pasien mengatakan anggota gerak sebelah kiri masih belum dapat digerakkan O= kekuatan otot Ektremitas atas Kanan : 5 dan Kiri : 1
Kekuatan otot Ekstremitas bawah Kanan : 5 dan Kiri : 3
A= masalah sebagian teratasi
P= intervensi dilanjutkan. 1 Jumat,
06-06-2014
10.30
11.30
− Mengkaji tipe/drajat disfungsi misalnya pasien tidak mengerti tentang kata-kata atau masalah berbicara atau tidak mengerti bahasa sendiri
− Mengatakan untuk mengikuti perintah secara sederhana seperti “ tutup
S= keluarga pasien mengatakan mulai mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang tepat dengan pasien. O= keluarga
mendengarkan dan memahami
informasi yang diberikan oleh
(6)
matamu” dan “lihat ke pintu”
− Berbicara dengan nada normal dan hindari ucapan yang terlalu cepat, berikan waktu pasien untuk berespon
perawat. A= Masalah teratasi P= Intervensi