5 c.
Imobilitas emosional Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai. d.
Imobilitas sosial Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit Mubarak, 2008.
2.1.3 Tingkatan Imobilitas
Tingkatan imobilitas bervariasi, diantaranya adalah : a.
Imobilitas komplit Imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan
tingkat kesadaran. b.
Imobilitas parsial Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur, misalnya
fraktur ekstremitas bawah kaki. c.
Imobilitas karena alasan pengobatan Imobilitas ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan
pernafasan misalkan sesak nafas atau pada penderita penyakit jantung. Pada kondisi tirah baring bedrest total, klien tidak boleh
bergerak dari tempat tidur dan tidak boleh berjalan ke kamar mandi atau duduk di kursi. Akan tetapi, pada tirah baring bukan total, klien
masih diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur dan berjalan kekamar mandi atau duduk dikursi. Keuntungan dari tirah baring
antara lain mengurangi kebutuhan oksigen sel-sel tubuh, menyalurkan sumber energi untuk proses penyembuhan, dan dapat mengurangi
respon nyeri.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
a. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
6 b.
Ketidakmampuan Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu:
• Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau
trauma misalnya: paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis.
• Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari
ketidakmampuan primer misalnya: kelemahan otot dan tirah baring. Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan
berpengaruh terhadap mobilitas. c.
Tingkat energi Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal
ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi. d.
Usia Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan
mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan Mubarak, 2008.
2.1.5 Dampak Fisik dan Psikologi Imobilitas
Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan
penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalalm memecahkan masalah, dan perubahan konsep diri. Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai
berikut: a.
Sistem muskuloskeletal Pada sistem ini, imobilitas dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti
osteoporosis, atrofi otot, kontraktur, dan kekakuan serta nyeri pada sendi. b.
Elliminasi urin Masalah yang umum ditemui pada sistem perkemihan akibat imobilisasi
adalah stasis urine, batu ginjal, retensi urine, infeksi perkemihan.
Universitas Sumatera Utara
7 c.
Gastrointestinal Kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga sistem pencernaan, yaitu fungsi
ingesti, digesti dan eleminasi. d.
Respirasi Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan gerak pernafasan,
penumpukan secret, atelektasis. e.
Sistem kardiovaskular Masalah yang umum ditemui yaitu Hipotensi ortostatik, pembentukan
thrombus, edema dependen. f.
Metabolisme dan nutrisi Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan laju metabolisme, balans
nitrogen negatif, anoreksia. g.
Sistem integument Masalah yang umum ditemui yaitu turgor kulit menurun, kerusakan kulit.
h. Sistem neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input sensorik, menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan
mudah bingung Wahid, 2008.
2.1.6 Proses Keperawatan a. Pengkajian