Gambaran Umum Kota Pekalongan

BAB III SEJARAH BATIK PEKALONGAN

A. Gambaran Umum Kota Pekalongan

1. Sejarah Singkat Kota Pekalongan Kota Pekalongan adalah salah satu kota di pesisir pantai utara Provinsi Jawa Tengah yang memiliki pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa. Pelabuhan ini sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh para nelayan dari berbagai daerah. Selain itu Kota Pekalongan banyak terdapat perusahaan pengolahan hasil laut, seperti ikan asin, ikan asap, tepung ikan, terasi, sarden, dan kerupuk ikan, baik perusahaan bersekala besar maupun industri rumah tangga. Kota Pekalongan terkenal dengan nuansa religiusnya, karena mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Ada beberapa adat tradisi di Pekalongan yang tidak dijumpai di daerah lain semisal; syawalan, sedekah bumi, dan sebagainya. Syawalan adalah perayaan tujuh hari setelah Idul Fitri dan disemarakkan dengan pemotongan lopis raksasa untuk kemudian dibagi- bagikan kepada para pengunjung. Nama Pekalongan sampai saat ini belum jelas asal-usulnya, belum ada prasasti atau dokumen lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan, yang ada hanya berupa cerita rakyat atau legenda. Dokumen tertua yang menyebut nama Pekalongan adalah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Gouvernements Besluit Nomer 40 tahun 1931 nama Pekalongan diambil dari kata “Halong” dapat banyak dan dibawah simbul kota tertulis “Pek- 40 41 Alongan”. Kemudian berdasarkan keputusan DPRD Kota Besar Pekalongan tanggal 29 januari 1957 dan Tambahan Lembaran daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1958, Serta persetujuan Pepekupeda Teritorium 4 dengan SK Nomer KTPS-PPD00351II1958 nama Pekalongan berasal dari kata “A-Pek-Halong-An” yang berarti pengangsalan artinya pendapatan. Pada masa VOC pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, sistem Pemerintahan oleh orang pribumi tetap dipertahankan. Dalam hal ini Belanda menentukan kebijakan dan prioritas, sedangkan penguasa pribumi ini oleh VOC diberi gelar Regant Bupati. Pda masa ini, Jawa Tengah dan jawa Timur dibagi menjadi 36 kabupaten Dengan sistem Pemerintahan Sentralistis Pada abad XIX dilakukan pembaharuan pemerintahan dengan dikeluarkannya Undang-Undang tahun 1954 yang membagi Jawa menjadi beberapa GewestResidensi. Setiap Gewest mencakup beberapa afdelling setingkat kabupaten yang dipimpin oleh asisten Residen, Distrik Kawadenan yang dipimpin oleh Controleur, dan Onderdistrict Setinkat kecamatan yang dipimpin Aspiran Controleur.Di wilayah jawa Tengah terdapat lima Gewest, Yaitu: 1. Semarang gewest yang terdiri dari semarang, Kendal, Demak, Kudus, Pati, Jepara dan Grobongan. 2. Rembang Gewest yang terdiri dari Rembang, Blora, Tuban, dan Bojonegoro 3. Kedu Gewest yang terdiri dari Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo, Kutoarjo, Kebumen,dan karanganyar. 42 4. Banyumas Gewest yang terdiri dari Banyumas, Purwokerto, Cilacap, Banjarnegara, dan Purbalingga. 5. Pekalongan gewest terdiri dari Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang. Pada pertengahan abad XIX dikalangan kaum liberal Belanda muncul pemikiran etis yang selanjutnya dikenal sebagai Politik Etis yang menyerukan Program Desentralisasi Kekuasaan Administratip yang memberikan hak otonomi kepada setiap Karesidenan Gewest dan Kota Besar Gumentee serta pembentukan dewan-dewan daerah di wilayah administratif tersebut. Pemikiran kaum liberal ini ditanggapi oleh Pemerintah Kerajaan Belanda dengan dikeluarkannya Staatbland Nomer 329 Tahun 1903 yang menjadi dasar hukum pemberian hak otonomi kepada setiap residensi gewest; dan untuk Kota Pekalongan, hak otonomi ini diatur dalam Staatblaad Nomer 124 tahun 1906 tanggal 1 April 1906 tentang Decentralisatie Afzondering van Gelmiddelen voor de Hoofplaatss Pekalongan uit de Algemenee Geldmiddelen de dier Plaatse yang berlaku sejak tanggal ditetapkan. Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus oleh dwitunggal Soekarno-Hata di Jakarta, ditindaklanjuti rakyat Pekalongan dengan mengangkat senjata untuk merebut markas tentara Jepang pada tanggal 3 Oktober 1945. Perjuangan ini berhasil, sehingga pada tanggal 7 Oktober 1945 Pekalongan bebas dari tentara Jepang. Secara yuridis formal, Kota Pekalongan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomer 16 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Jawa BaratJawa 43 TengahJawa Timur dan Daerah Istimewa Jogjakarta. Selanjutnya dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, maka Pekalongan berubah sebutannya menjadi Kotamadya Dati II Pekalongan. Terbitnya PP Nomer 21 Tahun 1988 tanggal 5 Desember 1988 dan ditinjaklanjuti dengan Inmendagri Nomor 3 Tahun 1989 merubah batas wilayah Kotamadya Dati II Pekalongan sehingga luas wilayahnya berubah dari 1.755 Ha menjadi 4.465,24 Ha dan terdiri dari 4 Kecamatan, 22 desa dan 24 kelurahan. Sejalan dengan era reformasi yang menuntut adanya reformasi disegala bidang, diterbitkan PP Nomer 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomer 32 Tahun 2004 yang mengubah sebutan Kotamadya Dati II Pekalongan menjadi Kota Pekalongan. 2. Visi Dan Misi Kota Pekalongan a. Visi Sebagaimana disebutkan dalam pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008, bahwa RPJMD memuat visi, misi dan program kepala daerah. Visi dan Misi kepala daerah yang dimaksud adalah dalam hal ini adalah pasangan Walikota-Wakil Walikota Pekalongan terpilih untuk masa jabatan tahun 2010-2015. Visi dan Misi dimaksud yang selanjutnya akan dijabarkan dalam dokumen RPJMD ini adalah Terwujudnya Kota Jasa yang Berwawasan Lingkungan menuju Masyarakat Madani Berbasis Nilai-nilai Religiusitas. 44 Dalam visi tersebut di atas terdapat empat gagasan pokok yang menjiwai seluruh gerak dan proses pemerintahan dan pembangunan Kota Pekalongan yaitu Pertama, terwujudnya kota jasa, dimaksudkan sebagai pembangunan ekonomi daerah yang mengutamakan keunggulan ekonomi berbasis kreativitas, inovasi, pengetahuan, keahlian, pelayanan, etika, etos kerja yang tinggi dan potensi daerah di-berbagai bidang kehidupan, seperti pariwisata, perdagangan, industri, perikanan, pendidikan, dan lain-lain, dalam rangka membentuk masyarakat wirausaha yang mandiri. Dengan demikian tewujudnya kota jasa dalam pembangunan ekonomi Kota Pekalongan menekankan daya saing yang bersumber pada keunggulan Sumber Daya Manusia dibanding pada keunggulan Sumber Daya Alam yang semakin hari semakin terbatas. Kedua, berwawasan lingkungan, terwujudnya Kota Pekalongan yang Lestari, nyaman, berdaya dukung dan berkelanjutan, bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Dengan demikian Kota Pekalongan menjadi lingkungan hunian atau tempat tinggal yang nyaman bagi warga, serta lestari dan berdaya dukung bagi kelangsungan penyelenggaraan berbagai usaha warga Kota Pekalongan. Ketiga, masyarakat madani. Pada dasarnya pembangunan dan seluruh aktivitas pemerintahan merupakan upaya untuk mendorong terwujudnya masyarakat yang sejahtera, maju, berdaya, mandiri dan beretika dalam menjalankan, mengelola dan mengatur kehidupan bersama secara tertib, berkeadilan, bermartabat dan berbudi pekerti luhur. Keempat, berbasis nilai-nilai religiusitas menjadi 45 sandaran dan pertimbangan pokok penyelenggaraan proses pemerintahan dan pembangunan serta pilar utama masyarakat madani yang dicita- citakan agar terbentuk keseimbangan antara kemajuan di bidang material dengan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan masyarakat. b. Misi Misi RPJMD Kota Pekalongan tahun 2010 – 2015 adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan potensi ekonomi daerah dengan mendorong masyarakat berwirausaha. 2. Mengembangkan infrastruktur dan membangun kerjasama antar daerah 3. Mengutamakan pendidikan yang berbudi pekerti, bermutu, relevan dan terjangkau. 4. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan pengelolaan keluarga berencana. 5. Mengembangkan kelembagaan dan pendidikan keagamaan. 6. Percepatan penanggulangan kemiskinan berbasis partisipasi masyarakat 7. Meningkatkan daya dukung dan kelestarian lingkungan 8. Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender 9. Reformasi birokrasi untuk mewujudkan pemerintahan daerah yang amanah RPJMD Kota Pekalongan Tahun 2010-2015 46 3. Kondisi Geografi Sumber : http:www.pekalongankota.go.id Kota ini berbatasan dengan laut Jawa di utara, Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat dan Kabupaten Batang di timur. Kota Pekalongan terdiri atas 4 kecamatan, yakni Pekalongan Utara, Pekalongan Barat, Pekalongan Selatan dan Pekalongan Timur. Kota Pekalongan terletak di jalur pantai Utara Jawa yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Kota Pekalongan berjarak 384 km di timur Jakarta dan 101 km sebelah barat Semarang. 4. Kondisi Demografi Jumlah Penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2011 berjumlah 315.368 jiwa yang terdiri dari 158.239 jiwa laki-laki dan 157.129 jiwa PETA KOTA PEKALONGAN 47 perempuan. Jumlah rumah tangga adalah 82.473 KK. Rata-rata setiap rumah tangga terdiri dari 3 – 4 jiwa, termasuk kategori rumah tangga kecil. Rata-rata kepadatan penduduk sebesar 6.484 jiwa per Km², termasuk tingkat kepadatan tinggi dibandingkan dengan Jawa Tengah 1.002 jiwa. Distribusi penduduk per kecamatan tidak merata, di mana konsentrasi penduduk terbanyak terdapat pada Kecamatan Pekalongan Barat, yakni mencapai 98.832 jiwa. Sementara jumlah penduduk terkecil pada Kecamatan Pekalongan Utara, yaitu sebanyak 61,120 jiwa. Sedangkan Kecamatan Pekalongan Selatan sebanyak 84,189jiwa, dan Kecamatan Pekalongan Timur sebanyak 71.227jiwa. Perbandingan jumlah penduduk per kecamatan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1 Persebaran Penduduk di Kota Pekalongan No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan 1 Pekalongan Barat 49,650 49,182 98,832 2 Pekalongan Timur 35,659 35,568 71,227 3 Pekalongan Selatan 42,132 42,057 84,189 4 Pekalongan Utara 30,798 30,322 61,120 JUMLAH 158,239 157,129 315,368 Sumber : Bappeda BPS, Agustus 2011 5. Kondisi Sosial Budaya Pemerintah Kota Pekalongan menyadari bahwa pendidikan merupakan landasan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Melalui 48 pembangunan pendidikan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat, diharapkan akan berkorelasi positif bagi peningkatan sumber daya manusia diseluruh bidang kehidupan yang ada. Sehingga pada akhirnya akan memberikan kesejahteraan yang berkesinambungan setiap generasi, dengan kata lain pendidikan merupakan sarana transformasi sosial yang sangat stratergis untuk mensejahterakan masyarakat. Untuk itu pendidikan harus dikelola dengan baik dan benar. Pembanguan pendidikan diarahkan pada : a. Peningkatan akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan dasar dan menengah yang terjangkau dan bermutu memiliki daya saing regional maupun nasional. Oleh karena itu masyarakat kurang mampu tetap harus dapat bersekolah dengan pemberian keringanan dan atau pembebasam biaya pendidikan, dan bagi masyarakat yang mampu memberikan subsidi silang untuk pembiayaan pendidikan. b. Pencitraan dan tata kelola pendidikan yang akuntabel. Pengelolaan pendidikan dilaksanakan sengan Sistem Manajemen Berbasis Sekolah MBS dengan memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah. c. Penanaman akhlak mulia, perilaku dan budi pekerti yang luhur memperhatikan budaya daerah yang agamis. Di bidang pendidikan keagamaan, terdapat perbedaan yang cukup mencolok jika diperbandingkan antara sekolah negeri dan sekolah swasta. Terdapat 45 Madrasah Ibtidaiyah yang dikelola swasta, sementara tidak ada satupun madrasah ibtidaiyah yang berstatus negeri. Demikian pula pada jenjang di atasnya yaitu Madrasah Tsanawiyah, terdapt 7 Madrasah Tsanawiyah yang berstatus swasta dan tidak terdapat Madrasah Tsanawiyah 49 negeri. Pada tingkat aliyah dan perguruan tinggi, tercatat 2 madrasah aliyah negeri dan 4 madrasah aliyah yang dikelola swasta serta terdapat 1 perguruan tinggi agama yang berstatus negeri dan tidak ada perguruan tinggi agama yang berstatus swasta. Saat ini Kota Pekalongan terdapat 67 Taman Kanak – kanak yang berstatus swasta dan hanya 3 tiga TK negeri, sementara untuk Sekolah Dasar Luar Biasa terdapat 2 dua unit masing-masing 1 satu berstatus negeri dan 1 satu berstatus swasta. Jumlah SDLB ini dirasa kurang karena dengan wilayah Kota Pekalongan yang cukup luas banyak murid-murid dengan status “luar biasa“ belum tersentuh layanan pendidikan. Pada jenjang pendidikan dasar, sekolah negeri jauh lebih banyak dibanding dengan sekolah swasta. Sekolah Dasar SD terdapat 99 SD Negeri dan 25 SD swasta. Untuk SMP terdapat 17 SMP Negeri dan 9 SMP Swasta. Sedangkan untuk SMA dan SMK jumlah sekolah swasta lebih banyak dibandingkan sekolah negeri, yaitu 4 SMA Negeri dan 6 SMA Swasta, 3 SMK Negeri dan 8 SMK Swasta. Demikian juga untuk perguruan tinggi, terdapat 6 perguruan tinggi Swasta dan 1 perguruan tinggi Negeri. Saat ini, seiring dengan makin meningkatnya tingkat kedewasaan masyarakat, keberagaman kebudayaan yang ada di Kota Pekalongan tidak lagi menjadi masalah sosial yang berarti. Terdapat sedikitnya 4 sukuetnis yang menjadi warga Kota Pekalongan. Sebagian besar penduduk Kota Pekalongan adalah etnis Cina, kemudian etnis Arab dan terdapat sedikit etnis India. Demikian halnya dengan bahasa lokal yang digunakan, hampir semua 50 etnis yang ada menggunakan bahas Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Untuk organisasi kepemudaan tercatat ada 46 organisasi, hal ini bisa menjadi salah satu indikator dinamisnya kegiatan kepemudaan yang ada di Kota Pekalongan. Pembinaan keolahragaan diarahkan pada upaya untuk menumbuhkan budaya dan kecintaan berolahraga guna meningkatkan kesehatan dan kebugaran, serta untuk meningkatkan prestasi, mendorong dan menggerakan masyarakat agar lebih memahami dan menghayati langsung hakekat dan manfaat olahraga sebagai kebutuhan hidup melalui gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Salah satu upaya untuk mendukung langkah di atas, yaitu menumbuhkan budaya olahraga yang lebih luas bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya generasi muda, menjadi aspek penting dalam peningkatan kualitas penduduk Kota Pekalongan baik jasmani maupun rohani. Salah satu indikasi masih belum optimalnya pembinaan olah raga di Kota Pekalongan adalah masih belum optimalnya prestasi olah raga atlit Kota Pekalongan dalam berbagai event olahraga di tingkat regional maupun nasional. Hasil terakhir PORDA Jawa Tengah Tahun 2005, Kota Pekalongan menempati peringkat 32 dari 35 Kabupaten Kota di Jawa Tengah. Kondisi demikan merupakan cermin nyata dari belum optimalnya pembinaan olah raga di Kota Pekalongan. Hal ini yang terkait dengan ini adalah masih belum adanya kebijakan yang jelas dalam kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan atlit-atlit yang berprestasi. 51 Belum meratanya sarana prasarana olah raga, hal ini tercermin rendahnya kesempatan untuk beraktifitas olahraga karena semakin berkurangnya lapangan dan fasilitas untuk berolahraga di tingkat kelurahan, dan lemahnya koordinasi lintas lembaga dalam hal penyediaan ruang publik untuk lapangan dan fasilitas olahraga yang memenuhi standar latihan bagi masyarakat umum dan tempat pemungkiman. Untuk memfasilitasi kegiatan olah raga daerah terdapat 2 tempat olah raga berstandar nasional, yaitu kolam renang dan stadion sepak bola 6. Kondisi Perekonomian Mata pencaharian sebagian besar masyarakat Kota Pekalongan ada pada sektor swasta baik di bidang industri, perdagangan barang dan jasa. Khususnya sektor industri dengan komoditas berupa Batik, tenun, kerajinan serat alam, garment, pengolahan ikan serta industri minuman berupa teh. Sektor industri dan perdagangan tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi lokal kota Pekalongan salah satu barometer pertumbuhan ekonomi ada pada sektor industri batik dan turunannya sehingga Kota Pekalongan di kenal oleh masyarakat industri sebagai kota batik. Di bidang jasa, Kota Pekalongan telah dikenal oleh Masyarakat seantero Nusantara bahwa Kota Pekalongan dikenal sebagai Kota Koperasi tingkat Nasional bahkan tingkat Internasional seperti Kospin Jasa, KUD 52 Makaryo Mino, KSU Kopena dan Koperasi Lainnyaseperti KJKS Bahtera yang tumbuh dan berkembang secara cepat dan pesat. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka peran pemerintah masih sangat diperlukan khususnya upaya penciptaan iklim usaha yang kondusif, pemberian fasilitas baik kepada Koperasi maupun UKM melalui bantuan stimulan permodalan dan promosi pameran bagi UKM sentra. Fasilitasi di bidang pelatihan, kemudahan dalam pembuatan izin serta pengaturan kebijakan regulasi lainnya yang bersifat mendorong, mendukung perkembangan koperasi UKM serat promosi dan pameran baik lokal, regional dan internasional. Pemberdayaan Koperasi dan UKM sangat strategis, hal ini didasari kenyataan bahwa koperasi dan UMKM telah terbukti mampu eksis dalam menghadapi berbagai krisis baik Nasional maupun Internasional, keberadaannya dalam jumlah yang cukup besar dalam penanggulangan pengangguran dan kemiskinan. Pemerintah Kota Pekalongan disamping melakukan penguatan terhadap koperasi dan UKM, juga memberikan fasilitasi serat penguatan terhadap BKM, KUBE, maupun lembaga ekonomi mikro lainnya yang berkembang di masyarakat dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan pembangunan partisipatif serta pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu program akselerasi. Pemberdayaan usaha mikro kecil menengah dilaksanakan melalui berbagai kegiatan meliputi : a. Promosi Produk Unggulan baik tingkat lokal, nasional maupun internasional. Pada tahun 2010 telah diadakan gelaran Pekan Batik Nasional sebagai ajang promosi batik dan daerah Kota Pekalongan 53 b. Pelatihan Kewirausahaan bagi karyawan UMKM dengan pengusaha besar pengelola pasar modern melalui program CSR Corporate Social Responsibility baik beroperasi melalui wilayah Kota Pekalongan maupun di luar Kota Pekalongan seperti di Thamrin city Jakarta. c. Memfasilitasi koordinasi dengan asosiasi dagang, BUMN dan BUMD melalui kegiatan temu usaha dan “Curhat Bisnis” d. Pengembangan pemasaran produk unggulan Kota Pekalongan ke Jawa Timur, Jakarta dan Kota-kota besar lainnya di Indonesia. Perkembangan jumlah koperasi di Kota Pekalongan tahun 2008 sebanyak 265 unit koperasi naik 1,9 dibandingkan tahun 2007 sebanyak 260 koperasi. Tahun 2009 jumlah koperasi sebanyak 226 unit koperasi atau turun 14,7. Hal ini disebabkan setelah diadakan identifikasi terdapat 39 koperasi yang dibubarkan dan dibekukan karena tidak aktif maupun tidak operasional melakukan usaha selama 2 tahun berturut-turut, berdasarkan peraturan Menkop dan UKM RI nomor : 269MIX tahun 1994 tanggal 9 September 1994 koperasi tersebut harus dibubarkan dan dibekukan. Tahun 2010 jumlah 237 koperasi atau naik 4,8 dari tahun 2009. Karena hal ini adanya pendirian koperasi baru sebanyak 11 unit. Terkait dengan pembinaan koperasi yang telah dipedomani oleh Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah nomor : 22KepM.MUKMIV2007 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi, maka klasifikasi koperasi ditiadakan dan diganti dengan pemeringkatan koperasi. 54 Dinas Perindagkop dan UMKM Kota Pekalongan hanya melaksanakan Identifikasi Koperasi. Adapun penilaian pemeringkatannya dilaksanakan oleh PT. Survyor Indonesia dan yang diperingkat baru 67 Koperasi dari 100 Koperasi yang diidentifikasi, hasilnya : a. Koperasi berkualitas sebanyak 20 Koperasi b. Koperasi yang cukup berkualitas 47 Koperasi Berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam bidang koperasi dan UKM antara lain yang strategis adalah: a. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM Program ini untuk pemberdayaan koperasi dan UMKM dalam mengembangkan peran dan usahanya dalam mempromosikan produk produk unggulan kota Pekalongan. Program fasilitasi telah dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai upaya, peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan, peningkatan mutu produk, design, perkuatan permodalan, akses pasar melalui pameran dan promosi. Namun demikian semua usaha akan berhasil apabila ada sinergi serta kerjasama yang baik antara semua stakeholder terkait yang mempunyai komitmen kuat guna mengembangkan Kota Pekalongan. b. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Kelembagaan koperasi di kota Pekalongan telah terkenal dalam skala regional dan nasional dalam hal keberadaan dan perannya, sehingga sering dijadikan rujukan pembinaan dan pengelolaan bagi daerah lain. Oleh karenanya ditingkatkan kualitas kalembagaannya melalui kegiatan pembinaan, pengawasan dan penghargaan koperasi berprestasi, 55 pengembangan jaringan kerjasama usaha koperasi, fasilitasi kegiatan dekopinda serta fasilitasi pembentukan koperasi wanita. c. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetetif UKM Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM untuk tahun 2010 diperkuat berbagai kegiatan pendukung antara lain dengan terlaksananya sosialisasi hak kekayaan intelektual, pengadaan sarpras perluasan jaringan kerja dalam penyelenggaraan layanan konsultatif UKM telecentre percontohan, pendaftaran merk, batik label serta peningkatan kapasitas unit pendampingan langsung UMKM dan IKM. Selain itu melalui Bagian Perekonomian Setda, dilaksanakan kegiatan pelatihan kewirausahaan. d. Program Pendidikan Masyarakat Luar Sekolah Program ini dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan manajemen pengelolaan koperasiKUD, penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan bagi UKM serta kegiatan pelatihan TIK, community development dan manajemen telecenter bagi pelaku usaha UMKM dan aparatur pembina TIK

B. Sejarah Awal Batik Pekalongan