orang yang tiada berkeinginan untuk dikalungi. Terlihatlah oleh Dewi Laksmi wujudnya Dewa Wisnu dengan tenangnya di atas ular Sesa yang sedang melingkar.
Kalung perkawinan kemudian diletakkan di lehernya dan sampai kinilah dapat kita lihat simbolis Dewi Laksmi berada di samping kaki Dewa Wisnu. Dewi Laksmi
datang pada orang yang tidak mengidam-idamkan dirinya, inilah suatu keajaiban. Dari cerita di atas dapat dikemukakan bahwa orang yang selalu asyik
dalam pikirannya menginginkan buah dari kerjanya, akan kehilangan buah itu yang sebenarnya adalah miliknya, tetapi bagi karma yogin walaupun ia berbuat sedikit,
tetapi tanpa pamrih, ia akan mendapatkan hasil yang tidak ternilai. Kesusahan orang duniawi akan mendapat hasil yang sedikit, karena terikat. Sedangkan bagi
karma yogin sebaliknya. Maka dari itu ajaran suci selalu menyarankan kepada umatnya agar menjadi seorang karma yogi yang selalu mendambakan pedoman
rame ing gawe sepi ing pamrih. Pada hakikatnya seorang karma yogi dengan menyerahkan keinginan akan pahala, ia akan menerima pahala yang berlipat ganda.
Hidupnya akan berlangsung dengan tenang dan ia akan memancarkan sinar dari tubuhnya maupun dari pikirannya. Bahkan masyarakat tempatnya hidup pun akan
menjadi bahagia, sejahtera dan suci, ia akan mencapai kesucian batin dan kebijaksanaan.Masyarakat yang telah suci jasmani dan rohaninya akan menjauhkan
diri dari sifat-sifat munafik dan dapat dicapai oleh penduduk masyarakat itu. Semua ini telah terbukti dalam pengalaman dari kebebasan jiwa seorang karma
yogi.
3. Jnana Marga Yoga
Jnana Marga Yoga adalah cara yang ke tiga setelah Karma Marga Yoga untuk menyatukan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Jnana artinya kebijaksanaan
filsafat pengetahu Yuj artinya menghubungkan diri. Jadi Jnana Yoga artinya mempersatukan jiwatman dengan paramatman yang dicapai dengan jalan
mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan. Tiada ikatan yang lebih kuat dari pada maya, dan tiada kekuatan yang lebih ampuh dari pada yoga untuk
membasmi ikatan-ikatan maya itu. Untuk melepaskan ikatan-ikatan ini haruslah kita mengarahkan segala pikiran kita, memaksanya kepada kebiasaan-kebiasaan
suci, akan tetapi bila kita ingin memberi suatu bentuk kebiasaan suci pada pikiran kita, akhirnya pikiran pun menerimanya, sebaliknya bila pikiran tidak mau
menerimanya maka haruslah kita akui bahwa segala pendidikan yang kita ingin biasakan itu tidak ada gunanya.
11
Proses tumbuh dan berkembangnya pikiran ke arah kebaikan merupakan hal yang mutlak patut dilakukan. Sebagai jalan pertumbuhannya pikiran, perbuatan
lahir, pelaksanaan swadharma dan sikap bathin wikarma sangat diperlukan di mana perbuatan lahir adalah penting, karena jika tidak berbuat maka pikiran kita
tidak dapat diuji kebenarannya. Perbuatan lahir menunjukkan kualitas sebenarnya dari pada pikiran kita. Ada tiga hal yang penting dalam hal ini yaitu kebulatan
pikiran, pembatasan pada kehidupan sendiri dan keadaan jiwa yang seimbang atau tenang maupun pandangan yang kokoh tenteram damai. Ketiga hal tersebut di atas
merupakan dhyana yoga. Untuk tercapainya perlu dibantu dengan abhyasa yaitu latihan-latihan dan vairagya yaitu keadaan tidak mengaktifkan diri. Adapun
kekuatan pikiran kita lakukan di dalam hal kita berbuat apa saja, pikiran harus kita pusatkan kepadanya. Dalam urusan-urusan keduniawian pun pemusatan pikiran ini
mutlak diperlukan. Bukanlah sifat yang diperlukan hanya untuk suksesnya di dunia berlainan dengan sifat-sifat yang dibutuhkan untuk kemajuan spiritual atau bathin.
Usaha untuk menjernihkan kegiatan kita sehari-hari ialah kehidupan rohaniah. Apapun kita laksanakan, berhasil atau tidaknya tergantung kepada kekuatan
pemusatan pikiran kita kepada-Nya.
4. Raja Marga Yoga