MATERI PKN 05 KELAS XII

(1)

MATERI PKN 05 KELAS XII I. INDIKATOR :

- Mendeskripsikan pengertian pers menurut UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers - Menguraikan 3 peranan pers dalam menumbuhkan kehidupan masyarakat yang demokratis

- Menyebutkan 2 fungsi pers menurut UU No.40 Tahun 1999 - Menceritakan sejarah awal berkembangnya Pers di dunia

- Membedakan Acta senatus dan acta diurna dalam pers di jaman Rumawi

- Menguraikan peranan pers secara garis besarnya sejak Indonesia merdeka sampai masa reformasi

A. Pers

1. Pengertian Pers

Pengertian pers : 1. secara etimologis, kata pers (Belanda), atau press (Inggris) atau presse (Perancis) berasal dari bahasa latin pressare dari kata premere yang berarti tekan atau cetak. 2. secara terminologi, pers berarti media massa cetak (dalam bahasa Inggirisnya : printed media atau printing press atau press)

Istilah pers telah dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu jenis media massa atau media komunikasi massa. Istilah pers juga sudah lazim diartikan sebagai surat kabar atau koran, majalah, tabloid, buletin, brosur, pamflet, leaflet diartikan dalam arti sempit dan dalam arti luasnya ditambahkan media elektronika : radio, televisi, internet, hand pone, film, slide

Beberapa tokoh menyampaikan pengertian tentang pers diantaranya : 1. Weiner : pers adalah wartawan cetak, media cetak, publisitas, peliputan berita, mesin cetak, naik cetak. 2. Oemar Seno Adji : pers dibagi dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit pers berarti : pers mengandung penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis (hasil media cetak). Dalam arti luas pers berarti : semua media massa komunikasi yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik lisan maupun tertulis (media cetak dan elektonika).

Berdasarkan ilmu komunikasi, pengertian pers seperti berikut : 1. usaha percetakan atau penerbitan, 2. usaha pengumpulan dan penyiaran berita, 3. penyiaran berita melalui media : surat kabar, majalah, radio, televisi 4. orang-orang yang bergerak dalam penyiaran berita.

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam pemahaman terhadap pers, maka perlu adanya pembatasan beberapa istilah disekitar pers. Berdasarkan Bab I pada Ketentuan Umum pasal 1 UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Yang dimaksud dengan:


(2)

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronika dan segala jenis saluran yang tersedia

2. Peranan Pers

Dalam kehidupan yang demokratis itulah pers berperanan untuk menumbuhkan : pertanggungjawaban kepada rakyat terjamin, sistem penyelenggaraan negara yang transparan berfungsi, serta keadilan dan kebenaran terwujud.

Pers yang memiliki kemerdekaan untuk mencari dan menyampaikan informasi juga sangat penting untuk mewujudkan Hak Azasi Manusia yang dijamin dengan Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Azasi Manusia, antara lain ada menyatakan bahwa : setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi. Hal tersebut sejalan dengan Piagam PBB tentang Hak Azasi Manusia pada pasal 19 yang menyatakan “ ... setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat “. Dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas wilayah.

Pers nasional dan lokal sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak, kewajiban dan perannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan perlindungan hukum serta bebas dari campur tangan dan paksaan dari manapun

Pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

Pers yang juga melakukan kontrol sosial sangat penting pula untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan baik korupsi, kolusi, nepotisme maupun penyimpangan dan penyelewengan lainnya

Dalam melaksanakan asas, fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak azasi setiap orang, karena itu dituntut pers yang profesional dan terbuka dan dikontrol oleh masyarakat

3. Fungsi Pers

Fungsi Pers menurut UU. No. 40 Tahun 1999 sebagai berikut

1. Sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial 2. Sebagai lembaga ekonomi

Sebagai media informasi : pers menyuguhkan berbagai informasi untuk konsumsi masyarakat, agar masyarakat dapat mengetahui berbagai informasi secara cepat


(3)

Sebagai media pendidikan : pers memuat berbagai tulisan yang mengandung pengetahuan, informasi ilmiah, opini sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan ilmunya

Sebagai media hiburan : pers memuat berbagai artikel, cerita dan informasi tentang berbagai hiburan, seperti cerpen, cerita bersambung, cerita bergambar, ulasan tentang kesenian, kebudayaan, karikatur, teka teki silang

Sebagai media kontrol sosial : pers dapat melakukan kontrol sosial berupa : 1. social participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan), 2. social responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat), 3. social suport (dukungan rakyat terhadap pemerintah), 4. social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan – tindakan pemerintah).

4. Sejarah Pers

Pada zaman pemerintahan Caiyus Julius Caesar (100 – 44 SM) di negara Romawi, pada suatu saat Dewan Senat mengeluarkan undang-undang hasil rapat Senat, mengingat jumlah rakyat demikian banyaknya dan perlu mengetahui informasi dari hasil rapat Senat maka dipancangkan beberapa papan tulis putih di depan Gedung Dewan Senat dan di lapangan terbuka di tempat keramaian rakyat berkumpul, untuk tempat pengumuman-pengumuman resmi. Papan-papan itu menurut isinya dapat dibedakan atas dua macam yaitu 1. Acta Senatus yang memuat laporan-laporan singkat tentang sidang-sidang Senat dan hasil-hasil keputusannya. Ada anggapan bahwa hasil sidang Dewan Senat yang berupa undang-undang atau keputusan baru dianggap resmi setelah diumumkan dalam Acta Senatus. 2. Acta Diurna Populi Romawi berisikan keputusan-keputusan dari rapat-rapat rakyat dan berita-berita lainnya. Acta diurna merupakan alat propaganda pemerintah Romawi yang memuat berita-berita mengenai peristiwa-peristiwa yang perlu diketahui oleh rakyat menurut penilaian pemerintah Romawi

Pada zaman Romawi untuk pertama kalinya dikenal adanya para wartawan yang terdiri dari para budak belian yang oleh pemilik budak diberi tugas mengumpulkan informasi-informasi, berita-berita dan bahkan juga menghadiri sidang-sidang Senat dan melaporkan semua hasilnya dengan secara lisan maupun secara tertulis. Kalau pemilik budak ini sedang bertugas atau bepergian di daerah, budak ini selalu mengusahakan dan mengirim berita-berita yang terjadi di kota Roma, maksudnya agar Tuannya selalu dapat mengikuti berita atau kejadian-kejadian di kota Roma. Demikian pula halnya dengan pemilik budak yang sedang bertugas di kota Roma, mempunyai petugas-petugas berupa budak-budak di daerah-daerah yang bertugas mengirimkan berita-berita dan kejadian-kejadian yang terjadi di daerah. Banyak di antara budak-budak atau orang-orang yang diberi tugas sebagai pengumpul berita yang selanjutnya mereka bekerja sama saling memberi informasi tentang berita yang diperolehnya dan untuk selanjutnya melaporkannya kepada yang memberi tugas.


(4)

Nafsu untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan, dan pengetahuan agar dapat melebihi orang lain, menimbulkan keinginan untuk mengetahui semua peristiwa-peristiwa yang terjadi di segala penjuru dunia. Niccolo Macchiavelli dalam masa pembuangannya di suatu desa terpencil di Italia, supaya dia dapat selalu mengikuti perkembangan-perkembangan politik, dia selalu berkirim surat kepada teman-temannya yang berada di Romawi, tetapi dia tidaklah puas dengan hanya isi surat tersebut, untuk itu Niccolo Macchiavelli kemudian menghubungi dan berbicara dengan para musafir-musafir yang menginap di losmen-losmen untuk menanyakan berita dari kota-kota, dari desa-desa dan negara-negara mereka dan berita-berita selama dalam perjalanan, dari musafir inilah dia memperoleh berita-berita-berita-berita tentang berbagai peristiwa yang dilihat, didengar dan dialaminya sendiri oleh para musafir disepenjang perjalanannya, kecepatan tersiarnya berita dari musafir ini sangat pesat sekali, karena jalan umum yang mereka lalui sangat ramai sehingga berita-berita yang disampaikan dari mulut kemulut dan diceritakan oleh seorang musafir yang baru datang dan menginap di losmen juga sempat didengar oleh musafir lainya, sehingga penyebaran berita sangat cepat dan meluas. Orang-orang Romawi yakin bahwa penyebaran-penyebaran berita itu dilakukan dengan pertolongan salah satu dewa mereka yang mereka namakan Fama. Berita yang dibawa oleh para musafir kebanyakan merupakan berita bualannya saja, tetapi dengan bualannya ini dapat merangsang saraf sehinga rakyat merasa bangga karena mereka yakin telah memperoleh berita penting yang luar biasa. Musafir pembual merupakan asal muasal surat kabar sensasional.

Secara garis besarnya perkembangan peranan pers di Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai pada masa reformasi dapat digambarkan sebagai berikut :

1. 1945-1950, peranan pers : sebagai alat mempertahankan kemerdekaan dan patriotisme nasional

2. 1950-1959, peranan pers : sebagai pranata sosial masyarakat demokrasi yang bebas sesuai dengan sistem liberal berdasarkan UUDS 1950

3. 1959-1965, peranan pers : sebagai alat propaganda politik ideologi Nasakom dan alat revolusi, alat penggerak massa, pengawal revolusi, pers sosialis Pancasila

4. 1966-1998, peranan pers : sebagai pranata sosial yang melembaga di bawah ideologi Pancasila dan UUD 1945

5. 1998-sekarang, peranan pers : 1. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, 2. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, hak azasi manusia, serta menghormati kebhinekaan, 3. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar, 4. melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum, 5. memperjuangkan keadilan dan kebenaran


(5)

I. INDIKATOR :

- Mendeskripsikan pers yang bebas dan bertanggung jawab

- Menyebutkan dasar hukum dari kemerdekaan pers sebagai wujud kedaulatan rakyat yang

berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum

- Mendeskripsikan pengertian dari kode etik jurnalistik menurut UU. No. 40 Tahun 1999 - Menganalisis kebebasan berdasarkan kode etik jurnalistik. yang tidak boleh dilakukan oleh

seorang jurnalis

B. Pers Yang Bebas Bertanggung Jawab

Kebebasan pers merupakan hak setiap orang karena telah diatur dalam undang-undang dan juga merupakan hak azasi manusia. Kebebasan pers setiap orang baik secara lisan maupun secara tertulis harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan secara moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa bila kebebasan tersebut telah melanggar kebebasan orang lain atau bangsa dan negara. Jadi kebebasan bertanggung jawab dalam pers dimaksudkan segala pemberitaan yang dimuat dalam media cetak atau elektronika dituntut tanggung jawabnya untuk menegakkan keadilan, ketertiban, dan keamanan perorangan, masyarakat, bangsa dan negara.

Kebebasan harus disertai tanggung jawab sebab kekuasaan yang besar dan bebas yang dimiliki manusia mudah sekali disalahgunakan dan dibuat semena-mena. Demikian juga pers harus mempertimbangkan apakah berita yang disebarluaskan dapat menguntungkan masyarakat atau memberi dampak positif terhadap masyarakat dan bangsa. Pers hendaknya tidak menjadi provokator dan memanas-manasi situasi yang semula sudah keruh, bukan keuntungan semata yang dicari namun keutuhan bangsa dan negara yang diutamakan.

Kebebasan berbicara dan memperoleh informasi merupakan hak azasi manusia. Hak azasi itu selanjutnya dijamin dalam ketentuan perundang-undangan.

Jaminan kebebasan berbicara dan informasi itu bagi setiap orang dalam pelaksanaan hak azasi manusia sebagai berikut :


(6)

1. Pasal 28 UUD 1945 menyebutkan : Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang

2. Pasal 28 F UUD 1945 menyebutkan : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dalam lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. 3. Tap. MPR N0. XVII/MPR/1998 tentang Hak Azasi Manusia, pada bagian

Bab VI, Pasal 20 da 21 yang menyebutkan sebagai berikut :

- Pasal 20 : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.

- Pasal 21 : Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

4. Undang-Undang No. 39 Tahun 2000 Pasal 14 Ayat 1 dan 2 tentang Hak azasi Manusia, menyebutkan :

- Ayat 1 : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosia

- Ayat 2 : Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia

5. Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 dalam Pasal 2 dan Pasal 4 ayat 1 tentang Pers, menyebutkan :

- Pasal 2 : Kemerdekaan Pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.

- Pasal 4 Ayat 1 : Kemerdekaan Pers dijamin sebagai hak azasi warga negara.

C. Kode Etik Jurnalistik

Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, pada ketentuan umumnya menyebutkan bahwa kode etik jurnalistik merupakan himpunan etika profesi kewartawanan.

Etika memang merupakan teori yang tidak bergumul dengan fakta-fakta, tetapi justru bergumul dengan nilai-nilai dan estimates atau perkiraan-perkiraan. Etika merupakan teori yang berusaha untuk menjawab pertanyaan seperti: apakah yang oleh masyarakat dapat diterima sebagai sesuatu yang baik dan patut dilakukan, bagaimanakah tingkah laku yang dianggap benar atau salah menurut ukuran moralitas, apakah yang seharusnya menjadi tugas kewajiban seseorang dalam


(7)

masyarakat, bagaimanakah watak yang sebaiknya dimiliki seseorang dalam masyarakat.

Kode Etik Jurnalistik : kode etik ini dikutip dari Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)

1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi. Wartawan Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melaporkan dan menyiarkan informasi secara faktual dan jelas sumbernya. Tidak menyembunyikan fakta serta pendapat penting dan menarik, yang perlu diketahui publik sebagai hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar dan akurat. Contoh kasus: kasus korupsi dan manipulasi di sebuah instansi baik pemerintah maupun suasta, kasus konspirasi yang berniat untuk menimbulkan kekacauan , kasus wabah penyakit yang melanda daerah atau wilayah tertentu, kasus bahan makanan yang mengandung zat berbahaya, kasus busung lapar

2. Wartawan Indonesia menempuh cara etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi. Wartawan Indonesia dalam memperoleh informasi dari sumber berita atau nara sumber, termasuk dokumen dan memotret dilakukan dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum, kaidah-kaidah kewartawanan

3. Wartawan Indonesia menghormati azas praduga tidak bersalah, tidak mencampurkan fakta dan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi serta tidak melakukan plagiat. Wartawan Indonesia dalam menyiarkan informasi tidak menghakimi dan membuat kesimpulan kesalahan seseorang terlebih lagi untuk kasus-kasus yang masih diproses di Pengadilan. Wartawan tidak memasukkan opini pribadinya, wartawan sebaiknya dalam melaporkan dan menyiarkan informasi perlu meneliti kembali kebenaran informasi. Dalam pemberitaan kasus sengketa dan perbedaan pendapat, masing-masing fihak harus diberikan ruang / waktu pemberitaan secara seimbang

4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis dan cabul serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila. Wartawan Indonesia tidak melaporkan dan menyiarkan informasi yang tidak jelas sumber kebenaran informasi yang secara gamblang memperlihatkan aurat yang secara langsung bisa menimbulkan nafsu birahi atau mengundang kontroversi publik. Untuk kasus tindakan perkosaan / pelecehan seksual tidak perlu menyebutkan identitas korban untuk menjaga dan melindungi kehormatan korban.

5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan profesi wartawan. Wartawan Indonesia selalu menjaga kehormatan profesi dengan tidak menerima imbalan dan Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang dan Off The Record sesuai


(8)

kesepakatan. Wartawan Indonesia melindungi nara sumber yang tidak bersedia disebut nama dan identitasnya

6. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberian dan melayani hak jawab. Ralat ditempatkan pada halaman yang sama dengan informasi yang salah atau tidak akurat. Dalam hal pemberitaan yang merugikan seseorang atau kelompok pihak yang dirugikan harus diberikan kesempatan melakukan klarifikasi

I. INDIKATOR :

- Menguraikan upaya pemerintah dalam mengendalikan kebebasan pers - Mendeskripsikan kebebasan fungsional dalam kebebasan pers Indonesia

- Menyebutkan 5 dari 6 ciri kebebasan pers Indonesia menurut J. C. T Simorangkir, SH - Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari adanya kebebasan pers

- Menganalisis manfaat media massa atau pers dalam kehidupan sehari-hari menurut Wilbur Schramm

- Memperaktikkan langkah dalam menulis berita

D. Upaya Pemerintah Dalam Mengendalikan Kebebasan Pers

Pers dalam pemberitaannya menganut sistem pers yang bebas. Sesuatu sistem pers itu diciptakan justru untuk menentukan bagaimana sebaiknya pers tersebut dapat melaksanakan kebebabasan dan tanggung jawabnya

Sebagaimana kita ketahui, sistem kebebasan pers itu sendiri merupakan sebagian saja dari suatu sistem yang lebih besar dari sistem kebebasan untuk mengeluarkan pikiran secara lisan dan tulisan. Di negara barat sistem tersebut terkenal dengan freedom of expression atau kebebasan mengeluarkan pendapat.


(9)

Identitas kebebasan pers Indonesia oleh para tokoh pers terkemuka, menyebut kebebasan Pers tersebut sebagai kebebasan fungsional, maksudnya kebebasan yang diabdikan untuk suatu tujuan tertentu atau suatu kebebasan yang mengemban suatu fungsi dan tanggung jawab

J. C. T. Simorangkir SH, dalam bukunya yang berjudul Hukum Kebebasan Pers mengemukakan mengenai kebebasan pers Indonesia sebagai berikut :

1. Hukum Indonesia telah mengakui/mengatur/menjamin perihal kebebasan pers

2. Kebebasan pers di Indonesia tidaklah dapat dilihat/diukur semata-mata dengan kaca semata-mata kebebasan pers barat

3. Ciri kebebasan pers Indonesia sebagai berikut : 1. Pers yang bebas dan bertanggung jawab 2. Pers yang sehat

3. Pers sebagai penyebar informasi yang obyektif 4. Pers yang melakukan kontrol sosial dan konstruktif

5. Pers sebagai penyalur aspirasi rakyat dan meluaskan komunikasi dan partisipasi masyarakat

6. Terdapatnya interaksi positif antara pers, pemerintah dan masyarakat

4. Kebebasan pers diakui, dijamin dan dilaksanakan di Indonesia dalam rangka pelaksanaan demokrasi Pancasila

E. Dampak Dari Penyalahgunaan Kebebasan Pers

Bagaimanapun juga baiknya suatu sistem, dan bagaimanapun juga baiknya prinsip-prinsip pokok yang melandasinya, dalam taraf terahirnya, nilai sesuatu lembaga kemasyarakatan seperti pers ditentukan oleh kualitas dan kuantitas yang dapat dikembangkan dalam kehidupan pers sehari-hari di lingkungan masyarakatnya.

Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan pers di Indonesia dewasa ini, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif ada baiknya merenungkan dan mencarikan jawaban dari berbagai permasalahan yang ada dan timbul dalam kehidupan pers di Indonesia.

Memberikan penilaian kualitatif terhadap sesuatu sistem pers, berarti menilai kadar kebebasan yang dimiliki pers dalam praktek kehidupan pers tersebut sehari-hari.

Pada prinsipnya, di Indonesia dianut pengertian di mana kebebasan disatu nafaskan dengan tanggung jawab dimana pengalaman kebebasan harus seimbang dengan tanggung jawab yang mestinya mengikutinya.


(10)

Yang dicita-citakan adanya suatu kesatuan dalam keseimbangan yang harmonis antara kebebasan dan tanggung jawab tersebut.

S. Tasrif, menyatakan bahwa seseorang wartawan yang baik seharusnya menghayati kebebasannya yang bertanggung jawab dalam berbagai segi, diantaranya :

1. bertangung jawab terhadap hati nuraninya sendiri

2. bertanggung jawab terhadap sesama warga negara yang juga memiliki hak azasi

3. bertanggung jawab terhadap kepentingan umum yang diwakili oleh pemerintah

4. bertanggung jawab terhadap sesama rekan seprofesi

Secara garis besarnya seorang wartawan memiliki empat macam tanggung jawab yang harus dipikul :

1. tanggung jawab terhadap media tempat wartawan itu bekerja dan organisasinya

2. tanggung jawab sosial yang berakibat adanya kewajiban melayani opini publik dan masyarakat secara keseluruhan

3. tanggung jawab dan kewajiban yang berhubungan dengan keharusan bertindak sesuai dengan undang-undang

4. tanggung jawab terhadap masyarakat internasional yang berhubungan dengan nilai-nilai universal

Pers sebagai lembaga sosial (kemasyarakatan), maka keterikatan pers dengan para wartawannya pada kepentingan masyarakat, yang menyangkut keselamatan dan kesejahteraannya, merupakan masalah pokok yang perlu diperhatikan dalam kita memberikan sesuatu penilaian terhadap sistem pers secara kualitatif.

Dalam perkembangannya, pers di Indonesia sebenarnya sedang dalam proses pertumbuhan. Titik temu dalam menghayati kebebasan pers yang bertanggung jawab semakin dirasakan dan diperlukan antara pers, pemerintah dan masyarakat.

Karena pers dalam penyelenggaraannya dilaksanakan oleh manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, maka kadang-kadang di dalam pemberitaannya terjadi pula hal-hal yang menimbulkan dampak negatif seperti pemberitaan tentang kejahatan yang terlalu berlebih-lebihan, pemberitaan yang bersifat sensasional yang berlebihan, pornografi, porno aksi, sadisme dan lain berita yang bersifat negatif dan melanggar kode etik jurnalistik, sehingga menimbulkan keresahan masyarakat bahkan menjadi gejolak. Untuk menghindarkan hal yang demikian, perlu adanya pengawasan dan pembinaan pers oleh Pemerintah dan Dewan Pers, sehingga pers dalam menjalankan fungsinya sebagai media penyebarluasan informasi yang obyektif dan sebagai penyalur aspirasi


(11)

masyarakat serta sebagai media kontrol dan koreksi yang bersifat konstruktif

Sementara ini ada wartawan yang dinilai terlalu bebas dalam menerima dan menyebarluaskan berita sehingga melupakan segi tanggung jawabnya untuk melakukan penelitian terlebih dahulu untuk mencari faktanya. Contohnya tentang berita RRI yang menyiarkan tentang wafatnya Sri Sultan Hamengku Buwono IX, setelah menerima telpon dari seseorang (beritanya disiarkan sekitar tahun 1980-an) pada hal beliau masih sehat bugar. Pada pemberitaan berdasarkan perundangan pers yang ada, kalau akan mengungkapkan suatu fakta dalam berita sebaiknya menyebutkan sumber beritanya dan bila perlu menyampaikan kutipan dari sumber berita tersebut, sehingga berita yang disampaikan dapat dipertangungjawabkan.

Kasus lain tentang wartawan-wartawan yang rasa tanggung jawabnya terlalu tebal malahan berlebihan, sehingga suatu berita aktual yang menurut sifatnya itu penting dan perlu diketahui oleh masyarakat luas, mereka tidak cukup memiliki keberanian untuk memuatnya dalam surat kabar. Barang kali mereka khawatir bahwa berita dan fakta tersebut akan lebih cendrung mengakibatkan keresahan dalam masyarakat, kasus semacam ini seharusnya tidak perlu terjadi dan pers tidak mungkin akan memperuncing atau memanaskan suasana jika informasi yang diperoleh benar dan jelas serta sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik. Seharusnya sangat dihindarkan adanya kasus-kasus mengenai pengamalan kebebasan, yang bersifat mengarang dan menulis berita semaunya dari wartawan. Kasus ini dapat disimpulkan dari banyaknya pengaduan dan bahkan tuntutan di pengadilan dari pihak pemerintah dan masyarakat kepada Dewan Redaksi melalui Dewan Pers. Berbagai pengaduan yang disampaikan yang isinya bermacam-macam. Ada berita yang diadukan karena dianggap tidak sesuai dengan fakta, ada berita yang dianggap fitnah, ada berita yang disebutkan sebagai hasil wawancara seorang wartawan dengan seseorang tetapi orang yang bersangkutan menyatakan tidak pernah menghubungi atau dihubungi oleh wartawan untuk mengadakan interview (wawancara), ada wartawan gadungan, ada wartawan yang memeras orang yang dianggap memiliki kesalahan dalam masyarat atau dalam tugasnya, ada wartawan yang menyiarkan berita walaupun sudah dinyatakan off the record

Banyak wartawan atau pers yang menyalahgunakan kebebasan yang dimiliki dan dijaminkan oleh undang-undang sehingga menimbulkan dampak seperti halnya :

1. Ada yang menggunakan kebebasan secara berlebihan, sehingga mereka lupa kebebasannya telah melanggar kebebasan orang lain


(12)

2. Ada yang menggunakan kebebasan secara ceroboh, sehingga meninggalkan kewajiban untuk mengadakan penelitian atau check and recheck sebelum menyiarkan suatu pemberitaan

3. Ada yang dalam melakukan hak kebebasannya meninggalkan ketentuan-ketentuan Kode Etik Jurnalistik

4. Ada wartawan yang terlalu berhati-hati atau sebaliknya terlalu menggebu-gebu mengartikan beban tanggung jawab di dalam melaksanakan kebebasan pers, sehingga berita faktual yang perlu diketahui masyarakat tidak berani ia memuatnya

5. Ada wartawan yang menjadi korban main hakim sendiri (mendapat bogem mentah atau alat rekamnya di sita atau dirusak) oleh pihak yang tidak mau beritanya disiarkan

6. Ada wartawan yang karena menerima amplop ahirnya menjadi tidak netral dalam pemberitaannya dan bahkan menjadi pemicu permasalahan agar beritanya menjadi hangat dan menarik, sehingga melahirkan berita yang tidak seimbang

Berdasarkan berbagai penyalahgunaan kebebasan itulah disimpulkan pers di Indonesia masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.

F. Manfaat Media Massa Dalam Kehidupan Masyarakat

Media Massa (Pers) dan Masyarakat merupakan dua hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Pers lahir untuk memenuhi hajat masyarakat untuk memperoleh informasi secara terus-menerus mengenai berbagai peristiwa besar atau kecil yang sudah-sedang-akan terjadi. Oleh karena itu pers mempunyai kedudukan sebagai lembaga kemasyarakatan yang tidak mempunyai kehidupan mandiri, melainkan dipengaruhi dan mempengaruhi lembaga kemasyarakatan yang lainnya. Pers hidup dalam keterikatan suatu unit organisasi, dimana masyarakat tempat pers beroperasi. Cara kerjanya, muatan atau siarannya, tujuannya serta cara melakukan social control. Pendek kata segala sasaran serta aktipitasnya tergantung pada palsafah yang dianut masyarakatnya.

Menurut kesimpulan seorang ahli komunikasi, Wilbur Schramm, Manfaat pers bagi masyarakat : merupakan Watcher, forum, teacher (pengamat, forum dan guru) Maksudnya : 1. pers itu setiap harinya memberikan laporan dan ulasan mengenai berbagai macam kejadian dalam dan luar negeri. 2. menyediakan tempat (forum) bagi masyarakat untuk mengeluarkan pendapat secara tertulis dan 3. turut mewariskan nilai-nilai kemasyarakatan dari generasi ke generasi

Orang sering bilang bahwa pers sangat bermanfaat untuk memberikan penerangan, pendidikan, ulasan, hiburan, maupun kontrol sosial. Dengan jalan memberikan hal-hal tersebut kepada masyarakat,


(13)

Pers Indonesia diharapkan akan mampu menciptakan iklim sosial yang dapat memberi kesempatan berkembangnya dinamika masyarakat dalam kondisi stabilitas nasional yang dinamis.

Bagi masyarakat, pers merupakan suatu hal yang mutlak harus ada, ibaratnya bagaikan ikan dengan air. Penerbitan yang bagaimanapun juga bagus isi dan cetakannya, kalau penerbitan yang semacam itu tidak beredar secara teratur dan tidak dibaca dalam kalangan masyarakat maka penerbitan tersebut tidak mungkin masuk kategori penerbitan pers dan tidak bertahan lama.

Masyarakat merupakan sumber ekonomi bagi pers, melalui langganan dan periklanan. Antara pers dan masyarakat terdapat hubungan saling membantu dalam bidang kegiatan pembangunan ekonomi, seperti halnya antara periklanan dan pemasaran yang keduanya saling kait mengkait.

Masyarakat juga merupakan sumber ide yang tidak menjadi kering bagi pers. Surat-menyurat atau tulisan-tulisan khusus dari masyarakat pembaca mencerminkan adanya pengaruh masyarakat terhadap lembaga pers

Secara tidak langsung, wakil-wakil masyarakat yang duduk dalam Dewan Pers dapat menyampaikan kepentingan masyarakat yang menyangkut pers. Di samping itu, masyarakat juga dapat menyampaikan sendiri kepentingan mereka secara langsung kepada penerbitan pers melalui para wartawannya apabila ada kegiatan yang perlu mendapat peliputan untuk pemberitaan. Demikian pula apabila ada pemberitaan atau tulisan dalam pers yang tidak sesuai dengan fakta di masyarakat, maka anggota masyarakat yang merasa dirugikan berhak meminta pelaksanaan hak jawab dan dalam hal penyelesaian kasus-kasus tertentu pula


(1)

kesepakatan. Wartawan Indonesia melindungi nara sumber yang tidak bersedia disebut nama dan identitasnya

6. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberian dan melayani hak jawab. Ralat ditempatkan pada halaman yang sama dengan informasi yang salah atau tidak akurat. Dalam hal pemberitaan yang merugikan seseorang atau kelompok pihak yang dirugikan harus diberikan kesempatan melakukan klarifikasi

I. INDIKATOR :

- Menguraikan upaya pemerintah dalam mengendalikan kebebasan pers - Mendeskripsikan kebebasan fungsional dalam kebebasan pers Indonesia

- Menyebutkan 5 dari 6 ciri kebebasan pers Indonesia menurut J. C. T Simorangkir, SH - Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari adanya kebebasan pers

- Menganalisis manfaat media massa atau pers dalam kehidupan sehari-hari menurut Wilbur Schramm

- Memperaktikkan langkah dalam menulis berita

D. Upaya Pemerintah Dalam Mengendalikan Kebebasan Pers

Pers dalam pemberitaannya menganut sistem pers yang bebas. Sesuatu sistem pers itu diciptakan justru untuk menentukan bagaimana sebaiknya pers tersebut dapat melaksanakan kebebabasan dan tanggung jawabnya

Sebagaimana kita ketahui, sistem kebebasan pers itu sendiri merupakan sebagian saja dari suatu sistem yang lebih besar dari sistem kebebasan untuk mengeluarkan pikiran secara lisan dan tulisan. Di negara barat sistem tersebut terkenal dengan freedom of expression atau kebebasan mengeluarkan pendapat.


(2)

Identitas kebebasan pers Indonesia oleh para tokoh pers terkemuka, menyebut kebebasan Pers tersebut sebagai kebebasan fungsional, maksudnya kebebasan yang diabdikan untuk suatu tujuan tertentu atau suatu kebebasan yang mengemban suatu fungsi dan tanggung jawab

J. C. T. Simorangkir SH, dalam bukunya yang berjudul Hukum Kebebasan Pers mengemukakan mengenai kebebasan pers Indonesia sebagai berikut :

1. Hukum Indonesia telah mengakui/mengatur/menjamin perihal kebebasan pers

2. Kebebasan pers di Indonesia tidaklah dapat dilihat/diukur semata-mata dengan kaca semata-mata kebebasan pers barat

3. Ciri kebebasan pers Indonesia sebagai berikut : 1. Pers yang bebas dan bertanggung jawab 2. Pers yang sehat

3. Pers sebagai penyebar informasi yang obyektif 4. Pers yang melakukan kontrol sosial dan konstruktif

5. Pers sebagai penyalur aspirasi rakyat dan meluaskan komunikasi dan partisipasi masyarakat

6. Terdapatnya interaksi positif antara pers, pemerintah dan masyarakat

4. Kebebasan pers diakui, dijamin dan dilaksanakan di Indonesia dalam rangka pelaksanaan demokrasi Pancasila

E. Dampak Dari Penyalahgunaan Kebebasan Pers

Bagaimanapun juga baiknya suatu sistem, dan bagaimanapun juga baiknya prinsip-prinsip pokok yang melandasinya, dalam taraf terahirnya, nilai sesuatu lembaga kemasyarakatan seperti pers ditentukan oleh kualitas dan kuantitas yang dapat dikembangkan dalam kehidupan pers sehari-hari di lingkungan masyarakatnya.

Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan pers di Indonesia dewasa ini, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif ada baiknya merenungkan dan mencarikan jawaban dari berbagai permasalahan yang ada dan timbul dalam kehidupan pers di Indonesia.

Memberikan penilaian kualitatif terhadap sesuatu sistem pers, berarti menilai kadar kebebasan yang dimiliki pers dalam praktek kehidupan pers tersebut sehari-hari.

Pada prinsipnya, di Indonesia dianut pengertian di mana kebebasan disatu nafaskan dengan tanggung jawab dimana pengalaman kebebasan harus seimbang dengan tanggung jawab yang mestinya mengikutinya.


(3)

Yang dicita-citakan adanya suatu kesatuan dalam keseimbangan yang harmonis antara kebebasan dan tanggung jawab tersebut.

S. Tasrif, menyatakan bahwa seseorang wartawan yang baik seharusnya menghayati kebebasannya yang bertanggung jawab dalam berbagai segi, diantaranya :

1. bertangung jawab terhadap hati nuraninya sendiri

2. bertanggung jawab terhadap sesama warga negara yang juga memiliki hak azasi

3. bertanggung jawab terhadap kepentingan umum yang diwakili oleh pemerintah

4. bertanggung jawab terhadap sesama rekan seprofesi

Secara garis besarnya seorang wartawan memiliki empat macam tanggung jawab yang harus dipikul :

1. tanggung jawab terhadap media tempat wartawan itu bekerja dan organisasinya

2. tanggung jawab sosial yang berakibat adanya kewajiban melayani opini publik dan masyarakat secara keseluruhan

3. tanggung jawab dan kewajiban yang berhubungan dengan keharusan bertindak sesuai dengan undang-undang

4. tanggung jawab terhadap masyarakat internasional yang berhubungan dengan nilai-nilai universal

Pers sebagai lembaga sosial (kemasyarakatan), maka keterikatan pers dengan para wartawannya pada kepentingan masyarakat, yang menyangkut keselamatan dan kesejahteraannya, merupakan masalah pokok yang perlu diperhatikan dalam kita memberikan sesuatu penilaian terhadap sistem pers secara kualitatif.

Dalam perkembangannya, pers di Indonesia sebenarnya sedang dalam proses pertumbuhan. Titik temu dalam menghayati kebebasan pers yang bertanggung jawab semakin dirasakan dan diperlukan antara pers, pemerintah dan masyarakat.

Karena pers dalam penyelenggaraannya dilaksanakan oleh manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, maka kadang-kadang di dalam pemberitaannya terjadi pula hal-hal yang menimbulkan dampak negatif seperti pemberitaan tentang kejahatan yang terlalu berlebih-lebihan, pemberitaan yang bersifat sensasional yang berlebihan, pornografi, porno aksi, sadisme dan lain berita yang bersifat negatif dan melanggar kode etik jurnalistik, sehingga menimbulkan keresahan masyarakat bahkan menjadi gejolak. Untuk menghindarkan hal yang demikian, perlu adanya pengawasan dan pembinaan pers oleh Pemerintah dan Dewan Pers, sehingga pers dalam menjalankan fungsinya sebagai media penyebarluasan informasi yang obyektif dan sebagai penyalur aspirasi


(4)

masyarakat serta sebagai media kontrol dan koreksi yang bersifat konstruktif

Sementara ini ada wartawan yang dinilai terlalu bebas dalam menerima dan menyebarluaskan berita sehingga melupakan segi tanggung jawabnya untuk melakukan penelitian terlebih dahulu untuk mencari faktanya. Contohnya tentang berita RRI yang menyiarkan tentang wafatnya Sri Sultan Hamengku Buwono IX, setelah menerima telpon dari seseorang (beritanya disiarkan sekitar tahun 1980-an) pada hal beliau masih sehat bugar. Pada pemberitaan berdasarkan perundangan pers yang ada, kalau akan mengungkapkan suatu fakta dalam berita sebaiknya menyebutkan sumber beritanya dan bila perlu menyampaikan kutipan dari sumber berita tersebut, sehingga berita yang disampaikan dapat dipertangungjawabkan.

Kasus lain tentang wartawan-wartawan yang rasa tanggung jawabnya terlalu tebal malahan berlebihan, sehingga suatu berita aktual yang menurut sifatnya itu penting dan perlu diketahui oleh masyarakat luas, mereka tidak cukup memiliki keberanian untuk memuatnya dalam surat kabar. Barang kali mereka khawatir bahwa berita dan fakta tersebut akan lebih cendrung mengakibatkan keresahan dalam masyarakat, kasus semacam ini seharusnya tidak perlu terjadi dan pers tidak mungkin akan memperuncing atau memanaskan suasana jika informasi yang diperoleh benar dan jelas serta sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik. Seharusnya sangat dihindarkan adanya kasus-kasus mengenai pengamalan kebebasan, yang bersifat mengarang dan menulis berita semaunya dari wartawan. Kasus ini dapat disimpulkan dari banyaknya pengaduan dan bahkan tuntutan di pengadilan dari pihak pemerintah dan masyarakat kepada Dewan Redaksi melalui Dewan Pers. Berbagai pengaduan yang disampaikan yang isinya bermacam-macam. Ada berita yang diadukan karena dianggap tidak sesuai dengan fakta, ada berita yang dianggap fitnah, ada berita yang disebutkan sebagai hasil wawancara seorang wartawan dengan seseorang tetapi orang yang bersangkutan menyatakan tidak pernah menghubungi atau dihubungi oleh wartawan untuk mengadakan interview (wawancara), ada wartawan gadungan, ada wartawan yang memeras orang yang dianggap memiliki kesalahan dalam masyarat atau dalam tugasnya, ada wartawan yang menyiarkan berita walaupun sudah dinyatakan off the record

Banyak wartawan atau pers yang menyalahgunakan kebebasan yang dimiliki dan dijaminkan oleh undang-undang sehingga menimbulkan dampak seperti halnya :

1. Ada yang menggunakan kebebasan secara berlebihan, sehingga mereka lupa kebebasannya telah melanggar kebebasan orang lain


(5)

2. Ada yang menggunakan kebebasan secara ceroboh, sehingga meninggalkan kewajiban untuk mengadakan penelitian atau check and recheck sebelum menyiarkan suatu pemberitaan

3. Ada yang dalam melakukan hak kebebasannya meninggalkan ketentuan-ketentuan Kode Etik Jurnalistik

4. Ada wartawan yang terlalu berhati-hati atau sebaliknya terlalu menggebu-gebu mengartikan beban tanggung jawab di dalam melaksanakan kebebasan pers, sehingga berita faktual yang perlu diketahui masyarakat tidak berani ia memuatnya

5. Ada wartawan yang menjadi korban main hakim sendiri (mendapat bogem mentah atau alat rekamnya di sita atau dirusak) oleh pihak yang tidak mau beritanya disiarkan

6. Ada wartawan yang karena menerima amplop ahirnya menjadi tidak netral dalam pemberitaannya dan bahkan menjadi pemicu permasalahan agar beritanya menjadi hangat dan menarik, sehingga melahirkan berita yang tidak seimbang

Berdasarkan berbagai penyalahgunaan kebebasan itulah disimpulkan pers di Indonesia masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.

F. Manfaat Media Massa Dalam Kehidupan Masyarakat

Media Massa (Pers) dan Masyarakat merupakan dua hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Pers lahir untuk memenuhi hajat masyarakat untuk memperoleh informasi secara terus-menerus mengenai berbagai peristiwa besar atau kecil yang sudah-sedang-akan terjadi. Oleh karena itu pers mempunyai kedudukan sebagai lembaga kemasyarakatan yang tidak mempunyai kehidupan mandiri, melainkan dipengaruhi dan mempengaruhi lembaga kemasyarakatan yang lainnya. Pers hidup dalam keterikatan suatu unit organisasi, dimana masyarakat tempat pers beroperasi. Cara kerjanya, muatan atau siarannya, tujuannya serta cara melakukan social control. Pendek kata segala sasaran serta aktipitasnya tergantung pada palsafah yang dianut masyarakatnya.

Menurut kesimpulan seorang ahli komunikasi, Wilbur Schramm, Manfaat pers bagi masyarakat : merupakan Watcher, forum, teacher (pengamat, forum dan guru) Maksudnya : 1. pers itu setiap harinya memberikan laporan dan ulasan mengenai berbagai macam kejadian dalam dan luar negeri. 2. menyediakan tempat (forum) bagi masyarakat untuk mengeluarkan pendapat secara tertulis dan 3. turut mewariskan nilai-nilai kemasyarakatan dari generasi ke generasi

Orang sering bilang bahwa pers sangat bermanfaat untuk memberikan penerangan, pendidikan, ulasan, hiburan, maupun kontrol sosial. Dengan jalan memberikan hal-hal tersebut kepada masyarakat,


(6)

Pers Indonesia diharapkan akan mampu menciptakan iklim sosial yang dapat memberi kesempatan berkembangnya dinamika masyarakat dalam kondisi stabilitas nasional yang dinamis.

Bagi masyarakat, pers merupakan suatu hal yang mutlak harus ada, ibaratnya bagaikan ikan dengan air. Penerbitan yang bagaimanapun juga bagus isi dan cetakannya, kalau penerbitan yang semacam itu tidak beredar secara teratur dan tidak dibaca dalam kalangan masyarakat maka penerbitan tersebut tidak mungkin masuk kategori penerbitan pers dan tidak bertahan lama.

Masyarakat merupakan sumber ekonomi bagi pers, melalui langganan dan periklanan. Antara pers dan masyarakat terdapat hubungan saling membantu dalam bidang kegiatan pembangunan ekonomi, seperti halnya antara periklanan dan pemasaran yang keduanya saling kait mengkait.

Masyarakat juga merupakan sumber ide yang tidak menjadi kering bagi pers. Surat-menyurat atau tulisan-tulisan khusus dari masyarakat pembaca mencerminkan adanya pengaruh masyarakat terhadap lembaga pers

Secara tidak langsung, wakil-wakil masyarakat yang duduk dalam Dewan Pers dapat menyampaikan kepentingan masyarakat yang menyangkut pers. Di samping itu, masyarakat juga dapat menyampaikan sendiri kepentingan mereka secara langsung kepada penerbitan pers melalui para wartawannya apabila ada kegiatan yang perlu mendapat peliputan untuk pemberitaan. Demikian pula apabila ada pemberitaan atau tulisan dalam pers yang tidak sesuai dengan fakta di masyarakat, maka anggota masyarakat yang merasa dirugikan berhak meminta pelaksanaan hak jawab dan dalam hal penyelesaian kasus-kasus tertentu pula