COP Coefficient of Performance Efisiensi Eksergi

Desain alat penukar kalor heat exchanger dapat diuraikan sebagai berikut : diameter luar dan diameter dalam tabung berturut-turut sebesar 16.4 mm dan 6.68 mm.Sedangkan puncak dan ketebalan fin sebesar 275 dan 0.254 mm. Rasio antara area aliran bebas dengan area frontal 0.449 dan rasio antara area transfer panas dengan volume total 269 m 2 m 3 . Sedangkan rasio antara area fin dan area total sebesar 0.83 dan untuk kecepatan udara keluar diasumsikan sebesar 5 mdetik.

1. COP Coefficient of Performance

COP didefinisikan sebagai jumlah pendinginan yang dapat diproduksi per satuan kerja. Nilai COP pada variasi suhu evaporasi dan suhu kondensasi beberapa refrigeran dapat dilihat pada Gambar 27 dan Gambar 28. Nilai COP dari siklus meningkat dengan peningkatan suhu evaporasi dengan asumsi suhu kondensasi konstan. Sebaliknya nulai COP akan mengalami penurunan pada suhu kondensasi yang meningkat dengan asumsi suhu evaporasi dalam keadaan konstan. Nilai COP dihitung dengan membagi nilai panas yang dipindahkan ruang pendingin dengan input kerja aktual kompresor. Gambar 27. Grafik hubungan suhu evaporasi dengan nilai COP beberapa refrigeran 2 4 6 8 10 -20 -18 -16 -14 -12 -10 -8 -6 -4 Suhu evaporasi C CO P R717 R12 R22 R134a 2 4 6 8 24 26 28 30 32 34 36 38 40 Suhu Kondensasi C CO P R717 R12 R22 R134a Gambar 28. Grafik hubungan suhu kondensasi dengan nilai COP beberapa refrigeran Refrigeran R12 memiliki nilai COP yang paling tinggi pada suhu evaporasi dan pada suhu kondensasi yang bervariasi, yaitu sebesar 8.047 dan 5.813. Refrigeran R12 memiliki nilai entalpi yang paling besar daripada ketiga refrigeran lainnya karena refrigeran ini menguap pada suhu yang lebih rendah. Refrigeran yang memiliki nilai COP terendah pada variasi suhu evaporasi dan suhu kondensasi adalah R134a sebesar 5.044 dan 4.39 karena refrigeran ini menguap pada suhu yang lebih tinggi. Suhu evaporasi yang semakin meningkat mengakibatkan nilai COP juga semakin naik. Hal ini dapat kita lihat dari trendline yang semakin meningkat. Nilai COP yang semakin tinggi ini dipengaruhi oleh selisih entalpi di evaporator dan selisih entalpi di kompresor. Dengan suhu evaporasi yang semakin besar maka selisih entalpi di evaporator semakin besar sedangkan selisih entalpi di kompresor semakin kecil dengan asumsi suhu kondensasi konstan.

2. Efisiensi Eksergi

Efisiensi hukum II termodinamika yang dikenal dengan efisiensi eksergi atau effectiveness dapat didefinisikan sebagai perbandingan kerja minimum yang dibutuhkan terhadap input kerja aktual Efisiensi eksergi akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu evaporasi dengan asumsi suhu kondensasi konstan dan penurunan suhu kondensasi dengan asumsi suhu evaporasi konstan. 2 4 6 8 10 12 14 16 24 26 28 30 32 34 36 38 40 Suhu kondensasi C E fi s ie n s i ek serg i R717 R12 R22 R134a Gambar 29. Grafik hubungan suhu kondensasi dengan efisiensi eksergi menggunakan beberapa refrigeran 2 4 6 8 10 12 14 -20 -18 -16 - 14 - 12 -10 -8 -6 -4 Suhu evaporasi C E fisie n s i E k se rg i R717 R12 R22 R134a Gambar 30. Grafik hubungan suhu evaporasi dengan efisiensi eksergi menggunakan beberapa refrigeran Dari Gambar 29 tersebut terlihat bahwa efisiensi eksergi terkecil terjadi pada refrigeran R-134a. Hal ini berarti pada refrigeran R-134a memberikan kehilangan eksergi yang relatif besar dibandingkan refrigeran R12, refrigeran R22 ataupun refrigeran R717. Hal ini disebabkan beberapa hal, salah satunya adalah bentuk kurva keadaan jenuh refrigeran. Bentuk kurva tersebut akan mempengaruhi besarnya eksergi yang dapat diperoleh, karena luas persegi panjang yang berada di dalam kurva tersebut adalah ekserginya, sehingga semakin gemuk bentuk kurvanya, maka akan semakin memperluas kerja yang berguna dalam bentuk eksergi. Refrigeran R134a memiliki luas persegi panjang yang lebih besar dibandingkan ketiga refrigeran lainnya. Selain itu, Asumsi suhu keluar kompresor akan mempengaruhi eksergi yang hilang dari kompresor, semakin tinggi penentuan suhu yang keluar dari kompresor maka akan meningkatkan eksergi yang hilang sehingga menurunkan efisiensi eksergi. Gambar 31. Eksergi pada T-s diagram Eksergi yang hilang dalam kondensor meningkat, sedangkan dalam evaporator menurun seiring dengan naiknya suhu evaporasi dengan asumsi suhu kondensasi konstan. Semakin tinggi perbedaan suhu pada komponen kondensor dan evaporator, maka semakin tinggi pula eksergi yang hilang. Sementara itu jumlah eksergi yang hilang di dalam kondensor akan meningkat untuk mengganti penurunan persentase eksergi yang hilang dalam evaporator. Yang perlu diperhatikan adalah meningkatnya eksergi yang hilang di dalam kondensor tidak diartikan sebagai penurunan eksergi yang hilang yang terjadi di dalam evaporator karena eksergi yang hilang di dalam komponen lainnya juga meningkat.

3. Kehilangan Eksergi Exergy Loss