UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI n-HEKSANA DAUN Coleus scutellarioides TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI KONTAK

SKRIPSI
RATNA ENDAH LESTARI

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI
n-HEKSANA DAUN Coleus scutellarioides
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI KONTAK

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

ii

iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beserta
salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada

keluarga, Para sahabat, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Strata 1 pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Judul yang saya ajukan adalah
“Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dengan Metode Bioautografi Kontak”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini saya dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep., Sp.Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Nailis syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt.selaku Ketua Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Ibu Siti Rofida, S.Si., M.Farm., Apt. Selaku pembimbing I yang selalu sabar,
bijaksana, dan senang hati memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya
selama proses penyusunan, penelitan, hingga akhir penulisan skripsi ini.
4. Bapak Ahmad Shobrun Jamil, S.Si., MP. Selaku pembimbing II yang telah
membimbing, menasehati dan meluangkan waktunya selama proses
penulisan skripsi ini.
5. Ibu Sovia Aprina Basuki, S.Farm., M.Si., Apt. selaku penguji dan kepala

labolatorium farmasi yang telah memberikan nasehat dan masukkan dalam proses
penyusunan skripsi.

6. Ibu Engrid Juni Astuti, M.Farm., Apt. selaku penguji yang telah memberikan
nasehat dan masukkan dalam proses penyusunan skripsi.

7. Staf dosen dan Tata Usaha (TU) Universitas Muhammadiyah Malang terima
kasih atas bantuan dan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi saya selama
mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi ini.

iv

8. Bapak (Akuwan) dan ibu (Siti Khotimah) tercinta atas jasa-jasanya,
kesabaran, doa, nasehat, dukungan dan tidak pernah lelah dalam mendidik,
membesarkan dengan penuh kasih sayang, dan cinta yang tulus kepada saya
sejak kecil hingga sampai sekarang ini.
9. Pakde Juwari yang telah membantu dan rela mengorbankan waktunya dalam
proses penelitian untuk mendapatkan tanaman Daun Coleus scutellarioides.
10. Saudara-saudara tercinta yang telah banyak memberikan dorongan, semangat
dan bantuan baik secara moril maupun materil demi lancarnya penyusunan

skripsi ini.
11. Teman-teman Farmasi 2012 atas kebersamaan, kekeluargaan, dukungan dan
bantuannya selama ini yang sangat berarti bagi saya. Semoga persahabat kita
selalu terjaga.
12. Mbak evi selaku laboran yang telah membantu dan menyiapkan semua
keperluan dalam proses penelitain di labolatorium.
13. Teman seperjuangan Lisa Dewi Purnama Rizki yang selau ada dalam suka
dan duka, perhatian, serta semangatnya senang bisa mengenalmu dengan
baik. Semoga persahabatan kita selalu terjaga.
14. Staf poliklinik (mbak lusi, mbak wulan, bu nanik, dan para dokter poliklinik)
atas kesempatannya, menerima dan mempercayai saya bisa parttime di
polikinik UMM.
Untuk semua pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini, semoga Allah
SWT senantiasa memudahkan setiap langkah–langah kita menuju kebaikan dan
salalu menganugrahkan kasih sayang–Nya untuk kita semua. Akhir kata penulis
memohon maaf apa bila masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya kepada
pembaca. Amin.
Malang, 21Juni 2016


Penulis

v

RINGKASAN
Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita
oleh penduduk di negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu penyebab
penyakit infeksi adalah bakteri. Mikroorganisme alami yang ada dalam tubuh
manusia disebut mikroorganisme normal atau flora normal. Meskipun flora
normal ini tidak patogen, namun dalam keadaan tertentu dapat bersifat patogen
dan menimbulkan penyakit infeksi. Contoh flora normal yang dapat menjadi
mikroorganisme patogen adalah bakteri Staphylococcus aureus (Sylvia, 2008). S.
aureus dapat ditemukan pada permukaan kulit sebagai flora normal, terutama
disekitar hidung, mulut, alat kelamin, dan sekitar anus. Selain itu, dapat
menyebabkan infeksi pada luka biasanya berupa abses yang merupakan kumpulan
nanah atau cairan dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Wahyudi
dan Sukarjati, 2013).
S. aureus juga merupakan bakteri penyebab infeksi nosokomial yang
banyak terjadi di Indonesia. Di Jakarta pada periode tahun 1986-1993 terjadi
peningkatan angka kejadian infeksi S. aureus hampir empat kali lipat dari 2,5%

menjadi 9,4% (Nasir, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dudy dkk
(2010), di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang, terdapat 23 kasus infeksi luka
pasca operasi yang disebabkan oleh S. aureus. Tidak hanya di Indonesia, di
negara maju, seperti Amerika Serikat, ditemukan 20.000 kematian setiap tahun
akibat infeksi nosokomial yang disebabkan oleh bakteri S. aureus. Di seluruh
dunia, 10% pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi baru selama
dirawat sebanyak 1,4 juta infeksi setiap tahun.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di
dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat
ini, tercatat 7000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari
300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi (Saifudin dkk,
2011).
Penggunaan bahan obat alam terutama tumbuhan telah melekat di dalam
kehidupan masyarakat dari generasi ke generasi hingga saat ini. Fakta bahwa obat
berbasis tumbuhan telah melekat di dalam kehidupan masyarakat, kecenderungan
orang menggunakan tumbuhan yang memiliki peran penting sebagai sumber obat
(Saifudin dkk, 2011).
Salah satu spesies dari genus Coleus yaitu Coleus scutellarioides merupakan
tanaman hias yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang berasal dari
Asia Tenggara. Corak, bentuk dan warna C. scutellarioides beranekaragam, tetapi

yang berkhasiat sebagai obat adalah daun yang berwarna merah kecoklatan
(Dalimartha, 2007). C. scutellarioides, salah satu tanaman asli Indonesia
khususnya di Provinsi Sulawesi Utara (Ahmad, 2014). Tanaman ini juga dapat
berkhasiat meredakan rasa nyeri sebagai antiinflamasi, antioksidan, antimikroba,
antibakteri, dan mempercepat penyembuhan luka (Rudianto, 2013).
Dari latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan masalah yaitu berapakah
diameter zona hambat komponen senyawa yang terdapat pada fraksi n-heksana
daun C. scutellarioides terhadap bakteri S. aureus menggunakan metode
bioautografi? dan golongan senyawa apakah yang terkandung dalam fraksi nheksana daun C. Scutellarioides yang dapat berkhasiat sebagai antibakteri?

vi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas hambatan
melalui pengukuran diagonal zona hambat fraksi n-heksana daun C.
scutellarioides terhadap S. aureus dengan metode bioautografi kontak dan untuk
memperoleh golongan senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri dalam fraksi
n-heksana daun C. scutellarioides.
Dengan demikian untuk mengetahui aktifitas antibakteri C. scutellarioides
yang dapat dilakukan dengan mengekstrasi golongan senyawa kimia secara
bertingkat menggunakan metode bioautografi kontak. Cara ini bertujuan untuk

memisahkan golongan senyawa kimia yang bersifat non polar, semi polar, dan
polar pada daun C. scutellarioides dengan pelarut yang sesuai. Pelarut yang
digunakan yaitu n-heksana, etil asetat, dan etanol. Pada fraksi n-heksana
dilakukan pengujian antibakteri menggunakan metode bioautografi kontak. Dalam
penelitian ini, golongan senyawa yang terkandung dalam fraksi n-heksana C.
scutellarioides dilakukan penotolan pada plat KLT yang di eluasi menggunakan
eluen yang sesuai kemudian muncul noda yang terpisah. Noda yang terbentuk
pada plat KLT dipotong sesuai dengan bentuk noda, disterilkan dan didifusikan
pada media agar yang telah berisi biakan bakteri, kemudian diinkubasi selama 24
jam. Timbul zona bening dibawah plat, kemudian diukur diagonal zona bening
tersebut. Diagonal zona bening yang terukur menunjukkan aktivitas antibakteri.
Dari hasil penelitian didapatkan daya hambat fraksi n-heksana daun Coleus
scutellarioides terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 50 μg/ml adalah Rf 1 = 6,75 mm, Rf 2 = 7,0 mm, Rf 3 = 9,15 mm, Rf
4 = 9,2 mm, Rf 5 = 9,55 mm. Daya hambat terkecil yang terbentuk pada Rf 1
yaitu 6,75 mm, sedangkan daya hambat terbesar yang terbentuk pada Rf 5 yaitu
9,55 mm. Pada Rf tersebut didapatkan hasil identifikasi golongan senyawa kimia
pada fraksi n-heksana daun Coleus scutellarioides yaitu terpenoid, flavonoid,
polifenol, alkaloid dan antrakuinon. Antibiotik yang digunakan sebagai
pembanding (kontrol positif) dalam penelitian ini adalah kloramfenikol. Diameter

zona bening yang terbentuk adalah 23,5 mm.
Pada penelitian ini disarankan dilakukan penelitian lebih lanjutan untuk
mengisolasi golongan senyawa yang terdapat dalam Rf 1, Rf 3, dan Rf 5 pada
tanaman Coleus scutellarioides dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.

vii

DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

ii

LEMBAR PENGUJIAN....................................................................................

iii

KATA PENGANTAR........................................................................................ iv

RINGKASAN..................................................................................................... vi
ABSTRAK........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 6
2.1 Tinjauan Coleus scutellarioides ................................................................ 6
2.1.1 Klasifikasi Daun Coleus scutellarioides ........................................... 6
2.1.2 Morfologi Tumbuhan ........................................................................ 7
2.1.3 Manfaat Tanaman .............................................................................. 7
2.1.4 Kandungan C. scutellaroides ........................................................... 8
2.1.5 Aktivitas Biologis C. scutellaroides .................................................. 8
2.2 Tinjauan Tentang Staphylococcus aureus ................................................. 9
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi ................................................................. 9

2.2.2 Organela ............................................................................................ 10
2.2.3 Patogenitas......................................................................................... 11
2.2.4 Pengobatan ........................................................................................ 11
2.3 Tinjauan Tentang Antibiotik ..................................................................... 12
2.3.1 Mekanisme Kerja Kloramfenikol ...................................................... 12
2.4 Senyawa Alam Yang Mempunyai Aktivitas sebagai Antimikroba .......... 13

viii

2.5 Uji Aktivitas Antimikroba Secara In-vitro ................................................ 15
2.5.1 Metode Dilusi .................................................................................... 15
2.5.2 Metode Difusi .................................................................................... 16
2.5.3 Metode Bioautografi.......................................................................... 16
2.6 Kromatografi ............................................................................................. 18
2.6.1 Kromatografi Lapis Tipis .................................................................. 18
2.7 Tinjauan Tentang Ekstrak .......................................................................... 19
2.7.1 Metode Ekstraksi ............................................................................... 19
2.8 Tinjauan Sifat Pelarut ................................................................................ 20
2.8.1 Pelarut n-heksana .............................................................................. 21
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ............................................................ 23

3.1 Bagan Kerangka Konsep .............................................................................. 23
3.2 Kerangka Konseptual ................................................................................... 24
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 26
4.1 Bahan Penelitian ....................................................................................... 26
4.1.1 Bahan Uji ........................................................................................... 26
4.1.2 Bahan Ekstraksi ................................................................................. 26
4.1.3 Bahan Penguji Bioautografi .............................................................. 26
4.1.4 Bahan yang Digunakan untuk Uji Skrining ...................................... 26
4.2 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 27
4.3 Alat-alat Penelitian ................................................................................... 27
4.3.1 Proses Ekstrasi .................................................................................. 27
4.3.2 Pengujian Bioautografi ...................................................................... 27
4.3.3 Identifikasi Profil KLT....................................................................... 27
4.4 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 28
4.4.1 Populasi .............................................................................................. 28
4.4.2 Sampel ................................................................................................ 28
4.5 Variabel Penelitian ..................................................................................... 28
4.5.1 Variabel Bebas.................................................................................... 28
4.5.2 Variabel Terikat .................................................................................. 28
4.6 Penyiapan Sterilisasi Alat dan Bahan......................................................... 28
4.6.1 Sterilisasi Panas Kering ...................................................................... 28

ix

4.6.2 Sterilisasi Panas Basah ....................................................................... 28
4.6.3 Sterilisasi Radiasi Sinar Ultra Violet (Sinar UV) ............................... 29
4.7 Rancangan Penelitian ................................................................................. 29
4.7.1 Kerangka Operasional ........................................................................ 29
4.8 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 30
4.8.1 Pembuatan Simplisia ........................................................................ 30
4.8.2 Proses Maserasi C. scutellarioides ................................................... 30
4.8.3 Pemisahan Komponen Senyawa ...................................................... 31
4.8.4 Identifikasi Komponen Senyawa ..................................................... 32
4.9 Pembuatan Media ....................................................................................... 32
4.9.1 Pembuatan Medium Nutrient Agar Plate (NAP) ............................. 32
4.9.2 Preparrasi Bakteri Staphylococcus aureus ....................................... 32
4.10 Pengujian Bioautografi ............................................................................. 34
4.11 Bagan Alur Kerja ..................................................................................... 36
4.11.1 Proses Maserasi .............................................................................. 36
4.11.2 Proses Pengujian Bioautografi ....................................................... 37
4.12 Analisis Data ............................................................................................ 37
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 38
5.1 Determinasi Daun Coleus scutellarioides .................................................... 38
5.2 Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Coleus scutellarioides .......................... 38
5.3 Ekstrak Kental Fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides ................... 39
5.4 Uji KLT Golongan Senyawa Fraksi n-Heksana Daun Coleus
scutellarioides .............................................................................................. 40
5.4.1 Identifikasi Senyawa Alkaloid dengan KLT .................................... 41
5.4.2 Identifikasi Senyawa Terpenoid dengan KLT ................................. 41
5.4.3 Identifikasi Senyawa Flavonoid dengan KLT .................................. 42
5.4.4 Identifikasi Senyawa Polifenol dengan KLT ................................... 43
5.4.5 Identifikasi Senyawa Antrakuinon dengan KLT .............................. 44
5.4.6 Perhitungan Nilai Rf dari Kromatografi Lapis Tipis........................ 44
5.5 Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides pada
Bakteri Staphylococcus aureus dengan Metode Bioautografi Kontak .......... 45
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 50

x

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 59
7.1 Kesimpulan .................................................................................................... 59
7.2 Saran ............................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA..... ...................................................................................... 60
LAMPIRAN .......................................................................................................... 63

xi

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

II.1 Konstanta Dielektrik Pelarut Organik ......................................................... 21
V. 1 Derajat Kehalusan Serbuk Simplisia daun Coleus scutellarioides ...............38
V. 2 Nilai Kadar Air Simplisia Serbuk Daun Coleus scutellarioides ..................40
V. 3 Hasil KLT dari Fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides
Menggunakan Eluen n-Heksana : Kloroform : Etil Asetat ...........................45
V.4 Hasil Uji Antibakteri fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides dengan
Metode Bioautografi Kontak terhadap Staphylococcus aureus....................47

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Daun Miana (Coleus Scutellaroides Linn Benth)..............................................6
2.2 Staphylococcus aureus .......................................................................................9
2.3 Rumus Struktur n-Heksana ..............................................................................21
3.1 Bagan Kerangka Konseptual ............................................................................23
4.1 Skema Kerangka Operasional ..........................................................................31
4.2 Bagan Proses Preparasi Bakteri .......................................................................34
4.3 Bagan Proses Maserasi .....................................................................................36
4.4 Bagan Alir Pengujian Bioautografi ..................................................................37
5.1 Daun Coleus scutellarioides basah (A), daun kering (B), serbuk simplisia daun
Coleus scutellarioides(C)................................................................................39
5.2 Ekstrak Kental Fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides ......................40
5.3 Hasil Identifikasi Senyawa Alkaloid dengan KLT ..........................................41
5.4 Hasil Identifikasi Senyawa Terpenoid dengan KLT ........................................42
5.5 Hasil Identifikasi Senyawa Flavonoid dengan KLT ........................................43
5.6 Hasil Identifikasi Senyawa Polifenol dengan KLT ..........................................43
5.7 Hasil Identifikasi Senyawa Antrakuinon dengan KLT ....................................44
5.8 Noda yang Digunakan untuk Pengujian Aktivitas Antibakteri ........................46
5.9 Perbandingan Aktivitas antibakteri pada Beberapa Senyawa Fraksi n-Heksana
Daun Coleus scutellarioides dengan KLT ......................................................47
5.10 Hasil Pengujian Bioautografi Fraksi n-Heksana Coleus scutellarioides .......49

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1 Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................63
2. Surat Pernyataan ..............................................................................................64
3. Surat Determinasi Tanaman Colues scutellarioides .......................................65
4. Surat Hasil Uji bakteri Staphylococcus aureus ...............................................66
5. Bagan Proses Maserasi ...................................................................................67
6. Proses Optimasi Eluen ....................................................................................69
7. Hasil Optimasi Eluen ......................................................................................70
8. Optimasi Konsentrasi ......................................................................................74
9. Perhitungan Konsentrasi .................................................................................75
10. Tabel Hasil Data Penelitian.............................................................................76
11. Bagan Proses Pewarnaan Bakteri Staphylococcus aureus ..............................77
12. Alat dan Bahan ................................................................................................78

xiv

DAFTAR PUSTAKA
Adyanastri, F., 2012. Etologi Dan Gambaran Klinis Diare Akut Di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Semarang: Karya Tulis Ilmiah Universitas
Diponegoro.
Ansel, H., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi. Jilid IV. Jakarta : UI Press.
Auliawan, Riky., Bambang Cahyono., 2014. Efek Hidrolisis Ekstrak Daun Iler
(Coleus Scutellarioides) Terhadap Aktivitas Inhibisi Enzim Α-Glukosidase.
Jurnal Sains dan Matematika. Vol. 22 (1): 15-19.
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran FKUI, Edisi Revisi, Tangerang : Penerbit
Binarupa Aksara, Hal 125 Dan 195.
Cowan, M,M., 1999. Plant Products As Antimicrobial Agents. Clin Microbiol
Rev. Volume 12 No. 4.
Dalimartha, S., 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2. Jakarta : Trubus
Agriwidya.
Darwis, Welly., Makda Romauli., Kasrina. 2013. Uji Efektivitas Ekstrak Daun
Iler-Iler (Coleus Scutellarioides (Linn.) Benth) Sebagai Antibakteri
Staphylococcus aureus.Jurnal ilmiah konservasi hayati. ISSN 0216-9487.
Vol 09. No. 02. P 55-59.
Deby A. Mpila, Fatimah, Weny I. Wiyono. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Mayana (Coleus atropurpureus[L] Benth) Terhadap
Staphylococcus aureus, Esherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa
Secara in-vitro. FMIPA UNSRAT Manado.
Departemen Kesehatan RI., 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta : Direktorat Jendral
Pengawasan Obat Dan Makanan.
Departemen Kesehatan RI., 2011. Situasi Diare Di Indonesia. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI.
Djide, Dan Sartini., 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makasar :
Lephas.
Dzen, S.M., Roekistiningsih., Sanarto Santoso., Sri Winarsih., 2003. Bakteriologi
Medik. Malang : Bayumedia Publisihing.
Evans, C.W., 2009. Pharmacognosy Trease And Evans 16th Ed. London:
Saunders Elsevier. Pages :263, 356.
Fauziah, Sitti, Noer. 2012. Pola Bakteri dan Resistensinya Terhadap Antibiotik
yang Ditemukan Pada Air dan Udara Ruang Instalasi Rawat Khusus Rsup
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Program Studi Farmasi, FMIPA
Universitas Islam Makasar. Vol. 16, No.2 – Juli 2012, hlm. 73 – 78.

xv

Fayyaz M, Dkk., 2013. In Vitro Susceptibility Of Chloramphenicol Against
Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus. J Coll Physicians Surg
Pak.Sep;23(9):637-40. Doi: 09.2013/JCPSP.637640.
Finegold,S., 2001. Diagnostic Microbiology. Taranto : Mosby Company.
Gillespie., Stephen & Kathleen Bamford., 2008. At A Glance Mikrobiologi
Medis dan Infeksi. Jakarta : Penerbit Erlangga, Hal 32.
Gupte, Satish., 1990. Mikrobiologi Dasar. Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit
Binarupa Aksara.
Harbone, JB. 1996. Metode Fitokimia. Edisi II. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Jawtez, Melnick., & Adelberg., 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 21.
Jakarta : EGC.
Kumala, Shirly. Cristian Purba. 2015. Uji Aktivitas Antimikroba dari Ekstrak
Daun
Miana Secara in vitro (Coleus atropurpureus Benth).Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila
Kodim, Nasrin., 2010. Resistensi Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus
Pada Luka Pasca Operasi. Jurnal Medika. Edisi 05 Vol 36.
Lienda, Handoyo., 1995. Teknik Kimia 2. Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita.
Lukas, Stefanus., 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Nurkusuma, Dudy R., Heyder, F., Wahjono, H., 2010. Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Kejadian Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA)
Pada Kasus Infeksi Luka Pasca-Operasi Di Ruang Perawatan Bedah
Rumah Sakit Dokter Kariadi, Semarang. Medika Journal. Vol. 36. No. 05.
P. 300-305.
Osvaldo Z.S., Panca Putra S., M. Faizal., 2012. Pengaruh Konsentrasi Asam dan
Waktu Pada Proses Hidrolisis dan Fermentasi Pembuatan Bioetanol dari
Alang-alang. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 18. No. 2.
Prataya, N., Adeanne, C., Paulina V., 2014. Uji Efektivitas Sediaan Salep Ekstrak
Daun Miana (Coleus Scutellaroides [L] Benth.) Untuk Pengobatan Luka
yang Terinfeksi Staphylococcus Aureus Pada Kelinci (Oryctolagus
Cunisulus). Pharmacon., Vol 3 No. 3, ISSN 2302-2493.
Pratiwi, Sylvia T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Radji, M., 2011. Mikrobiologi. Jakarta : Buku Kedokteran ECG.
Robinson,T., 1991. Kandungan Organik Tumbuhan
Bandung : ITB.

Tingkat

Tinggi.

Saifudin Azis, Dkk., 2011. Standarisasi Bahan Obat Alami. Yogyakarta :
Penerbit Graha Ilmu.
xvi

Setyawati, R.,Ismunandar. A., Nurul Quroatun Ngaeni., 2014. Indentifikasi
Senyawa Antrakuinon Pada Daun Mengkudu (morinda citrifolia L)
Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis. ISBN 978-602-14930-3-8. P
384-287.
Siswandono., Bambang Sokardjo., 2008. Kimia Medisinal. Surabaya: Penerbit
Airlangga University Press.
Stahl,

Egon., 1985. Analisis
Mikroskopi. Bandung : ITB.

Obat

Secara

Kromatografi

Dan

Sudarmaji, S, Dkk., 1989. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian.
Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Sundari, D., & Winarno, M.W., 1996. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat
Diare Di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran 109: 25-32.
Syamsuhidayat, S.S., Dan Hutapea, J.R., 1991. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia., Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Venkateshappa, S.M., Sreenath, K.P. 2013. Potential Medicinal Plants Of
Lamiaceae. American International Journal Of Research In Formal,
Applied & Natural Sciences. 3 (1) : P. 82-87.
Volk, W.A., Dan Wheeler, M.F., 1989. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga.
Waluyo, Lud., 2008. Teknik Dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang:
UMM Press.
Wilson, g., 1982. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Surabaya : Airlangga
University Press.
Winarto, W.P., 2007. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herba. Ed
Ke-1. Jakarta: Karyasari Herba Media.
Yuningsih, Ratnawati., 2007. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Jawer Kotok
(Coleus scutellarioides [L.] Benth.). Bogor : Institut Pertanian Bogor.

xvii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan jenis penyakit yang paling banyak
diderita oleh penduduk di negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu
penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Mikroorganisme alami yang ada dalam
tubuh manusia disebut mikroorganisme normal atau flora normal. Meskipun flora
normal ini tidak patogen, namun dalam keadaan tertentu dapat bersifat patogen
dan menimbulkan penyakit infeksi. Contoh flora normal yang dapat menjadi
mikroorganisme patogen adalah bakteri Staphylococcus aureus (Sylvia, 2008).
S. aureus dapat ditemukan pada permukaan kulit sebagai flora normal,
terutama disekitar hidung, mulut, alat kelamin, dan sekitar anus. Dapat
menyebabkan infeksi pada luka biasanya berupa abses yang merupakan kumpulan
nanah atau cairan dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi. Infeksi oleh S.
aureus bisa menyebabkan sindroma kulit (Wahyudi dan Sukarjati, 2013).
Luka adalah kerusakan pada struktur anatomi kulit yang menyebabkan
terjadinya gangguan kulit. Contoh yang paling mudah jika jari tangan tersayat
oleh pisau, maka luka yang timbul akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada
kulit sehingga kulit tidak lagi dapat melindungi struktur yang ada dibawahnya.
Infeksi pada luka dapat terjadi jika luka terkontaminasi oleh debu atau bakteri, hal
ini disebabkan karena luka tidak dirawat dengan baik. Salah satu bakteri yang
menyebabkan infeksi pada kulit luka yaitu bakteri S. aureus. (Dzen, 2003).
S. aureus juga merupakan bakteri penyebab infeksi nosokomial yang
banyak terjadi di Indonesia. Di Jakarta pada periode tahun 1986-1993 terjadi
peningkatan angka kejadian infeksi S. Aureus hampir empat kali lipat dari 2,5%
menjadi 9,4% (Nasir, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dudy dkk
(2010)., di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang, terdapat 23 kasus infeksi luka
pasca operasi yang disebabkan oleh S. aureus. Tidak hanya di Indonesia, di
negara maju, seperti Amerika Serikat, ditemukan 20.000 kematian setiap tahun
akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10% pasien rawat inap di rumah sakit
mengalami infeksi baru selama dirawat, sebanyak 1,4 juta infeksi setiap tahun.

1

2

Menurut WHO di 55 rumah sakit pada 14 negara di seluruh dunia, menunjukkan
8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi selama perawatan di rumah sakit.
Sedangkan di negara berkembang terdapat lebih dari 40% pasien terserang infeksi
nosokomial. Bakteri yang paling umum ditemukan pada kasus infeksi adalah S.
aureus (Fauziah, 2012).
Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh S. aureus karena banyaknya kasus
infeksi yang terjadi, sehingga munculnya resistensi terhadap berbagai jenis
antibiotik. S. aureus menghasilkan enzim penisilinase sehingga mudah resisten
terhadap golongan penisilin, misalnya metilisin dan oksasilin. Namun demikian,
juga dikenal S. aureus yang resisten terhadap metisilin yang disebut Methicillin
Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) yang menimbulkan masalah klinik
karena sifatnya yang resisten terhadap berbagai antibiotik golongan β-laktam,
tetapi biasanya masih peka terhadap vankomisin atau golongan aminoglikosida
(Dzen, 2003). Sebagian besar galur Staphylococcus sudah resisten terhadap
berbagai antibiotik tersebut, sehingga perlu diberikan antibiotik berspektrum lebih
luas seperti kloramfenikol, vankomisin, dan tetrasiklin (Jawetz et al., 2012).
Mikroorganisme adalah kelompok organisme hidup yang ukurannya sangat
kecil

dan

heterogen,

seperti

bakteri,

virus,

jamur,

dan

protozoa.

Beberapamikroorganisme memiliki manfaat atau tidak, tergantung pada efek host
terhadap mikroorganisme tersebut. Namun ditemukan beberapa spesies patogen
yang sangat berbahaya bagi manusia. Terkait spesies patogen tersebut ada
senyawa yang dapat membunuh dan menghambat mikroorganisme patogen, ini
yang dikenal sebagai antimikroba. Pencarian atau penemuan zat antimikroba yang
memiliki aktivitas selektif terhadap mikroorganisme patogen tertentu, tanpa efek
racun pada hewan dan manusia, serta yang dapat menguntungkan adalah dengan
melakukan penelitian terhadap produk alam (Narwal, 2009).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di
dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat
ini, tercatat 7000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari
300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi. Sekitar 1000
jenis tanaman telah diidentifikasi dari aspek botanik sistematik tumbuhan dengan
baik. WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih

3

menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan
tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia
menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka. Fakta-fakta
tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan obat memiliki arti penting yakni secara
mendasar mendukung kehidupan maupun potensi perdagangan. (Saifudin dkk,
2011).
Penggunaan bahan obat alam terutama tumbuhan telah melekat di dalam
kehidupan masyarakat dari generasi ke generasi hingga kini. Selain itu, seiring
dengan berbagai fakta bahwa bahan-bahan sintesis termasuk obat sintesis
memiliki efek samping yang tidak bisa dianggap hal yang biasa. Khusus di
Indonesia, fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa obat herbal memiliki peran
penting didalam bidang kesehatan masyarakat dalam aspek pengobatan sebagai
agen pencegahan bahkan penyembuhan. Fakta bahwa obat berbasis tumbuhan
telah melekat didalam kehidupan masyarakat, kecenderungan orang menggunakan
tumbuhan yang memiliki peran penting sebagai sumber obat (Saifudin dkk, 2011).
Tumbuhan yang memiliki keanekaragaman jenis dan bentuk ini merupakan
sumber utama untuk mendapatkan berbagai golongan senyawa yang terkandung
seperti senyawa fenolik, terpenoid, steroid, alkaloid dan metabolit sekunder lain
yang memiliki sifat antioksidan, antimikroba, antikarsinogenik, dan diuretik.
Produk alam yang dihasilkan oleh tumbuhan ini penting dalam pengobatan untuk
penelitian farmakologi dan pengembangan obat (Ahmad, 2014).
Diantara beberapa genus dari family Lamiaceae yang digunakan sebagai
obat tradisional. Tanaman dari genus Coleus dari family Lamiaceae atau Labiatae
berpotensi dalam teraupetik yang bersifat pereda nyeri, diuretik, tonik, antijamur,
antimikroba, antiradang, dan penangkal infeksi (Venkateshappa, 2013). Tanaman
yang berasal dari family ini digunakan untuk obat tradisional karena memiliki
aktifitas farmakologi seperti antimikroba, antioksidan, dan antiseptik. Penyebaran
genus Coleus ini terdiri dari 300 spesies dan ditemukan di berbagai bagian tropis
Afrika, Australia dan Asia, terutama di Indonesia (Ahmad, 2014).
Salah satu spesies dari genus Coleus yaitu Coleus scutellarioides merupakan
tanaman liar yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang berasal dari
Asia Tenggara. Corak, bentuk dan warna C. scutellarioides beranekaragam, tetapi

4

yang berkhasiat obat adalah daun yang berwarna merah kecoklatan (Dalimartha,
2007). C. scutellarioides, salah satu tanaman asli Indonesia khususnya di Provinsi
Sulawesi Utara (Ahmad, 2014). Tanaman C. scutellarioides ditanam di
lingkungan berhawa sejuk dengan kecukupan air. Tanaman C. scutellarioides
berkhasiat sebagai melancarkan menstruasi, menambah nafsu makan, menetralisir
racun dalam tubuh, menekan pertumbuhan bakteri, menyembuhkan bisul,
membunuh cacing didalam tubuh (Afin, dkk, 2013). Tanaman ini juga dapat
meredakan rasa nyeri sebagai antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antibakteri,
dan mempercepat penyembuhan luka (Rudianto, 2013).
Dari hasil penelitian sebelumnya telah diteliti menggunakan ekstrak etanol
daun C. scutellarioides yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap S.
aureus pada konsentrasi ektrak yang digunakan 20% (10,67 mm), 40% (11,17
mm), 80% (12,33mm) (Deby, 2012). Selain itu, telah dilakukan penelitian uji
aktivitas antibakteri daun C. scutellarioides menggunkan ekstraksi bertingkat
dengan pelarut nonpolar, semipolar dan polar pada konsentrasi 25% dengan
metode difusi cakram. Pada fraksi n-heksana diameter zona inhibisi (7,67 mm),
fraksi etil asetat (11.33 mm), dan fraksi metanol (8,67 mm) (Kumala, 2015).
Menurut

penelitian

yang

dilakukan

Prataya,

dkk

(2014).hasil

analisis

menunjukkan kandungan kimiadaun C. scutellarioides seperti flavonoid, tanin,
triterpenoid, steroid, dan minyak atsiri yang mampu memberikan efek antibakteri.
Dengan demikian untuk mengetahui aktifitas antibakteri C. scutellarioides
yang dapat digunakan lebih lanjut dalam pencarian obat baru, dilakukan dengan
mengekstrasi komponen golongan senyawa kimia secara bertingkat menggunakan
metode bioautografi kontak. Cara ini bertujuan untuk memisahkan komponen
kimia yang bersifat non polar, semi polar, dan polar pada daun C. scutellarioides
dengan pelarut yang sesuai. Pada penelitian ini serbuk daun C. scutellarioides
diektraksi secara bertingkat dengan n-heksana, etil asetat, dan etanol. Pada fraksi
n-heksana dilakukan pengujian antibakteri menggunakan metode bioautografi
kontak. Dalam penelitian, golongan senyawa yang terkandung dalam fraksi nheksana C. scutellarioides dilakukan penotolan pada plat KLT kemudian di eluasi
menggunakan eluen yang sesuai, timbul noda yang terpisah. Noda pada plat KLT
dipotong sesuai bentuk noda dan didifusikan pada media yang berisi biakan

5

bakteri, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Timbul zona bening pada sekitar
plat, kemudian diukur diagonal zona hambat. Diagonal zona hambat yang terukur
menunjukkan aktivitas antibakteri.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan masalah :
1.

Berapakah diagonal zona hambat komponen senyawa yang terdapat pada
fraksi n-heksana daun C. scutellarioides terhadap bakteri S. aureus
menggunakan metode bioautografi kontak?

2.

Golongan senyawa apakah yang terkandung dalam fraksi n-heksana daun C.
scutellarioides yang dapat berkhasiat sebagai antibakteri?

1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi n-heksana daun Coleus
scutellarioides terhadap S. aureus.
1.2.2
1.

Tujuan Khusus
Untuk mengetahui aktivitas penghambatan melalui pengukuran diagonal
zona hambat fraksi n-heksana daun C. scutellarioides terhadap S. aureus
dengan metode bioautografi.

2.

Untuk memperoleh golongan senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri
dalam fraksi n-heksana daun C. scutellarioides.

1.3 Manfaat Penelitian
Memperkenalkan dan memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya
manfaat tanaman C. scutellarioides sehingga digunakan sebagai tanaman obat dan
berpotensi sebagai bahan baku obat dalam mengatasi resistensi antibiotik.

Dokumen yang terkait

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KELOR ( Moringa Oleifera Lamk.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

2 27 27

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETANOL DAUN Coleus scutellarioides TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

5 92 21

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI n-HEKSANA DAUN Moringa oleifera TERHADAP Escherichia coli DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

0 25 19

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI n-HEKSANA DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP Staphyloccus aureus DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

3 31 19

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI n-HEKSANA DAUN Coleus scutellarioides TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI KONTAK

0 19 20

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN MAYANA (Coleus scutellarioides) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

13 61 21

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN Coleus scutellarioides TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

4 18 26

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana dan Etilasetat Daun Mindi (Melia azedarach L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

7 21 82

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana dan Etilasetat Daun Mindi (Melia azedarach L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

0 0 2

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana dan Etilasetat Daun Mindi (Melia azedarach L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

0 1 4