III MODEL
3.1 Kepadatan Penduduk dan
Penggunaan Lahan
Menurut analisis Boserup Salehi- Isfahani 1992, kepadatan penduduk yang
meningkat akan menyebabkan semakin intensif teknik penggunaan lahannya.
Boserup mengelompokkan teknik penggunaan lahan berdasarkan jumlah
produksi pertanian. Boserup juga setuju bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja
memiliki hubungan positif terhadap intensitas teknik penggunaan lahan. Secara
umum petani lebih memilih menggunakan teknik ekstensifikasi dan tidak menggunakan
teknik intensifikasi kecuali jika kepadatan penduduk meningkat sehingga lahan yang
ada tidak mencukupi kebutuhan pangan. Kondisi di atas dapat dimodelkan dengan
gambar berikut :
Gambar 1 Model Boserup Pada setiap titik dalam gambar
menunjukkan bahwa masyarakat desa dihadapkan pada persediaan lahan pertanian
yang tetap dan sejumlah aturan teknik penggunaan lahan. Isoquant seperti
ditunjukkan pada Gambar 1 adalah kombinasi lahan dan tenaga kerja yang
menghasilkan tingkat output yang diasumsikan tetap. Pertumbuhan populasi
akan mengurangi rasio lahan per orang dan meningkatkan rasio pekerja per satuan
lahan. Akibatnya pada masyarakat A yang menggunakan teknik ekstensif pada
akhirnya akan memakai teknik intensif ketika lahan per orang mengalami penurunan ke B. Di
luar titik ini masyarakat memanfaatkan kedua teknik secara bersamaan dan dengan demikian
bergerak sepanjang garis BC. Pada awalnya, teknik intensif hanya digunakan pada beberapa
bagian lahan yaitu pada lahan yang dianggap menguntungkan, tetapi akhirnya teknik intensif
akan mendominasi penanaman. Dengan pertumbuhan populasi lebih lanjut, proses ini
akan berulang dan masyarakat bergerak menuju suatu teknik yang lebih intensif.
3.2 Model Dua Sektor
Untuk menetapkan hubungan antara intensifikasi lahan pertanian dan migrasi desa-
kota dibuat sebuah model dua sektor. Model ini menunjukkan bahwa dalam kondisi-kondisi
tertentu, intensifikasi lahan pertanian yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi dapat
meningkatkan penyerapan tenaga kerja di bidang pertanian dan mengurangi migrasi desa-
kota.
Dengan menggunakan model dua sektor sederhana, i Sektor pedesaan menggunakan
tenaga kerja dan luas lahan yang tetap untuk menghasilkan produk pertanian ii Sektor
perkotaan menggunakan tenaga kerja dan modal untuk menghasilkan barang-barang
manufaktur.
3.2.1 Model Produksi Desa-Kota
Model produksi pedesaan menggunakan intensitas teknik penggunaan lahan yang diukur
oleh suatu parameter alpha dalam fungsi produksi, yang dirumuskan sebagai berikut
α d
d
L Q
=
1 dimana
d
L
adalah jumlah tenaga kerja di pedesaan dan
α
menunjukkan tingkat intensifikasi, dimana semakin besar nilai
α
menunjukkan teknik yang lebih intensif. Sedangkan model produksi perkotaan
mempunyai fungsi produksi yang dirumuskan sebagai berikut
β β
−
=
1
K L
Q
t t
2 dimana
t
L
adalah jumlah tenaga kerja di perkotaan,
K
adalah modal dan
β
adalah intensitas peranan tenaga kerja dalam
menentukan produksi di perkotaan. pekerjalahan
lahanorang
3.2.2 Model Tingkat Upah Desa-Kota
Pertumbuhan populasi mengurangi lahan yang tersedia untuk tiap individu dan
menjadi suatu dilema untuk penduduk pedesaan. Mereka dihadapkan pada dua
pilihan, tetap di pedesaan atau pindah ke perkotaan. Tentunya banyak pertimbangan,
jika mereka tetap di pedesaan mereka dapat mengembangkan teknik intensifikasi
sehingga meningkatkan produksi pertanian, untuk memenuhi kebutuhan pangan yang
semakin meningkat karena pertumbuhan penduduk. Alternatif lain penduduk pindah
ke perkotaan migrasi yang lebih banyak kesempatan kerja terutama di sektor industri.
Di lain pihak, ketersediaan pekerjaan di perkotaan dan semakin berkembangnya
sarana transportasi yang menyebabkan meningkatnya mobilitas penduduk menjadi
suatu hambatan terhadap intensifikasi. Tetapi dalam model ini diasumsikan pindah
dan tidak hanya didasarkan atas pertimbangan perbedaan upah desa-kota.
Tingkat upah di pedesaan diasumsikan adalah rata-rata keuntungan produksi di
pedesaan dan hanya dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja dan intensifikasi pertanian,
dengan persamaan sebagai berikut
1 −
=
α d
d
L w
3 Sedangkan di perkotaan tingkat upah
diasumsikan adalah uang yang dibayarkan sebagai balas jasa atau bayaran tenaga yang
sudah dipakai meliputi gaji, honor juga dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja,
modal, dan intensitas peranan tenaga kerja, dengan persamaan sebagai berikut
β β
− −
=
1 1
K L
w
t t
4
3.2.3 Model Pertumbuhan Tingkat Upah Desa-Kota