44
b. Rp 500.000,- lima ratus ribu rupiah untuk setiap orang setiap kali
bertolak ke luar negeri dengan menggunakan kapal laut; dan c.
Rp. 200.000,- dua ratus ribu rupiah untuk setiap kali perjalanan dengan menggunakan sarana transportasi darat.
Ketentuan dalam PP 422000 tersebut sampai sekarang masih berlaku. Periode berikutnya adalah masa keberlakuan UU Pajak Penghasilan yang
baru UU 362008. Dengan berlakunya UU 362008 maka perlakuan mengenai Fiskal Luar Negeri juga mengalami penyesuaian. Jika pada periode sebelumnya
setiap orang yang hendak bepergian ke luar negeri diharuskan membayar fiskal luar negeri yang besarnya satu juta rupiah jika menggunakan pesawat udara lewat
udara dan lima ratus ribu jika menggunakan kapal laut dan atau perjalanan darat, maka dengan ketentuan yang baru orang pribadi yang telah memiliki NPWP atau
belum berumur 21 tahun dibebaskan dari kewajiban tersebut. Ketentuan ini akan mulai diberlakukan pada 01 Januari 2009 hingga akhir 2010. Selanjutnya mulai 01
Januari 2011 setiap orang yang akan bepergian keluar negeri dibebaskan dari kewajiban untuk membayar fiskal luar negeri. Tabel berikut ini akan
menunjukkan bagaimana keberlakuan kebijakan Fiskal Luar Negeri di Indonesia dari tahun ke tahun.
45
Tabel 1 Kebijakan Fiskal Luar Negeri di Indonesia
Kurun Waktu Dasar Hukum
Subyek Pajak Objek Pajak
Tarif FLN Sebelum
Reformasi UU Perpajakan
na na
na na
06 Okt 86 sd 13 Jul 90
Kepres 841982 KMK 828 dan
8301986 WPOPDN
Pergi ke luar negeri
250 rb
14 Jul 90 sd 31 Des 94
Kepres 2890 KMK 76890
WPOPDN Pergi ke luar
negeri 250 rb
100 rb
01 Jan 1995 sd 22 Jun 00
PP 461994 SE-49PJ.4199
tgl 27 Okt 99 WPOPDN 12
Tahun Keatas Pergi ke luar
negeri 250 rb
100 rb 50 rb
23 Jun 00 sd 31 Des 08
PP 422000 WPOPDN 12
Tahun Keatas Pergi ke luar
negeri 1 jt
500 rb 200 rb
01 Jan 2009 sd 31 Des
2010 UU 362008
Pasal 25 ayat 8
PPKMKSE??? WPOPDN
Non NPWP 21
Tahun Keatas
Pergi ke luar negeri
2,5 jt 1 jt
200 rb
01 Jan 2011 sd dst
UU 362008 pasal 25 ayat
8a WPOPDN
Pergi ke luar negeri
FREE
46
54
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan yang dilakukan penulis menyimpulkan dari dampak pemberlakuan Tarif Fiskal Luar Negeri, maka penulis menarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut: 1.
Warga Negara Indonesia WNI yang hendak bepergian ke luar negeri dikenai kewajiban untuk membayar Fiskal Luar Negeri FLN.
2. Fiskal Luar Negeri FLN adalah Pajak Penghasilan PPh yang wajib
dibayar oleh setiap Orang Pribadi yang akan bertolak ke luar negeri dengan tarif Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah, untuk setiap kali perjalanan dengan
menggunakan pesawat udara atau melalui bandara; Rp. 500.000,- lima ratus ribu rupiah, untuk setiap kali perjalanan dengan menggunakan kapal laut
atau melalui pelabuhan laut; dan Rp. 200.000,- dua ratus ribu rupiah, untuk setiap kali perjalanan dengan menggunakan sarana transportasi darat.
3. Ketentuan berkenaan dengan FLN ini banyak menimbulkan kritik dari
banyak kalangan karena dinilai memberatkan dan cenderung dianggap membatasi hak warga negara untuk berkunjung ke luar negeri. Disamping itu
sudah banyak negara lain bahkan di kawasan Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Singapura yang menghapuskan kebijakan ini.
4. Wacana untuk menghapuskan FLN tersebut akhirnya berujung pada lahirnya
kebijakan pemerintah untuk menghapus FLN secara bertahap yang akan
54
mulai diberlakukan pada 01 Januari 2009 mendatang dengan perlakuan sebagai berikut: kurun waktu 01 Januari 2009 sd 31 Desember 2010,
WPOPDN yang sudah mempunyai NPWP dan belum berusia 21 tahun dibebaskan dari kewajiban membayar FLN; kurun waktu 01 Januari 2011
semua WPOPDN yang hendak bepergian ke luar negeri bebas dari kewajiban membayar FLN.
5. Dampak kebijakan FLN dalam kurun waktu 01 Januari 2009 sd 31
Desember 2010 secara matematis memang menghilangkan potensi penerimaan pajak dari sektor FLN sebesar lebih dari Rp. 3,3 T di tahun 2009
dan diatas Rp. 4 T di tahun 2010. Namun demikian hal ini bukan berarti DJP akan menderita kerugian yang besar, karena sifat pembayaran FLN itu sendiri
yang berfungsi sebagai kredit pajak bagi yang membayarnya. 6.
Dengan asumsi bahwa FLN dibayar oleh WPOPDN yang sudah berNPWP, maka kebijakan pembebasan FLN ini tidak akan berdampak besar pada sisi
penerimaan pajak. 7.
Kebijakan pembebasan FLN lebih banyak bertujuan untuk menjaring NPWP baru dengan sasaran WPOPDN yang sering atau merencanakan bepergian ke
luar negeri di tahun 2009 sd 2010 dan belum berNPWP. Hal ini dibuktikan dengan pengenaan tarif yang lebih besar pada 2009-2010 yaitu 2,5 jt melalui
bandara dan 1 jt melalui pelabuhan laut. 8.
Efektifitas keberlakuan kebijakan pembebasan FLN ini jika memang tujuannya untuk melakukan Ekstensifikasi Wajib Pajak, maka akan dapat
terlihat dengan meneliti seberapa besar peningkatan jumlah NPWP barU
54
4.2 Saran
Setelah penulis melaksanakan kerja praktek yang dilakukan di Kantor Imigrasi Klas 1 Kota Bandung, maka penulis ingin mengemukakan beberapa
saran yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk kemajuan perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Kebijakan FLN merupakan salah satu diantara sedikit kebijakan pemerintah
yang bersifat win win solution baik bagi warga masyarakat maupun bagi pemerintah. Ini dapat terlihat dengan terakomodasinya kepentingan kedua
belah pihak. Masyarakat membutuhkan pembebasan FLN karena dinilai tidak efisien bagi yang sudah berNPWP dan bersifat membatasi kebebasan
warga Negara untuk bepergian ke luar negeri. Sedangkan dari sisi pemerintah dalam hal ini DJP kebijakan ini berpeluang untuk menambah
jumlah Wajib Pajak terdaftar. Saran dari penulis adalah, untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar DJP seyogianya menggunakan
cara-cara yang lebih komprehensif seperti meningkatkan mutu pelayanan dan terus aktif berupaya meningkatkan kesadaran perpajakan warga
masyarakat. Dengan cara ini diharapkan tanpa adanya ketentuan pembebasan luar negeri bertahap pun kurun waktu 01 Januari 1009 sd 31
desember 2010 masyarakat yang sudah memenuhi ketentuan normatif untuk mempunyai NPWP akan berbondong-bondong menuju KPP setempat untuk
mendaftarkan diri guna memperoleh NPWP. 2.
Untuk mengetahui sejauh mana dampak kebijakan pembebasan FLN ini, dan untuk mengetahui efektivitas keberhasilannya sehubungan dengan