Berat Badan Mencit Sebelum dan Sesudah Perlakuan Histopatologi Organ Hati Mencit

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol, P1, dan P2 tidak menimbulkan gejala toksik yang berarti, sedangkan pada kelompok P3 dan P4 mencit mengalami penurunan aktivitas lokomotor, penurunan respon sentuh, reaksi pinal menurun, agresifitas mencit menurun, adanya piloreksi, serta adanya kematian, namun ini hanya terjadi pada 2 ekor mencit pada kelompok P3 dan 3 ekor mencit pada kelompok P4.

4.2.3 Berat Badan Mencit Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Perhitungan rata-rata berat badan mencit dilakukan sebelum perlakuan dan selama 7 hari setelah sonde lambung ekstrak kayu jati. Uji normalitas data menunjukkan bahwa berat badan rata-rata sebelum perlakuan untuk kelompok kontrol 23,83, kelompok P1 24,0, kelompok P2 24,17, kelompok P3 26,17, dan kelompok P4 24,5. Hasil tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna berat badan mencit dan data berat badan mencit terdistribusi normal. Berat badan mencit setelah perlakuan di analisis menggunakan uji One Way Anova, adapun hasilnya disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Uji One Way Anova Rata-Rata Berat Badan 24 Jam Setelah Perlakuan Kelompok N Rata-rata Std. Deviasi Minimum Maximum P value Kontrol 6 23,500 1,9748 20,0 26,0 0,152 P1 6 24,667 2,9439 21,0 29,0 0,152 P2 6 26,000 1,4142 24,0 28,0 0,152 P3 6 27,333 3,6697 20,0 30,0 0,152 P4 6 25,833 2,4833 23,0 30,0 0,152 Hasil analisis berat badan mencit setelah perlakuan menggunakan uji one way anova menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,152 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata berat badan masing-masing kelompok perlakuan yang satu dengan yang lain tidak mempunyai perbedaan yang signifikan, sehingga tidak perlu dilanjutkan uji perbandingan antara kelompok perlakuan Post Hoc Tests .

4.2.4 Histopatologi Organ Hati Mencit

Setelah tujuh hari dilakukan pengamatan, pada mencit yang masih hidup dilakukan pembedahan, akan tetapi tidak pada semua mencit yang masih hidup. Pembedahan hanya dilakukan pada salah satu sampel pada tiap kelompok perlakuan. Hasil pengamatan dari preparat yang telah dibuat menunjukkan bahwa pada organ hati menunjukkan adanya lipofisis atau perlemakan pada hepatosit. Perlemakan terlihat jelas pada pemeriksaan mikroskopis, terutama pada sampel hepar dari kelompok P2, P3 dan P4. Pada sampel hepar dari kelompok P4 tidak hanya terjadi perlemakan saja, akan tetapi jika diamati selnya terlihat lebih kecil dibandingkan dengan kelompok yang perlakuan yang lain. Untuk kelompok P1 tidak ada perlemakan. Pada mencit yang mati tidak dilakukan pembedahan dikarenakan mencit telah mati kaku. Hal ini dikarenakan adanya keterlambatan pengamatan gejala toksik oleh peneliti. Mencit yang diketahui mati kaku tidak dilakukan pembedahan karena ditakutkan adanya pembusukan organ dalam pada mencit. Adapun hasil pengamatan mikroskopik dari hepar mencit adalah sebagai berikut: Gambar 4.2. Hepatosit mencit pada kelompok P1 dosis 0,125 mgml Gambar 4.3. Hepatosit mencit pada kelompok P2 dosis 1,25 mgml Gambar 4.4. Hepatosit mencit pada kelompok P3 dosis 12,5 mgml Gambar 4.5. Hepatosit mencit pada kelompok P4 dosis 125 mgml 59

BAB V PEMBAHASAN