3.16.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Ekstrak etanoltoluen 3:1 kayu jati Tectona grandis Lin. f yang diproses di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.
2. Mencit jantan strain Balbc.
3. Makanan pelet dan minuman air isi ulang mencit.
3.17 PROSEDUR PENELITIAN
3.17.1 Persiapan Penelitian
3.17.1.1 Persiapan Mencit
Mencit yang digunakan dalam penelitian adalah mencit stain Balbc hasil biakan laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit, dimana setiap kelompok menggunakan 6 ekor mencit.
3.17.1.2 Bahan dan Alat Pembuatan Ekstrak Kayu Jati
Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak kayu jati adalah sebagai berikut:
1. Kayu jati atau serbuk kayu jati sebagai bahan pembuatan ekstrak.
2. Campuran pelarut tanoltoluen 3:1 digunakan sebagai pelarut dalam
pembuatan ekstrak. 3.
Tabung erlenmeyer, untuk mengukur volume pelarut dan volume ekstrak. 4.
Alat soxhlet beserta perlengkapannya.
5. Elektromanthel, untuk menguapkan pelarut suhu 60
o
C, sehingga pelarut hilang.
6. Oven suhu 50
o
C selama 2-3 hari untuk mengeringkan ekstrak. 7.
Blender, untuk menghaluskan hasil ekstraksi sehingga didapatkan ekstrak serbuk.
3.17.1.3 Bahan dan Alat Uji
1. Lima kandang mencit yang akan digunakan sebagai tempat mencit selama
perlakuan. 2.
Timbangan digital, untuk menimbang berat ekstrak kayu jati yang diperlukan setiap kali perlakuan.
3. Ekstrak kayu jati, zat yang digunakan untuk pemberi perlakuan.
4. Aquades, untuk mengencerkan ekstrak kayu jati dan untuk diberikan pada
kelompok kontrol. 5.
Mikro pipet kepekaan 0,001 ml, digunakan untuk mengatur pengenceran ekstrak kayu jati menjadi beberapa dosis.
6. Sonde lambung, digunakan untuk memberikan dosis ekstrak kayu jati pada
mencit. 7.
Stop watchjam, untuk mengukur waktu pengamatan. 8.
Daftar pemeriksaan fisik dan pengamatan, untuk mencatat hasil pengamatan.
3.17.1.4 Penetapan Dosis
LD
50
dan LD
90
ekstrak kayu jati pada larva nyamuk Ae. aegypti masing- masing sebesar 27,66 µgml dan 36,19 µgml, akan tetapi tidak ada faktor
konversi dari larva ke mencit. Dosis terbesar untuk hewan coba adalah 5.000
mgkgBB, rata-rata berat badan mencit dalam sampel penelitian adalah 24,53 gram, dibulatkan menjadi 25 gram. Sehingga dosis terbesar yang didapat adalah
5.000 mgkgBBml Î 125 mg25gBBml. Setelah diorientasi didapatkan dosis terbesar untuk penelitian adalah 125 mg25gBBml dan dosis terkecil adalah
0,125 mg25gBBml. Untuk mendapatkan hasil yang baik digunakan dosis secra berturut-turut yang akan mengikuti progresi geometris yaitu dengan rumus
sebagai berikut: Y
N
= Y
1
x R
N-1
Setyawati, 2008: 23. Keterangan:
Y
1
= Dosis pertama, Y
N
= Dosis ke-N, R
= Faktor geometris ≠ 0 atau 1 kelipatan dosis.
Y
N
= Y
1
x R
N-1
125 = 0,125 x R
4-1
R
3
= 1250,125 R
3
= 1000 R = 10
Berdasarkan perhitungan tersebut, untuk mendapatkan 4 dosis digunakan kelipatan antar dosis sebesar 10, sehingga perhitungan dosis yang akan diberikan
sebagai berikut: 1
Dosis 1 = 0,125 mg25 gBBml atau 5 mgKgBB
2
Dosis 2 = 1,25 mg25 gBBml atau 50 mgKgBB
3
Dosis 3 = 12,5 mg25 gBBml atau 500 mgKgBB
4
Dosis 4 = 125 mg25 gBBml atau 5.000 mgKgBB
3.17.2 Pelaksanaan Penelitian