apabila jendela tersebut selalu ditutup pada siang hari. Suatu kamar tidur yang memiliki jendela tetapi tidak pernah dibuka akan membuat kamar tidur menjadi
pengap dan lembab. Perilaku membuka jendela merupakan salah satu kelompok perilaku penghuni dalam penilaian rumah sehat Dinkes Provinsi Jateng, 2002:6.
b. Kebiasaan merokok orang tua
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan saluran nafas mengalami iritasi akibat asap rokok yang dihirup secara langsung maupun secara pasif akibat
merokok di rumah. Hal ini mengakibatkan kadar COHb di dalam darah meningkat. Anak-anak lebih mudah terserang pneumonia dan masalah pernafasan
lainya jika mereka tinggal di lingkungan yang tercemar asap WHO, 2002:107.
c. Penggunaan obat nyamuk Bahan bakar memasak
Pencemaran udara didalam rumah selain berasal dari luar ruangan dapat pula berasal dari sumber polutan di dalam rumah terutama aktivitas penghuninya
antara lain penggunaan biomassa untuk memasak atau pemanas ruangan, asap dari sumber penerangan yang menggunakan bahan bakar, asap rokok, penggunaan
obat nyamuk, pelarut organik yang mudah menguap formaldehid yang banyak dipakai pada peralatan perabotan rumah tangga Mukono, 2000:18.
2.1.7 Klasifikasi ISPA
Dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA, kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA adalah balita, ditandai dengan
adanya batuk atau kesukaran bernapas disertai dengan peningkatan frekuensi napas sesuai golongan umur. Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas
2 kelompok yaitu umur kurang dari dua bulan dan umur dua bulan kurang dari lima tahun Misnadiarly, 2008:14.
2.1.7.1 Kelompok umur 2 bulan diklasifikasikan atas:
1. Pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
pernapasan disertai napas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada anak usia dua bulan sampai kurang dari lima tahun. Untuk anak kurang dari
dua bulan, diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat dimana frekuensi napas 60 kali per menit atau lebih dan adanya tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam. 2.
Bukan pneumonia apabila ditandai dengan napas cepat tetapi tidak disertai tarikan dinding dada ke dalam. Bukan pneumonia mencakup kelompok penderita
dengan batuk pilek biasa yang tidak ditemukan adanya gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Depkes RI, 2002. Ada beberapa tanda klinis yang dapat menyertai anak dengan batuk yang
dikelompokkan sebagai tanda bahaya: a.
Tanda dan gejala untuk golongan umur kurang dari dua bulan yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor ngorok, wheezing napas bunyi,
demam. b.
Tanda dan gejala untuk golongan umur dua bulan sampai kurang dari lima tahun yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun dan stridor.
2.1.7.2 Kelompok Umur 2 Bulan - 5 tahun, diklasifikasikan atas:
1.
Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernafas yang disertai dengan sianosis sentaral, tidak dapat diminum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.
2.
Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai
sianosis sentral dan dapat diminum.
3.
Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernafas dan pernafasan cepat tanpa penarikan dinding dada. 4.
Bukan pneumonia persisten
Batuk pilek biasa , batuk atau kesulitan bernafas tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding dada.
5.
Pneumonia
Anak dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10- 14 hari dengan dosis antibiotik yang adekuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya
terdapat penarikan dinding dada, frekuensi penafasan yang tinggi, dan demam
ringan. 2.1.8
Derajad Keparahan Penyakit ISPA
Adapun pembagiannya sebagai berikut: 1.
ISPA ringan Gejalanya adalah terdapat kesulitan bernafas, nafas pendek-pendek.
2. ISPA sedang
Gejalanya adalah pernafasan cepat, nafas menciut-ciut wheezing, sakit atau keluar cairan dari telinga, dan bercak kemerahan campak.
3. ISPA berat
Gejalanya adalah penarikan sela iga ke dalam sewaktu inspirasi, kesadaran menurun,
bibir atau kulit pucat kebiruan, stridor nafas ngorok sewaktu istirahat, dan adanya selaput lender Sylvia A, 2006:738.
2.1.9 Penatalaksanaan