HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN SIKAP IBU PADA PENANGANAN PERTAMA DEMAM PADA ANAK DI PADUKUHAN GEBLAGAN, TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

(1)

PADUKUHAN GEBLAGAN, TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : HELENA WIDYASTUTI

20120320048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

PADUKUHAN GEBLAGAN, TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : HELENA WIDYASTUTI

20120320048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(3)

ii


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Helena Widyastuti NIM : 20120320048 Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 06 Juni 2016 Yang membuat pernyataan


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tidak ada alasan untuk kita tidak melakukan hal yang menguntungkan bagi dari sendiri namun tidak ada alasan pula untuk kita tidak membantu

seseorang untuk mendapatkan keberuntungannya.

Doa merupakan hal utama yang bisa dilakukan agar semua apa yang kita inginkan dapat terjadi sesuai harapan.

Alhamdulillah dan terimakasih aku panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang membantu menguatkan hati dan tekad ku untuk menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini

Terimakasih yang sebesar-besarnya aku ucapkan kepada kedua orangtua ku, Papah Eddy Sumartono dan Mamah Wiwik Andriyoni yang senantiasa mendoakan, mendukung serta memberikan semangat dan kekuatannya

sampai Karya Tulis Ilmiah ini selesai.

Terimakasih aku ucapkan kepada dede tercinta Silviana Aprila yang selalu menemani saat susah maupun senang, yang senantiasa memberikan ku


(6)

v

KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semua proses penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayat dan ridho-Nya.

2. Bapak Eddy Sumartono, Ibu Wiwik Andriyoni dan Silviana Aprila selaku orang tua dan adik tercinta yang selalu memberikan dukungan moral maupun material kepada penulis.

3. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat.,HNC selaku Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan

5. Ibu Yusi Riwayatul Afsah, S.kep., Ns., CWCS., MNS selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, nasehat dan arahan kepada penulis.

6. Ibu Rahmah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.,An selaku penguji yang memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

7. Ibu Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep.,Ns.,MAN.,HNC, Ibu Romdzati, S.Kep.,Ns.,MNS dan Ibu Resti Yulianti Sutrisno, S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Bappeda kota Yogyakarta, Kelurahan Tamantirto, Kepala Dukuh Padukuhan Geblagan RT 01-RT 07 Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta yang telah membantu memberikan data-data dalam penyelesaian proposal ini.

9. Seluruh ibu yang telah bersedia menjadi responden.

10.Ilham Dwi Cahyo, S.T yang setia menemani hingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai.

11.Sahabat tercinta Yunita Resty Lestari, Nadya Aqliqah Hayulani, Anggraini Wulandari, Yeni Permata Sari S, Lisa Novi Yanti, Harundina Permata Sari,


(7)

vi

Nurul Qomariah, Jarot Wicakmoko, Ananto Danang Wibowo, Ferry Yulianjaya, Haryo Sindu Negoro dan Reza Zulfikar Akbar.

12.Teman teman “Anak Bapak” Anisa Fauziah Hanum, Indah Depriyanti, Suci Aprilia, Mentari Kusuma Rini, Rizaluddin Akbar, Yurika Chendy Rusianto dan M. Herka Setiadi serta Agus Gunadi yang selalu mendukung sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai dengan tepat waktu.

13.Teman satu bimbingan Siti Nursanti, Sumardi, Rizkiariati Widya S, Tri Sabatini dan Rizky Panyekar yang selalu memberi dukungan.

14.Seluruh Teman Teman PSIK 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Peneliti menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 20 Januari 2016


(8)

vii DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I ...1

PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Keaslian Penelitian ... 6

BAB II ...8

TINJAUAN PUSTAKA ...8

A. Landasan Teori ... 8

1. Demam ...8

2. Pengetahuan ...22

3. Anak ...24

B. Kerangka Konsep ... 26

C. Hipotesis ... 27

BAB III ...28

METODE PENELITIAN ...28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 29

1. Populasi ...29

2. Sampel ...29

D. Variable Penelitian ... 33

E. Definisi Operasional ... 33

F. Instrumen Penelitian ... 34

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Alur Penelitian ... 39

I. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 40

1. Uji Validitas ...40

2. Uji Reliabilitas ...41

J. Pengolahan Data ... 42


(9)

viii

1. Analisa Univariat ...44

2. Analisa Bivariat ...45

L. Etik Penelitian ... 45

BAB IV ...47

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...47

A. Hasil Penelitian ... 47

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...47

2. Karakteristik Responden ...48

3. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden ...49

4. Gambaran Sikap Ibu Pada Penanganan Pertama Demam ...50

5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pada Penanganan Demam ... 50

B. Pembahasan ... 51

1. Karakteristik Respoden di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ... 51

2. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Demam pada Anak Responden di Padukuhan Geblagan Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta ...53

3. Sikap Ibu pada Penanganan Deman pada Anak Responden di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ... 56

4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap Ibu pada Penanganan Pertama Demam Pada Anak Responden di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ... 61

BAB V ...64

KESIMPULAN DAN SARAN ...64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran 64 DAFTAR PUSTAKA ...66


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Empat Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh ...9

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner ...32

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteistik Responden ...39

Tabel 4.2 Karakteristik Tingkat Pengetahuan Responden ...40

Tabel 4.3 Karakteristik Penanganan Pertama Demam Responden ...41

Tabel 4.4 Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Penanganan Pertama Demam Pada Anak ...41


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep ...26 Gambar 2 Hubungan Antar Variable ...30


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informasi Penelitian ...58

Lampiran 2 Informed Consent ...61

Lampiran 3 Kuesioner ...62

Lampiran 4 Surat Survey Pendahuluan ...67

Lampiran 5 Hasil Uji Valid ...68

Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas ...70

Lampiran 7 Hasil Penelitian ...72

Lampiran 8 Etik Penelitian ...76

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ...77


(13)

ii


(14)

xii

Helena Widyastuti (2016) Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap Ibu Pada Penanganan Pertama Demam Pada Anak Di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Pembimbing:

Yusi Riwayatul Afsah, S.kep.,Ns.,MNS INTISARI

Latar Belakang: Demam merupakan masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah (5-11 tahun) diakibatkan oleh infeksi virus seperti batuk, flu, radang tenggorokan, common cold (selesma) dan diare. Demam dapat mengganggu proses belajar anak, dehidrasi sedang hingga berat, kerusakan neurologis, kejang demam hingga kematian. Penanganan pertama demam pada anak dapat berupa pemberian obat penurun panas, mengenakan pakaian tipis, menambah konsumsi cairan, banyak istirahat, mandi dengan air hangat, serta memberi kompres. Penanganan demam pada anak sangat tergantung pada peran ibu. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang penanganan demam dan memiliki sikap yang baik dalam memberikan perawatan dapat menentukan pengelolaan demam yang terbaik bagi anak

Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak di Padukuhan Geblagan RT 01-RT 07 Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

Metode Penelitian: Jenis penelitan ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 54 ibu yang memiliki anak usia 5-11 tahun yang pernah mengalami demam di Padukuhan Geblagan RT 01-RT 07 Tamantirto, Kasihan Bantul, Yogyakarta dan diambil dengan teknik cluster random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan demam dan kuesioner sikap ibu pada penanganan pertama demam anak. Analisis data menggunakan uji spearman rank dengan tingkat kemaknaan α=0,05.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukan p=0,01 dengan tingkat kemaknaan α=0,05 (5%) sehingga p value< α (0,05).

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak di Padukuhan Geblagan RT 01-RT 07 Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.


(15)

xiii

Helena Widyastuti (2016) Relationship Between Mother’s Knowledge Level With Mother’s Attitude Of First Fever Treatment To Children in Padukuhan Geblagan Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta .

Advisor:

Yusi Riwayatul Afsah, S.kep.,Ns.,MNS ABSTRACT

Background: Fever is the common problem that happens in school-age children (5-11 years) related to viral infections such as coughs, colds, sore throat, common cold (common cold) and diarrhea. Fever can interfere learning process of children, moderate to severe dehydration, neurological damage, febrile convulsions and even death. The first treatment for fever in children may include febrifuge, increase water consumption, lots of rest, shower with warm water, and giving compress. Fever management in children rely on the mother's role. Mothers who have knowledge about fever managmenet and have a good attitude in providing care can determine the best management for the children. Objective: The aim of this study was to determine the relationship between level of knowledge with mother attitude in the first fever treatment to children in Padukuhan Geblagan RT 01-RT 07 Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

Methods: This study was quantitative with cross sectional approach. This research was conducted in April - May 2016. The sample in this study were 54 mothers who have children aged 5 until 11 years and experienced fever which taken with stratified random sampling technique. Data was collected using questionnaires. Data analysis was performed using Spearman rank test with significance level α=0,05.

Result: The result showed p = 0,01 with significance level α=0,05 (5%) so that p value < α (0,05).

Conclusion: There are significant relationship between the knowledge of the mother with mother attitude in the first fever treatment to children in Padukuhan Geblagan RT 01-RT 07 Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi atau bakteri yang berada di dalam tubuh. Demam juga biasanya menjadi pertanda bahwa sistem imunitas anak berfungsi dengan baik (Nurdiansyah, 2011). Demam bukan merupakan penyakit melainkan reaksi yang menggambarkan adanya suatu proses dalam tubuh. Saat terjadi kenaikan suhu, tubuh bisa jadi sedang memerangi infeksi sehingga terjadi demam atau menunjukan adanya proses inflamasi yang menimbulkan demam (Arifianto, 2012). Protokol Kaiser Permanente Appointment and Advice Call Center mendefinisikan demam yaitu temperatur rektal diatas 38°C, aksilar 37,5°C dan diatas 38,2°C dengan pengukuran membrane tympani. Sedangkan dikatakan demam tinggi apabila suhu tubuh >41°C (Kania, 2010). Demam pada anak terjadi ketika suhu tubuh anak diatas 38°C (Arifianto, 2012). American Academy of Pediatrics (AAP) menyebutkan bahwa demam sering terjadi pada anak usia sekolah yaitu 5-11 tahun yang disebabkan oleh infeksi virus seperti batuk, flu, radang tenggorokan, common cold (selesma) dan diare. Disamping itu juga anak usia sekolah merupakan kelompok rentan untuk terjadinya kasus kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi pada anak usia sekolah menempati posisi cukup tinggi, yaitu dari 100 anak yang melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, hanya 10 anak yang terbebas dari karies gigi yang biasanya menyebabkan rasa sakit/nyeri serta demam (Depkes RI, 2000, Susanto, 2007).


(17)

Penyakit menular yang biasanya terdapat di lingkungan sekolah antara lain demam berdarah dengue, campak, rubella (campak jerman), cacar air, gondongan dan demam thypoid (tifus abdomalin) (Mufidah F, 2012).

Penyebab demam menurut Valita (2008) yaitu demam yang berhubungan dengan infeksi sekitar 29-52% sedangkan 11-20% dengan keganasan, 4% dengan penyakit metabolik dan 11-12% dengan penyakit lain. Penyebab demam terbanyak di Indonesia adalah penyakit infeksi, dimana penyakit infeksi menjadi penyebab demam sebesar 80%, yaitu infeksi saluran kemih, demam tifoid, bakteremia, tuberkulosis serta otitis media. Penyebab tersebut akan menimbulkan dampak apabila tidak diberikan penanganan yang tepat pada demam tersebut (Pediatri, 2008).

Peningkatan suhu tubuh pada anak sangat berpengaruh terhadap fisiologis organ tubuh anak, karena luas permukaan tubuh anak relatif kecil dibandingkan pada orang dewasa, hal ini menyebabkan ketidakseimbangan organ tubuh pada anak. Peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan nafsu makan sehingga asupan gizi berkurang termasuk kejang yang mengancam kelangsungan hidup anak, lebih lanjut dapat mengakibatkan terganggunya tubuh kembang anak. Banyaknya dampak negatif dari demam tersebut maka demam harus segera ditangani (Reiga, 2010). Dampak demam bagi anak usia sekolah jika tidak mendapatkan penanganan lebih lanjut antara lain mengganggu proses belajar karena anak biasanya tidak masuk sekolah, dampak klinis berupa dehidrasi sedang hingga berat, kerusakan neurologis, kejang demam hingga kematian (Valita, 2008).


(18)

Penanganan pertama demam pada anak dapat berupa terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya adalah berupa memberikan obat penurun panas, sedangkan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan yaitu mengenakan pakaian tipis, lebih sering minum, banyak istirahat, mandi dengan air hangat, serta memberi kompres (Saito, 2013). Tindakan kompres yang dapat dilakukan antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering dengan larutan obat antiseptik, kompres basah dingin dengan dengan air biasa dan kompres dingin kering dengan kirbat es atau kantung untuk mengompres (Asmadi, 2008).

Demam pada anak merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua dimulai dari ruang praktek dokter sampai Unit Gawat Darurat (UGD) anak, meliputi 10-30% dari jumlah kunjungan. Demam membuat orang tua menjadi risau. Hasil penelitian menunjukan 80% orang tua fobia terhadap demam pada anaknya. Kerisauan ibu terhadap kejadian demam pada anak bisa disebabkan karena pengetahuan ibu yang minim tentang penanganan pada deman tersebut (Kania, 2010).

Pengetahuan merupakan domain paling penting bagi terbentuknya tindakan dan perilaku pada manusia. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Penanganan demam pada anak sangat tergantung pada peran ibu. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang demam dan memiliki sikap yang baik dalam memberikan perawatan dapat menentukan pengelolaan demam yang terbaik bagi anaknya. Dari pernyataan tersebut maka


(19)

pengetahuan ibu terhadap penanganan pertama pada demam sangat penting (Riandita, 2012). Menurut penelitian oleh Amarilla pada tahun 2012 menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan pengelolaan demam pada anak.

Hasil survey peneliti berupa wawancara kepada 8 orang ibu di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta terdapat 4 dari 8 orang ibu mengatakan anaknya masih sering mengalami demam paling tidak 1 bulan satu kali. Pada survey penduhuluan juga peneliti menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kuesioner dan mendapatkan hasil bahwa 5 orang ibu dapat menyebutkan pengertian demam, penyebab demam, suhu tubuh anak ketika demam dan dampak demam dengan benar dan 3 orang ibu lainnya menjawab beberapa petanyaan dengan kurang tepat seperti suhu tubuh anak, dampak dan cara mengukur suhu tubuh anak. Pada survey tersebut peneliti juga menanyakan penanganan demam yang dilakukan para ibu dan penanganan tersebut masih ada yang kurang tepat. Ibu menggunakan kompres dingin dan ibu memberikan obat penurun panas kepada anak tanpa terlebih dahulu memeriksa suhu tubuh anak. Dari permasalahan diatas peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan penanganan pertama demam pada anak.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut “Bagaimanakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak?”


(20)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang demam

b. Mengidentifikasi sikap ibu pada penanganan pertama demam yang dilakukan oleh ibu

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan tentang penanganan pertama demam pada anak dan untuk mengetahui apakah ada hubungan penanganan pertama demam pada anak dengan pengetahuan ibu.

2. Bagi Ibu

Menambah wawasan tentang penanganan pertama demam atau demam pada anaknya serta dapat lebih terampil melakukan pertolongan pertama untuk anaknya dengan ilmu yang didapatkan.

3. Bagi Anak

Mendapatkan penanganan untuk demam yang tepat dan segera sebelum keadaan semakin memburuk.

4. Bagi Tenaga Kesehatan

Menjadi bahan acuan perkembangan materi penanganan pertama demam pada anak khususnya dibidang keperawatan komunitas dan


(21)

pendidikan kesehatan untuk meningkatkan upaya komunikasi, informasi dan edukasi kepada klien dan keluarga.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian oleh Amarilla tahun 2012 yang berjudul “Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan pengelolaan demam pada anak” yang menggunakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah ibu dari anak yang menderita sakit dengan disertai gejala demam yang menjalani rawat jalan dan yang dirawat di bangsal infeksi RSUP Dr.Kariadi Semarang pada bulan Maret-Juni 2012. Perbedaan adalah terdapat pada variabel tentang demam dan pengelolaan demam, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan adalah tentang penanganan pertama demam.

2. Penelitian oleh Veliana dan Yusharsi tahun 2008 yang berjudul “Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama pada Balita Demam Di Puskesmas Mulyojati Metro Barat” dengan metode penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif. Perbedaannya terletak pada variabel pengetahuan ibu sedangkan yang ingin diketahui pada penelitian ini adalah hubungan tingkat pengetahuan, selain itu juga waktu serta tempat penelitiannya berbeda.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Cicik Ambarwati pada tahun 2013 yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Tentang Demam Dengan Sikap Ibu Dalam Penanganan Demam Pada Balita” dengan menggunakan metode penelitian korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Perbedaan dengan


(22)

penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitian, populasi atau subyek penelitian berupa anak usia sekolah yaitu 5-11 tahun, waktu dan lokasi penelitian.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Setyani dan Khusnal pada tahun 2013 yang berjudul “Gambar Perilaku Ibu Dalam Penanganan Demam Pada Anak di Desa Seren Kecamatan Gebang Purworejo”. Pada penelitian tersebut menggunakan metode penelitian deskriptif dengan responden sebanyak 52 orang ibu yang memiliki anak. Perbedaaan dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Setyani dan Khusnal menggunakan metode deskriptif sedangkan untuk penelitian ini menggunakan metode korelasi yaitu mencari hubungan antar variabel.


(23)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Demam

a. Definisi Demam

Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditandai oleh kenaikan titik ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi/pengatur panas hipotalamus mengendalikan suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor neuronal perifer dingin dan panas (Arvin, 2000). Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non-infeksi berintraksi dengan mekanisme pertahanan hospes. Demam pada kebanyakan anak disebabkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam menghilang sesudah masa yang pendek (Arvin, 2000).

Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai bagian tubuh sebagai berikut: suhu aksila/ketiak diatas 37,2°C, suhu oral/mulut diatas 37,8°C, suhu rektal/anus diatas 38,0°C, suhu dahi diatas 38,0°C, suhu di membran telinga diatas 38,0°C. Sedangkan dikatakan demam tinggi apabila suhu tubuh diatas 39,5°C dan hiperpireksia bila suhu diatas 41,1°C (Bahren, et al., 2014).


(24)

Tabel 1.1 : Kelebihan dan Kekurangan dari Empat Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh

(Barbara, Glenora, Audrey, & J., 2010)

Lokasi Kelebihan Kekurangan

Oral Mudah diakses dan nyaman

Termometer kaca dapat pecah bila tergigit.

Nilai tidak akurat apabila klien baru saja mengkonsumsi cairan atau makanan yang dingin atau panas atau merokok. Rektal Hasil reliabel Tidak nyaman dan lebih

tidak menyenangkan bagi klien, sulit dilakukan pada klien yang tidak dapat miring kiri kanan, dapat melukai rektum.

Adanya feses dapat mengganggu penempatan termometer. Apabila feses lunak, termometer dapat masuk kedalam feses bukan ke dinding rektum. Aksila Aman dan noninvasif Termometer harus

dipasang dalam waktu yang lama agar memperoleh hasil yang akurat.

Membran timpani

Mudah diakses, mencerminkan suhu inti, sangat cepat.

Dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan beresiko terjadi perlukaan apabila termometer diletakan terlalu dalam ke lubang telinga.

Pengukuran berulang dapat menunjukan hasil yang berbeda.

Adanya serumen dapat mempengaruhi bacaan hasil.


(25)

Pengukuran yang paling akurat adalah dengan meletakan ujung termometer di lubang anus atau biasa disebut rektum pada anak secara hati-hati (Arifianto, 2012).

1) Empat jenis demam menurut Kozier, Erb, Berman dan Snyder tahun 2010:

a) Demam Intermiten

Suhu tubuh berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara periode demam dan periode normal secara abnormal. b) Demam Remiten

Terjadi fluktasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2°C) dan suhu tubuh berada diatas normal selama 24 jam. c) Demam Kambuhan

Masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan periode suhu normal selama 1-2 hari.

d) Demam Konstan

Suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada diatas suhu normal.

b. Etiologi Demam

Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali diderita anak yaitu demam non-infeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2008).


(26)

1) Demam Non-infeksi

Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam non-infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat misalnya leukimia dan kanker.

2) Demam Infeksi

Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara, atau persentuhan tubuh. Imunisasi juga merupakan penyebab demam infeksi karena saat melalukan imunisasi berarti seseorang telah dengan sengaja memasukan bakteri, kuman atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh balita dengan tujuan membuat balita menjadi kebal terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan infeksi dan akhirnya menyebabkan demam pada anak antara lain yaitu tetanus, mumps atau parotitis epidemik,


(27)

morbili atau measles atau rubella, demam berdarah, TBC, tifus dan radang paru-paru (Widjaja, 2008).

Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam berdarah) dan infeksi bakteri (demam tifoid dan pharingitis).

2) Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu sendiri).

3) Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari.

Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang anak adalah demam akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry & Marendra, 2010).

c. Mekanisme Demam

Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang (Sherwood, 2001). Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel kupfer mengeluarkan sitokin yang berperan sebagai pirogen endogen (IL-1, TNF-α, IL-6, dan interferon) yang


(28)

bekerja pada pusat thermoregulasi hipotalamus. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur siklooksigenase-2 (COX-2) dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh. Hipotalamus akan mempertahankan suhu sesuai patokan yang baru dan bukan suhu normal (Ganong, 2002; Nelwa, 2006).

Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal afferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal Macrophage Inflammatory Protein-1 (MIP-1), suatu kemokin yang bekerja langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam dari jalur prostaglandin, demam melalui MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwa, 2006). Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang dialami dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2001).

d. Mekanisme Penurunan Temperatur

Tubuh akan memiliki mekanisme penurunan temperatur bila suhu terlalu panas. Sistem pengaturan temperatur menggunakan tiga mekanisme penting untuk menurunkan panas tubuh yaitu :


(29)

1) Vasodilatasi. Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah mengalami dilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokonstriksi. Vasokontriksi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat.

2) Berkeringat. Efek dari peningkatan temperatur yang menyebabkan berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 1°C menyebabkan keringat yang cukup banyak untuk membuang 10 kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari pembentukan panas tubuh.

3) Penurunan pembentukan panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebihan, seperti menggigil dan termogenesis kimia, dihambat dengan kuat (Guyton & Hall, 1997).

e. Penanganan Demam

Penatalaksanaan demam atau demam menurut Shvoong (2010) untuk menurunkan suhu tubuh dalam batas normal tanpa mengunakan obat yaitu dengan cara di kompres. Pertama siapkan air hangat, selanjutnya mencelupkan waslap atau handuk kecil ke dalam baskom dan mengusapnya ke seluruh tubuh, lakukan tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit kering), setelah itu keringkan tubuh


(30)

dengan handuk dan hentikan prosedur bila suhu tubuh sudah mendekati normal.

Menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara self management maupun non-self management. Pengelolaan secara self management merupakan pengelolaan demam yang dilakukan sendiri tanpa menggunakan jasa tenaga kesehatan. Pengelolaan secara self management dapat dilakukan dengan terapi fisik, terapi obat, maupun kombinasi keduanya. Sedangkan non-self management merupakan pengelolaan demam yang menggunakan jasa tenaga kesehatan (Plipat, Hakim & Ahrens, 2002).

1) Pengelolaan Self Management a) Terapi Fisik

Terapi fisik merupakan upaya yang dilakukan untuk menurunkan demam dengan cara memberi tindakan atau perlakuan tertentu secara mandiri. Tindakan paling sederhana yang dapat dilakukan adalah mengusahakan agar anak tidur atau istirahat supaya metabolismenya menurun. Selain itu, kadar cairan dalam tubuh anak harus tercukupi agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Memberi aliran udara yang baik, memaksa tubuh berkeringat, dan mengalirkan hawa panas ke tempat lain juga akan membantu menurunkan suhu tubuh. Membuka pakaian/selimut yang


(31)

tebal bermanfaat karena mendukung terjadinya radiasi dan evaporasi (Ismoedijanto, 2000).

Pemberian kompres hangat dengan temperatur air 29,5-32°C (tepidsponging) dapat memberikan sinyal ke hipotalamus dan memacu terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer. Hal ini menyebabkan pembuangan panas melalui kulit meningkat sehingga terjadi penurunan suhu tubuh menjadi normal kembali. Pemberian kompres hangat dilakukan apabila suhu diatas 38,5°C dan telah mengkonsumsi antipiretik setengah jam sebelumnya (Newman, 1985). Mendinginkan dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat karena justru mengakibatkan vasokonstriksi, sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi. Selain itu, pengompresan dengan alkohol akan diserap oleh kulit dan dapat menyebabkan koma apabila terhirup (Soedjatmiko, 2005).

b) Terapi Obat

Salah satu upaya yang sering dilakukan orang tua untuk menurunkan demam anak adalah pemberian antipiretik seperti parasetamol, ibuprofen, dan aspirin (Soedibyo & Souvriyanti, 2006).


(32)

1. Parasetamol (Asetaminofen)

Parasetamol (Asetaminofen) merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa. Efek anti inflamasi dan reaksi alergi parasetamol hampir tidak ada (Wimana & Gan, 2007). Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mg/kgBB/hari. Pada umumnya dosis ini dapat ditoleransi dengan baik. Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar. Pemberian parasetamol dapat secara per oral maupun rektal (Paul, 1996).

2. Ibuprofen

Ibuprofen merupakan turunan asam propionat yang berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik. Efek analgesiknya sama seperti aspirin, sedangkan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat.


(33)

Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung, dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik. Efek lainnya seperti eritema kulit, sakit kepala, dan trombositopenia jarang terjadi. Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut, terutama bila dikombinasikan dengan asetaminofen. Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam (Wimana & Gan, 2007).

3. Aspirin

Aspirin atau asam asetilsalisilat sering digunakan sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Aspirin tidak direkomendasikan pada anak <16 tahun karena terbukti meningkatkan risiko Sindroma Reye (Katzung, 2002). Aspirin juga tidak dianjurkan untuk demam ringan karena memiliki efek samping merangsang lambung dan perdarahan usus. Efek samping lain, seperti rasa tidak enak di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat dihindarkan bila dosis per hari tidak lebih dari 325 mg (Soejatmiko, 2005).

Pengobatan pada anak dengan cara memberikan obat penurun panas pada anak dilakukan apabila suhu tubuh mencapai 38°C atau lebih, anak dengan riwayat pernah kejang demam harus diberikan obat penurun


(34)

panas secepatnya walaupun suhu tubuh baru mencapai 37,5°C (Febry & Marendra, 2010).

2) Pengelolaan Non-Self Management

Non-self management merupakan pengelolaan demam yang tidak dilakukan sendiri melainkan menggunakan bantuan tenaga kesehatan. Pengelolaan secara non-self management memang merupakan salah satu jalan keluar untuk mengatasi anak yang menderita demam, tetapi belum tentu merupakan pilihan yang terbaik karena penanganan demam pada anak tidak bersifat mutlak dan tergantung kepada tingginya suhu, keadaan umum, dan umur anak tersebut. Biasanya demam pada bayi lebih mengkhawatirkan karena daya tahan tubuh bayi masih rendah dan mudah terjadi infeksi. Bayi yang menderita demam harus mendapat pemeriksaan yang lebih teliti karena 10% bayi dengan demam dapat mengalami infeksi bakteri yang serius, salah satunya meningitis. Oleh karena itu, NAPN menganjurkan bahwa bayi berumur <8 minggu yang mengalami demam harus mendapat perhatian khusus dan mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit. Terdapat beberapa kriteria yang menganjurkan agar anak mengubungi tenaga medis, antara lain: 1. Demam pada anak usia di bawah 3 bulan

2. Demam pada anak yang mempunyai riwayat penyakit kronis dan defisiensi sistem imun.


(35)

3. Demam pada anak yang disertai dehidrasi, gelisah, lemah, atau sangat tidak nyaman dan tidak mau makan dan minum. 4. Demam naik-turun atau tak kunjung turun yang berlangsung

lebih dari 3 hari (> 72 jam)

5. Demam yang baru terjadi satu hari tetapi dengan suhu 39°C yang menunjukan adanya infeksi berat.

6. Demam baru sehari tapi suhu diatas 40°C disertai dengan keluhan sulit bernapas, kejang, muncul bintik merah atau biru muncul di tangan, dibarengi dengan muntah, diare atau radang tenggorokan (Bonadi, 1997; Febry& Marendra, 2010). f. Penanganan Pertama Demam pada Anak

1) Berikan kompres air hangat di bagian tubuh yang memiliki pembuluh darah besar seperti leher, ketiak dan selangkangan/lipatan paha, juga di bagian luar dan terbuka seperti dahi dan perut. Kompres hangat membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar yang selanjutnya membuat pori-pori terbuka sehingga memudahkan pengeluaran panas dari tubuh. Hindari mengompres dengan menggunakan air dingin atau es batu karena tindakan ini mengakibatkan pembuluh darah tepi mengecil sehingga panas yang seharusnya dialirkan darah ke kulit agar keluar menjadi terhalang sehingga panas tubuh tidak berkurang.


(36)

2) Saat mandi, gunakan air hangat. Selain membuat tubuh segar dan nyaman, air hangat juga sangat baik untuk menghilangkan kuman dan bakteri di kulit. Setelah mandi segera keringkan tubuh selanjutnya gunakan pakaian agar tidak kedinginan. 3) Kenakan pakaian tipis longgar, pilih yang bahannya menyerap

keringat agar lebih nyaman dan tidak kegerahan.

4) Perbanyak istirahat agar daya tahan tubuh cukup untuk melawan infeksi. Usahakan agar sirkulasi udara kamar atau tempat istirahat baik sehingga kamar tetap bersuhu normal.

5) Perbanyak minum air mineral agar mencegah terjadinya dehidrasi (Febry & Marendra, 2010).

g. Dampak Demam

Demam diatas 41°C dapat menyebabkan hiperpireksia yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme, fisiologi, dan akhirnya berdampak pada kerusakan susunan saraf pusat. Pada awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang, serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >43°C dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 43°C sampai 45°C (Plipat, Hakim & Ahrens, 2002).


(37)

2. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Menurut Potter & Perry (2005), pengetahuan merupakan hasil penginderaan yang berupa fakta-fakta dan informasi yang mampu menarik atau mempengaruhi individu tersebut. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan menjadi domain paling penting bagi terbentuknya tindakan dan perilaku pada manusia. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil dari berbagai macam hasil penginderaan yang mampu menarik ataupun mempengaruhi seseorang. b. Tingkatan Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


(38)

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kata sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada sebelumnya.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.


(39)

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak (2007) adalah pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, pekerjaan, umur, minat. Menurut Azwar (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman dan sosial ekonomi. Tingkat pendidikan merupakan upaya yang memberikan pengetahuan sehingga perubahan perilaku positif yang meningkat.

Informasi adalah jika seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas. Budaya merupakan tingkah laku manusia atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang memiliki sikap dan kepercayaan. Pengalaman adalah sesuatu yang dialami seseorang dan akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non-formal. Sosial ekonomi merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak maka akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

3. Anak

a. Definisi Anak

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 1 ayat 1, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. World Health Organitation (WHO) (2013)


(40)

menyatakan bahwa batasan usia anak adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun.

Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai dunia (Slepin, 2006).

b. Kategori Usia Anak

Kategori usia menurut Departemen Kesehatan RI (2009) dibagi menjadi beberapa kategori yaitu masa balita (0-5 tahun), masa kanak-kanak (5-11 tahun). WHO (2014) mengkategorikan usia anak yaitu infant (0-1 tahun), toodler (1-2 tahun), early chilhood (3-7 tahun), middle chilhood (7-13) tahun.

c. Tumbuh Kembang Anak

Perkembangan individu dimulai sejak dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke 8 tahap mulai bayi (0 -18 bulan), toddler (1,5–3 tahun), anak-anak awal atau pra sekolah (3-6 tahun), sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda (18 – 35 tahun), dewasa tengah (35-65 tahun), dan tahap terakhir yaitu dewasa akhir (>65 tahun) (Wong, dkk, 2009).

Pertumbuhan fisik pada anak usia sekolah masih terus berlangsung seperti, penambahan tinggi badan 5 cm per tahun dan penambahan berat badan 2-3 kg per tahun. Penambahan tinggi badan lebih cepat terjadi pada perempuan dari pada laki-laki. Selain itu anak usia sekolah terlihat lebih langsing daripada anak usia pra-sekolah


(41)

karena terjadi perubahan proporsi lemak pada tubuh (Wong, dkk, 2008). Perkembangan sistem pernapasan dan kardiovaskular anak usia sekolah belum matang, anak memiliki tingkat metabolisme yang lebih cepat, yang memerlukan curah jantung lebih tinggi, pertukaran gas yang lebih besar dan asupan cairan serta asupan kalori yang lebih tinggi per kilogram berat badan dibandingkan orang dewasa hal ini menyebabkan awitan penyakit pada anak seringkali mendadak dan penurunan dapat berlangsung dengan cepat (Slepin, 2006).

B. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep Keterangan:

= yang diteliti = tidak diteliti Faktor yang

mempengaruhi tingkat

pengetahuan: 1. Tingkat

pendidikan 2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. Pekerjaan 6. Umur

Tingkat pengetahuan Penanganan pertama demam


(42)

C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.


(43)

28 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel, sedangkan pendekatan Cross Sectional adalah suatu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variable independent dan variable dependent hanya satu kali pada suatu saat (Nursalam, 2013).

Alasan peneliti menggunakan penelitian korelasional karena suatu korelasional dalam bidang pendidikan dimaksud untuk mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan dan menguji berdasarkan teori yang ada. B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian


(44)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Margono (2010) populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Sukmadinata (2011) mengemukakan bahwa populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita. Jadi populasi penelitian dapat disimpulkan setiap subjek penelitian yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup di wilayah yang merupakan lingkup penelitian. Terdapat 63 orang populasi dalam penelitian ini, yang mana populasi tersebut adalah ibu yang memiliki anak usia 5-11 tahun yang pernah mengalami demam.

2. Sampel

Menurut Nursalam (2013) sampel merupakan bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling. Stratified random sampling yaitu pengambilan sample dengan cara membagi populasi berdasarkan tingkatan-tingkatan atau strata (Arikunto, 2009). Penelitian ini menggunakan sample Ibu yang memiliki anak usia 5-11 tahun yang pernah mengalami demam di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Berikut merupakan rumus untuk pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling.


(45)

Rumus Solvin : n = �

� � 2+ Keterangan: n = sampel

N = populasi

d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.

Jika jumlah populasi terdapat 63 orang, dengan tingkat kesalahan 5%, maka:

� = , +

= 54,3 atau 54 orang

Rumus Sampling stratified random sampling fi=��

Kemudian didapat besarnya sample per strata ni = fi x n

Keterangan :

fi = stratified random sampling

Ni = banyaknya individu yang ada dalam strata N = banyaknya populasi seluruhnya

n = banyaknya anggota yang dimasukkan sampel

ni = banyaknya anggota yang dimasukkan menjadi sub sampel Didapatkan sampel RT 01 : ��

=

fi = 0,11 kemudian ni = 0,11 x 54 = 5,9


(46)

fi = 0,22 kemudian ni = 0,22 x 54 = 11,9

RT 03 :

�� =

fi = 0,06 kemudian ni = 0,06 x 54 = 3,4 RT 04 : ��

=

fi = 0,06 kemudian ni = 0,06 x 54 = 3,4

RT 05 :

�� =

9

fi = 0,14 kemudian ni = 0,14 x 54 = 7,7

RT 06 :

�� =

fi = 0,24 kemudian ni = 0,06 x 54 = 12,8 RT 07 : ��

=

fi = 0,13 kemudian ni = 0,13 x 54 = 7,0

Padukuhan Geblagan N=54

RT 01 ni = 6

RT 02 ni = 12

RT 03 ni = 4

RT 04 ni = 4

RT 07 ni = 7 RT 05

ni = 8

RT 06 ni = 13


(47)

a. Kriteria Sampel

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2013). 1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi. Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah:

a) Ibu yang memiliki anak berusia 5-11 tahun b) Ibu yang pernah menangani anak dengan demam c) Ibu yang tinggal serumah dengan anak

d) Bersedia menjadi responden e) Mampu membaca dan menulis 2) Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a) Ibu dari anak yang memiliki penyakit kronis

b) Ibu yang berprofesi sebagai tenaga medis/paramedis: dokter, bidan, perawat.

c) Ibu yang memiliki kepercayaan tertentu mengenai pengelola demam atau sakit pada anak.


(48)

D. Variable Penelitian 1. Variabel Independent

Variabel independent pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu. 2. Variabel Dependent

Variabel dependent pada penelitian ini adalah sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak.

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah berupa faktor lain yang diperkirakan dapat menimbulkan pengaruh terhadap jalannya penelitian meliputi tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, pekerjaan dan umur.

4. Hubungan Antar Variabel

Gambar 2. Hubungan antar Variable E. Definisi Operasional

1. Tingkat pengetahuan ibu adalah pemahaman ibu terhadap penanganan pertama demam pada anaknya. Variabel ini akan diukur menggunakan

Pengetahuan Orang Tua

Penanganan Pertama Demam Pada Anak

Faktor yang Mempengaruhi: 1. Tingkat Pendidikan 2. Informasi

3. Budaya 4. Pengalaman 5. Pekerjaan 6. Umur


(49)

skala ordinal, pengukuran dari tingkat pengetahuan ibu akan didapat hasil baik yaitu jika responden menjawab benar sebesar 76%-100%, dikatakan cukup apabila menjawab pertanyaan benar sebanyak 56%-75% dan kurang apabila menjawab pertanyaan benar ≤ 55%.

2. Sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak adalah melakukan penanganan pertama yang benar terhadap demam, dengan melakukan kompres, mengenakan baju tipis longgar, meningkatkan istirahat anak, memberikan minum air putih dan memberikan aliran udara/mengipasi anak untuk menurunkan suhu tubuh anak. Variabel ini akan diukur menggunakan skala nominal dengan hasil pengukuran penanganan pertama demam pada anak akan mendapatkan hasil baik dan buruk. Dikatakan penanganan pertama baik apabila responden mampu menjawab dengan benar 13-17 pertanyaan (76%-100%) dan dikatakan penanganan petama demam buruk apabila responden hanya mampu menjawab ≤ 12 pertanyaan (≤ 75%).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan orang tua terhadap penanganan pertama demam pada anak adalah kuesioner. Peneliti menggunakan 3 jenis kuesioner yaitu kuesioner data demografi, kuesioner tingkat pengetahuan dan kuesioner sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak.


(50)

1) Kuesioner data demografi

Kuesioner ini berisi 7 pertanyaan dengan bentuk pertanyaan berupa Open ended question dan Closed ended question. Kuesioner ini meliputi nama ibu, usia ibu, nama anak, usia anak, jenis kelamin anak, pendidikan terakhir ibu dan pekerjaan ibu.

2) Kuesioner tingkat pengetahuan

Kuesioner ini merupakan adobsi dari kuesioner penelitian sebelumnya yang digunakan oleh Amarilla Riandita pada tahun 2012. Pada penelitian tersebut terdapat 40 item soal untuk kuesioner tingkat pengetahuan. Peneliti tidak mengambil seluruh pertanyaan pada kuesioner yang dibuat oleh Amarilla tersebut, namun peneliti hanya mengambil 18 item soal yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan dan dilakukan beberapa modifikasi pada soal dan pilihan jawaban, yang setelah itu dilakukan uji validatas dan reliabilitas ulang.

Kuesioner ini berisikan 18 pertanyaan yang meliputi pengetahuan ibu tentang demam, temperatur demam, pengetahuan ibu terhadap penyebab demam, karakteristik demam, cara menghentikan demam dan pengetahuan ibu terkait obat penurun panas. Kuesioner tingkat pengetahuan ini diukur menggunakan skala ordinal. Kuesioner ini diisi dengan cara memilih jawaban yang tepat (Multiple choise), pertanyaan yang dijawab dengan benar akan diberikan skor 1 dan pertanyaan yang dijawab salah diberi skor 0. Tingkat pengetahuan ibu dikatakan baik apabila responden dapat menjawab 76-100% atau 14-18 pertanyaan


(51)

dijawab dengan tepat, pengetahuan sedang apabila responden mampu menjawab 56-75% atau 10-13 pertanyaan dijawab dengan tepat, sedangkan untuk pengetahuan rendah apabila responden mampu menjawab ≤55% atau ≤10 pertanyaan secara tepat (Riandita, 2012).

3) Kuesioner sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak

Kuesioner ini merupakan adobsi dari kuesioner penelitian sebelumnya yang digunakan oleh Amarilla Riandita pada tahun 2012. Pada penelitian tersebut peneliti memiliki 22 item soal yang diajukan kepada responden. Pada penelitian ini peneliti tidak mengambil seluruh pertanyaan pada kuesioner yang dibuat oleh Amarilla tersebut, namun peneliti hanya mengambil 17 item soal yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan dan dilakukan beberapa modifikasi pada soal dan pilihan jawaban, yang setelah itu dilakukan uji validatas dan reliabilitas ulang.

Kuesioner ini memiliki 17 pertanyaan yang meliputi apakah demam harus segera diturunkan, apakah demam akan terus meningkat apabila tidak diturunkan, pengukuran suhu menggunakan termometer, kapan harus memberikan obat penurun, kapan harus dibawa ke dokter, upaya untuk menurunkan demam dan kompres demam. Kuesioner ini menggunakan skala nominal dengan cara pengisian berupa memilih Ya atau Tidak. Sikap ibu pada penanganan pertama demam akan diukur dengan hasil baik atau buruk, dikatakan penanganan pertama demam responden baik apabila responden mampu menjawab benar 13-17


(52)

pertanyaan (76%-100%) dan dikatakan penanganan petama demam buruk apabila responden hanya mampu menjawab ≤ 12 pertanyaan (≤ 75%) (Riandita, 2012).

Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner

Aspek Nomor Item Jumlah

I. Data Demografi

Nama ibu 1 1

Usia ibu 2 1

Nama anak 3 1

Usia anak 4 1

Jenis kelamin anak 5 1

Pendidikan terakhir ibu 6 1

Pekerjaan ibu 7 1

II. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan tentang demam 1 dan 2 2

Temperatur demam 3, 4, 5 dan 6 4

Penyebab demam 7, 8 dan 9 3

Karakteristik demam 10,11,12 dan 13 4 Cara menentukan demam 14,15,16,17 dan 18 5 Obat penurun panas 19,20,21,22 dan 23 5 III. Penanganan Pertama Demam

Apakah demam harus segera diturunkan

1 1

Apakah demam akan terus meningkat apabila tidak diturunkan

2 1

Pengukuran suhu menggunakan termometer

3 1

Kapan pemberian obat penurun panas

4,5,7 dan 9 4 Kapan anak harus dibawa kedokter 6,8,10,11 4 Upaya untuk menurunkan demam 12 dan 13 2

Kompres demam 14,15,16 dan 17 4

Pemberian penilaian pada pengetahuan seseorang dapat diketahui dengan menggunakan kuesioner pengetahuan (Saryono & Setiawan, 2010). Jumlah pertanyaan dalam kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 35 pertanyaan dan


(53)

setiap jawaban diberi skor 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah dalam bentuk angka.

G. Teknik Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian, selanjutnya yang dilakukan adalah pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden secara door to door. Peneliti menggunakan 5 asisten untuk membantu dalam pengumpulan data tersebut. Asisten peneliti memiliki latar belakang yang sama dengan peneliti yaitu mahasiswa semester 8 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang mana seluruh asisten berjenis kelamin perempuan dan dalam rentang usia 20-23 tahun. Proses pada penelitian ini diawali dengan peneliti melakukan briefing kepada 5 asisten yang telah dipilih peneliti. Pada saat melakukan briefing peneliti menjelaskan tentang isi kuesioner secara detail satu persatu untuk menyamakan persepsi antara asisten dan peneliti agar asisten peneliti mampu menjelaskan maksud dari kuesioner tanpa adanya perbedaan persepsi jika responden bertanya. Setelah selesai menyamakan persepsi bersama asisten, peneliti maupun asisten menuju tempat penelitian dan bertemu responden. Sebelum membagikan kuesioner, peneliti dan asisten peneliti memperkenalkan diri kepada respoden serta menjelaskan tujuan dan proses penelitian, setelah responden paham, responden diminta untuk mengisi lembar informed consent sebagai bentuk persetujuan dari responden untuk mengikuti kegiatan penelitian.


(54)

Kegiatan selanjutnya adalah memberikan kuesioner berupa kuesioner data demografi, kuesioner tingkat pengetahuan dan kuesioner sikap ibu pada penanganan pertama demam kepada responden. Reponden memerlukan waktu 30-35 menit untuk mengisi kuesioner tersebut. Jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden, maka peneliti maupun asisten akan memberikan penjelasan. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti mengambil hasil kuesioner yang telah diisi dan setelah itu mengecek hasil kuesioner. Bila ada jawaban yang belum terisi maka peneliti meminta responden untuk melengkapi kuesioner kembali.

H. Alur Penelitian

1. Mengurus uji etik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan mengurus surat perizinan penelitian di kantor BAPPEDA untuk melakukan penelitian.

2. Peneliti kemudian menerima surat tembusan dari BAPPEDA yang akan disampaikan kepada Bupati Kab. Bantul, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kab. Bantul, Ka. Dinas Kesehatan Kab. Bantul, Ka. Puskesmas Kasihan 1, Camat Kasihan, Lurah Desa Tamantirto Kec. Kasihan, Dekan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMY dan Kepala Padukuhan Gleblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

3. Mengurus surat untuk melakukan uji validiatas dan uji reliabilitas untuk mengetahui keefektifan kuesioner yang digunakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(55)

4. Peneliti melakukan uji validitas menggunakan Uji CVI kepada 3 Expert dimana 2 Expert dari bidang keperawatan anak serta 1 Expert dari bidang keperawatan dewasa dan uji reliabilitas kepada 20 orang warga Rukeman Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta yang bukan merupakan responden penelitian untuk mengetahui efektifitas dari kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

5. Peneliti melanjutkan penelitian ditempat yang dikehendaki yaitu Padukuhan Gleblakan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

I. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validiatas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Sugiyono, 2014). Perlu dilakukan uji validitas sebelum instrumen penelitian disebarkan, untuk mengukur apakah instrumen tersebut layak atau tidak untuk dijadikan instrumen penelitian.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji validitas Content Validity Index (CVI) yaitu uji validitas isi yang dilakukan untuk memperbaiki alat ukur melalui pemeriksaan butir-butir soal, jika soal dianggap tidak baik atau tidak memenuhi syarat maka soal akan dibuang, diperbaiki atau diganti. Content Validity Index (CVI) meliputi 4 skala, yaitu: skala 1 (tidak relevan), skala 2 (tidak dapat dikaji relevansi tanpa merevisi item yang


(56)

bersangkutan), skala 3 (relevan, dibutuhkan sedikit revisi), dan skala 4 (sangat relevan). Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila kuesioner mendapatkan nilai ≥ 0,8 (Polit & Back, 2008).

Rumus akumulasi skor CVI

n = Skor yang diberikan

Skor Tertinggi

CVI = N + N + N

Keterangan: n = skor per item

N = rata-rata skor tiap penguji

Uji validitas yang menggunakan Uji CVI ini dilakukan bersama 3 Expert, dimana 2 expert dari bidang keperawatan anak dan 1 expert dari bidang keperawatan dewasa. Pada uji CVI ini tidak ada item soal yang tidak relevan, sehingga tidak ada 1 soalpun yang dibuang, hanya ada beberapa item soal yang mengalami perubahan susunan kata tanpa merubah makna dari soal tersebut. Skor pada uji CVI ini adalah p=0,88 dan dinyatakan kuesioner tersebut valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan


(57)

(Nursalam, 2008). Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach alpha untuk kuesioner pengetahuan demam dan menggunakan K-R20 untuk kuesioner sikap ibu pada penanganan demam. Uji reliabilitas akan diujikan kepada responden yang memiliki kriteria inklusi yang sama dengan responden yang akan diteliti sebanyak 20 responden.

� = � −� −∑ ��

��

Keterangan:

� = reliabilitas yang dicari

n = jumlah item pertanyaan yang diuji

∑ �� = jumlah varians skor tiap-tiap item

�� = varians total

Uji reliabilitas kuesioner pengetahuan demam dengan menggunakan Cronbach alpha mendapatkan hasil 0,527 dengan melihat nilai r tabel untuk 20 responden dengan signifikansi sebesar 5% adalah 0,468 maka kuesioner pengetahuan demam dinyatakan reliable (Junaidi, 2010). Uji reliabilitas kuesioner penanganan demam anak menggunakan K-R20 dengan hasil 0,724 maka kuesioner sikap ibu pada penanganan demam dinyatakan memiliki reliabilitas tinggi.

J. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan penelitian setelah kegiatan pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Langkah-langkah dalam pelolahan data yaitu :


(58)

a. Editing

Pada proses editing, peneliti melakukan pengecekan kembali pada informed consent dan kuesioner yang diisi oleh responden apakah sudah lengkap dan jelas untuk dibaca. Beberapa hal yang peneliti perhatikan pada proses ini adalah kelengkapan data, kejelasan tulisan, dan kesesuaian jawaban.

b. Coding

Coding merupakan langkah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Pada proses ini, peneliti melakukan pengkodean dengan menggunakan angka. Pada item usia peneliti menggunakan koding sesuai pembagian usia menurut Depkes RI 2009 yaitu 1 : Remaja akhir (17-25 Tahun), 2 : Dewasa Awal (26-35 Tahun), 3 : Dewasa Akhir (36-45 Tahun) dan 4 : Lansia Awal (46-55 Tahun). Item pekerjaan diberikan angka 1 : PNS, 2 : Karyawan Swasta, 3 : Wiraswasta dan 4 : Ibu Rumah Tangga. Pada item pendidikan diberikan koding angka 1 : Tidak Sekolah, 2 : Tidak Lulus SD, 3 : Lulus SD/Sederajat, 4 : Lulus SMP/Sederajat, 5 : Lulus SMA/Sederajat, 6 : Lulus Perguruan Tinggi dan 7 : Lainnya. Pada item jawaban peneliti memberikan angka 0 : Jawaban Salah dan 1 : Jawaban Benar pada kuesioner responden yang telah diisi dan dikumpulkan untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa dan melakukan pemasukan data.


(59)

c. Pemasukan Data ( Data Entry ) atau Processing

Pada proses ini, peneliti akan melakukan input data dari kuesioner yang telah diberi pengkodean dan data tersebut akan diolah melalui program komputer.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Pada proses ini, peneliti akan melakukan pengecekan kembali pada data yang telah di input ke dalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak sehingga hasil yang didapat dapat sesuai.

e. Penyajian Data

Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel berupa persentase dan akan diperjelas dengan keterangan berbentuk narasi. K. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis Univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variable (Notoatmodjo, 2010).

Analisis dilakukan dengan distribusi frekuensi dari variable independent (tingkat pengetahuan) dan variable dependent (sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak) dengan rumus.

P = f

� x % Keterangan: P : Prosentase


(60)

f : frekuensi

N : Jumlah dari keseluruhan responden 100 : Bilangan tetap

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variable independent (tingkat pengetahuan) dan variable dependent (sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak) pada ibu di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta yang dianalisis dengan uji statistic Spearman Rank dan menggunakan komputerisasi dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan variabel dependen.

Keputusan dari pengujian Spearman:

a. Jika p value ≤ α (0,05), Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara variable independendengan variable dependen. b. Jika p value> α (0,05), Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak

ada hubungan antara variable independen dengan variable dependen. L. Etik Penelitian

Berdasarkan Surat Keterangan Kelayakan Penelitian dari Komisi Etik UMY nomor : 102/EP-FKIK-UMY/III/2016 penelitian yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan sikap ibu pada penanganan pertama


(61)

demam pada anak di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ini memperhatikan beberapa aspek kode etik antara lain:

a. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Peneliti tidak memaksa kepada subjek untuk wajib menjadi responden, subjek berhak menolak untuk menjadi responden penelitian dan peneliti memberi penjelasan tentang semua penelitian.

b. Tanpa Nama (Anonimity)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden saat pembuatan laporan tetapi dengan memberi kode, penulisan nama hanya dicantumkan di lembar kuesioner untuk memudahkan peneliti saat pengolahan data. c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peniliti. Informasi atau data yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset tidak akan disampaikan kepada pihak lain yang tidak terkait dalam penelitian, bidang pendidikan, bidang medis, dan hukum. Data yang diperoleh hanya dipergunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.


(62)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Padukuhan Geblagan berbatasan dengan Padukuhan Ngebel di sebelah selatan, Padukuhan Gatak di sebelah timur dan Padukuhan Ambarketawang di sebelah Utara dan Barat (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul, 2015).

Padukuhan Geblagan terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Nulis (RT 01 dan RT 02), dusun Tegal Wangi (RT 03 dan RT 04) serta dusun Tlogo (RT 05, 06 dan RT 07). Padukuhan Geblagan ini dihuni oleh 514 kepala keluarga yang kurang lebih jumlah penduduknya sebanyak 2.557 jiwa.

Orang tua khususnya ibu di Padukuhan Geblagan yang memiliki anak usia 5-11 tahun sebanyak 63 orang yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Para ibu di Padukuhan Geblagan memiliki beberapa kegiatan rutin yaitu arisan yang dilakukan setiap kamis sore, posyandu anak yang dilakukan setiap tanggal 7 setiap bulannya serta posyandu lansia yang diadakan setiap tanggal 15 setiap bulannya.

Layanan kesehatan yang sering digunakan oleh warga terutama ibu-ibu adalah Puskesmas Kasihan 1 yang terletak kurang lebih 4-5 km dan RS PKU Muhammadiyah 2 Gamping yang terletak kurang lebih 3 km dari pemukiman warga. Selain itu, disana juga terdapat praktek bidan yang


(63)

terletak dikawasan RT 07 dan untuk apotek terdekat dari pemukiman adalah K24 Gamping yang berjarak kurang lebih 4 km dari rumah warga. 2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan usia ibu, pendidikan terakhir ibu dan pekerjaan ibu. Terdapat 54 responden yang ikut serta dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini merupakan ibu warga Padukuhan Geblagan yang memiliki anak usia 5-11 tahun. Karateristik responden dapat dilihat pada table 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di

Padukuhan Geblagan Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

No. Karakteristik Frekuensi Presentase

1. Usia

Remaja Akhir 1 1,9

Dewasa Awal 25 46,3

Dewasa Akhir 26 48,1

Lansia Awal 2 3,7

Total 54 100

2. Pendidikan Terakhir

Lulus SD 2 3,7

Lulus SMP 2 3,7

Lulus SMA 37 68,5

Lulus Perguruan Tinggi 13 24,1

Total 54 100

3. Pekerjaan

PNS 2 3,7

Karyawan Swasta 12 22,2

Wiraswasta 10 18,5

Ibu Rumah Tangga 30 55,6

Total 54 100


(64)

Tabel 4.1 menunjukan karakteristik responden berdasarkan usia terbanyak adalah kategori usia dewasa akhir sejumlah 26 orang (48,1%), kategori usia dewasa awal dengan hasil sebanyak 25 orang (46,3%) dan usia paling sedikit adalah kategori remaja akhir yaitu sebanyak 1 orang (1,9%). Responden berdasarkan pendidikan terakhir paling banyak adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni berjumlah 37 orang (68,5%) dan terdapat 2 kategori pendidikan terakhir yang memiliki nilai yang sama yaitu Lulus SD dan Lulus SMP masing-masing 2 orang (3,7%). Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 30 orang (55,6%) dan yang paling sedikit adalah PNS sebanyak 2 orang (3,7%).

3. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden

Tabel 4.2 Karakteristik Tingkat Pengetahuan Responden di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun 2016

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase

Kurang 5 9,2

Cukup 21 38,9

Baik 28 51,9

Total 54 100

Sumber: Data Primer (2016)

Tabel 4.2 Menjelaskan gambaran tingkat pengetahuan responden di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta terbanyak berada di kategori pengetahuan baik yaitu berjumlah 28 orang (51,9%), diikuti kategori pengetahuan cukup sebanyak 21 orang (38,9%) dan yang


(65)

paling sedikit berada di kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (9,2%).

4. Gambaran Sikap Ibu Pada Penanganan Pertama Demam

Tabel 4.3 Karakteritik Sikap Ibu Pada Penanganan Demam Responden di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun 2016

Penanganan Demam Frekuensi Persentase

Buruk 15 27,7

Baik 39 72,3

Total 54 100

Sumber: Data Primer (2016)

Tabel 4.3 menjelaskan gambaran sikap ibu pada penanganan pertama demam responden di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta terbanyak pada kategori penanganan demam baik yaitu sebanyak 39 orang (72,3%) sedangkan yang termasuk dalam kategori buruk sebanyak 15 orang (27,7%).

5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pada Penanganan Demam

Tabel 4.4 Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pada Penanganan Pertama Demam pada Anak Responden di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogykarta Tahun 2016

Tingkat Pengetahuan

Penanganan Demam

R Ρ

Baik Buruk

f Persentase f Persentase

Baik 24 44,5 4 7,4

+0,336 0,013

Cukup 13 24,1 8 14,8

Kurang 2 3,7 3 5,5

Total 39 72,3% 15 27,7% 54 100


(66)

Tabel 4.4 menjelaskan bahwa responden dalam penelitian ini paling banyak terdapat pada tingkat pengetahuan baik dengan sikap ibu pada penanganan demam baik yaitu sebanyak 24 orang (44,5%) dan yang paling sedikit adalah responden pada kategori tingkat pengetahuan kurang namun memiliki sikap penanganan demam yang baik yaitu sebanyak 2 orang (3,7%) dengan nilai r + 0,336 yang berarti memiliki arah yang positif serta signifikan p value sebesar 0,013 (Dahlan, 2011). B. Pembahasan

1. Karakteristik Respoden di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

Berdasarkan data yang diperoleh menurut usia dapat diketahui bahwa persentase responden di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta yang paling dominan pada kategori usia adalah dewasa akhir yaitu sebanyak 26 orang (48,1%). Teori Erikson menjelaskan bahwa orang dengan usia dewasa akhir masuk kedalam kategori perkembangan generativitas vs stagnasi. Ciri generativitas yaitu seseorang memiliki rasa perhatian terhadap apa yang dihasilkan seperti keturunan, ide-ide dan produk-produk. Perhatian yang dihasilkan berupa pembentukan dan penetapan pedoman untuk generasi-generasi mendatang. Selain itu pada tahap ini orang dewasa mengembangkan nilai pemeliharaaan (care). Pemeliharaan terungkap lewat kepedulian pada orang lain, pemeliharaan anak dan meneladaninya. Dapat disimpulkan


(67)

bahwa orang dengan usia dewasa akhir (36-45 tahun) termasuk dalam masa subur dan pengasuhan (Alwisol, 2009).

Hasil data yang diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden terbanyak adalah lulus SMA yaitu sebanyak 37 orang (68,5%). Responden pada penelitian ini kebanyakan merupakan tahun kelahiran 1971-1980an dimana pada masa itu belum banyak perempuan yang ingin untuk memiliki pendidikan tinggi misal sarjana. Pada tahun 1990an saat para responden sudah menduduki jenjang pendidikan menengah masih sangat jarang terdapat sosialisasi mengenai pendidikan lanjut seperti sarjana. Hal tersebut menyebabkan responden pada penelitian ini lebih banyak yang memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu SMA dari pada tingkat pendidikan tinggi misal D3 dan S1.

Berdasarkan data yang diperoleh menurut pekerjaan ibu diketahui bahwa responden di Padukuhan Geblagan Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta yang paling dominan adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 30 orang (55,6%). Hal tersebut dapat dilihat dari pendidikan terakhir para ibu yaitu SMA, sehingga wajar jika para ibu di Padukuhan Geblagan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga bukan seorang pegawai atau berwiraswasta. Hal ini dikarenakan jenjang pendidikan terakhir yang dimiliki para ibu belum mencukupi untuk bekerja sebagai pegawai negri sipil dan karyawan swasta yang kebanyakan memerlukan jenjang pendidikan S1 untuk mencari pegawai. Namun para ibu juga tidak memilih


(1)

16

pertanyaan apakah ibu memberikan kompres dan apakah ibu melakukan kompres pada dahi anak mendapatkan hasil yang sama yaitu 51 orang responden menjawab pertanyaan dengan benar, untuk pertanyaan apakah ibu menggunakan kompres air hangat mendapatkan hasil 38 orang responden sudah melakukan kompres dengan air hangat, namun terdapat 35 orang responden yang menggunakan kompres menggunakan air dingin untu menurunkan suhu tubuh anak. Ibu di Padukuhan Geblagan sudah banyak yang mengerti tentang penggunaan kompres yaitu kompres hangat namun tidak sedikit yang masih menggunakan kompres dingin . ibu beranggapan bahwa apabila air dingin dikompreskan pada anak maka akan mempercepat penurunan suhu tubuh anak. Padahal pemberian

kompres hangat dengan temperatur 29,5°C-32°C dapat memberikan signal ke hipotalamus dan memacu terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer yang menyebabkan terjadinya pembuangan panas melalui kulit meningkat sehingga suhu tubuh anak menjadi normal kembali.

4. Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu dengan Sikap Ibu pada Penanganan Pertama Demam Pada Anak Responden di Padukuhan Geblagan RT 01-RT 07 Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden yang baik dan sikap responden pada penanganan pertama demam yang baik juga sebanyak 24 orang (44,5%). Hasil tersebut menunjukan


(2)

17

adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak responden di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto dan Atho’illah (2015) dengan judul Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu dengan Penanganan Hipertermi Pada Balita Di Rumah Di Desa Kalipancur Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. Terdapat 46 ibu yang memiliki balita dijadikan sampel pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan uji Chi-Square dengan hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dengan penanganan hipertermi

pada balita di rumah dengan nilai p=0,0001 (p<0,05).

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang maka seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan merupakan hasil dari pengolahan suatu informasi yang diterima seseorang melalui panca indra sesuai dengan kemampuan masing-masing individu dalam mengolahnya.

Dilihat dari hasil penelitian ini terdapat 85% orang ibu yang memiliki pengetahuan baik dan sikap pada penanganan pertama yang baik pula. Maka, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang miliki pengetahuan yang baik mengenai demam dimulai dari pengertian, penyebab, gejala demam serta bagaimana penanganan yang tepat


(3)

18

dilakukan saat demam akan memiliki sikap yang benar dalam hal menangani demam.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Ibu pada Penanganan Pertama Demam pada Anak di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta tahun 2016, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak, yang ditunjukan dengan signifikan p value = 0,013. 2. Tingkat pengetahuan ibu

tentang demam yang baik

sebanyak 28 orang responden (51,9%).

3. Sikap ibu pada penanganan pertama demam pada anak yang dilakukan oleh ibu berada dalam kategori baik sebanyak 39 orang responden (72,3%).

Diharapkan peneliti dapat mengembangkan ilmu dari hasil penelitian ini mengenai demam dan penanganan pertama demam pada anak dengan cara membantu ibu untuk mendapatkan informasi melalui media masa, elektronik dan tenaga kesehatan yang dekat dengan tempat tinggal warga. Peneliti juga berharap penelitian ini mampu memberikan motivasi kepada para ibu untuk


(4)

19

mencari informasi yang benar melalui media masa, elektronik serta tenaga kesehatan mengenai demam dan penanganan pertama demam yang dapat dilakukan kepada anak sehingga anak mendapatkan penanganan pertama demam yang benar, serta bisa dijadikan bahan acuan perkembangan materi penanganan pertama demam khususnya di bidang keperawatan komunitas dan pendidikan kesehatan untuk upaya komunikasi, informasi dan edukasi kepada klien dan keluarga, sehingga dapat

membantu dalam

meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki sikap ibu

dalam melakukan

penanganan pertama demam

pada anak dengan cara melakukan penyuluhan terutama tentang demam dan penanganan pertama demam pada anak

Daftar Rujukan

1. Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi) . Malang: UMM Press.

2. Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

3. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

4. Nurdiansyah, & Nia. (2011). Buku Pintar Ibu dan Bayi. Jakarta.

5. Riandita, A. (2012). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang Demam dengan

Pengelolaan Demam pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.


(5)

20

6. Setyani, A., & Khusnal, E. (2013). Gambaran Perilaku Ibu dalam Penanganan Demam pada Anak di Desa Seren Kecamatan Gebang Purworejo. Yogyakarta: Stikes Aisyiyah.

7. Sugiarto, B., & Atho'illah, K. (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan dan

Pengetahuan Ibu dengan

Penanganan Hipertermi Pada

Balita Di Rumah Di Desa Kalipancur

Kecamatan Bojong Kabupaten

Pekalongan. Pekalongan: STIKes Muhammadiyah Pakajangan-Pekalongan.


(6)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PADA BALITA DI DUSUN NGEBEL TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

16 36 103

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN NGEBEL TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL

0 3 63

HUBUNGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DUSUN NGRAME TAMANTIRTO, KASIHAN, BANTUL

3 31 120

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU WIJAYA KUSUMA RT 04 GEBLANGAN TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 3 73

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA MENOPAUSE DI PEDUKUHAN GEBLAGAN, TAMANTIRTO, KASIHAN BANTUL

0 3 65

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DUSUN DUA GATAK TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA KERACUNAN MAKANAN NONCOROSIVE AGENT

8 40 106

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJANG DEMAM DENGAN SIKAP IBU TERHADAP PENANGANAN KEJANG DEMAM PADA BALITA

0 0 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN DEMAM PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

0 3 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKSEMAS KASIHAN II BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Pusksemas Kasihan II Bantul Yogyakarta - DIGILIB UNISAY

0 0 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU DALAM REHIDRASI ORAL PADA IBU YANG MEMPUNYAI ANAK DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku dalam Rehidrasi Oral pada Ibu yang

0 1 10