Dari data diatas tentukanlah : a
Luas Bayang-bayang penangkapan kilat b
Probabilitas gangguan yang terjadi akibat sambaran petir c
Besarnya arus yang mengalir akibat sambaran petir d
Besarnya arus gangguan 1 fasa ke tanah
4.3. PERHITUNGAN PROBABILITAS GANGGUAN
4.3.1. Lebar Bayang-bayang Penangkapan Kilat W
3
Dari persamaan 3.17. kita bisa menentukan lebar bayang-bayang
penangkapan kilat oleh saluran transmisi W.
W = b + 4 h
1,09
= 7,3 + 4 x 14
1,09
= 63,3 Meter 4.3.2. Probabilitas Distribusi Arus Kilat
3
Probabilitas distribusi harga puncak arus kilat telah diberikan oleh beberapa peneliti, antara lain Popolansky, Anderson – Eriksson, dan Razevig.
Menurut Popolansky,
2 1
25 1
1
I
P 4.1
Menurut Anderson – Eriksson,
6 ,
2 1
31 1
1
I
P 4.2
Universitas Sumatera Utara
Dan menurut Razevig,
1 ,
26 1
I
e P
4.3
Untuk memudahkan penggunaan kelak, terutama dalam perhitungan gangguan kilat karena sambaran induksi pada saluran udara tegangan menengah, rumus
popolansky itu didekati dengan fungsi eksponensial seperti rumus Razevig.
34 1
I
e P
4.4
Selanjutnya persamaan inilah yang akan digunakan dalam perhitungan- perhitungan gangguan kilat akibat sambaran langsung pada saluran udara
tegangan tinggi dan untuk menghitung gangguan kilat akibat sambaran induksi pada saluran tegangan menengah.
Maka dari persamaan diatas diperoleh : V
kond
= 100
2 2
I Z
x I
4.5
Gambar 4.2. Konfigurasi Kawat Untuk Data Diatas
Universitas Sumatera Utara
Lompatan api Flashover akan terjadi bila, V
kond
= 100 I V
50
4.6 Atau
100 I
= 645 KV Jadi
I
o
= 6,45 KA
4.3.3. Probabilitas Peralihan Lompatan Api Menjadi Busur Api
3
Besar tegangan yang timbul pada isolator transmisi tergantung pada kedua parameter kiat, yaitu puncak dan kecuraman muka gelombang kilat. Menurut
penelitian yang dilakukan di rusia, probabilitas beralihnya lompatan api menjadi busur api pada isolator dihubungkan dengan intensitas medan karena tegangan
kerja, dan ini kira-kira sama dengan hasil bagi tegangan netral rms dengan panjang rentang isolator. Probabilitas berubahnya lompatan api
menjadi busur api seperti terlihat pada Tabel 4,1 berikut.
Tabel 4.1. Probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api
Gradien Tegangan E
KV
rms
meter Probabilitas peralihan lompatan api
menjadi busur api
50 30
20 10
0,6 0,45
0,25 0,10
Makin tinggi tegangan kerja sistem transmisi, makin besar gradient tegangan. Dengan demikian makin besar pula probabilitas peralihan lompatan api
Universitas Sumatera Utara
menjadi busur api. Untuk sistem transmisi besar, probabilitas tersebut diambi sesuai dengan kelas tegangannya sebagai berikut :
- SUTT sampai dengan 230 KV :
= 0,85 - SUTET dan SUTUT
: = 1,0
Jadi dari penjelasan yang telah di temukan diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah gangguan pada saluran tergantung dari :
a. Jumlah sambaran pada saluran, N
L
b. Probabilitas terjadinya lompatan api, P
FL
c. Probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api,
Dengan demikian besar probabilitas terjadinya gangguan dapat ditulis sebagai
berikut : N
= 0,015 x IKL b + 4h
1,09
x P
FL
x
4.7 Sehingga dari data diatas dan dengan menggunakan persamaan 4.4. bisa kita
peroleh : Probabilitas Terjadinya lompatan api,
P
FL
=
34 45
, 6
e = 0,827
Dan seperti yang dijelaskan diatas, probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api
pada SUTT sampai dengan 230 KV = 0,85 Jadi probabilitas terjadinya gangguan
N =
x
P x
h b
IKL x
FL 09
, 1
4 015
,
=
85 ,
827 ,
14 4
3 ,
7 100
015 ,
09 ,
1
x x
x x
= 82 gangguan per 100 km per tahun]
Universitas Sumatera Utara
4.4. Perhitungan arus hubung singkat satu fasa ke tanah