5 Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak hanya dapat
dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta
jaminan  dari  mudharib  atau  pihak  ketiga.  Jaminan  ini  pelanggaran terhadap  hal-hal  yang  telah  disepakati  bersama  dalam  akad.ini  juga
sesuai dengan fatwa DSN. 6
Prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh  BMT  dengan  memperhatikan  fatwa  DSN.  Hal  ini  juga  sesuai
dengan  fatwa  DSN,  BMT  UMS  menggunakan  mekanisme pembagian keuntungan dengan revenue sharing.
b. Ketentuan Hukum, Rukun dan Syarat Pembiayaan
Ketentuan  hukum  pembiayaan  telah  dilakukan  BMT  UMS  seperti yang  ada  dalam  fatwa  DSN  MUI.  Pernyataan  ijab  dan  qobul,  syarat
kontrak  akad,  syarat-syarat  modal,  syarat  keuntungan  dan  syarat kegiatan  usaha  yang  harus  dipenuhi  seperti  yang  tertera  dalam  Fatwa
DSN-NUI No. 07DSNMUIIV2000 telah dilaksanakan dan disesuaikan oleh BMT Usaha Mandiri Sejahtera.
Tabel 4.1 Kesesuaian Penerapan Pembiayaan Mudharabah di BMT UMS
Dengan Fatwa DSN-MUI No. 07DSNMUIIV2000
No Indikator
Hasil Standar
Keterangan 1
Pembiayaan Modal
Kerja Membiayai
80 kebutuhan usaha
Membiayai 100
kebutuhan usaha
Kurang sesuai
2 Tata  Cara  Pelunasan
Pembayaran Mendatangi
dan mengingatkan,serta
melakukan penarikan
pembiayaan kepada
nasabah dilapangan
Kesapakatan diawal
Kurang sesuai
3 Jangka Waktu Usaha
Melalui kesepakatan  kedua
pihak Kesepakatan
Sesuai
4 Penetapan  Pola  Bagi
Hasil Revenue sharing
Revenue sharing  atau
profit sharing Sesuai
5 Penetapan Nisbah
Berdasarkan kesepakatan
bersama nasabah Kesepakatan
Sesuai
6 Penyediaan
Jaminan Agunan
Mementa jaminan Ada jaminan
Sesuai
37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan pembahasan mengenai “Analisis Pembiayaan Mudharabah  Pada  KJKS  BMT  Usaha  Mandiri  Sejahtera  Brebes.  Maka  penulis
dalam bab ini akan mencoba menarik sebuah kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan atas uraian yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya.
1. Dalam  melaksanakan  pembiayaan  mudharabah,  prosedur  pembiayaan
mudharabah  di  BMT  Usaaha  Mandiri  Sejahtera  dibilang  sudah  baik memenuhi ketentuan dari Fatwa DSN-MUI No. 07DSNMIUIV2000.
2. Ada beberapa realisasi akad mudharabah di BMT Usaha Mandiri Sejahtera
yang  belum  sesuai  dengan  Fatwa  DSN-MUI  No.  07DSNMUIIV2000 yaitu,  dalam  melaksanakan  pembiayaan  modal  kerja  mudharabah.  BMT
Usaha Mandiri Sejahtera belum sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI No.  07DSNMUIIV2000  yang  menyatakan  bahwa  pembiayaan  modal
kerja yang diberikan kepada nasabah sebesar 100 akan tetapi BMT Usaha Mandiri Sejahtera hanya memberikan pembiayaan modal kerja sebesar 80
saja. Dikarenakan banyaknya pertimbangan dalam memberikan keputusan prihal pembiayaan modal yang akan diberikan kepada nasabah. Dan dalam
segi pengembalian dana di BMT Usaha Mandiri Sejahtera juga belum sesuai dengan  Fatwa  DSN-MUI  No.  07DSNMUIIV2000.  Meskipun  sudah
dilakukan kesepakatan dalam akad, namun BMT sering kali mengingatkan dan  mendatangi  nasabah  untuk  melakukan  pengembalian  dana  atau
penariakan  angsuran.  Seharusnya  dalam  melakukan  pengembalian  dana atau  pembayaran  angsuran,  nasabah    mudharib  berkewajiban  datang
langsung kepada BMT shohibul maal. Itu semua dilakukan karena sudah adanya  kesepakatan  diawal  kontrak  akad  pembiayaan  mudharabah  antara
BMT  dengan  nasabah.  Karena  sudah  menjadi  tanggungjawab  nasabah sebagai mudharib untuk mematuhi aturan yang sudah disepakati.
B. Saran
1. Untuk memperluas anggota atau nasabah baru, BMT Usaha Mandiri Sejahtera
disarankan untuk memberikan pembiayaan pada nasabah baru  dengan begitu nasabah  yang belum menjadi anggota secara  otomatis akan menjadi  anggota
baru. 2.
Menurut Fatwa DSN-MUI No. 07DSNMUIIV2000 “jangka waktu usaha, tatacara  pengembalian  dana,  dan  pembagian  keuntungan  ditentukan
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak LKS dengan pengusaha ”. Sesuai
dengan  Fatwa  tersebut  penulis  menyarankan  BMT  Usaha  Mandiri  Sejahtera harus  lebih  teliti,  tegas  dan  berani  dalam  menyeleksi  nasabah  untuk
memberikan  pembiayaan  modal.  Agar  tidak  ada  nasabah  yang  mengingkari akad pembiayaan  mudharabah seperti  yang sudah disepakati dalam kontrak.
Dengan begitu akad pembiayaan mudharabah ini akan sesuai dengan ketentuan syariah
seperti yang
tercantum dalam
Fatwa DSN-MUI
No. 07DSNMUIIV2000.
DAFTAR PUSTAKA
Antoni, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori Ke Praktik. Jakarta : Gema Insani.
Firdaus,  Muhammad.,  et  al.  2005.  Fatwa-Fatwa  Ekonomi  Syariah  Konterporer. Jakarta: Renaisan.
http:www.sarjanaku.com201304pengertian-problematika-defisi-menurut.html. Hikmah,  S  Retno.2010.  Prosedur  Pemberian  Pembiayaan  di  BMT  Karisma
Cabang Utama Magelang. Tugas Akhir, Program Studi Keuangan dan Perbankan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Lexy  J.  Moleong.  2005.  Metodologi  Penelitian  Kualitatif.  Bandung:  Remaja Rosdakarya.
Nuhayati, dkk. 2012. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Nurlitasari,  Ferlinda.  2013.  Analisis  Penerapan  Pembiayaan  Mudharabah  di
Baituttamwil  Tamzis  Kejajar  pada  Pertanian  Kentang  Desa  Wonosobo. Undergraduate S1 Thesis, IAIN Walisongo.
Rahma, Yusuf Aziz. 2010. Prosedur Pembiayaan dan Penanganan Masalah Pada KJKS BMT Arafah Sukoharjo. Tugas Akhir, Program Diploma III Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelah Maret Surakarta. sugiyono. 2010. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan RD : alfameta
Sumiyastuti, Sri. 2016. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul Maal  wat  Tamwil  Surya  Parama  Arta.  Tugas  Akhir,  Program  Vokasi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yaya, et al. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer.
Jakarta: Salemba Empat.