BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjadi cantik dan menarik merupakan dambaan bagi setiap perempuan. Hampir semua perempuan diberbagai kelompok sosial masyarakat menginginkan
hal tersebut. Dengan menjadi cantik seorang perempuan merasa lebih percaya diri dan lebih diterima di masyarakatnya. Kecantikan bukanlah sebuah bentuk fisik
yang dapat diukur secara eksak, tetapi kecantikan adalah suatu bentuk sosial yang subyektif dan sangat dipengaruhi oleh budaya dan karakteristik masyarakat.
Bahkan dapat dikatakan sangat dipengaruhi oleh tren, mode dan kesukaan temporer banyak orang Nasiruddin, 2008.
Banyak sediaan kosmetika beredar di pasaran antara lain : kosmetika perawatan, kosmetika pelembab pemutih, kosmetika pelindung, kosmetika
pengharum, dan masih banyak lainnya. Produk pemutih kulit sendiri terbagi menjadi 3 golongan yaitu kosmetik,
kosmetisikal, dan kosmetomedik. Golongan pertama disebut kosmetik, jika produk itu mempengaruhi fisiologi kulit dan dapat di beli secara bebas, contohnya
sabun. Golongan kedua disebut kosmetisikal, jika produk itu mempengaruhi fisiologi kulit tapi masih boleh dibeli secara bebas-terbatas tanpa harus memakai
resep dokter, contohnya produk yang mengandung alpha hydroxy acid AHA, asam glikolat, arbutin dan hidrokuinon. Golongan ketiga disebut kosmetomedik,
produk-produk ini mempengaruhi fisiologi kulit dan hanya boleh dibeli dengan
resep dokter, contohnya hidrokuinon diatas 2 dan asam retinoat berapa pun kadarnya.
Asam Retinoat di label produk kadang ditulis sebagai tretinoin. Asam retinoat ini dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan teratogenik cacat
pada janin. Asam retinoat adalah bentuk asam dan bentuk aktif dari vitamin A
retinol. Disebut juga tretinoin. Asam retinoat ini sering dipakai sebagai bentuk
sediaan vitamin A topikal, yang dapat diperoleh secara bebas maupun dengan resep dokter. Bahan ini sering dipakai pada preparat untuk kulit terutama untuk
pengobatan jerawat, dan sekarang banyak dipakai untuk mengatasi kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari sundamage dan untuk pemutih.
Menyadari hal tersebut, bahwa asam retinoat dapat membahayakan para konsumen, maka penulis ingin sekali melakukan identifikasi asam retinoat dalam
krim pemutih wajah secara kromatografi lapis tipis. Pengujian dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.
Analisa identifikasi Asam Retinoat dalam krim pemutih wajah dapat dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis, dikarenakan analisa dengan
KLT penanganannya lebih sederhana, kebutuhan ruangan minimum dan hasil palsu yang disebabkan oleh komponen tidak mungkin terjadi.
1.2 Tujuan