PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM KEGIATAN “SARAPAN BERJAMAAH” TERHADAP KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS PADA BAGIAN BUSSINESS ADMINISTRATION SUPPORT PT GUNUNG MADU PLANTATIONS)

(1)

ABSTRACT

THE ROLE OF INTERPERSONAL COMMUNICATION IN THE "SARAPAN BERJAMAAH " TO EMPLOYEES PERFORMANCE (A CASE STUDY IN THE BUSSINESS ADMINISTRATION SUPPORT PT

GUNUNG MADU PLANTATIONS) BY

WAHYU SETIANINGRUM

This study aims to determine whether or not the role of interpersonal

communication in the "Sarapan Berjamaah" to employees performance division Bussiness Administrations Support PT Gunung Madu Plantations, by discussing the interpersonal communication that occurs in the "Sarapan Berjamaah" and then look at its relationship to employees performance. In an organization, human relations theory explains that there is a positive relationship between

communication and performance of employees. Communication that occur in both aspects able to improve employees performance. Based on the above, then the research is intended to see how the role of interpersonal communication in the "Sarapan Berjamaah" to employees performance on the BAS PT Gunung Madu Plantations.

This study uses qualitative research methods with a case study approach that uses the entire population in the study as research informants. The research instrument used was an interview guide (interview guidelines). Based on the results of this study it can be seen that

1. Interpersonal communication that occurs within the "Sarapan Berjamaah" has six elements, namely;

a) Opening of self (self disclosure), where from the 8 informants there are 6 people have good self opening, 1 opening of the informant had a self-sufficient and 1 informant has a self-less opening.

b) To build trust, where there are 4 people informants who had the trust and support are good, 3 people informants had enough trust and support and 1 informant who have the trust and support are lacking.

c) The level of communication, where there are 6 people informants who communicated in early stages of heart or feeling, 1 informant was to communicate the extent stated idea or opinion and 1 informant who has a degree in communications-nonsense;


(2)

e) Receive and support, where the informant can accept and support each other well.

f) The benefits of "Sarapan Berjamaah" of the conflict, where there are 7 people informants who stated that the benefits of "Sarapan Berjamaah" of the conflict and 1 of informant who claimed that the absence of benefits from the "Sarapan Berjamaah" to conflict resolution.

2. BAS employee performance parts PT GMP has 4 elements, where after the activity " Sarapan Berjamaah " can be concluded that;

a) The quality of employees, where employees who had to exceed the

requirements of the job that is only 2 fewer people are becoming more the 5 people, with the remaining employees that only the employee meets the work requirement;

b) The quantity of work increased from the previous employee many employees who sometimes work requirements ie 4 people become more numerous employees who meet the job requirements of 5 persons, with the remaining employees who do not meet the job requirements is 2 people; c) Alertness / can be relied upon, including whether or not to follow

instructions, initiative, care and diligence the work of employees after the breakfast activity occurred a few changes but not too visible;

d) The attitude of the employees of the company, other employees and the work and cooperation made by the employee after the introduction of the "Sarapan Berjamaah" to increase, from a previous occasionally meet job requirements (6 people) and meet the job requirements (1 person) to be increased is that meet employment requirements (4 people) and even exceed the requirements of work (2 people) while the remaining 1 person who sometimes meet job requirements.

3. There is a definite relationship between the activities of "Sarapan Berjamaah" to increase employees performance parts BAS PT GMP, which then can be interpreted that the "Sarapan Berjamaah" has a role in improving employees performance parts BAS PT GMP.


(3)

ABSTRAK

PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM KEGIATAN “SARAPAN BERJAMAAH” TERHADAP KINERJA PEGAWAI

(STUDI KASUS PADA BAGIAN BUSSINESS ADMINISTRATION

SUPPORT PT GUNUNG MADU PLANTATIONS)

Oleh

WAHYU SETIANINGRUM

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya peranan komunikasi antarpribadi dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah” terhadap kinerja pegawai bagian Bussiness Administrations Support PT Gunung Madu Plantations, yaitu dengan membahas mengenai komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah” kemudian melihat hubungannya terhadap kinerja pegawai.Dalam suatu organisasi, teori hubungan manusia menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara komunikasi dan kinerja pegawainya. Komunikasi yang terjadi dengan baik mampu meningkatkan kinerja pegawai. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana peranan komunikasi antarpribadi dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah” terhadap kinerja pegawai pada bagian BAS PT Gunung Madu Plantations.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan seluruh populasi pada bagian penelitian sebagai informan penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah panduan wawancara (interview guide).Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa: 1. Komunikasi antarpribadi yang terjadi di dalam kegiatan “Sarapan

Berjamaah” memiliki enam unsur yaitu;

a) Pembukaan diri (self disclosure), di mana dari ke-8 informan terdapat 6 orang informan memiliki pembukaan diri yang baik, 1 orang informan memiliki pembukaan diri yang cukup dan 1 orang informan memiliki pembukaan diri yang kurang.

b) Membangun kepercayaan, di mana terdapat 4 orang informan yang memiliki kepercayaan dan dukungan yang baik, 3 orang informan memiliki kepercayaan dan dukungan yang cukup dan 1 orang informan yang memiliki kepercayaan dan dukungan yang kurang.


(4)

dan 1 orang informan yang memiliki komunikasi dalam taraf basa-basi;

d) Mengungkapkan perasaan, di mana terdapat 7 orang informan yang membagi perasaanya dengan baik dan 1 orang informan yang tidak membagi perasaannya dengan baik.

e) Menerima dan mendukung, di mana seluruh informan dapat saling menerima dan mendukung dengan baik.

f) Manfaat kegiatan “Sarapan Berjamaah” terhadap konflik yang terjadi, di mana terdapat 7 orang informan yang menyatakan bahwa adanya manfaat kegiatan “Sarapan Berjamaah” terhadap konflik yang terjadi dan 1 orang informan yang menyatakan bahwa tidak adanya manfaat dari kegiatan “Sarapan Berjamaah” terhadap penyelesaian konflik. 2. Kinerja pegawai bagian BAS PT GMP memiliki 4 unsur, di mana setelah

adanya kegiatan “Sarapan Berjamaah” dapat di simpulkan yaitu;

a. Kualitas pegawai, di mana pegawai yang tadinya dapat melebihi persyaratan kerja lebih sedikit yakni hanya 2 orang menjadi lebih banyak yaitu 5 orang, selebihnya pegawai pegawai yang hanya memenuhi persayaratan kerja;

b. Kuantitas kerja pegawai meningkat dari yang sebelumnya banyak pegawai yang kadang-kadang memenuhi persyaratan kerja yakni 4 orang menjadi lebih banyak pegawai yang memenuhi persyaratan kerja yaitu 5 orang, selebihnya pegawai yang tidak memenuhi persyaratan kerja yaitu 2 orang;

c. Kesigapan/dapat atau tidaknya diandalkan yang meliputi mengikuti instruksi yang diberikan, inisiatif, hati-hati dan kerajinan hasil pekerjaan pegawai setelah adanya kegiatan sarapan tersebut terjadi sedikit perubahan namun tidak terlalu terlihat;

d. Sikap para pegawai terhadap perusahaan, pegawai lain dan pekerjaan serta kerjasama yang dilakukan oleh pegawai setelah adanya kegiatan ”Sarapan Berjamaah” meningkat, dari yang sebelumnya kadang-kadang memenuhi persyaratan kerja (6 orang) dan memenuhi persyaratan kerja (1 orang) menjadi meningkat yaitu yang memenuhi persyaratan kerja (4 orang) dan bahkan melebihi persyaratan kerja (2 orang) sedangkan sisanya 1 orang yang kadang-kadang memenuhi persyaratan kerja.

3. Terdapat hubungan yang pasti antara kegiatan “Sarapan Berjamaah” dengan peningkatan kinerja pegawai bagian BAS PT GMP, yang kemudian dapat diartikan bahwa kegiatan “Sarapan Berjamaah” memiliki peranan dalam meningkatkan kinerja pegawai bagian BAS PT GMP.


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan berkomunikasi manusia dapat berhubungan satu dengan yang lain baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di tempat kerja atau tempat-tempat umum lainnya. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dipungkiri, begitu pula halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil, begitupun sebaliknya tanpa komunikasi yang baik maka aktivitas suatu organisasai tidak akan berjalan dengan baik atau macet.

Pentingnya komunikasi di dalam suatu organisasi telah sejak lama diteliti dan dibuktikan oleh para ahli, Chester Barnard (dalam R. Wayne Pace dan Don F. Faules, 1998:56) salah satunya yang mengungkapkan bahwa fungsi eksekutif pertama adalah mengembangan dan memelihara sistem komunikasi. Pernyataan Barnard ini terbukti dalam survey atas para pimpinan dari seratus perusahan terbesar di Amerika, 96% percaya bahwa terdapat hubungan yang pasti antara komunikasi dan kinerja karyawan.

Dalam suatu organisasi, jenis-jenis komunikasi yang terjadi sangatlah beragam, salah satunya yang menjadi perhatian peneliti adalah komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito (dalam


(6)

Effendy (2003:59)) sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Berdasarkan definisi tersebut, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan atau kelompok.

Pentingnya komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis, yakni bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi dan para pelaku komunikasi masing-masing memiliki peran yang ganda, menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari pelaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama (mutual understanding) dan empati. Di situ terjadi rasa saling menghormati didasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah manusia yang wajib, berhak, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai manusia. Pada akhirnya komunikasi antarpribadi yang terjadi secara efektif akan menimbulkan efek yang positif terhadap para pelakunya.

PT Gunung Madu Plantations merupakan salah satu organisasi perusahaan yang terdiri dari beberapa departemen, masing-masing membawahi beberapa bagian dan sub-bagian. Bagian-bagian dan sub-sub bagian tersebut peneliti asumsikan sebagai kelompok-kecil. Khususnya pada BAS (Bussiness Administration Support) yang merupakan bagian dari Departement SBF (Services, Bussiness and Financial). Pada bagian BAS terdiri dari tujuh orang karyawan dan seorang staf yang terikat satu sama lain dan berkomunikasi secara tatap muka dalam menjalankan peranannya masing-masing untuk mencapai suatu tujuan


(7)

bersama. Hal tersebut menunjukkan asumsi bahwa bagian BAS pada PT Gunung Madu Plantations adalah sebuah kelompok kecil yang di dalanmnya terdapat proses komunikasi antarpribadi.

Bagian BAS PT Gunung Madu Plantations memiliki suatu kegiatan yang sangat menarik di sela-sela kegiatan rutin dari pekerjaan, yakni kegiatan “Sarapan Berjamaah”. Kegiatan “Sarapan Berjamaah” merupakan kegiatan sarapan secara bersama-sama dalam satu wadah besar yang disebut dengan “tampah”. Kegiatan ini tidak terjadwal namun sering dilakukan dengan inisiatif dari salah seorang atau beberapa anggota kelompok. Pada saat kondisi pekerjaan yang senggang, maka kegiatan tersebut paling banyak dilaksanakan dua kali satu minggu, namun jika kondisi pekerjaan yang sibuk atau padat, maka dalam waktu satu bulan belum tentu dilaksanakan sama sekali.

Dalam Kegiatan sarapan berjamaah tersebut interaksi komunikasi antarpribadi terjadi lebih intensif dan mendalam, karena mampu mengungkapkan masalah-masalah dan hubungan secara lebih dekat dan lebih dalam. Hal tersebut tentu saja sangat berpengaruh terhadap hubungan antara anggota kelompok yang akan semakin baik dan dekat. Bahkan peneliti melihat para anggota bagian BAS seperti halnya anggota sebuah keluarga.

Kegiatan “Sarapan Berjamaah” sendiri dimulai sejak akhir tahun 1997 yang dicetuskan oleh Bapak Tata Subrata selaku manajer lini bawah di bagian BAS. Pada awalnya kegiatan sarapan tersebut dimaksudkan untuk mengakrabkan para pegawai dan staf yang pada umumnya terdapat semacam jarak sosial.


(8)

Dalam suatu organisasi, teori hubungan manusia menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara komunikasi dan kinerja pegawainya. Komunikasi yang terjadi dengan baik mampu meningkatkan kinerja pegawai.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana peranan komunikasi antarpribadi dalan kegiatan “Sarapan Berjamaah” terhadap kinerja pegawai pada bagian BAS PT Gunung Madu Plantations.

B. Rumusan Masalah

Pada hasil penelitian ini, peneliti merumuskan masalah yang diteliti yaitu: Bagaimana peranan komunikasi antarpribadi dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah” terhadap kinerja pegawai bagian Bussiness Administrations Support PT Gunung Madu Plantations.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya peranan komunikasi antarpribadi dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah” terhadap kinerja pegawai bagian Bussiness Administrations Support PT Gunung Madu Plantations, yaitu dengan membahas mengenai komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah” kemudian melihat hubungannya terhadap kinerja pegawai.


(9)

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu:

a) Secara teoritis dapat menjadi referensi bagi penelitian lanjutan.

b) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran penulis kepada perusahaan di Indonesia untuk lebih memperhatikan aspek komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja.


(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Peranan

Menurut Ali dan Deli (200: 425) peranan adalah yang diperbuat, tugas, hal besar pengaruhnya pada suatu peristiwa. Kemudian berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 854) dikemukakan bahwa peranan adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat, tindakan yang dilakukan oleh seseorang di suatu peristiwa.

Sedangkan menurut Soekanto (2006 : 212) peranan (role) merupakan aspek dinamis (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.

Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidup dan hal itu sekaligus berarti bahwa peranan tersebut menentukan apa yang akan diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Peranan memiliki arti penting untuk mengatur perilaku seseorang dan juga menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu sehingga dapat meramalkan perbuatan orang lain sehingga orang bersangkutan akan dapat menyesuaikan diri dengan perilaku orang lain.

Sesuai dengan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa peranan adalah suatu kegiatan yang di dalamnya mencakup status


(11)

seseorang/sekelompok orang yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya atau posisinya dalam suatu komunitas/lembaga. Jika ditinjau dari sudut kelembagaan, maka dapat disimpulkan bahwa peranan adalah suatu kegiatan yang di dalamnya mencakup hak-hak dan kewajiban yang dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki suatu posisi dalam suatu lembaga.

B. Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (2005:285). Pengertian lain dari komunikasi adalah proses kegiatan manusia yang diungkapkan melalui bahasa lisan atau tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyi-bunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh orang lain (Gunadi, 1998:69)

Komunikasi juga memiliki pengertian sebuah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan, dalam analisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua yaitu lambang (symbol) (Effendy, 2003:28). Komunikasi dilakukan setiap saat oleh manusia, komunikasi dengan diri sendiri, orang lain atau komunikasi dengan sang pencipta. Komunikasi dapat mempererat hubungan jika terjadi dan dilakukan dengan baik dan sebaliknya jika terjadi secara buruk dapat menimbulkan konflik. Komunikasi memiliki banyak bentuk, yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi massa, komunikasi organisasi, komunikasi kelompok dan sebagainya.


(12)

C. Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi 1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito (dalam Effendy (2003:59)) sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Berdasarkan definisi tersebut, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan atau kelompok.

Pentingnya komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis, yakni bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi dan para pelaku komunikasi masing-masing memiliki peran yang ganda, menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.

Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari pelaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama (mutual understanding) dan empati. Di situ terjadi rasa saling menghormati didasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah manusia yang wajib, berhak, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai manusia. Pada akhirnya komunikasi antarpribadi yang terjadi secara efektif akan menimbulkan efek yang positif terhadap para pelakunya.

Pengertian lain diungkapkan oleh Muhammad (2005:159) yang menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang langsung diketahui balikannya. Lebih lanjut Arni mengatakan dengan bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi bertambah persepsi


(13)

orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut.

2. Proses yang Terjadi dalam Komunikasi Antarpribadi

Dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Antarpribadi, Supratiknya (2003:14) menyebutkan bahwa dalam mempelajari komunikasi antarpribadi, hal utama yang perlu diulas adalah mengenai proses yang terjadi di dalam komunkasi antarpribadi itu sendiri. Lebih lanjut Supratikna menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahap dalam proses terjadinya komunikasi antarpribadi yaitu diantaranya sebagai berikut:

a. Pembukaan diri (self-disclosure)

Pembukaan diri atau self-disclosure menurut Johnson (dalam Supratiknya, 2003:14) adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapai serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut. Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu lebih melibatkan perasaan. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan atau suatu perasaan terhadap kejadian-kejadian yang telah dialami atau disaksikan. Menurut Jhonson (dalam Supratikna, 2003: 4) pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu bersikap terbuka kepada orang lain dan bersikap terbuka bagi orang lain. Kedua proses yang dapat berlangsung secara serentak itu apabila terjadi pada kedua belah pihak akan membuahkan relasi yang terbuka.


(14)

Menurut Jhonson (dalam Supratiknya, 2003:15) beberapa manfaat dan dampak pembukaaan diri terhadap hubungan antarpribadi diantaranya adalah pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang, semakin kita bersikap terbuka terhadap orang lain, semakin orang lain tersebut menyukai diri kita, akibatnya ia akan membuka diri kepada kita. Kemudian orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki sifat kompeten, terbuka, ekstrover, fleksibel, adaptif dan intelejen. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun orang lain, yang terakhir dengan membuka diri berarti bersikap realistik, maka pembukaan diri kita harus jujur, tulus dan autentik.

Seperti yang sudah diungkapkan diatas, selain membuka diri kepada orang lain kitapun harus membuka diri bagi orang lain agar dapat menjalin relasi yang baik dengannya. Terbuka bagi orang lain berarti menunjukkan bahwa kita menaruh perhatian dan perasaannya terhadap kata-kata atau perbuatan kita. Artinya kita menerima pembukaan dirinya. Kita rela atau mendengarkan reaksi atau tanggapannya terhadap situasi yang sedang dihadapinya kini maupun terhadap kata-kata dan perbuatan kita.

b. Membangun Kepercayaan

Untuk membangun sebuah relasi, dua orang harus saling mempercayai. Hal ini dilakukan pada saat menentukan di mana mereka harus ambil resiko dengan cara saling mengungkapkan lebih banyak tentang pikiran, perasaan


(15)

dan reaksi mereka terhadap situasi yang tengah dihadapi, atau dengan cara saling menunjukkan penerimaan, dukungan dan kerjasama.

Saling percaya dibangun lewat resiko dan peneguhan serta dihancurkan lewat resiko dan penolakan. Kepercayaan tak mungkin timbul tanpa resiko, dan relasi tidak akan mengalami kemajuan tanpa adanya kepercayaan.

Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 2003:27) langkah-langkah dalam membangun kepercayaan adalah sebagai berikut:

1. Pribadi A mengambil resiko dengan mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksinya terhadap situasi kepada Pribadi B.

2. Pribadi B menaggapinya dengan penerimaan, dukungan dan kerjasama, serta membalas keterbukaan Pribadi A dengan mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksinya terhadap situasi kepada Pribadi A.

Lebih lanjut Johnson menambahkan terdapat tiga macam tingkah laku yang bisa menurunkan kepercayaan dalam suatu relasi, yaitu:

1. Menunjukkan penolakan, mengolok-olok atau melecehkan pembukaan diri seseorang.

2. Tidak membalas pembukaan diri orang lain

3. Tidak mau mengungkapkan pikiran, perasaan dan reaksi kepada orang lain, kendati ia telah menunjukkan penerimaan, dukungan dan kerjasama.

Tingkat kepercayaan dalam suatu relasi akan berubah-ubah dan berbeda-beda sesuai kemampuan dan kerelaan masing-masing individu untuk


(16)

mempercayai dan dapat dipercaya. Mempercayai artinya rela menghadapi resiko menerima akibat akibat-akibat menguntungkan atau merugikan dengan menjadikan dirinya rentan di hadapan orang lain. Tepatnya mempercayai meliputi membuka diri dan rela menunjukkan penerimaan dan dukungan kepada orang lain.

Dapat dipercaya berarti rela menanggapi orang lain yang ambil resiko dengan cara menunjukkan jaminan bahwa orang lain tersebut akan menerima akibat-akibat yang menguntungkan. Jadi meliputi penerimaan atas kepercayaan yang ditunjukkan oleh orang lain kepada kita.

Jadi menunjukkan penerimaan, dukungan dan kerjasama maupun membalas pembukaan diri orang lain secara tepat adalah aspek-aspek penting dari sifat dapat dipercaya dalam relasi antar pribadi.

Untuk mengkomunikasikan penerimaan, dukungan dan kerjasama dibutuhkan keterampilan untuk mengungkapkan kehangatan, pemahaman yang tepat dan intensi-intensi yang bersifat kooperatif. Banyak bukti menunjukkan bahwa kehangatan, pemahaman yang tepat dan intensi-intensi yang bersifat kooperatif meningkatkan kepercayaan dalam sebuah relasi.

c. Berkomunikasi Secara Verbal

Secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Johnson (dalam. Supratiknya, 2003:30) menyebutkan dalam setiap bentuk komunikasi setidaknya dua orang saling mengirimkan lambang-lambang yang memiliki


(17)

makna tertentu. Lambang-lambang tersebut bisa bersifat verbal berupa kata-kata, atau bersifat nonverbal berupa ekspresi atau ungkapan tertentu dan gerak tubuh.

1. Lima Taraf Komunikasi

Komunikasi dapat terjadi dalam taraf kedalaman yang berbeda-beda. Taraf kedalaman komunikasi ini dapat diukur dari apa dan siapa yang saling dibicarakan, pikiran dan perasaan, obyek tertentu, orang lain atau dirinya sendiri. Semakin orang mau saling membicarakan tentang perasaan yang ada dalam dirinya, semakin dalam taraf komunikasi yang terjadi. Atas dasar kedalamannya ini, John Powel (dalam Supratiknya, 2003:32) membedakan komunikasi dalam lima taraf, yaitu:

a) Taraf Basa-basi

Ini merupakan taraf komunikasi yang paling dangkal, biasanya terjadi antara dua orang yang bertemu secara kebetulan hanya untuk saling menyapa.

b) Taraf Membicarakan Orang Lain

Di sini orang sudah mulai menanggapi, namun tetap masih pada taraf dangkal, khususnya belum mau membicarakan tentang diri masing-masing.

c) Taraf Menyatakan Gagasan atau Pendapat

Dalam taraf ini, para pelaku komunikasi sudah mau saling membuka diri, namun masih sebatas mengeluarkan gagasan atau pendapat


(18)

d) Taraf Hati atau Perasan

Dalam taraf ini komunikasi yang terjadi adalah pengungkapan diri secara lebih dalam oleh masing-masing pelaku komunikasi. Dalam pengungkapan ini dibutuhkan sikap jujur, terbuka terhadap diri sendiri maupun lawan bicara, berani menghadapi resiko bahwa kekurangan dan kelemahan yang dimiliki diketahui oleh orang lain.

e) Taraf Hubungan Puncak

Komunikasi dalam taraf ini ditandai dengan adanya kejujuran, keterbukaan, dan saling percaya yang mutlak di antara kedua belah pihak. Selain merasa bebas untuk saling mengungkapkanperasaan, biasanya kedua belah pihak juga memilikiperasaan yang sama tentang banyak hal.

2. Komunikasi yang Efektif

Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim. Menurut John Powel (dalam Supratiknya, 2003:35) komunikasi dapat terjadi dengan efektif jika telah memenuhi tiga syarat berikut ini, yaitu:

a. Pesan diungkapkan secara jelas dan mudah dipahami

b. Pengirim pesan memiliki kredibilitas di mata penerima pesan.

c. Umpan balik harus diperoleh secara optimal tentang pengaruh pesan dalam diri penerima pesan.


(19)

Jika komunikasi terjadi dengan memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, maka kemungkinan besar komunikasi akan terjadi dengan baik atau efektif.

d. Mengungkapkan Perasaan

Salah satu segi paling membahagiaan dalam berkomunikasi dengan orang lain adalah kesempatan untuk saling berbagi perasaan. Perasaan adalah reaksi internal terhadap aneka perasaan. Perasaan-parasaan ini sering disertai perubahan-perubahan fisiologis tertentu seperti denyut jantung yang meningkat, dan juga memiliki tanda-tanda luar seperti menitikkan air mata karena haru atau sedih. Perasaan selalu merupakan pengalaman internal yang menggunakan bentuk-bentuk tingkah laku terbuka tertentu untuk mengkomunikasikannya dengan orang lain.

Johnson (dalam Supratiknya, 2003:51) mengemukakan suatu model lima tahap pengungkapan perasaan dalam komunikasi. Menurutnya, setiap kali kita berkomunikasi dengan orang lain maka sebenarnya paling sedikit terjadi lima macam proses sebagai berikut:

1. Mengamati (sensing), yaitu mengamati tingkah laku lawan komunikasi dengan alat-alat indera kemudian mengumpulkan informasi tentang lawan komunikasi. Biasanya meliputi pesan apa saja yang disampaikan, bagaimana nada suaranya, sorot mata, raut muka, gerak-gerik tubuh dan sebagainya. Pada tahap ini informasi tersebut semata-mata bersifat deskriptif dan semua itu direkam dalam pikiran dan hati.


(20)

2. Menafsirkan (interpreting), yaitu memberikan makna terhadap informasi yang telah dikumpulkan dalam proses mengamati.

3. Mengalami perasaan (feeling), yaitu perasaan yang timbul sebagai reaksi spontan terhadap penafsiran terhadap informasi yang diterima dari lawan komunikasi.

4. Menanggapi (intending), yaitu terbentuknya intensi dalam diri yang akan mendorong dan mengarahkan untuk berbuat sesuatu sebagai pengungkapan perasaan.

5. Mengungkapkan (expressing), yaitu memberikan pengungkapan tentang apa yang dirasakan terhadap lawan komunikasi sebagai bentuk simpati dan empati.

e. Saling Menerima dan Mendukung

Untuk saling menerima dan mendukung dalam proses komunikasi antarpribadi, hal pertama yang harus dilakukan adalah saling menanggapi. Johnson (dalam Supratiknya. 2003:71) mengungkapkan terdapat lima intensi penting yang sering mempengaruhi tanggapan terhadap orang lain dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:

1. Menasehati dan memberikan penilaian

Nasehat dan penilaian menkomunikasikan sikap evaluatif, korektif, sugestif atau moralistik. Secara implisit penerima pesan ingin menyatakan apa yang seharusnya atau sebaiknya dilakukan oleh pengirim pesan untuk memecahkan masalahnya.


(21)

2. Menganalisis dan menafsirkan

Tanggapan yang berisi analisis dan penafsiran ini disebut dengan tanggapan interpretatif, yakni penerima pesan ingin menyampaikan bagaimana seharusnya pengirim pesan memandang persoalannya.

3. Meneguhkan dan memberikan dukungan

Tanggapan yang berisi peneguhan ini disebut dengan tanggapan supportif, lewat tanggapan ini penerima pesan ingin menunjukkan simpati, meneguhkan kembali atau menolong meringankan beban pengirim pesan.

4. Menanyai dan menyelidiki

Dalam tanggapan ini, penerima pesan ingin tahu lebih banyak ingin menggiring pembicaraan ke arah tertentu atau ingin mengarahkan pengirim pesan pada kesimpulan tertentu yang difikirkan oleh penerima pesan.

5. Memfrasekan dan memahami

Tanggapan penuh pemahaman yang bersifat merefleksikan apa yang diungkapkan oleh pengirim pesan menunjukkan bahwa penerima pesan memiliki intensi untuk memahami pikiran dan perasaannya. Apabila tanggapan dilakukan dengan baik antara pengirim pesan dan penerima pesan, maka kondisi saling menerima dan mendukung akan terjadi dalam komunikasi antarpribadi yang berlangsung.

f. Konflik dalam Hubungan Antarpribadi

Setiap hubungan antarpribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat, atau perbedaan kepentingan. Yang dimaksud konflik


(22)

adalah situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain.

Dalam suatu konflik komunikasi antarpribadi tidak selalu berakibat buruk jika konflik tersebut dipandang secara positif dan dikelola secara konstruktif. Justru akan membawa dampak positif bagi masing-masing pelaku komunikasi dan hubungan antarpribadi. Johnson (dalam Supratiknya, 2003:94) menyebutkan terdapat beberapa manfaat jika konflik dalam komunikasi antarpribadi dapat dikelola dengan baik yaitu:

1. Konflik dapat menjadikan kita sadar bahwa ada persoalan yang perlu dipecahkan dalam hubungan dengan orang lain.

2. Konflik dapat menyadarkan dan mendorong kita untuk melakukan perubahan-perubahan dalam diri.

3. Konflik dapat menumbuhkan dorongan dalam diri untuk memecahan persoalan yang mungkin saja tidak disadari telah ada sejak dulu.

4. Konflik dapat membimbing ke arah tercapainya keputusan-keputusan bersama yang lebih matang dan bermutu.

5. Konflik dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan kecil yang sering dialami dalam suatu hubungan.

6. Konflik juga mampu membuka informasi mengenai kelemahan dan kelebihan diri melalui penilaian orang lain, sehingga dapat menjadi koreksi untuk lebih baik.


(23)

D. Tinjauan Tentang Organisasi

Ada bermacam-macam pendapat mengenai pengertian organisasi, diantaranya adalah Shcein (dalam Muhammad, 2007:23) yang mengatakan bahwa organisasi adalah koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karasteristik tertentu yaitu memiliki struktur, tujuan, saling berhubungan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian yang lainnya menandakan bahwa organisasi yang dimaksudkan adalah merupakan sebuah sistem.

Pendapat lain dinyatakan oleh Kochler (dalam Muhammad, 2007:24) yang mengatakan bahwa organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasikan usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya dalam pengertian tersebut terdapat tiga hal yang dikemukakan berkaitan dengan apa yang dimaksud organisasi, yaitu: organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum.

Dikatakan sebagai sebuah sistem karena organisasi terdiri dari berbagai bagian yang saling bergantung satu sama lain, bila satu bagian terganggu, maka akan ikut berpengaruh pada bagian lain. Setiap organisasi juga memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian organisasi bekerja


(24)

menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lainnya. Selain dari ciri tersebut diatas, tiap organisasi mempunyai aktivitasnya masing-masing sesuai dengan jenis organisasinya. Misalnya organisasi pendidikan, maka kegiatan yang utama dalam organisasi itu adalah melakukan atau mengurus urusan pendidikan. Begitu juga halnya kalau organisasinya di bidang produksi maka kegiatan utama dari organisasi tersebut adalah memproduksi barang-barang yang sesuai dengan jenis usahanya.

E. Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi memiliki pengertian yang berbeda-beda antara ahli satu dan yang lainnya, berikut pengertian komunikasi organisasi dari beberapa sudut pandang para ahli:

Redding dan Sanborn (dalam Muhammad, 2005:65) mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman informasi dalam suatu organisasi yang kompleks. Redding dan Sanborn lebih lanjut mengatakan yang termasuk dalam bidang komunikasi tersebut adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horizontal, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.

Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Katz dan Kahn (dalam Muhammad, 2005:65) yang mendefinisikan komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah suatu sitem terbuka


(25)

yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.

Pendekatan sistem dilakukan oleh Thayler dalam mendefinisikan komunikasi organisasi. Thayler (dalam Muhammad, 2005:66) mengatakan komunikasi organisasi sebagai arus data yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara. Lebih lanjut Thayler mengungkapkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi yaitu:

a. Berkenaan dengan kerja organisasi seperti data-data mengenai tugas-tugas atau beroperasinya organisasi.

b. Berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah-perintah, aturan-aturan dan petunjuk-petunjuk.

c. Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi, termasuk kedalamnya hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuatan iklan dan latihan.

Yang terakhir pengertian menurut Greenbaunm (dalam Muhammad, 2005:66) yang mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Greenbaunm membedakan komunikasi internal dangan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sekali sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas.


(26)

F. Tinjauan Tentang Kinerja 1. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja sendiri menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001 : 67) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi, Keith Davis (dalam Anwar Prabu Mangkunegara, 2001 : 67). Faktor kemampuan menjelaskan kemampuan pegawai terdiri dari potensi (IQ) dan kemampuan reality (pengetahuan dan skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yangemadai untuk jabatan dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja ang diharapkan. Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right job).

Sedangkan faktor motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi/tujuan kerja (Mangkunegara, 2001 : 68)


(27)

McCLelland (dalam Mangkunegara, 2001 : 68) juga mengungkapkan bahwa pegawai akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motif berprestasi tinggi. Motif berprestasi yang perlu dimilikioleh pegawaiharus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri dan dari lingkungan kerja. MacClelland lebih lanjut mengatakan motif berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja akan lebih mudah.

3. Pengertian Penilaian Kinerja

Leon C. Megginson (dalam Mangkunegara, 2001 : 69) mengemukakan bahwa penilaian kinerja adalah suatu proses yang digunakan majikan untuk menentukan apakah seorang pegawai melakukan pekerjaannya sesuai dengan yang dimaksudkan. Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Andrew E. Sikula (dalam Anwar Prabu Mangkunegara, 2001 : 69) menjelaskan bahwa penilaian kinerja pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian adalah proses penaksiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa objek, orang atau sesuatu.

Berdasarkan pendapat di atas, penilaian kinerja pegawai adalah suatu proses penilaian prestasi kerja pegawai yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Pimpinan perusahan yang menilai prestasi kerja pegawai, yaitu atasan pegawai langsung dan atasan tak langsung. Di samping itu pula,


(28)

kepala bagian personalia berhak pula memberikan penilaian prestati terhadap semua pegawainya sesuai dengan data yang ada di bagian personalia.

4. Tipe-tipe Metode Penilaian

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001 : 72) terdapat beberapa metode rating adalah sebagai berikut

a. Skala rating yaitu 1. Skala grafik

2. Skala bermacam-macam tahap 3. Skala angka rating

b. Sistem perbandingan pegawai 1. Sistem susunan rank

2. Sistem perbandingan pasangan 3. Sistem distribusi kekuatan c. Teknik kejadian kritis

d. Cheklist perilaku dan skala, yaitu 1. Cheklist kekuatan pilihan 2. Skala rating perilaku 3. Skala observasi perilaku 4. Skala standar campuran


(29)

5. Faktor dan Tingkatan Prestasi

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001 : 75) salah satu cara untuk mengetahui kinerja pegawai adalah dengan cara mengukur faktor prestasi dengan berbagai tingkatannya.

Faktor prestasi terdiri dari:

a. Kualitas kerja, mencakup ketepatan, ketelitian, keterampilan dan kebersihan.

b. Kuantitas kerja, mencakup output dan seberapa cepat dapat menyelasaikan kerja.

c. Dapat tidaknya diandalkan, mencakup mengikuti instruksi, inisiatif, hati-hati dan kerajinan.

d. Sikap terhadap perusahaan, pegawai lain dan pekerjaan serta kerjasama.

Tingkatan prestasi terdiri dari beberapa tingkat yaitu: a. Selalu tidak memenuhi persyaratan kerja

b. Kadang-kadang tidak memenuhi persyaratan kerja c. Memenuhi persyaratan kerja

d. Melebihi persyaratan kerja e. Jauh melebihi persyaratan kerja

G. Tinjauan Tentang Kegiatan “Sarapan Berjamaah”

Kegiatan ”Sarapan Berjamah” merupakan nama atau sebutan untuk sebuah kegiatan sarapan pagi yang dilakukan bersama-sama oleh para karyawan dan staf di bagian Bussiness Administrations Support (BAS) PT Gunung Madu Plantations.


(30)

Semestinya antara karyawan dan Staf terjadi semacam jarak sosial karena posisi dan status mereka, namun kegiatan sarapan ini menunjukkan bahwa selain hubungan profesional, terdapat hubungan sosial yang perlu dibangun dan dibina melalui kegiatan informal yang nantinya juga akan dapat menunjang hubungan profesional.

Kegiatan “Sarapan Berjamaah” sendiri dimulai sejak akhir tahun 1997 yang dicetuskan oleh Bapak Tata Subrata selaku manajer lini bawah di bagian BAS. Pada awalnya kegiatan sarapan tersebut dimaksudkan untuk mengakrabkan para pegawai dan staf yang pada umumnya terdapat semacam jarak sosial.

Kegiatan sarapan ini sangat berbeda dengan kegiatan sarapan yang umumnya dilakukan, yaitu sarapan yang dilakukan bersama-sama namun tetap makan dari piring masing-masing. Pada kegiatan “Sarapan Berjamaah” ini selain sarapan dilakukan secara bersama-sama, wadah yang digunakan juga sama, yaitu sebuah wadah besar yang disebut “Tampah”. Menu yang tersaji beragam, terdiri dari beberapa bekal dari beberapa orang karyawan ditambah lagi dengan nasi bungkus yang sengaja dibeli untuk menambah hidangan. Seluruhnya di jadikan satu dalam Tampah yang kemudian akan disantap bersama-sama oleh seluruh peserta sarapan tersebut.

Dalam kegiatan sarapan berjamaah ini, secara luwes antara karyawan dan staf berinteraksi dan bersama-sama menyantap hidangan sarapan dalam satu wadah bahkan menggunakan tangan sebagai pengganti sendok. Pelaksanaan kegiatan ini sendiri tidak terjadwal secara pasti, terjadi secara spontanitas atas inisiatif dari seorang atau beberapa orang karyawan yang langsung mendapat tanggapan dari


(31)

karyawan lainnya. Waktu pelaksanaanya juga beragam, tetapi masih dalam suasana pagi hari di sela-sela rutinitas pekerjaan di kantor, dan bertempat di sebuah ruangan arsip atau ruangan gudang bagian BAS kantor sentral PT Gunung Madu Plantations. Pada saat kondisi pekerjaan yang senggang, maka kegiatan tersebut paling banyak dilaksanakan dua kali satu minggu, namun jika kondisi pekerjaan yang sibuk atau padat, maka dalam waktu satu bulan belum tentu dilaksanakan sama sekali.

Dalam penelitian kali ini, peneliti akan membahas mengenai komunikasi yang terjadi di dalamnya. Komunikasi yang terjadi dalam kegiatan sarapan ini menurut peneliti sangat unik dan spesial, hal ini dikarenakan komunikasi terjadi secara lebih santai, lebih intens dan lebih dalam menguak masalah-masalah mengenai pekerjaan hingga masalah yang lebih pribadi.

Hal tersebutlah yang menjadikan hubungan antara para karyawan dan staf di bagian BAS PT Gunung Madu Plantations layaknya sebuah keluarga, hal ini dapat peneliti rasakan ketika peneliti menjadi bagian dari BAS PT GMP sewaktu magang. Berawal dari situlah penulis ingin meneliti lebih jauh lagi bagaimana sesungguhnya komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah” serta peranannya terhadap kinerja karyawan.

H. Landasan Teori

Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan landasan teori Hubungan Manusia oleh Elton Mayo dan Chester Barnard. Barnard dalam bukunya yang berjudul The Functions of The Executive menyatakan bahwa organisasi adalah


(32)

sistem orang, bukan struktur yang direkayasa secara mekanis. Suatu struktur mekanis yang jelas dan baik tidaklah cukup. Kelompok-kelompok alamiah dalam stuktur birokratik dipengaruhi oleh apa yang terjadi, komunikasi ke atas adalah penting, kewenangan dari bawah alih-alih dari atas, dan pemimpin perlu berfungsi sebagai kekuatan yang padu.

Definisi Barnard mengenai organisasi formal yakni suatu sistem kegiatan dua-orang atau lebih yang dilakukan secara sadar dan terkoordinasikan, definisi tersebut menitikberatkan konsep sistem dan konsep orang. Orang-orang bukan jabatan-jabatan, merupakan suatu organisasi formal. Tekanannya terhadap aspek-aspek kooperatif organisasi mencerminkan pentingnya unsur manusia. Barnard menyatakan bahwa eksistensi suatu organisasi (sebagai suatu sistem kerjasama) bergantung pada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan kemauan untuk bekerjasama untuk mencapai satu tujan yang sama pula. Maka ia menyimpulkan bahwa “Fungsi pertama seorang eksekutif adalah mengembangkan dan memelihara suatu sistem komunikasi”.

Setahun setelah publikasi Barnard, Roethlisberger dan Dickson (1939) menerbitkan laporan mereka yang padat mengenai penelitian berskala besar yang membahas kinerja dan hubungan-hubungan sosial di kompleks Hawthorne yang dimiliki Western Electric Company. Dikenal dengan nama “Manajemen dan Pekerja”, penelitian tersebut menjadi lebih terkenal lagi dengan sebutan Study Hawthorne. Study tersebut dikonsep oleh Elton Mayo dengan bantuan Fritz Roethlisberger, keduanya pengajar di Universitas Harvard.


(33)

Dua kesimpulan yang berkembang dari studi Hawthorne tersebut yang disebut dengan Efek Hawthorne (The HawthorneEffect):

a. Perhatian terhadap orang-orang boleh jadi mengubah sikap dan perilaku mereka.

b. Moral dan kinerja pegawai dapat meningkat apabila para pegawai mempunyai kesempatan untuk berinteraksi satu sama lainnya.

Elton Mayo (1945) kemudian menulis suatu ulasan mengenai minat para spesialis komunikasi terhadap analisis organisasi:

Saya percaya bahwa studi sosial harus dimulai dengan pengamatan yang teliti mengenai apa yang disebut komunikasi: yakni, kemampuan seorang individu untuk menyatakan perasaannya dengan gagasannya kepada orang lain, kemampuan kelompok untuk berkomunikasi secara efektif dan intim dengan kelompok lainnya.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa teori Hubungan Manusia oleh Elton Mayo dan Chester Barnard memandang bahwa terdapat hubungan yang pasti antara komunikasi dengan peningkatan kinerja pegawai atau karyawan. Maka dari itu penelitian kali ini menggunakan landasan teori Hubungan Manusia oleh Elton Mayo dan Chester Barnard.

I. Kerangka Fikir

Komunikasi dalam Kegiatan Antarpribadi Sarapan

Berjamaah

1 Kualitas kerja 2. Kuantitas kerja 3. Dapat tidaknya diandalkan

Kinerja Pegawai 4. Sikap terhadap perusahaan, pegawai

lain dan pekerjaan serta kerjasama


(34)

Dalam penelitian kali ini, peneliti membahas secara lebih dalam mengenai komunikasi antarpribadi yang terjadi di dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah” yang terdiri dari beberapa bagian yakni: pembukaan diri, membangun kepercayaan, komunikasi yang efektif, mengungkapkan perasaan, saling menerima dan mendukung, serta konflik dalam hubungan antar pribadi.

Setelah itu peneliti akan membahas bagaimana kinerja yang dimiliki oleh karyawan bagian BAS, PT Gunung Madu Plantations dengan menggunakan metode perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis, kemudian mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.

Bagian akhir dari pembahasan tersebut mengarah pada bagaimanakah hubungan dan peranan komunikasi antarpribadi yang terjadi di dalam kegiatan”Sarapan Berjamaah” dengan peningkatan kinerja pegawai bagian BAS, PT Gunung Madu Plantations.


(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Adapun jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2006:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian yang dideskripsikan dalam bentuk kata-kata pada suatu konteks khusus dengan memanfaatkan berbagai metode.

B. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah yang dijadikan pedoman penelitian sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang. Definisi konsep dalam penelitin ini adalah:

1. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito (dalam Effendy (2003:59)) sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

Berdasarkan definisi tersebut, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan atau kelompok.


(36)

Dalam penelitian ini, komunikasi yang dilakukan oleh para pegawai bagian BAS PT Gunung Madu Plantations, khususnya pada saat kegiatan “Sarapan Berjamaah”, merupakan komunikasi yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang yang di dalamnya terjadi pula komunikas antara dua orang dengan umpan balik seketika. Sehingga komunikasi yang terjadi di dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah” tersebut peneliti definisikan sebagai komunikasi antarpribadi.

2. Kinerja Pegawai

Pengertian kinerja menurut Mangkunegara (2001:67) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan kinerja pegawai dalam penelitian ini adalah hasil kerja para pegawai di bagian BAS PT Gunung Madu Plantations yang diukur secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam melaksanakan tugasnnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah fokus kajian penelitian yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa saja ang menjadi pusat perhatian yang kelak dibahas secara mendalam. Fokus penelitian kali ini adalah:


(37)

1. Komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah”

Merupakan penjelasan mengenai proses komunikasi antarpribadi yang terjadi di dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah”., yang akan di bahas di dalamnya antara lain yaitu:

a. Pembukaan Diri (self-disclosure) b. Membangun Kepercayaan c. Berkomunikasi Secara Verbal d. Mengungkapkan Perasaan

e. Saling Menerima dan Mendukung f. Konflik dalam Hubungan Antarpribadi

2. Kinerja Pegawai

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Penilaian prestasi kerja pegawai harus dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kinerja yang telah dicapai oleh pegawai pada khususnya dan perusahan padsaumumnya. Pimpinan perusahan yang menilai prestasi kerja pegawai, yaitu atasan pegawai langsung dan atasan tak langsung. Di samping itu pula, kepala bagian personalia berhak pula memberikan penilaian prestasi terhadap semua pegawainya sesuai dengan data yang ada di bagian personalia.


(38)

Menurut Mangkunegara (2001:75) salah satu cara untuk mengetahui kinerja pegawai adalah dengan cara mengukur faktor prestasi dengan berbagai tingkatannya.

Faktor prestasi terdiri dari:

a. Kualitas kerja, mencakup ketepatan, ketelitian, keterampilan dan kebersihan.

b. Kuantitas kerja, mencakup output dan seberapa cepat dapat menyelesaikan kerja.

c. Dapat tidaknya diandalkan, mencakup mengikuti instruksi, inisiatif, hati-hati dan kerajinan.

d. Sikap terhadap perusahaan, pegawai lain dan pekerjaan serta kerjasama.

Tingkatan prestasi terdiri dari beberapa tingkat yaitu: a. Selalu tidak memenuhi persyaratan kerja

b. Kadang-kadang tidak memenuhi persyaratan kerja c. Memenuhi persyaratan kerja

d. Melebihi persyaratan kerja e. Jauh melebihi persyaratan kerja

Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana perkembangan perusahaan khususnya kinerja pegawai dalam kaitannya dengan komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah” di bagian BAS, PT Gunung Madu Plantations. Yaitu melihat bagaimanakah peranan komunikasi antarpribadi dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah” terhadap kinerja pegawai.


(39)

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara mendalam (indepth interview)

Wawancara menurut Nazir (1995:234) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara si penanya/pewawancara dengan penjawab atau informan dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara (interview guide) dengan maksud mendapatkan informasi secara lengkap, mendalam dan komprehersif sesuai dengan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini, wawancara mendalam digunakan untuk memperoleh informasi melalui percakapan tatap muka secara langsung di antara peneliti dan informan yakni pegawai bagian BAS, PT Gunung Madu Plantations.

Teknik wawancara dilakukan dalam suasana santai, di mana peneliti membuka wawancara dengan topik yang sederhana, kemudian menjurus pada pertanyaan yang berkaitan dengan topik penelitian. Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari informan. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara (interview guide) mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan menyimpan dokumen-dokumen atau hal-hal yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini peneliti akan mengumpulkan beberapa data atau dokumentasi yang berkaitan dengan topik penelitian yang nantinya akan digunakan dalam pembahasan penelitian atau sebagai data atau dokumentasi penunjang penelitian.


(40)

3. Studi Pustaka

Merupakan pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku, literature dan penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan pada waktu penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data agar hasilnya lebih baik. Menurut Bungin (2001:71) instrumen dalam penelitian kualitatif adalah diri peneliti sendiri dibantu dengan beberapa alat lain.

Dalam penelitian ini, alat yang digunakan peneliti adalah panduan wawancara (interview guide) tentunya mengenai hal-hal yang menjadi pokok penelitian ini. Adapun validitas dan reabilitasnya lebih kepada kelayakan dan kredebilitas peneliti, karena alat ukur dalam penelitian kualitatif bersifat kualitatif juga, sehingga sangat abstrak, akan tetapi lengkap dan mendalam.

F. Informan

Informan yang menjadi objek penelitian yaitu keseluruhan pegawai yang ada di bagian BAS PT GMP yang berjumlah delapan orang yang terdiri dari satu orang manajer lini bawah, satu orang pengawas, lima orang administrasi dan satu orang office boy. Hal itu dikarenakan seluruh pegawai yang ada di bagian tersebut meupakan peserta kegiatan “Sarapan Berjamaah”.


(41)

G. Jenis Data 1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari informan penelitian, yaitu berupa hasil wawancara yang telah dilakukan.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi, literatur dan artikel yang berkaitan dengan masalah penelitian.

H. Teknik Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data dari lapangan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Tujuannya adalah untuk menjelaskan, mendeskripsikan, serta menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Adapun langkah-kangkah untuk menganalisis data dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni sebagai berikut

1. Reduksi Data

Adalah proses pemilihan,pemusatan perhatian pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan di lapangan. Jika dalam penelitian kualitatif terdapat data yang bersifat kuantitatif dalam bentuk angka-angka, maka angka-angka tersebut juga dipisahkan dari kata-katanya secara kontekstual sehingga tidak mengurangi maknanya.


(42)

Setelah data atau laporan terkumpul, maka datatersebut perlu direduksi yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan focus penelitian. Data yang direduksi memberikan gambarann yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode-kode pada aspek tertentu.

2. Penyajian Data

Adalah kegiatan penyajian sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif yang dibantu dengan metrik, grafik dan bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman peneliti terhadap informasi yang diperoleh. Data yang bertumpuk-tumpuk kurang dapat memberikan gambaran secara menyeluruh.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi dan studi pustaka direduksi hingga menghasilkan keterangan-keterangan yang menjelaskan jawaban dari masalah penelitian. Data dapat isajikan dengan menggunakan grafik ataupun tabel untuk mempermudah penggambaran dari hasil penelitian. Teks dan tabel yang disajikan merupakan gambaran dan pendeskripsian mengenai bagaimana penelitian berlangsung dan data yang dihasilkan untuk menjelaskan mengenai peranan komunikasi antarpribadi dalam kegiatan “Sarapan Berjamaah” terhadap kinerja pegawai bagian BAS PT Gunung Madu Plantations.


(43)

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Data yang diperoleh kemudian diartikan, dipolakan, dijelaskan kemudian mencari konfigurasi yang mungkin sebab akibat ataupun proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cermat denganmelakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, sehingga data-data yang ada telah diuji validitasnya. Untuk mencari makna dari data-data yang diperoleh maka peneliti berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis dan sebagainya

Penarikan kesimpulan adalah tahap akhir dalam mencari kebenaran, seperti apa saja yang ditemukan selama penelitian, disimpulkan menjadi sebuah pernyataan yang menjelaskan mengenai fenomena-fenomena social tertentu di masyarakat.


(44)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan tujuh orang karyawan dan seorang staf yang dapat diwawancarai sebagai informan, jumlah keseluruhannya menjadi delapan orang informan. Informan-informan tersebut memenuhi persyaratan untuk dijadikan sebagai informan pada penelitian kali ini karena ke delapan orang tersebut merupakan peserta kegiatan ”Sarapan Berjamaah”.

Pada bab ini akan dipaparkan hasil wawancara dengan informan yang telah dikumpulkan dan diolah secara sistematis menurut tata urutan yang telah ditetapkan dalam metode penelitian. Selain itu hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel guna mempermudah proses analisis data. Pada bab ini juga akan dikemukakan analisa secara keseluruhan dari data yang diperoleh di lapangan, kemudian akan dijabarkan secara jelas mengenai komunikasi antarpribadi dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah” dan paranannya terhadap kinerja pegawai bagian BAS PT GMP.


(45)

1. Profil Informan

Berikut deskripsi dari informan-informan yang terdiri dari karyawan dan staf bagian BAS PT GMP:

1. Informan I

Nama : Budi Hartati Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 37 Tahun

Jabatan : Karyawan (Pengawas) 2. Informan II

Nama : Suparno Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 50 Tahun

Jabatan : Karyawan (Admin) 3. Informan III

Nama : Anshory Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 48 Tahun

Jabatan : Karyawan (Admin) 4. Informan IV

Nama : Mawanto Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 45 Tahun

Jabatan : Karyawan (Admin) 5. Informan V

Nama : Hermanto Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 42 Tahun

Jabatan : Karyawan (Admin) 6. Informan VI

Nama : Melania Sitanggang Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 32 Tahun

Jabatan : Karyawan (Admin) 7. Informan VII

Nama : Supandri Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 35 Tahun Jabatan : Karyawan (OB)


(46)

8. Informan VIII

Nama : Tata Subrata Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 54 tahun

Jabatan : Staf (Manajer Lini Bawah)

2. Deskripsi Hasil Wawancara dengan Informan

Dalam penelitian kali ini, terdapat dua bagian wawancara, dalam bagian pertama wawancara peneliti mengajukan enam pertanyaan mengenai komunikasi antarpribadi yang terjadi di dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah”, ke-enam pertanyaan tersebut peneliti ajukan kepada seluruh informan yang berjumlah delapan orang, karena dari keseluruhan informan tersebut merupakan peserta dari kegiatan sarapan tersebut.

Dalam bagian ke dua wawancara, peneliti mengajukan lima pertanyaan mengenai kinerja pegawai bagian BAS PT GMP serta bagaimanakah peranan kegiatan sarapan tersebut terhadap kinerja pegawai, ke lima pertanyaan tersebut peneliti ajukan terhadap informan VIII karena informan tersebut merupakan manajer lini bawah bagian BAS PT GMP yang memiliki tanggungjawab dan kewenangan dalam hal menilai kinerja pegawai.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti jadikan sebagai pedoman wawancara yang peneliti lakukan, berikut daftar pertanyaan dan jawaban dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan:


(47)

Pertanyaan Mengenai Komunikasi Antarpribadi yang Terjadi dalam

Kegiatan ”Sarapan Berjamaah”.

1. Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah” bagaimanakah pembukaan diri yang anda lakukan, kemudian apakah pegawai lain terbuka bagi anda?

a. Jawaban Informan I

”Dalam kegiatan sarapan tersebut pembukaan diri yang saya lakukan sudah baik, saya bukan orang yang tertutup, saya berusaha memahami orang lain, karena saya juga ingin dipahami, dan saya rasa orang lain juga akan bersikap seperti itu.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamah”, pembukaan diri yang dilakukan Informan I terhadap pegawai lain menurutnya sudah bagus, ia berusaha sebaik mungkin untuk dapat membuka diri terhadap pagawai lain, ia juga beranggapan bahwa pegawai lain juga melakuan hal yang sama dengan dirinya.

b. Jawaban Informan II

”Saya itu orangnya agak tertutup sih mbak, jadi kurang senang untuk terlalu terbuka. Menurut saya kalau mau berbicara baik sama atasan maupun teman kerja ya seperlunya saja, nggak suka panjang lebar. Jadi ya menurut saya pembukaan diri yang saya lakukan dalam kegiatan ini ataupun di luar kegiatan ini ya biasa aja, pegawai lain pun ya saya rasa biasa aja. Ya mungkin dalam kegiatan ini mereka lebih banyak bicara, ngobrol, ketawa-ketawa, tapi saya tidak menaggapinya secara berlebihan.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah”, pembukaan diri yang dilakukan oleh Informan II menurutnya biasa saja, karena pada dasarnya Informan II membuka diri hanya sebatas hal-hal yang berkenaan dengan pekerjaan saja, itupun sangat terbatas. Karena itu pula Informan II mengatakan bahwa para pegawai lain juga


(48)

bersukap biasa saja terhadapnya, karena Informan II tidak pernah menanggapi segala sesuatu secara berlebihan.

c. Jawaban Informan III

”Saya cukup terbuka mbak untuk orang lain, terbuka untuk atasan, temen-temen, pokoknya semuanya. Saya sering cerita masalah saya, dan mereka pun juga sama. Apalagi kalau sudah ”Sarapan Berjamaah”, pasti panjang lebar ceritanya, karena lebih enak dan longgar walaupun sambil guyonan.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah” pembukaan diri yang dilakukan oleh Informan II menurutnya sudah cukup bagus, dalam kegiatan tersebut lebih mudah dan longgar dalam mengutarakan perasaan, gagasan atau pendapat, dan menurutnya pegawai lain juga cukup terbuka.

d. Jawaban Informan IV

”Pembukaan diri saya sudah bagus, saya selalu terbuka untuk orang lain mbak, baik waktu ”Sarapan Berjamaah” maupun waktu bekerja. Dan untuk pegawai lain sebagian besar mereka juga terbuka untuk pegawai lain. Kami di sini sudah sama-sama akrab, seperti satu keluarga, yang jelas pembukaan diri kami bagus mbak, kami sudah sama-sama tau satu sama lain.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamah”, pembukaan diri yang dilakukan oleh Informan IV menurutnya sudah dilaksanakan dengan baik, informan IV selalu terbuka baik dalam kegiatan tersebut berlangsung atau di luar kegiatan. Kemudian lebih lanjut Informan IV mengatakan bahwa pegawai lain juga sebagian besar bersikap terbuka bagi pegawai lain.


(49)

e. Jawaban Informan V

”Saya cukup terbuka untuk semua pegawai sini, selain karena kami seperti keluarga, kami juga cukup saling terbuka baik antara pegawai dengan atasan ataupun antara sesama pegawai. Pokoknya kami saling terbuka mbak.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamah”, pembukaan diri yang dilakukan oleh Informan V menurutnya sudah cukup terbuka dan cukup dalam, karena pembukaan diri tidak hanya dilakukan di satu pihak, namun hubungan yang saling menerima dan memberi.

f. Jawaban Informan VI

”Saya sangat terbuka untuk pegawai lain, bahkan terkadang saya menceritakan masalah-masalah yang sedang saya hadapi, baik masalah pekerjaan maupun masalah pribadi. Dan mereka menaggapi dengan baik. Atasan kami juga baik orangnya, kalau kita mengadukan masalah kita, pasti dia dengerin dan biasanya akan bantu carikan solusi.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamah”, pembukaan diri yang dilakukan oleh Informan V menurutnya sangat bagus, Informan VI cukup terbuka untuk pegawai lain dan begitupun pegawai lain terhadapnya. Bahkan pembukan diri yang dilakukannya sudah menyangkut hal –hal yang bersifat lebih pribadi.

g. Jawaban Informan VII

”Saya orangnya agak sedikit susah ya mbak kalau disuruh ngomong, tapi saya sudah cukup berusaha untuk membuka diri saya. Orang-orang di sini juga baik-baik mbak, kadang mereka yang nanya duluan kalau saya lagi ga mau ngomong, nanti akhirnya saya baru cerita.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamah”, pembukaan diri yang dilakukan oleh Informan VII menurutnya sudah cukup, informan


(50)

VII sudah mencoba sebisa mungkin terbuka untuk pegawai lainnya, serta berusaha untuk berinteraksi dengan baik, meski Informan VII mengakui bahwa dirinya memiliki masalah dalam bargaul atau berkomunikasi dengan orang lain. Tanggapan dan pembukaan diri yang dilakukan oleh pegawai lain terhadap dirinya juga sudah cukup bagus.

h. Jawaban Informan VIII

”Pembukaan diri yang saya lakukan sangat maksimal dong mbak, apalagi saya seorang atasan. Di sini saya berusaha bagaimana caranya agar antara saya dan para pegawai tidak ada jarak, sehingga kondisi saling terbuka, saling mengerti dan saling memahami bisa terjadi. Karena itu pula saya berinisiatif untuk mengadakan kegiatan sarapan ini. Biar akrab, kalau sudah akrab nanti hubungannya dekat, kalu sudah dekat kan ngobrolnya enak, ada masalah bisa langsung diomongin.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamah”, pembukaan diri yang dilakukan oleh Informan VIII menurutnya sudah sangat bagus, terlebih lagi sebagai seorang atasan, Informan VIII mencoba untuk membuka dirinya secara maksimal guna memahami kondisi yang dirasakan oleh para pegawai yang dibawahinya secara lebih dalam. Pada akhirnya pegawai lain pun juga mau untuk membuka diri kepadanya, yang menciptakan kondisi saling terbuka.

2. Dalam pembukaan diri yang anda lakukan, seberapa besar kepercayaan anda terhadap pegawai lain, dan bagaimanakah penerimaan dan dukungan anda terhadap pegawai lain yang sedang membuka diri terhadap anda?


(51)

a. Jawaban Informan I

”Saya cukup percaya kepada pegawai lain, dan pun kami saling percaya karena kami saling terbuka. Kami sering kok curhat, cerita-cerita apalagi kalau lagi ada masalah, nggak cuma saya yang sering cerita, tapi mereka juga sering curhat sama saya. Kalau mereka ada masalah dan cerita sama saya ya saya coba untuk berempati, ngasih saran-saran, dukungan yang positif, ya layaknya sebagai temen lah mbak.”

Dalam pembukaan diri yang dilakukan, Informan I menyatakan bahwa kepercayaannya terhadap pegawai lain cukup bagus dan begitupun pegawai lain, kondisi saling mempercayai terjadi karena adanya sikap saling terbuka antara pegawai satu dengan yang lain. Kemudian dalam memberikan dukungan kepada pegawai lain yang sedang membuka dirinya Informan I juga bersikap empatik dan berusaha untuk memberikan dukungan serta masukan-masukan yang bersifat membangun.

b. Jawaban Informan II

”Kalau percaya sama pegawai lain ya saya sih percaya-percaya aja, walaupun kadang-kadang saya juga merasa nggak terlalu percaya. Tapi untuk membangun rasa saling percaya itu ga perlu membuka diri berlebihan, cukup apa adanya diri saya. Kalau ada teman lain yang sedang curhat ya saya dengerin aja, kasih saran atau masukan kalau saya ada saran, kalau nggak ya cukup dengerin aja.”

Dalam pembukaan diri yang dilakukan, Informan I menyatakan bahwa kepercayaannya terhadap pegawai lain memang cukup, namun menurutnya dalam membangun kepercayan tidak harus dengan membuka diri secara berlebihan. Komunikasi yang dilakukan Informan II hanya sebatas komunikiasi di bidang pekerjaan saja dan itu pun cukup terbatas.


(52)

c. Jawaban Informan III

”Saya sangat percaya kepada pegawai lain saat mereka berusaha membuka diri mereka, ya kalau lagi membuka masalah pekerjaan atau yang lainnya, malahan saya sering ngasih dukungan supaya mereka sabar dalam ngadepin masalah, kadang saran-saran yang mungkin bisa membantu.”

Dalam pembukaan diri yang dilakukan, Informan III menyatakan bahwa kepercayaan yang diberikan kepada pegawai lain sangat bagus, dan dukungan yang diberikan kepada pegawai lain saat melakukan pembukaan diri berupa penguatan-penguatan atau semangat serta saran-saran yang mungkin bisa membantu pegawai lain.

d. Jawaban Informan IV

”Untuk percaya sama orang lain tergantung apakah kiranya yang dibicarakannya itu masuk akal atau tidak, kalau menurut saya dia cuma ngibul atau berlebihan ya saya mungkin tidak terlalu percaya atau bahkan sama sekali nggak percaya, orang kan kadang-kadang suka melebih-lebihkan to. Dukungan saya ya tergantung saya percaya apa tidak, kalau saya percaya ya saya tanggapi, kasih dukungan, saran-saran, tapi kalau saya tidak percaya saya males naggapin.”

Dalam pembukaan diri yang dilakukan, Informan IV menyatakan bahwa kepercayaan terhadap pegawai lain sedang-sedang saja, ada waktu percaya dan ada kalanya rasa percaya itu berkurang atau tidak ada sama sekali, hal itu diungkapkannya berdasarkan analisanya terhadap pegawai yang sedang membuka dirinya. Dukungan yang diberikannya juga sesuai dengan rasa percaya yang dia berikan terhadap pegawai lain, jika rasa percaya


(53)

itu ada, maka dia akan memberikan tanggapan serta dukungannya, dan sebaliknya.

e. Jawaban Informan V

”Kalau kepercayaan saya terhadap pegawai lain menurut saya cukup lah, saya cukup percaya kepada temen-temen di sini, terlebih lagi jika mereka sedang membuka dirinya, membuka masalah-masalah mereka. Dan dukungan saya ya memberikan saran-saran, masukan-masukan yang mungkin bisa membantu.”

Dalam pembukaan diri yang dilakukan, Informan V menyatakan bahwa kepercayaan terhadap pegawai lain sudah cukup, kemudian untuk bentuk dukungan yang diberikan adalah berupa saran-saran atau masukan-masukan yang mungkin membantu.

f. Jawaban Informan VI

”Saya selalu berfikir positif dan saya rasa temen-temen yang lain juga demikian, kami sangat dekat dan akrab, kami saling percaya, kami saling memberikan dukungan, baik dalam pekerjaan atau di luar itu. Dan kami pun saling dapat mengandalkan satu sama lain.”

Dalam pembukaan diri yang dilakukan, InformanVI menyatakan bahwa kepercayaan yang dimilikinya terhadap pegawai lain sangat positif atau sangat bagus, menurutnya hubungannya dengan para pegawai lain sangat dekat dan akrab, mereka dapat saling mengandalkan antara satu sama lain, saling membuka diri dan saling memberikan dukungan.


(54)

g. Jawaban Informan VII

”Kepercayaan saya sama karyawan di sini baik kok mbak, saya cukup percaya sama mereka, kalau dukungan saya juga baik, saya berusaha memberikan yang baik-baik untuk mereka, ya biar hubungan kami juga baik-baik saja.”

Dalam pembukaan diri yang dilakukan, Informan VII menyatakan bahwa kepercayaan terhadap pegawai lain sudah bagus, kemudian mengenai dukungan yang diberikan berupa berusaha bersikap baik terhadap pegawai lain. Menurutnya dukungan dapat diberikan dengan bersikap baik terhadap pegawai lain.

h. Jawaban Informan VIII

”Kepercayaan yang saya berikan harus berimbang, sebagai seorang pemimpin saya harus dapat adil dan bijaksana, saya tidak boleh hanya mendengarkan satu pihak saja, namun perlu mempertimbangkan suara dari pihak lain. Jadi saya tidak bisa begitu saja percaya pada satu orang, tapi saya pasti akan me-rechek ke orang lain. Dukungan yang saya berikan banyak, tergantung dengan apa yang perlu saya lakukan, misalnya cukup hanya dengan bantuan pendapat atau saran atau masukan atau bahkan suatu tindakan untuk menyelesaikan suatu persoalan atau masalah yang menyangkut pekerjaan atau bahkan masalah lain.”

Dalam pembukaan diri yang dilakukan, Informan VIII menyatakan bahwa kepercayaan yang diberikannya terhadap pegawai yang dibawahinnya berimbang, dalam arti dia tidak begitu saja mempercayai salah seorang atau satu pihak saja, namun penting juga untuk mendengarkan pihak lain yang bersangkutan. Dukungan yang diberikan terhadap pegawainya bermacam-macam, berupa saran, masukan atau bahkan upaya untuk membantu dalam


(55)

penyelesaian masalah mulai dari masalah pekerjaan atau masalah lain.

3. Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah” komunikasi yang anda lakukan dengan pegawai lain merupakan taraf komunikasi yang mana, apakah taraf basa-basi, taraf membicarakan orang lain, taraf menyatakan gagasan atau pendapat, taraf hati atau perasaan atau taraf puncak? Apakah komunikasi yang anda lakukan tersebut sudah efektif?

a. Jawaban Informan I

”Taraf komunikasi yang terjadi dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah” menurut saya masuk ke dalam taraf hati atau perasaan, karena kami bisa saling mengungkapkan hati dan perasaan kami kepada yang lainnya. Sedanglan komunikasi yang terjadi menurut saya sudah sangat efektif.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah”, menurut Informan I komunikasi yang terjadi adalah komunikasi taraf hati atau perasaan, karena komunikasi yang terjadi sudah sangat dalam, mereka dapat saling mengungkapkan perasaan mereka kepada satu sama lain. Kemudian komunikasi yang terjadi sudah sangat efektif, di mana pesan dapat diterima dan ditanggapi dengan baik antara satu dengan yang lainnya

b. Jawaban Informan II

”Taraf komunikasi yang terjadi menurutku cuma basa-basi aja, gak perlu lah membuka diri berlebihan, gak semua hal bisa diomongin sama orang lain, saya lebih suka ngomongin masalah pekerjaan saja sih mbak, nggak suka masalah-masalah pribadi dibawa-bawa ke dalam pekerjaan. Kalau mengenai komunikasi yang terjadi menurut saya sudah cukup efektif..”


(56)

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah”, menurut Informan II komunikasi yang terjadi adalah komunikasi taraf basa-basi, dimana menurut informan II tidak semua hal dapat diungkapkan kepada orang lain, namun menurutnya komunikasi yang terjadi sudah efektif.

c. Jawaban Informan III

”Komunikasi yang terjadi mungkin menurut saya masuk ke taraf hati atau perasaan, karena ya kami berkomunikiasi berdasarkan hati dan perasaan. Kalau komunikasi yang terjadi menurut saya juga sudah efektif.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah”, menurut Informan III komunikasi yang terjadi adalah komunikasi taraf hati atau perasaan dan komunikasi yang terjadi sudah cukup efektif.

d. Jawaban Informan IV

”Kalau menurut saya termasuk dalam taraf menyatakan pendapat atau gagasan, karena dalam obrolan yang terjadi kami lebih sering ngungkapin pendapat atau gagasan masing-masing, biasanya untuk nanggapin pernyataan atau sekedar cerita atau curhatan temen-temen. Kalau komunikasi yang terjadi sudah cukup efektif.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah”, menurut Informan IV komunikasi yang terjadi adalah komunikasi taraf menyatakan gagasan atau pendapat, karena komunikasi terjadi dengan saling memberikan tanggapan-tanggapan yang merupakan hasil dari pendapat dan gagasan masing-masing pegawai mengenai suatu hal. Sedangkan komunikasi yang terjadi menurut informan IV juga sudah efektif.


(57)

e. Jawaban Informan V

”Karena apa yang sering saya alami adalah pengungkapan apa yang saya rasakan dari kejadian atau masalah yang saya hadapi, terlebih lagi pada saat komunikasi di luar bidang pekerjaaan, maka saya jawab komunikasi yang terjadi termasuk dalam taraf komunikasi hati atau perasaan. Kemudian menurut saya komunikasi yang terjadi juga sudah efektif.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah”, menurut Informan V komunikasi yang terjadi adalah komunikasi taraf hati atau perasaan, hal itu sangat sesuai dimana menurut informan V komunikasi yang terjadi merupakan bagian dari ungkapan atas apa yang mereka rasakan, terlebih lagi di luar konteks komunikasi dalam pekerjaan.

f. Jawaban Informan VI

”Menurut saya termasuk dalam taraf hati atau perasaan, karena saya sendiri sering banget ngomongin apa yang saya rasakan, apa yang sedang saya hadapi, masalah-masalah saya dan masih banyak yang lainnya. Dalam kegiatan ini saya merasa punya waktu dan kesempatan yang lebih banyak untuk curhat sama temen-temen atau sama atasan. Kalau mengenai komunikasi yang terjadi menurut saya dudah efektif.”

Dalam kegiatan ”Sarapan Berjamaah”, menurut Informan VI komunikasi yang terjadi adalah komunikasi taraf hati atau perasaan, hal ini dapat dipahami dimana informan VI lebih menyukai untuk mengugkapkan hal-hal yang ia rasakan melalui kegiatan tersebut, baik terhadap sesama pegawai ataupun kepada atasan. Ungkapan perasaan yang dilakukan tersebut lebih kita kenal dengan istilah curhat. Lebih lanjut informan VI mengatakan bahwa komunikasi yang terjadi sudah efektif.


(1)

104

hasil pekerjaan pegawai setelah adanya kegiatan sarapan tersebut terjadi sedikit perubahan namun tidak terlalu terlihat;

d) sikap para pegawai terhadap perusahaan, pegawai lain dan pekerjaan serta kerjasama yang dilakukan oleh pegawai setelah adanya kegiatan ”Sarapan Berjamaah” meningkat, dari yang sebelumnya kadang-kadang memenuhi persyaratan kerja (6 orang) dan memenuhi persyaratan kerja (1 orang) menjadi meningkat yaitu yang memenuhi persyaratan kerja (4 orang) dan bahkan melebihi persyaratan kerja (2 orang) sedangkan sisanya 1 orang yang kadang-kadang memenuhi persyaratan kerja.

3. Terdapat hubungan yang pasti antara kegiatan “Sarapan Berjamaah” dengan peningkatan kinerja pegawai bagian BAS PT GMP, yang kemudian dapat diartikan bahwa kegiatan “Sarapan Berjamaah” memiliki peranan dalam meningkatkan kinerja pegawai bagian BAS PT GMP.

B. Saran

1. Dalam melakukan usaha peningkatan kinerja pegawai melalui kegiatan informal, sebaiknya PT GMP khususnya bagian BAS mengambil waktu di luar jam kerja, sehingga tidak menganggu aktifitas pekerjaan formal. 2. Dalam upaya peningkatan kinerja pegawai, sebaiknya perusahaan/instansi

/organisasi lain lebih memperhatikan aspek kebutuhan atau hubungan manusia, karena kondisi manusiawi yang tercipta dengan baik pada akhirnya dapat memberikan dorongan kepada para pegawai untuk memberikan kinerja terbaiknya.


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL………...………..i

DAFTAR ISI………..ii

I. PENDAHULUAN………...1

A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Rumusan Masalah………...4

C. Tujuan dan Kegunaan penelitian……….4

II. TINJAUAN PUSTAKA………...6

A. Tinjauan Tentang Peranan………...6

B. Tinjauan Tentang Komunikasi………7

C. Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi……….………..8

D. Tinjauan Tentang Organisasi……….19

E. Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi………20

F. Tinjauan Tentang Kinerja…….………22

G. Tinjauan Tentang Kegiatan “Sarapan Berjamaah”………...25

H. Landasan Teori……….….27

I. Kerangka Pikir………..29

III. METODE PENELITIAN……….31


(3)

B. Definisi Konsep……….31

C. Fokus Penelitian….…..……….…....32

D. Teknik Pengumpulan Data…………..……….…….35

E. Instrumen Penelitian...……….…36

F. Informan...36

G. Jenis Data...37

H. Teknik Pengolahan Data...37

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT Gunung Madu Plantations...40

B. Visi dan Misi PT Gunung Madu Plantations ...43

C. Struktur Organisasi PT Gunung Madu Plantations ...45

D. Gambaran Singkat Bagian BAS (Bussiness Administration Support) PT Gunung Madu Plantations...45

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………..46

B. Pembahasan………...85

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan………..………101

B. Saran………..….….102 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

J Moeloeng, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta. Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia. Jakarta. Pace, R. Wayne & Don F. Faules, 1998. Komunikasi Organisasi, Strategi

Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Rosdakarya. Bandung.

Rachmad, Jalaludin. 2005. Metodologi Penelitian Komunikasi. Rosdakarya. Bandung.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Supratiknya, A. Komunikasi Antar Pribadi, Tinjauan Psikologi. Kanisus. Yogyakarta.

Suryabrata, Sumardi. 2000. Metodologi Penelitian. Grafindo Persada. Jakarta. Uchana,Onong. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti.

Bandung.

Umar, Husein. 1999. Riset SDM dalam Otonomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

___________. 2003. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2 Teknik Menganalisis Kelayakan Bisnis Secara Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Rosdakarya. Bandung


(5)

Kamus :

Ali, M.B dan Deli. 2000. Kamus Standar Bahasa Indonesia. Penabur Ilmu. Bandung.


(6)

FOTO-FOTO KEGIATAN “SARAPAN BERJAMAAH” PADA BAGIAN BAS PT GUNUNG MADU PLANTATIONS

Foto tampak dari depan

Foto tampak dari depan

Foto tampak dari atas.

Keterangan : Foto-foto diambil pada tanggal 13 November 2010 di PT Gunung Madu Plantations