III Denpasar Utara, didapatkan bahwa dari 12 kaki diabetesi yang telah dilakukan pemeriksaan NPS dengan monofilamen Semmes-Weinstein 10 g SWM 10g,
67 mengalami NPS kategori berat dan 33 mengalami NPS kategori sedang. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui adanya
pengaruh senam kaki diabetes terhadap PN sensorik pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas III Denpasar Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh senam kaki diabetes terhadap neuropati perifer sensorik pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas III Denpasar
Utara?
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh senam kaki diabetes terhadap neuropati perifer
sensorik pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas III Denpasar Utara.
B. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien DM tipe 2 di Puskesmas III Denpasar
Utara yang terdiri dari usia, jenis kelamin, dan lamanya menderita DM. b.
Mengidentifikasi neuropati perifer sensori pretest dan posttet kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
c. Menganalisis perbedaan neuropati perifer sensorik pada kaki pasien DM tipe 2
kelompok perlakuan pretest dan posttest.
d. Menganalisis perbedaan neuropati perifer sensorik pada kaki pasien DM tipe 2
kelompok kontrol pretest dan posttest. e.
Menganalisis perbedaan selisih skor neuropati perifer sensorik pretest-posttest pada kaki pasien DM tipe 2 kelompok perlakuan dan kontrol.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dapat disumbangkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam Keperawatan Klinik
khususnya dalam penanganan NPS akibat DM. Sebagai sumber informasi bagi petugas kesehatan dalam mencegah NPS pada diabetesi baik dalam
pencegahan primer bagi diabetesi tanpa neuropati maupun sekunder bagi
diabetesi dengan neuropati.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi saran bagi institusi pemberi layanan
kesehatan pada umumnya dan Puskesmas III Denpasar Utara pada khususnya
dalam pembuatan SOP senam kaki diabetes.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang dapat disumbangkan melalui penelitian ini yaitu hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di
bidang Keperawatan Medikal Bedah khususnya dalam pencegahan diabetic foot pada pasien DM tipe 2 dalam bentuk perawatan kaki yang teratur dan terarah
dengan melakukan senam kaki diabetes dengan teratur.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, antara lain:
1. Nasution 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Senam Kaki
Terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah Kaki pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP Haji Adam Malik Medan
”. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment. Analisa data menggunakan uji paired t-test yaitu t-
dependent dan t-independent. Sampel penelitian berjumlah 10 orang yang terbagi menjadi 5 orang sebagai kelompok kontrol dan 5 orang sebagai
kelompok intervensi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbaikan sirkulasi darah sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai
p=0,001 p0,05 dan pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol diperoleh p=0,002 p0,05. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada
variabel terikat. 2.
Agustianingsih 2013 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Sirkulasi Darah Kaki pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang ”.
Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment. Sampel penelitian berjumlah 28 orang yang terbagi menjadi 14 orang sebagai kelompok kontrol
dan 14 orang sebagai kelompok intervensi. Analisa data menggunakan t- independent. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan pada
sirkulasi darah kaki sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki pada
kelompok intervensi dengan nilai p=0,001 p0,05. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat.
3. Putri 2013 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Senam Kaki
Diabetik terhadap Intensitas Nyeri Neuropati Diabetik pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
”. Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-post test. Sampel penelitian berjumlah 16 orang. Analisa data
menggunakan Wilcoxon Match Pairs. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan pada intensitas nyeri neuropati diabetik sebelum dan sesudah
dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,001 p0,05. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat dan rancangan penelitian.
4. Andriani 2014 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Senam Kaki
terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Puasa pada Klien Diabetes Melitus di Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar
”. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pre-post test. Sampel penelitian berjumlah 14
orang dengan teknik consecutive sampling dan analisa data menggunakan Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan perubahan signifikan pada kadar gula
darah puasa sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,001 p0,05. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat dan
rancangan penelitian. 5.
Zaenurokhim Andi 2012 dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Klien DM
Tipe 2 di Wilayah Puskesmas Kedungwuni 2 Kabupaten Pekalongan ”.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pre-post test. Sampel
penelitian berjumlah 24 orang dengan teknik quota sampling dan analisa data menggunakan Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tekanan
gula darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,000 p0,05. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada
variabel terikat dan rancangan penelitian. 6.
Harefa Sari 2011 dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Senam Kaki terhadap Sirkulasi Darah Kaki pada Pasien Diabetes Melitus di Ruang
Penyakit Dalam RSU DR. Pirgandi Medan ”. Desain penelitian yang
digunakan adalah quasy experiment. Sampel penelitian berjumlah 29 orang dengan teknik purposive sampling dan analisa data menggunakan paired t-test.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan aliran darah kaki sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,000 p0,05. Perbedaan
dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat. 7.
Priyanto 2012 dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Senam Kaki terhadap Sensitivitas Kaki dan Kadar Gula Darah pada Aggregat Lansia
Diabetes Melitus di Magelang ”. Desain penelitian yang digunakan adalah
quasy experiment. Sampel penelitian berjumlah 125 orang yang terbagi menjadi 62 lansia sebagai kelompok intervensi dan 63 lansia sebagai
kelompok kontrol. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling dan analisa data menggunakan paired t-test dan pooled t-test. Hasil
penelitian menunjukkan perbaikan signifikan kadar gula darah dan sensitivitas kaki sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan masing-masing
variabel memiliki nilai p=0,000 p0,05. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat.
8. Suwandewi 2012 dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Senam Kaki
Diabetes Terhadap Diabetic Peripheral Neuropathy pada Kaki Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas I Denpasar Selatan
”. Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-post test. Sampel penelitian berjumlah 15
orang dengan teknik nonprobability sampling dan analisa data menggunakan paired t-test. Durasi pemberian intervensi senam kaki diabetik adalah satu
minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu. Hasil penelitian menunjukkan penurunan signifikan skor diabetik peripheral neuropathy sebelum dan
sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,000 p0,05. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada desain penelitian, durasi pemberian
intervensi, dan sampel.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas hal-hal mengenai konsep DM, neuropati sensori pada DM tipe 2, dan konsep senam kaki diabetes.
2.1 Konsep Diabetes Mellitus DM Tipe 2
Pada subbab ini akan membahas hal-hal mengenai konsep DM tipe 2 yang terdiri dari definisi, kriteria diagnostik, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan,
serta pembahasan konsep neuropati perifer sensori pada DM tipe 2.
2.1.1 Definisi
Diabetes mellitus DM tipe 2 merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia akibat penurunan efisiensi kerja insulin
yang dihasilkan oleh sel beta pankreas Kishore, 2014. Penurunan efisiensi kerja insulin yang dialami oleh penderita DM tipe 2 ini merupakan kombinasi dari
resistensi insulin, penurunan sekresi insulin, dan peningkatan sekresi glukagon Khardori, 2014.
2.1.2 Kriteria Diagnostik
Kriteria diagnostik DM tipe 2 yaitu memenuhi salah satu dari tiga kondisi berikut: 1 kadar glukosa plasma saat puasa ≥126 mgdL 7.0 mmolL; 2 kadar
glukosa plasma 2 jam setelah makan post prandial [PP] ≥200 mgdL 11.1 mmolL selama uji toleransi glukosa dengan pemberian 75 g glukosa per oral
Oral Glucose Tolerance Test, OGTT; atau 3 kadar glukosa plasma sewaktu