Dampak kualitas tidur yang buruk Penilaian kualitas tidur

g. Diet Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga disaat malam hari. h. Merokok Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari. i. Medikasi Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hiptonik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, betabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik misalnya, meperidin hidroklorida dan morfin diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari. j. Motivasi Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk

2.2.5 Dampak kualitas tidur yang buruk

Kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain Nurul, 2007 : a. Efek fisiologis, karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress b. Efek psikologis, dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, kehilangan motivasi, depresi dan lain-lain. c. Efek fisiksomatik, dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi dan sebagainya. d. Efek sosial, dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga. e. Kematian orang yang tidur kurang dari lima jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang mengindiksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang yang normal

2.2.6 Penilaian kualitas tidur

Tidur yang berkualitas merupakan hal yang esensial khususnya bagi para pekerja. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap kualitas tidur seseorang khususnya bagi orang dewasa dan usia produktif sehingga dapat membantu sebuah perusahaan untuk menentukan shift kerja yang baik bagi pekerjanya. Menurut Wicken, 2004 dalam Setyawati, 2007 Penilaian kualitas tidur dilakukan dengan menggunakan sebuah metode yang bernama PSQI The Pittsburgh Sleep Quality Index. PSQI sendiri ialah suatu metode penilaian yang berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan gangguan tidur orang dewasa dalam interval satu bulan. Dari penilaian kualitas tidur dengan menggunakan metode PSQI ini akan didapatkan outputan berupa Sleeping Index. Sleeping Index merupakan suatu skor atau nilai yang didapatkan dari pengukuran kualitas tidur seseorang yang pengurkurannya dicari dengan cara mengisi kuesioner PSQI dengan pembobotan tertentu. Index atau nilai tersebut yang nantinya akan menggambarkan seberapa baikkah kualitas dari tidur seseorang. Dalam PSQI ini terdapat tujuh skor yang digunakan sebagai parameter penilaiannya. Tujuh skor tersebut yaitu : Kualitas tidur, Latensi tidur, Durasi tidur, Kebiasaan tidur, Gangguan tidur, Penggunaan obat tidur yang berlebihan dan Disfungsi siang hari selama satu bulan terakhir. PSQI terdiri dari 19 kuesioner untuk penilaian individu, akan digrupkan kedalam 7 komponen skor, yang tiap itemnya dibobotkan dengan bobot seimbang dalam rentang skala 0-3. Ketujuh komponen tersebut pada akhirnya akan dijumlahkan sehingga didapatkan skor global PSQI yang memiliki rentang skor 0-21 dan dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu kualitas tidur baik jika skor antara 0-10 dan kualitas tidur buruk jika skor 11-21, semakin tinggi skor yang didapatkan seseorang menandakan bahwa orang tersebut mengalami kualitas tidur terburuk Setyawati, 2007. Banyak penelitian tentang gangguan tidur yang menggunakan metode PSQI, hal tersebut dikarenakan PSQI memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi dengan hasil uji pada penelitian sebelumnya didapatkan r hitung r tabel untuk taraf signifikansi 5 dengan N=20, dimana nilai r hitung yang didapatkan antara 0,567 sampai dengan 0,980 dengan r tabel 0,359. Namun metode PSQI ini juga memiliki kekurangan yaitu pengisian kuesioner PSQI dapat memperoleh hasil yang kurang akurat dikarenakan keterbatasan dan kesulitan klien untuk memahami pertanyaan sehingga perlu untuk dipandu dalam pengisiannya Utami, 2012.

2.3 Relaksasi nafas dalam