Permintaan Pariwisata Kestasioneran Data

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permintaan Pariwisata

Pariwisata mampu menciptakan permintaan yang dilakukan oleh wisatawan untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi jumlah kunjungan wisatawan dari negara asal ke negara tujuan wisata atau dari suatu daerah asal ke daerah tujuan wisata. Dengan kata lain, permintaan pariwisata adalah jumlah total dari wisatawan yang melakukan perjalanan wisata. Menurut teori ekonomi, permintaan suatu barang merupakan fungsi dari pendapatan dan harga barang tersebut dan barang lainnya. Demikian juga halnya, permintaan pariwisata juga dipengaruhi oleh pendapatan wisatawan dan harga pariwisata Stabler, et al., 2010. Karena kedatangan wisatawan mencakup urusan bisnis dan rekreasi, Produk Domestik Bruto PBD negara asal wisman digunakan sebagai variabel pendapatan daripada menggunakan pendapatan pribadi; dan juga sulitnya untuk mendapatkan angka tunggal harga pariwisata yang terdiri dari harga berbagai jenis barang dan jasa, oleh karena itu, harga pariwisata dapat direpresentasikan oleh Indeks Harga Konsumen relatif, yaitu Indeks Harga Konsumen negara tujuan dibagi dengan nilai tukar mata uang ke dua negara dibagi dengan Indeks Harga Konsumen negara asal wisatawan Song, et al., 2008.

2.2 Kestasioneran Data

Runtun waktu adalah himpunan barisan pengamatan yang terurut dalam waktu, dengan jarak interval waktu yang sama Box Jenkins, 1970. Runtun 6 waktu yang akan dianalisis dapat dianggap sebagai salah satu perwujudan dari proses stokastik. Proses stokastik merupakan bagian dari indeks waktu peubah- peubah acak � �, , dengan � menyatakan ruang sampel dan t menyatakan himpunan indeks waktu. Secara umum Y �, dapat ditulis sebagai � dengan = , ± , ± , … Wei, 2006. Suatu proses stokastik dikatakan stasioner jika mean dan variansnya konstan dari waktu ke waktu, serta nilai kovarians antara dua periode waktu tergantung dari jarak lag antara kedua periode waktu itu � , �+ . Variabel runtun waktu dikatakan stasioner jika memenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut: 1. � = yakni rata-rata dari konstan 2. var � = � − = � yakni varians dari konstan 3. = [ � − �+ − ] yakni kovarians Misalnya, titik awal digeser dari � ke �+ maka dikatakan stasioner apabila rata-rata, varians, dan kovarians dari �+ harus sama dengan rata-rata, varians, dan kovarians � . Menurut Enders 2004, apabila dilakukan analisis pada data yang tidak stasioner, maka akan memberikan hasil regresi yang palsu spurious regression. Dikatakan regresi palsu apabila dalam meregresikan suatu variabel runtun waktu terhadap variabel runtun waktu lainnya kadangkala menghasilkan koefisien determinasi yang tinggi meskipun tidak ada hubungan yang cukup berarti antara keduanya. Dengan kata lain, data runtun waktu yang diuji tersebut haruslah stasioner, dan apabila data tidak stasioner maka harus dilakukan transformasi kestasioneran melalui proses differencing. Differencing dilakukan untuk 7 mentransformasi data deret waktu yang tidak stasioner agar menjadi stasioner Box Jenkins, 1970. Menurut Gujarati 2004, proses differencing pertama, dan kedua dapat dirumuskan: Differencing pertama: ∆ � = � − �− . Differencing kedua: ∆∆ � = ∆ � − �− = ∆ � − ∆ �− = � − �− − �− − �− = � − �− + �− . Differencing hingga k kali: ∆ � = ∑ − �− = 2.1 dengan ∆ adalah operator differencing pertama dan ∆ � = differencing � sebanyak k kali. Suatu data runtun waktu yang tidak stasioner tetapi menjadi stasioner setelah di-defferencing kali, maka dikatakan terintegrasi pada orde , disingkat , yang berarti data tersebut mengandung akar unit.

2.3 Uji Akar Unit Unit Root Test