silogisme campuran, silogisme mempunyai hubungan yang sama pada proposisinya. Kebalikanya, silogisme campuran memiliki hubungan yang berbeda pada proposisinya.
Silogisme murni dapat dibedakan lagi atas: 1 silogisme murni kategoris semua proposisi pembentuknya kategoris ; 2 silogisme murni hipotesis semua proposisi
pembentuknya hipotesis ; dan 3 silogisme murni disjunktif semua proposisi pembentuknya desjunktif.
Silogisme campuran dibedakan atas: 1
Silogisme campuran hipotesis kategori premis mayor hipotesis, premis minor kategori dan konklusinya kategoris ; 2 silogisme campuran kategoris disjunktif premis
mayor disjunktif, permis minor kategoris, konklusinya kategoris ; dan 3 silogisme campuran dilema premis mayornya hipotesis, premis minor disjunktif, dan konklusinya
kategoris atau disjunktif.
D. Prinsip Dasar Silogisme
Ada dua prinsip dasar dalam silogisme. 1
Terdapat dua buah term, keduanya mempunyai hubungan dengan term lain, maka kedua term itu satu sama lainnya memiliki hubungan pula A = C; B = C; ... A = C.
Contohnya : Pak Ewoy adalah ayah Ewey Pak Ewoy adalah guru SD
Jadi, ayah Ewoy adalah guru SD 2
Terdapat dua buah term, satu di antaranya mempunyai hubungan dengan sebuah term ketiga, sedangkan term yang satu lagi tidak, maka kedua term itu tidak mempunyai
hubungan satu sama lain A = C; B = C; ... A = B. Contoh : Ani bukanlah putrid Pak Ano
Puteri Pak Ano sngatlah cantik Jadi, Ani tidaklah cantik
E. Bentuk Silogisme
Aristoteles mengemukakan tiga bntuk silogisme bentuk I, II dan III, Galen
menambahkannya lagi satu bentuk bentuk IV. Bentuk silogisme ditentukan oleh kedudukan term menengah dalam hubungannya dengan term-term yang terdapat pada premis-premis.
Ada empat kemungkinan kedudukan term menengah dalam dua buah premis, oleh karenanya terdapat pula empat bentuk silogisme.
Bentuk I : Dalam bentuk I, term penengah adalah S premis mayor dan P premis minor. MP Semua mahasiswa Uninus mendapat tunjangan
SM Robet Ewoy adalah mahasiswa Uninus SP Robet Ewoy mendapat tunjangan
Bentuk II : Dalam bentuk II, term penengah P dari kedua premisnya PM Semua manusia bijaksana
SM Semua hewan tidak berotak SP Semua hewan bukan manusia
Bentuk III : Dalam bentuk III, term penengah adalah S dari kedua premisnya MP Semua muslimat berjilbab
MS sebagian muslimat sudah naik haji SP Sebagian yang sudah naik haji berjilbab
Bentuk IV: Dalam bentuk IV, term penengah adalah P dari premis mayor dan S dari premis minor
PM Semua dosen menulis MS Semua yang menulis pandai
SP Sebagian yang pandai adalah dosen
F. Aturan-aturan Umum Silogisme Kategoris dan Pelanggaran yang Menimbulkan
Kesalahannya.
Aturan I : Tiap-tiap silogisme pastilah terdiri atas tiga term.
Aturan itu berguna untuk menentukan cara penarikan konklusi dalam bentuk silogisme atau bukan. Suatu bentuk silogisme harus mempunyai tiga term yaitu term mayor, term minor
dan term penengah yang masing-masingnya disebut dua kali. Pelanggaran terhadap aturan ini
akan berdampak kesalahan adanya empat buah term atau kesalahan pembolakbalikan fallacy of equivocation. Contohnya pada:
1 Semua manusia pasti mati
Semua monyet adalah binatang Jelaslah bahwa dari dua premis di atas, tidak terdapat konklusi yang dapat diambil.
2 Kaki saya menyentuh sofa
Sofa menyentuh lantai. Kaki saya menyentuh lantai.
Dalam contoh 2 terdapat empat butir term yaitu kaki saya, menyentuh sofa, sofa dan menyentuh lantai. Karena itu, tidak ada konklusi yang dapat ditarik.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat menarik kenyataan bahwa term yang dipakai dalam silogisme tidak boleh ada yang bermakna ganda ambigu. Jika salah satu term
bermakna ganda, maka kita akan membuat kesalahan equivocation. Kata-kata yang dimiliki makna ganda merupakan beberapa term sesuai dengan jumlah makna yang terkandung di
dalamnya. Jika term mayor bermakna ganda, kesalahan akan menjadi bermakna ganda mayor. Jika term minor atau term penengah yang bermakna ganda, maka kesalahan akan
menjadi bermakna ganda minor atau bermakna ganda penengah. Berikut ini merupakan contoh kesalahan argumen dan pemakaian term yang bermakna
ganda. 1
Bermakna ganda mayor No courageous creature flies
The eagle is a courageous creature The eagle does not fly
Dalam contoh pertama term mayor terbang flies dipakai dengan makna ganda. Dalam premis mayor artinya ‘hilang dari perasaan’ . Dalam konklusi artinya ‘terbang di udara’
2 Bermakna ganda minor
No man is made of paper All pages are me
No pages are made of paper Pada contoh diatas term nimor pages dipergunakan dengan arti yang tidak sama. Pada
premis artinya ‘pelayan’. Sedangkan dalam konklusi artinya ‘halaman buku.’
3 Bermakna ganda penengah
1 - Semua perbuatan kriminal harus dihukum dengan undang-undang
- Pendakwan terhadap pencuri adalah perbuatan criminal.
- Pendakwaan terhadap pencurian harus dihukum dengan undang-undang.
Perbuatan kriminal dalam premis mayor artinya ‘kejahatan’ dan dalam premis minor artinya ‘perkara kriminal’.
Aturan II : Silogisme mestilah terdiri dari hanya tiga proposisi
Aturan II, sama halnya dengan aturan I yakni hanaya untuk membedakan silogisme dari bentuk-bentuk penarikan konklusi tidak langsung lainnya. Aturan ini sebenarnya telah
dinyatakan dalam definisi silogisme oleh karena itu, tidak ada yang harus dibahas lagi.
Aturan III: Term penengah mestilah tersebar dalam premis, paling kurang satu kali.
Karena term penengah menyebabkan term mayor dan term minor mempunyai hubungan, maka ia mestilah tersebar dalam salah satu premis, paling kurang satu kali. Jika term
penengah itu tak tersebar, jelas tidak akan terdapat hubungan antara kedua premis itu dan karena itu konklusi tidak akan dapat ditetapkan. Oleh karena itu, jika sebagian term penengah
berhubungan dengan term mayor, dan sebagian lainnya berhubungan dengan term minor, maka tidak ada konklusi yang dapat diambil. Misalnya dari dua proposisi di bawah ini tidak
ada koklusi yang dapat diambil. -
Semua manusia pasti mati -
Semua anjing pasti mati Kesalahan yang terjadi akibat tidak mengikuti aturan III ini disebut kesalahan penengah
yang tidak tersebar the fallacy of undistributed middle. Berikut ini contoh kesalahannya. -
Sebagian manusia pasti adalah guru -
Semua binatang yang padai melacak pencuri adalah manusia. -
Semua binatang yang pandai melacak pencuri adalah guru.
Aturan IV: Tak satu pun yang dapat tersebar dalam konklusi bila tak tersebar dalam premis.
Oleh karena silogisme adalah bentuk penarikan konklusi secara deduktif, maka konklusi tidak dapat lebih umum dari premis-premisnya. Itulah sebabnya term yang tidak diambil dari
keseluruhan denotasi, yaitu term yang tidak tersebar dalam premis, tidak dapat pula tersebar dalam denotasi konklusi. Pelanggaran terhadap aturan ini menimbulkan kesalahan proses
yang tidak sah the fallacy of elicit process. Jika term mayor tersebar dalam konklusi tanpa tersebar dalam premis, kesalahan disebut elicit mayor, dan jika term minor tersebar dalam
koklusi tanpa tersebar dalam premis kesalahan disebut illicit minor, misalnya: Illicit mayor
- Semua lembua adalah binatang berkaki empat.
- Tidak seekor pun anjing adalah embu
- Tidak seekor pun anjung adalah binatang berkaki empat.
Argumen di atas ini mempunyai kesalahan illicit mayor, karena term binatang berkaki empat tersebar dalam konklusi sedangkan dalam premis ia tidak tersebar.
Illicit minor -
Tidak seorang pun manusia adalah sempurna -
Semua manusia adalah binatang -
Tidak seekor pu binatang adalah sempurna. Argument ini mempunyai kealahan illicit minor, karena term binatang tersebar dalm
konklusi, sedangkan dalam prenmis tidak tersebar.
Aturan V: Dari dua premis negatif tidak ada konklusi yang dapat diambil
Proposisi negative menyatakan bahwa P menyangkal negasi S, yaitu tak ada hubungan antara S dan P. Jika kedua premis negatif, baik mayor maupun minor tidak akan mempunyai
hubungan denga term penengah. Jika tidak ada hubungan dengan term penengah atau antara minor dan penengah, maka tidak ada hubungan antara mayor dan minor. Akibatnya, tidak ada
konklusi yang dapat diambil. Konklusi hanya dapat diambil jika paling kurang satu dari mayor dan minor mempunyai hubungan penengah karena atas dasar perhubungan itulah kita
dapat menarik konklusi. Misalnya dari segi premis berikut ini tidak dapat ditarik konklusi. -
Tidak seorang pun manusia adalah binatang. -
Tidak seekor pun binatang adalah mahluk pandai berfikir. Kesalahan-kesalahan yang timbul karena pelanggaran terhadap aturan ini dinamai
kesalahan tentang premis-premis negatif the fallacy of negative premis.
Aturan VI: Bila salah satu premis negative, konklusi mestilah negative, dan sebaliknya, yaitu untuk membuktikan bahwa konklusi negative, salah satu premis
mestilah negative.
Oleh karena aturan-aturan yang lebih dahulu mengatakan bahwa kedua premis tidak
dapat negative, maka salah satu darinya mestilah afirmatif sehingga konklusi dapat diambil. Begitu pula aturan ini mengatakan jika salah satu premis negative, konklusi mestilah negatif.
Proposisi negative mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara ter penengah dengan term mayor dan minor. Berangkat dari kenyataan ini kita dapat menyimpulkan bahwa bila
tidak ada hubungan antara mayor dan minor, akibatnya konklusi adalah negative. Kebalikan dari aturan ini juga benar. Jika konklusi negatif, maka dinyatakan yaitu
antara mayor dan minor tidak terdapat hubungan. Tetapi ini hanya dapat terjadi bila salah satu dari premmis negatif. Dengan kata lain, hal ini hanya dapt terjadi bila salah satu
premisnya mempunyai hubungan dengan term penengah dan yang satu lagi tidak.
Aturan VII: Jika kedua premis afirmatif, maka konklusinya afirmatif, dan sebaliknya jika konklusi afirmatif maka kedua premis mestilah afirmatif
Jika kedua jenis premis afirmatif, maka mayor dan minor mempunyai hubungan dengan term penengah dan sebagai akibatnya maka mayor dan minor mempunyai hubungan pula
dengan sesamanya, karena itu konklusi afirmatif pula. Kebalikan dari aturan ini pun benar. Bila konklusi afirmatif, berarti antara mayor dan
minor memiliki hubungan. Hal ini hanya dapat terjadi jika keduanya mempunyai hubungan pula dengan penengah. Ini berarti pula bahwa kedua proposisi itu mestilah afirmatif.
Aturan VIII: Jika kedua premis khusus, konklusi tidak dapat diambil
Bila kedua premis khusus, gabungan yang mungkin kita punyai adalah “I” ”I”, “I” ”O”, “O” ”I”, dan “O” ”O” . Marilah kita perhatikan apakah konklusi dapat kita ambil dengan
menyalahi salah satu aturan yang telah kita bincangkan di atas. Pertama kita perhatikan gabungan “I” “I”. Gabungan ini tidak menghasilkan konklusi
karena proposisi “I” S dan P-nya tidak tersebar dan akibatnya term penengah mestilah tersebar. Karena itu, gabungan proposisi “I” “I” tidak menghasilkan konklusi.
Sekarang kita perhatikan pula gabungan “I” “O” dan “O” “I”. Jika satu proposisi “I” dan proposisi lain “O”, maka hanya ada satu term yang tersebar oleh karena proposisi “I”
termnya yang tersebar, sedangkan proposisi “O” hanya P-nya yang tersebar. Karena hanya satu ter yang tersebar, maka term yang tersebar itu mestilah term penengah agar kita dapat
menghindarkan kesalahan penengah yang tak tersebar. Konklusi tentulah negatif karena premisnya negatif. Usaha untuk menarik konklusi dari gabungan proposisi “I” dan “O” akan
menimbulkan kesalahan penengah yang tidak tersebar atau kesalahan illicit mayor.
Sementara itu, gabungan proposisi “O” “O” tidak dapat menghasilkan konklusi karena kedua proposisi itu negatif.
Aturan IX: Jika satu premis khusus, maka konklusi mestilah khusus pula
Kebenaran atutan ini dapat diperlihatkan sebagai berikut. Jika salah satu premisnya khusus, maka premis yang satu lagi mestilah universal seperti yang tampak dalam
kombinasi- kombinasi: “A” “I”, “I” “A”, “A” “O”, “E” “I”, “I” “E”, “E” “O”, dan “O” “E”. Kombinasi “E” “O” dan “O” “E” dapat kita tolak karena kedua proposisinya negatif.
Sekarang kita perhatikan kombinasi-kombinasi lainnya. “A” “I” dan “I” “A” jika salah satu premisnya berbentuk “A” dan yang satu lagi
berbentuk “I”, maka hanya akan ada satu term yang tersebar di antara keduanya itu, yaitu term penengah agar dapat dihindarkan kesalahan penengah yang tidak tersebar. Oleh karena
itu, tidak ada term yang tersebar dalam konklusi. Jika ada konklusi, maka konklusi itu mestilah berbentuk proposisi “I”, karena proposisi “I” adalah proposisi yang tidak
menyebarkan satu term pun. “A” “O” dan “O” “A”, jika salah satu premisnya berbentuk “A” dan yang lainnya
berbentuk “O”, maka ada dua term yang tersebar, yaitu S proposisi “A” dan P proposisi “O”. Dari kedua term yang tersebar ini, satu diantaranya haruslah term penengah, karena dalam
konklusi hanya ada satu term yang tersebar. Oleh karena itu, satu dari premisnya negatif, maka konklusi mestilah negatif dan akibatnya P yaitu term mayor, tersebar. Karena hanya
ada satu term yang tersebar dalam konklusi, yaitu term mayor, maka konklusi haruslah proposisi yang tidak menyebarkan S-nya, dan yang tak tersebar itu mestilah term minor yang
tak tersebar dalam premis. Syarat ini hanya dapat dipenuhi oleh proposisi “O” yang bentuknya proposisi khusus.
“E” “I” dan “I” “E”, pada proposisi “E” dan “I” ada dua buah term yang tersebar, yaitu S dan P proposisi “E”, sedangkan proposisi “I” tidak menyebarkan satu term pun. Satu di
antara kdua term yang tersebar itu harus jadi penengah dan yang lainnya menjadi tem mayor. Oleh karena konklusi akan menjadi negatif, proposisi negatif tidak menyebarkan S. Dengan
perkataan lain, jika ada konklusi, maka yang mungkin hanyalah proposisi “O” karena proposisi “O” adalah proposisi khusus.
Aturan-aturan ini menjelaskan bahwa jika konklusi universal, kedua premis mestilah juga universal, sebab bila salah satu premisnya khusus, konklusi mestilah ditarik dari premis
universal pula.
Kebalikan dari peraturan ini tidak benar. Bila konklusi khusus, premis-premisnya juga khusus tidaklah benar. Kita dapat memperoleh konklusi khusus dari proposisi universal.
Aturan X : dari mayor yang khusus dan minor yang negative, tidak ada konklusi yang dapat diambil
Jika premis minor negatif, myor mestilah afirmatif dan konklusi mestilah negatif pula. Pada konklusi negatif, mayor termm tersebar, sedangkan mayor premis yang berbentuk
afirmatif khusus tidak menyebarkan sebuah term pun. Oleh karena itu, dalam usaha manarik konklusi kita berbuat kesalahan illicit mayor.
Haruslah kita ingat bahwa empat aturan terakhir ini adalah kesimpulan dari enam aturan yang terdahulu. Pelanggaran terhadap salah satu aturan yang empat ini merupakan
pelanggaran terhadap aturan-aturan yang lainnya. Enam aturan yang terakhir disebut aturan sekunder.
G. Mood Silogisme