8
BAB II LANDASAN TEORETIS
2.1 Teori Sosiologi Sastra Ian Watt
Sebelum mengungkap tentang teori Ian Watt, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai pengertian sosiologi sastra secara umum, agar kita mudah
dalam memahaminya. Sastra adalah produk masyarakat, ia berada di tengah masyarakat karena dibentuk oleh anggota-anggota masyarakat berdasarkan
desakan-desakan emosionil atau rasionil dari masyarakatnya. Jadi jelas bahwa kesusasteraan bisa dipelajari berdasar disiplin illmu sosial juga, dalam hal ini
adalah sosiologi Sumarjo 1981:12. Sosiologi Sastra, menurut Damono 1984:2 merupakan pendekatan
terhadap karya sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya, bukan sesuatu segi
khusus masyarakat. Sosiologi berhubungan dengan studi interaksi dan interelasi antara manusia, syarat-syaratnya dan akibat-akibatnya. Sosiologi sastra dengan
sendirinya mempelajari masyarakat Indonesia. Mempelajari sifat hubungan antar anggota masyarakat sastra dan dengan demikian mengetahui sebab-sebab
terciptanya hubungan yang demikian itu tadi dan segala akibatnya Sumarjo 1981:11.
Dalam pandangan Wolf Sosiologi Sastra merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefinisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris
dan berbagai percobaan pada teori yang agak lebih general, yang masing-
9 masingnya hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan
dengan hubungan sastra dengan masyarakat Suwardi 2003:77 Penelitian Sosiologi Sastra lebih banyak memperbincangkan hubungan
antara pengarang dengan kehidupan sosialnya. Baik aspek bentuk maupun isi karya sastra akan terbentuk oleh suasana lingkungan dan kekuatan sosial suatu
periode tertentu. Sosiologi Sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi
kepada semesta universe, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Menurut pandangan teori ini, karya sastra dilihat
hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala
sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Sosiologi Sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia.
Sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak
bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra. Menurut Goldmann dalam Suwardi 2003:79 perjuangan hidup manusia memiliki
tiga ciri dasar, sebagai berikut. 1.
Kecenderungan manusia untuk mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan, dengan demikian ia dapat berwatak rasional dan signifikan di
dalam korelasinya dengan lingkungan. 2.
Kecenderungan pada koherensi dalam proses penstrukturan yang global dan dengan sendirinya ia mempunyai sifat dinamik.
10 3.
Kecenderungan untuk merubah struktur walaupun manusia menjadi bagian struktur tersebut.
Pada prinsipnya, menurut Laurenson dan Swingewood dalam Suwardi 2003:79 terdapat tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra, sebagai
berikut. 1.
Penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan.
2. Penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial
penulisnya. 3.
Penelitian yang menagkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.
Menurut Suwardi 2003:88 secara esensial sosiologi sastra dibagi menjadi tiga pengertian, sebagai berikut.
1. Studi ilmiah mengenai manusia dan masyarakat secara obyektif.
2. Studi lembaga-lembaga sosial lewat sastra dan sebaliknya.
3. Studi proses sosial, yaitu bagaimana masyarakat bekerja, bagaimana
masyarakat mungkin, dan bagaimana mereka melangsungkan hidupnya. Studi semacam ini secara ringkas merupakan penghayatan teks sastra
terhadap struktur sosial. Watt dalam Damono 1984:3-4 mengklasifikasikan sosiologi sastra
dengan melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra dan masyarakat. Telaah suatu karya sastra menurutnya mencakup tiga hal, sebagai berikut.
11 a.
Konteks Sosial Pengarang Yakni menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya dengan
masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi diri pengarang sebagai peseorangan di samping
mempengaruhi isi karya sastranya. b.
Sastra sebagai Cermin Masyarakat Yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai
pencerminan keadaan masyarakat. c.
Fungsi Sosial Sastra Dalam hal ini ditelaah sampai berapa jauh pula satra dapat berfungsi
sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan masyarakat bagi pembaca.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yang kedua dari Ian Watt, yaitu sastra sebagai cermin masyarakat. Pengarang sering
mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya yang merupakan sikap sosial suatu kelompok masyarakat tertentu dan berusaha
menggambarkannya secermat mungkin. Pendekatan ini akan mengkaji karya sastra yang isinya bersifat sosial, karena karya sastra sebagai hasil ciptaan seorang
pengarang tidak bisa lepas dari kehidupan sosial satu masyarakat.
12
2.2 Perkawinan Campuran