8
bertindak.Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 389 mendefinisikan bahwa emosi adalahperasaan batin yang kuat atau keadaan dan reaksi psikologis dan
fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharusan, kecintaaan, keberanian yang bersifat subjektif.Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa emosi
adalah suatuperasaan untuk melakukan tindakan dalam mengatasi suatu masalah yang ketikaitusedangdihadapi.
b. Bentuk-Bentuk Emosi
Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu.Warna afektif adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami
pada saat mengahadapi suatu situasi tertentu.Contoh yaitu gembira, bahagia, putus asa, terkejut atau benci. Goleman 1996: 411 - 412 menggolongkan bentuk emosi
sebagai berikut: 1 Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,
terganggu, tersinggung, bermusuhan, dan yang paling hebat adalah tindakan kekerasan dan kebencian patologis;
2 Kesedihan: pedih, muram, suram, melankolis, megasihi diri, kesedihan, ditolak, dan depresi berat;
3 Rasa takut: takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, khawatir, waspada, tidak senang, ngeri, takut sekali, fobia dan panik;
4 Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, terhibur, bangga, takjub, terpesona, senang sekali dan manis;
5 Cinta: persahabatan, penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, dan kasmaran;
6 Terkejut: terpana dan takjub;
9
7 Jengkel: hina, jijik,muak, benci; 8 Malu: rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur
lebur. Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman
pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap
stimulus yang ada.Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah
menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai,
dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya
bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan Goleman, 2002 :16.
Menurut Mayer Goleman, 2002 : 65 orang cenderung menganut gaya- gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu: sadar diri,
tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan
hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu
perasaan afek yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Semua
emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam
10
emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
c. Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari
University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.Salovey dan Mayer mendefinisikan
kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai:“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang
melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.” Shapiro,
1998:8. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak
bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat.Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam
pembentukan kecerdasan emosional. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan
kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata.Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh
faktor keturunan.Shapiro, 1998-10. Menurut Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf dalam Al. Tridhonanto
2010: 8 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif mengaplikasikan kekuatan secara kecerdasan emosi
sebagai sebuah energi manusia, informasi, hubungan dan pengaruh.