bagus sih untuk, untuk secara, secara memperlihatkan Indonesia itu seperti apa kayak gitu. Sebenernya unik sih
iklannya.”
4
Lebih jauh lagi, para informan mahasiswa juga memunculkan konsep bhinneka tunggal ika sebagai pesan dalam iklan tersebut.
“Pertama, menarik secara masif masyarakat Indonesia tentang keanekaragaman. Itu yang pertama. Ya dari yang kita lihat,
dari Sabang sampai ke Merauke itu ya kita mempunyai banyak potensi untuk mengembangkan hal tersebut gitu. Untuk dilihat
lebih lagi di kaca dunia, mungkin. Setidaknya kita tau lah arti Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri.”
5
“Kebersamaan, terus solidaritas, terus gimana kita tidak membedakan satu dengan orang yang lain tanpa melihat
background. Jadi kayak kita tu..ee..nolong orang, tanpa ngelihat background-nya dia tu dari apa karna sebenarnya
Indonesia tu ya satu, untuk bareng-bareng, majuin Indonesia, gitu. Kalo aku nangkepnya, lho.”
6
“Ya kamu nonton iklannya aja hahaha. Yaa..ibaratnya tu sama kayak yang diiklanin ya.. contoh misalkan ee.. apa sih, aku
lupa lagi..aku tu lupa detailnya tapi garis besarnya aku masih inget karna itu udah lama banget aku udah nggak nonton lagi.
Jadi intinya ya meskipun beda-beda suku, beda-beda agama tapi ya tetep..aaa..tidak memandang perbedaan itu.. artinya
meskipun beda tapi itu kan nggak jadi sesuatu yang dilihat duluan. Jadi misalkan ada orang beda suku.. antara suku A
sama suku B..meskipun mereka beda tapi mereka nggak ngeliat itu sebagai perbedaan, gitu sih. Yang aku tangkep gitu
sih, harusnya seperti itu.”
7
4.2.2. Interpretasi
Interpretasi Sobur, 2003 adalah proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Dalam tahap
ini informasi yang telah disaring dalam tahap seleksi diproses dan diberikan makna. Sebelumnya, pesan yang menjadi perhatian para
informan adalah mengenai keanekaragaman budaya Indonesia. Lebih jauh lagi para informan mengungkapkan tentang konsep
4
Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW.
5
Berdasarkan wawancara dengan Favian pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW.
6
Berdasarkan wawancara dengan Wahyu pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW.
7
Berdasarkan wawancara dengan RA pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW. 30
bhinneka tunggal ika sebagai pesan dalam iklan tersebut. Namun demikian pemaknaan informan tidak hanya berhenti pada makna
denotasi dari konsep bhinneka tunggal ika yang ditayangkan. Para informan mengkaitkan penggambaran bhinneka tunggal ika
tersebut dengan konsep-konsep lainnya, yaitu: nasionalisme, kepemimpinan, mayoritas-minoritas dan politik identitas. Sehingga
persepsi para informan dapat dikategorikan ke dalam empat konsep sebagai berikut: nasionalisme, bhinneka tunggal ika, mayoritas-
minoritas, dan kepemimpinan.
• Nasionalisme Indonesia
Penggambaran makna Indonesia dalam iklan Perindo versi “Siapakah Indonesia?” dalam persepsi informan berkaitan dengan
konsep nasionalisme Indonesia. Nasionalisme melibatkan dimensi emosional atau rasa yang berkaitan erat dengan aspek historis
Hamengku Buwono X, 2008: 85. Adanya kesamaan sejarah menimbulkan rasa senasib sepenanggungan yang kemudian
menumbuhkan perasaan bersatu dalam sebuah konsep kebangsaan tertentu. Secara sederhana, konsep nasionalisme dapat dipahami
sebagai rasa cinta terhadap tanah air. Dalam iklan “Siapakah Indonesia?”, informan LA menangkap makna Indonesia sebagai
orang-orang yang mencintai Indonesia, tanpa mengukur atau membedakan etnis, agama, maupun kelas sosial.
“Dia kan gambarkan dulu kan, dia bertanya-bertanya terus terakhir dia bilang, Indonesia itu orang-orang yang mencintai
Indonesia itu sendiri. Jadi menurutku ya, Indonesia ya itu. Tidak membeda-bedakan seperti yang dia gambarkan di
awal.”
8
“Menurutku mungkin dari pesan terakhirnya, Indonesia itu adalah orang yang mencintai Indonesia itu sendiri tanpa
membeda-bedakan.”
9
8
Berdasarkan wawancara dengan LA pada tanggal 24 Mei 2016 di Kampus UKSW.
9
Berdasarkan wawancara dengan LA pada tanggal 24 Mei 2016 di Kampus UKSW. 31
Di sini Indonesia dimaknai oleh LA sebagai individu yang memiliki rasa nasionalisme atau cinta terhadap tanah airnya.
Nasionalisme Indonesia diciptakan oleh para pendiri bangsa melalui Budi Utomo dan Sumpah Pemuda sebagai nasionalisme
yang lintas etnis Hamengku Buwono, 2008: 85. Menurut LA pesan dalam iklan tersebut menunjukkan bahwa nasionalisme
Indonesia tidak membedakan etnis, agama, maupun kelas sosial seseorang seperti yang ditunjukkan di awal iklan ketika narator
mempertanyakan apakah Indonesia itu orang yang berasal dari etnis, agama, maupun kelas sosial tertentu.
Indonesia merupakan negara yang plural, terdiri dari berbagai etnis, bahasa, dan adat budaya. Dari segi pluralisme,
Indonesia memiliki kesamaan dengan Amerika Serikat, namun kebanyakan suku bangsa di Indonesia terdiri dari penduduk
pribumi yang sudah lama mendiami wilayah tertentu, berbeda dengan penduduk Amerika Serikat yang kebanyakan adalah
pendatang. Dengan demikian rasa memiliki terhadap wilayah masing-masing yang tertanam dalam jiwa setiap kelompok etnis
pribumi Indonesia lebih kental. Sehingga menurut Hamengku Buwono
2008: 86, terciptanya nasionalisme Indonesia merupakan keberhasilan para pendiri bangsa yang telah mampu
membuat mereka merasa memiliki satu tanah air, yaitu Indonesia, bukan hanya Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, dan sebagainya.
Nasionalisme-lah yang telah mempersatukan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Nasionalisme tidak dapat diukur dari latar belakang etnis dan hal itulah yang diungkapkan dalam iklan “Siapakah
Indonesia?”, demikian pendapat informan Tiara. Tiara mengungkapkan iklan tersebut berupaya untuk menyadarkan
audiens mengenai konsep nasionalisme, di mana seorang warga negara harus mencintai tanah airnya dengan tulus hati dan mau
32
turut berjuang demi kemajuan bangsa. Hal tersebut tertuang dalam pesan iklan ‘Indonesia adalah mereka yang tulus hari mencintai
negeri ini, mereka yang tulus berjuang, bertindak secara nyata menyejahterakan Indonesia’.
“Menurutku… Indonesia.. he e, karena sejarah juga mengungkapkan bahwa orang..orang Ar..ee..orang Tionghoa,
orang yang bukan Indonesia, orang Tionghoa, orang Arab, orang mana lagi ya.. yang aku tahu cuman dua orang..dua dari
luar ya.. kalo misalnya orang Arab, orang Tionghoa dia juga sama-sama dulu tu ya jaman sebelum kemerdekaan juga
mereka..mereka ikut gitu lho.. ikut berjuang juga.. he e, jadi menurutku masalah nasionalisme itu tidak bisa diukur dengan
seberapa…seberapa apa ya.. darah kamu apa, darah kamu mengalir darah ap\a, kayak gitu. Kamu dari latar belakang
apa.. tapi apakah kamu mencintai tempat yang apa ya, tempat yang kamu tinggali saat ini misalnya kayak gitu. Itu kan juga
nasionalisme. Mungkin orang Indonesia di luar sana karna..nasionalismenya mungkin bukan nasionalisme
Indonesia lagi misalnya. Mungkin kalo misalnya udah tinggal di mana misalnya.. udah tinggal di Amerika mungkin yang
lebih bebas atau mungkin di negara-negara yang.. negara Arab yang misalnya yang dia lebih ee.. apa ya.. lebih strict, lebih
ketat dalam..dalam apa namanya.. dalam kebijakan..dalam negerinya.. mungkin kayak gitu.”
10
“Ooo.. kalo dibilang idealnya sih mungkin belum, tapi iklan itu mencoba untuk merasionalkan pikiran kita, jadi Indonesia
tu butuh seperti ini. Mungkin idealnya belum, idealnya…toh Indonesia mau ideal seperti apapun juga bakal ribet kita
soalnya karna kita banyak suku, kita mau mengidealkan Indonesia yang seperti apa bingung juga. Tapi itu udah
mencoba untuk sedikit merubah eee.. apa ya..merubah…merubah..keyakinan kita, oh ya kita tau kok
orang Indonesia tu.. orang Indonesia itu harusnya seperti ini.. kita juga mungkin jangan melihat dari kelasnya misalnya, latar
belakangnya misalnya, kayak gitu. Jadi, ya, ya sudah cukup menarik untuk menyadarkan pola pikir dan rasa apa lagi
ya..rasa.. melihat dari “oh Indonesia tu bukan ini aja”, gitu..bukan hanya satu dua suku misalnya kayak gitu, yang
mendominasi.”
11
Indonesia bukan hanya Jawa, Dayak, atau Papua sebagaimana yang dipertanyakan dalam iklan, namun merupakan
10
Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW.
11
Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW. 33
kesatuan dari semua suku bangsa yang ada di Indonesia karena itulah nasionalisme Indonesia disebut nasionalisme lintas etnis. Hal
yang sama diungkapkan oleh informan Frisen, menurutnya kita tidak bisa menyebutkan Indonesia itu siapa dengan mengacu pada
suku bangsa karena Indonesia merupakan sebuah kesatuan dari berbagai suku bangsa.
“Ya kita susah, maksudnya tuh nggak bisa langsung dibilang ini Indonesia, tapi itu satu kesatuan. Jadi Indonesia ya, ya ini
yang bermacam-macam itu.”
12
Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI pada hakikatnya merupakan bentuk negara dengan kebangsaan modern.
Kebangsaan modern yang dimaksud yaitu negara dibentuk dengan didasarkan semangat kebangsaan nasionalisme atau semangat
untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun berbeda agama, ras, etnis, atau golongan Listyarti,
2008. Konsep kebangsaan modern inilah yang dilihat Wahyu dari iklan “Siapakah Indonesia?”
“Kalo Indonesia-nya siapa, ya kita. Kalo dilihat Indonesianya tu apa ya banyak hal yang berbeda-beda di Indonesia. Jadi
banyak orang dengan berbagai jenis, berbagai culture, berbagai bentuk, ibaratnya, tapi ditempatkan di satu tempat yaitu
Indonesia. Kayak ibaratnya gini deh, orangnya tu ada banyak, asal-usulnya tu ada banyak. Kayak misalnya ada yang dagang
apa, ada yang punya background fisiknya kayak gimana, terus tua atau muda, terus miskin atau kaya. Nah tapi tu tetep, kita tu
punya satu hal yang harus dituju yaitu Indonesia. Kalo aku ngeliatnya sih kayak gitu.”
13
Menurut Jikae, iklan ini dibuat untuk menyadarkan bahwa Indonesia adalah kita semua. Sehingga iklan ini ingin menggugah
rasa memiliki dalam diri kita bahwa kita perlu bersama-sama memperjuangkan Indonesia menuju ke arah yang lebih baik. Hal
12
Berdasarkan wawancara dengan Frisen pada tanggal 10 Juni 2016 di Kampus UKSW.
13
Berdasarkan wawancara dengan Wahyu pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW. 34
ini sesuai dengan visi misi Perindo untuk menyejahterakan Indonesia.
“Jadi tu mungkin dia menyampaikan Indonesia tu kita..kita ini lho.. jadi buat Indonesia itu lebih baik lagi..kan katanya ininya
visinya sejahtera-sejahtera kan..menciptakan Indonesia yang sejahtera..gitu, menurutku sih bagus iklannya.”
Pada intinya, berbagai persepsi dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa “Siapakah Indonesia?” dalam iklan
menggambarkan bahwa nasionalisme Indonesia bukanlah nasionalisme berdasarkan etnis tetapi merupakan rasa cinta
terhadap tanah air. Nasionalisme diwujudkan sebagai semangat untuk membangun negeri walau berbeda suku, agama, golongan.
• Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki makna meskipun berbeda-beda namun tetap satu jua.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika berkaitan erat dengan dasar negara kita, Pancasila. Secara yuridis, semboyan Bhinneka
Tunggal Ika sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar UUD 1945 Pasal 36 A, merupakan bagian dari lambang Negara
Indonesia, Garuda Pancasila. Semboyan tersebut tertulis pada pita yang dibawa oleh sang lambang negara. Bhinneka Tunggal Ika
sendiri sebenarnya merupakan bentuk perwujudan dari sila ketiga Pancasila, persatuan Indonesia. Dalam proses pembentukan negara,
mengingat unsur-unsur bangsa yang sangat beragam dalam hal suku, ras, maupun golongan, sehingga untuk mewujudkan
persatuan harus disadari kodrat multiikulturalisme masyarakat. Berangkat dari situ, nilai persatuan tersebut dirasa perlu untuk
diwujudkan dalam lambang bahasa yang kongkrit yaitu semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Danusubroto, 2013: 60
Iklan “Siapakah Indonesia?” memuat nilai Bhinneka Tunggal Ika
yang terwujud dengan menayangkan sisi
35
keanekaragaman budaya Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh AG, menurutnya iklan tersebut menayangkan Indonesia yang
beranekaragam baik dari suku, agama, maupun kelas sosial.
“Indonesia yang beranekaragam. Suku, agama, dari yang di iklan ya.. terus itu..apalagi ya.. ee.. Indonesia yang bukan
cuman dari kalangan ekonomi ya kan ada dia sebutin. Kan agama tu katolik.. eh islam, katolik, hindu, budha, kristen, gitu
kan..khong hu cu.. terus apa namanya, sukunya terus disebutin juga apa Indonesia ini dari kalangan yang milioner, atau
kalangan bawah.”
14
Menurut Tiara, iklan “Siapakah Indonesia?” bagus dan unik karena menceritakan sisi multikultural Indonesia. Dalam iklan
tersebut digambarkan Indonesia yang bukan terdiri dari satu atau dua suku saja, namun Indonesia mencakup keseluruhan suku
bangsa yang ada di tanah air.
“Emm.. kesan yang aku tangkep? Dibilang bagus banget sih enggak, tapi yang aku tangkep sih dia hanya ingin
menceritakan tentang Indonesia yang.. Indonesia yang multiculture.. yang memang…yang memang Indonesia itu ya
nggak cuma satu atau dua…ee..oo satu atau dua suku, tapi ya Indonesia ya.. ya mencakup semuanya kayak gitu. Sebenarnya
bagus sih untuk, untuk secara, secara memperlihatkan Indonesia itu seperti apa kayak gitu. Sebenernya unik sih
iklannya.”
15
Hampir sama dengan Tiara, Setyo mengungkapkan iklan tersebut berupaya menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya
milik salah satu suku atau agama saja. Indonesia adalah milik semua warga negara Indonesia, entah dari suku atau agama
apapun. Sehingga dalam persepsi Setyo pun, pesan iklan tetap bermuara pada Bhinneka Tunggal Ika.
“Ya sebener e itu sih, cuman nunjukin Indonesia itu bukan hanya punyanya satu suku bangsa sih. Indonesia punyanya, ya
semua orang Indonesia yang jadi orang Indonesia di dalem. Bukan punya orang kristen, islam, papua, jawa..jadi tu ya
14
Berdasarkan wawancara dengan AG pada tanggal 7 Juli 2016 di Kampus UKSW.
15
Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW. 36
semua itu Indonesia. Secara garis besar yang aku dapet itu ya karena udah lama nggak lihat iklannya.”
16
Menurut Favian, iklan tersebut bagus karena menunjukkan Bhinneka Tunggal Ika melalui keanekaragaman budaya, agama,
suku. Menurutnya keanekaragaman Indonesia harus dijunjung tinggi dan hal itu harus diperlihatkan oleh partai karena
diskriminasi SARA suku, agama, ras, antargolongan masih sering terjadi di Indonesia. Favian berharap Bhinneka Tunggal Ika tidak
hanya menjadi semboyan semata, namun setiap individu dapat memahami arti keanekaragaman yang ada.
“Secara umum, ya? Secara umum itu bagus lah. Pertama, menunjukkan keanekaragaman budaya, agama, suku.
Pokoknya mengandung SARA lah..ditampakkan di sana semua, Bhinneka Tunggal Ikanya diperlihatkan. Em, itu
menurutku suatu iklan yang bagus karena apa namanya? Keanekaragaman Indonesia memang harus dijunjung tinggi
apalagi sebagai partai harus memperlihatkan hal itu. Karna ya yang kita lihat banyak sekali diskriminasi SARA dan lain
sebagainya di mana-mana. Ya meskipun kita terlalu.. Apa namanya.. Bukan terlalu sih..mengkoar-koarkan Bhinneka
Tunggal Ika, kita harus tau keanekaragaman. Tapi yang kita lihat di sini masih ada, ya masih ada yang mendiskriminasikan
SARA. tapi itu cukup bagus, sih.”
17
Sebagai semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika diharapkan dapat menjadi semboyan yang dijiwai oleh seluruh
rakyat Indonesia. Dalam persepsi RA, selain mempromosikan partai Perindo sendiri, iklan “Siapakah Indonesia?” mengandung
pesan mengenai bagaimana Indonesia yang seharusnya. Keadaan Indonesia seharusnya yang dimaksud mengacu pada perwujudan
Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa, yaitu tentang bagaimana masing-masing individu menyikapi perbedaan. Dalam
kehidupan bermasyarakat, perbedaan seringkali menjadi suatu hal yang sulit diterima. Iklan ini mencoba mengatakan bahwa
16
Berdasarkan wawancara dengan Setyo pada tanggal 17 Mei 2016 di Kampus UKSW.
17
Berdasarkan wawancara dengan Favian pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW. 37
perbedaan suku dan agama seharusnya tidak membuat kita lantas membeda-bedakan satu sama lain.
“Enggak… Oh kesannya ya, ngerti-ngerti.. jadi, eee.. kalo menurutku itu..buk.. ya di la… di satu sisi memang itu dia
untuk mempromosikan tempatnya dia, partainya dia tapi kalo menurutku ada pesennya sih. Ya kenapa aku bilang bagus itu
karena ada pesennya di mana, maksudnya itu lebih ke arah eee bagaimana Indonesia itu seharusnya. Ya kan, itu kan inti
iklannya? Bener nggak?”
18
“Ya kamu nonton iklannya aja hahaha. Yaa..ibaratnya tu sama kayak yang diiklanin ya.. contoh misalkan ee.. apa sih, aku
lupa lagi..aku tu lupa detailnya tapi garis besarnya aku masih inget karna itu udah lama banget aku udah nggak nonton lagi.
Jadi intinya ya meskipun beda-beda suku, beda-beda agama tapi ya tetep..aaa..tidak memandang perbedaan itu.. artinya
meskipun beda tapi itu kan nggak jadi sesuatu yang dilihat duluan. Jadi misalkan ada orang beda suku.. antara suku A
sama suku B..meskipun mereka beda tapi mereka nggak ngeliat itu sebagai perbedaan, gitu sih. Yang aku tangkep gitu
sih, harusnya seperti itu.”
19
Menurut RA, sulit untuk mengatakan apakah Indonesia sudah seperti itu atau belum, karena kadar toleransi di masing-
masing daerah berbeda-beda. Namun RA melihat masih ada kecenderungan konflik antar agama, khususnya Islam dan Kristen.
“Ya kalo menurutku kalo kita bilang tentang Indonesia itu terlalu luas maksudnya nggak bisa digeneralisasikan..nggak
bisa diumumkan antara satu daerah dengan daerah yang lain. Contoh kayak kita hidup di Salatiga, kayak gitu udah tercapai
kalo menurutku. Salatiga.. kenapa aku bisa bilang gitu, contohnya aja eee.. bisa gerejanya banyak lalu itu nggak jadi
hambatan.. atau nggak sama mesjid pun nggak terlalu ribet. Jadi antar agama itu kan yang memang, kan biasanya kan
antara kristen sama islam, tapi itu di Salatiga enggak, tapi di daerah lain belum tentu kaya gitu. Gitu sih. Jadi kalo
menurutku kalo kamu tanyanya untuk Indonesia udah seperti itu atau belum, susah jawabnya.”
20
18
Berdasarkan wawancara dengan RA pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW.
19
Berdasarkan wawancara dengan RA pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW.
20
Berdasarkan wawancara dengan RA pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW. 38
• Mayoritas-minoritas
Menurut Louis Wirth Liliweri, 2005: 108, kelompok minoritas sering dianggap sebagai kelompok subordinasi, yang
karena ciri fisik atau karakteristik kebudayaannya bisa dibedakan dari lingkungan pergaulan masyarakat kebanyakan. Anggota
kelompok minoritas menjadi kelompok yang didiskriminasi, diperlakukan secara berbeda dari mayoritas. Namun, suatu
kelompok minoritas yang kecil dari segi jumlah terkadang memegang peran mayoritas sehingga terkadang status minoritas
tidak ditentukan oleh jumlah. Setiap negara mempunyai kelompok- kelompok kecil yang dinamakan minoritas. Kelompok yang
dimaksud minoritas memiliki satu atau beberapa dari karakteristik berikut: perbedaan ras, kebangsaan, agama, adat istiadat dan
sebagainya. Jahja, 2003:62
21
Di Indonesia, Islam merupakan agama yang paling banyak dianut masyarakat. Data dari BPS menyatakan jumlah pemeluk
Islam di Indonesia pada 2010 mencapai 207.176.162 jiwa dari sebanyak 237.641.326 jiwa penduduk Indonesia saat itu, atau dapat
dikatakan mencapai 87,18 penduduk Indonesia. Angka tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan
jumlah pemeluk agama-agama lainnya di Indonesia. Dengan demikian masyarakat beragama Islam dianggap sebagai kelompok
mayoritas dan pemeluk agama lainnya dianggap minoritas di Indonesia.
21
Junus Jahja. 2003. Peranakan Idealis: dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
39
Tabel 4.1
Sumber: BPS, 2010
Konsep Indonesia yang beragam dalam iklan “Siapakah Indonesia?” tidak dapat dijauhkan dari latar belakang Ketua Umum
DPP Perindo yang non-muslim sehingga tergolong minoritas. Bahkan salah satu informan Wahyu mengatakan keterkaitan di
antara konsep Indonesia dengan latar belakang HT sangatlah kental. Wahyu membandingkan gaya pencitraan yang dilakukan
SBY dahulu dengan HT sekarang. Menurut Wahyu, SBY dan Demokrat mencitrakan diri sebagai sosok yang peduli pada
pembangunan Indonesia. Sedangkan HT berusaha membuat orang berpikir bahwa semua orang bisa membangun Indonesia tanpa
dibatasi latar belakang suku maupun agama. Hal tersebut mengingat HT datang dari kalangan non muslim.
“Iya, kental banget. Kalo aku sih ngeliatnya..ee..karna dia, gini.. Kalo misalnya ni, kamu orang… gini deh..siapa ya..
kayak SBY, dulu kan aku masih inget dia itu menjual packaging dari Partai Demokrat sama dirinya sendiri itu kan
untuk pembangunan Indonesia yang lebih baik…pembangunan apa, dia punya visi misi apa, pokoknya tentang pembangunan
itu. Sedangkan kalo misalnya Hary Tanoe itu kan aku tau non- muslim kan, makanya dia menjualnya itu tentang bagaimana
40
kita bisa membangun Indonesia lebih baik tanpa melihat latar belakang orang itu sendiri. Itu beneran sih, ketara banget.
Karna memang dari sebelum iklan ini pun iklan-iklan yang sebelumnya ada beberapa dari Perindo dan Hary Tanoe itu tu
lebih konteks yang nggak mempedulikan latar belakangya, yang penting gimana caranya kita ngebangun Indonesia lebih
baik, gitu.”
22
Iklan ini mencoba untuk merubah pola pikir masyarakat Indonesia terhadap kelompok minoritas. Tiara melihat sisi
minoritas HT dari segi etnis, di mana HT merupakan seorang keturunan Tionghoa. Selama ini etnis Tionghoa dianggap sebagai
kelompok minoritas di masyarakat. Selain karena jumlahnya yang tergolong sedikit, kenyataan bahwa etnis Tionghoa merupakan
pendatang di Indonesia menjadikan etnis Tionghoa semakin terpinggirkan.
“Ee.. jarang ada partai politik yang.. mungkin kayak terobosannya si HT memperlihatkan Indonesia itu ini lho,
karena mungkin latar belakangnya dia bukan orang Indonesia…ee..orang Indonesia asli.. karena mungkin dia
keturunan juga kan.. karena mungkin dia keturunan Tionghoa jadi dia mencitrakan orang Tionghoa pun yang udah di
Indonesia ya tetep dinamakan orang Indonesia, kayak gitu. Dia mencoba untuk me..apa ya.. untuk merub..sedikit merubah,
mungkin sedikit merubah pola pikir masyarakat Indonesia kayak gitu..”
23
“Ee..menurutku pola pikir Indonesia..ee..apa namanya.. pola pikir Indonesia itu menurutku.. anu sih..ee.. kayak kita melihat
orang-orang yang minoritas tu ada sedikit kayak.. “Ah, apaan sih..” kayak gitu lho. “Ah apaan sih” kayak gitu.. Entah, entah
mungkin kalo misalnya orang, orang Jawa di komunitas orang, orang yang bukan Jawa. Dan ataupun komunitas yang lain,
kayak gitu maksudnya ada rasa..ada rasa apa ya.. remeh ataupun apa ya.. sedikit terasingkan kayak gitu. Tapi ya di sini
yang dicoba, mungkin ya menurutku ni..yang dicoba untuk diubah oleh iklan ini, iklannya Perindo ini ya Indonesia tu
siapa sih? Yang, entah yang tingkat ekonominya tinggi.. kelas, kelasnya tinggi atau yang dia sebagai apa, dia dari latar
belakang agama, suku, ras, dan sebagainya. Dia mencoba untuk me..apa ya.. menggambarkan kita tu mau di manapun
22
Berdasarkan wawancara dengan Wahyu pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW.
23
Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW. 41
kita kalo misalnya kita tinggal di Indonesia ya kita orang Indonesia, kayak gitu. Jadi warga Indonesia, kayak gitu.”
24
Meskipun saat ini pemerintah telah mengakui bahwa etnis Tionghoa juga merupakan bagian dari Indonesia, namun tak dapat
dipungkiri bahwa sampai saat ini masih ada anggapan bahwa etnis Tionghoa merupakan pendatang atau orang asing. Menurut AG,
iklan “Siapakah Indonesia?” secara tidak langsung memperkenalkan bahwa HT yang berasal dari etnis Tionghoa
adalah juga bagian dari Indonesia.
“He e.. Kalo dikait-kaitin sih sebenernya mungkin aja.. He e kayak bisa aja kan memperkenalkan secara nggak langsung
kayak.. kalo misalnya dikaitin yaa.. Dia yang Tionghoa kan ee harusnya kan itu ya di.. kalo Indonesia itu bukan cuman itu
aja, gitu.. kalo dia tu bagian dari Indonesia.”
25
“Aku tu..setau.. bahwa itu tu kayak jadi minoritas gitu di Indonesia.. tapi kan dia sekarang udah diakui kan sama negara
juga kalo dia udah suku kan.. Aku tu taunya dulu ya latar belakangnya dari Pak Soeharto ya? Yang ngebantaiin orang
Papua sama orang Tionghoa.. itu sih yang aku tau ya.. terus karena dia pendatang, mungkin ya.. padahal kalo bagiku,
orang Papua sana tu juga pendatang di Indonesia. Ya kalo dipikir-pikir ya, kita itu kan memang semuanya itu pendatang.
Ya mungkin ada beberapa yang asli cuman kita nggak tau kan. Kayak kan yang aku tau juga ya.. Kayak Papua itu kan dari
Aborigin sana, nah gitu sih.”
26
Senada dengan Tiara dan AG, terkait dengan konsep iklan yang memuat nilai Bhinneka Tunggal Ika, Favian melihat adanya
kepentingan yang terselip dalam penayangan iklan tersebut mengingat posisi HT yang menurutnya tergolong minoritas sekali.
Favian melihat iklan tersebut dibuat untuk menyadarkan masyarakat mengenai persamaan hak dalam keanekaragaman,
dalam arti bahwa meskipun dengan latar belakang yang berbeda- beda namun semuanya dapat berkontribusi di bagian manapun
24
Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW.
25
Berdasarkan wawancara dengan AG pada tanggal 7 Juli 2016 di Kampus UKSW.
26
Berdasarkan wawancara dengan AG pada tanggal 7 Juli 2016 di Kampus UKSW. 42
karena Favian melihat masih kentalnya dominasi orang Jawa dalam berbagai sektor. Hal ini terkait dengan konsep mayoritas-minoritas.
Selama ini adanya pembedaan mayoritas-minoritas selalu diikuti dengan diskriminasi dan subordinasi. Di mana kelompok minoritas
seringkali masih dipandang sebelah mata, seperti halnya Ahok yang saat ini berada di posisi DKI-1. Iklan ini ingin menunjukkan
bahwa kelompok minoritas pun bisa memimpin.
“Menurut aku kalo dari skala minoritasnya ya dia tergolong minoritas sekali.. Ya to? Kalo orang-orang pandang tentang itu
kan, “Walah opo..” kayak contohnya kayak Ahok dulu sebelum jadi Gubernur tu kan..tentu kan sangat diragukan
sekali to. Tau sendiri lah orang kita gimana. Minoritas sekali karena apa, mayoritas kita itu cenderung berpikir
bahwa..contoh aja kayak soal agama misalnya.. mayoritas di Indonesia adalah Islam to, pasti to. Terus yang lainnya kayak
pasti agak dikesampingkan, itu yang pertama. Lha, kalo agama aja udah seperti itu apalagi ras. Kan pasti mengikuti kan. Nha,
terus kalo soal Hary Tanoe ini latar belakangnya seperti itu. Pandangan pertama pasti kalo aku nggak salah prediksi pasti
dipandang negatif untuk orang-orang yang mayor. Karena kita lihat aja berkaca dari Ahok dulu sebelum jadi Gubernur, tapi
nggak tau sih kalo sekarang dah berubah apa belum. Tapi aku harapannya jangan sampe ada lagi to. Yaa, itu.. menurutku ya
dia karena dia berasal dari kelompok minor, bagi sebagian orang mayoritas dan dia menggunakan iklan Bhinneka
Tunggal Ika ini..apa ya..istilahnya menarik masyarakat. Menarik untuk menyadari, pertama. Tapi nggak tau kalo
urusan politiknya beda lagi. Menyadari kalo keanekaragamannya itu, semua orang tu bisa berkontribusi di
bagian manapun gitu lho. Biar nggak yo orang-orang Jawa itu terus, jangan to, maksudnya kan orang lain kan masih ada.”
27
“Ya mungkin dia, mungkin berpikir to kalo minoritas ki. Nanti dia berpolitik pun pasti agak dipandang apa ya
namanya..dipandang berbeda lah karena ya tadi aku bilang kayak Ahok itu urusannya gimana ya mungkin sama antara ras
Tionghoa ataupun kristen itu tetep pasti nanti jadi masalah atau apa sebagian orang apalagi urusannya sama FPI pasti dihujat
sekali to. Jadi dia tu ingin menonjolkan “Ini lho, aku bisa. Aku nggak sama kalian pun..Aku yang berbeda dari kalian pun..em
27
Berdasarkan wawancara dengan Favian pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW. 43
mumpuni akan hal ini” dan kita sudah punya icon satu yaitu Ahok. Mungkin dia terinspirasi dengan itu. Tapi bagus ok.”
28
Pendapat Favian seperti halnya pandangan Jefferson mengenai hubungan konsep mayoritas dengan kekuasaan.
Jefferson Liliweri, 2005: 100-101 berpendapat bahwa di manapun, kekuasaan selalu berkaitan dengan mayoritas dalam
suatu masyarakat. Sehingga, orang kemudian akan mempertanyakan akankah suatu saat seorang dari kelompok
minoritas menjadi seorang pemimpin. Untuk itulah HT ingin menunjukkan bahwa ia mumpuni sekalipun ia berasal dari
kelompok minoritas dan dianggap berbeda. Selama ini memang belum ada presiden Republik Indonesia
yang berlatarbelakang non muslim. Seperti dikatakan Bella sebenarnya tidak ada ketentuan bahwa presiden Indonesia tidak
boleh orang kristen, namun demikian ia mempertanyakan mengapa hingga saat ini tidak ada orang kristen yang menjadi presiden. Ia
menengarai bahwa hal tersebut berkaitan dengan perihal mayoritas-minoritas di Indonesia.
“Eee.. pertamanya tu bukan dari suku ya, tapi dari agama. Secara sejarah tu nggak pernah ada yang namanya presiden
Indonesia itu kristen, ya kan? Tapi, nggak ada tertulis presiden Indonesia itu dilarang kristen. Nah, tapi kenapa presiden
Indonesia.. kenapa nggak ada orang beragama kristen yang muncul jadi presiden, gitu. Kayak Ahok aja, jangankan jadi
Presiden, jadi Gubernur aja dia..ini..udah mau dijatuhkan..udah diancam-ancam gitu. Jadi secara nggak langsung banyak
hukum-hukum..kalo agama kristen nggak boleh naik jadi presiden karna alasannya yang beredar adalah mayoritas
Indonesia itu adalah agama Islam, bukan kristen, gitu.”
29
Tak hanya soal agama, meskipun memiliki suku bangsa dan budaya yang beranekaragam, namun selama ini Indonesia kerap
diidentikkan dengan Jawa, seakan-akan Indonesia hanyalah milik orang Jawa. Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa informan
28
Berdasarkan wawancara dengan Favian pada tanggal 19 Mei 2016 di Kampus UKSW.
29
Berdasarkan wawancara dengan Bella pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW. 44
dalam penelitian ini. Misalnya saja Frisen, ia menilai selama ini orang Jawa-lah yang berada di barisan depan Indonesia. Bahkan
menurutnya, orang melihat Indonesia melalui Jawa. Di sini terlihat adanya ketimpangan, bahwa suku Jawa terkesan yang ‘lebih
dipandang’ atau bahwa orang Indonesia adalah orang Jawa.
“Eee.. kalo untuk pertama kali saya lihat iklan itu yang muncul di pikiran itu biasa kan masing-masing kelompok atau etnis,
mereka mau mengusung salah satu wakil untuk jadi pemimpin, biasanya. Jadi mereka pikir dari kelompok ini, dari golongan
ini yang pantas jadi pemimpin atau dari golongan lain yang pantas karna berbagai macam alasan juga, mungkin
pendidikan, atau memang sudah dikenal juga. Misal kalo Jawa itu seperti di barisan depannya Indonesia. Jadi orang luar lihat
Indonesia melalui Jawa gitu. Akhirnya ketika ketemu suku lain, ‘Oh Indonesia gini juga to’”
30
Demikian pula dengan Jikae, dirinya mengakui ada pandangan mengenai Indonesia milik orang Jawa, khususnya di
kalangan orang-orang luar Jawa. Jumlah orang Jawa yang merupakan penduduk mayoritas di Indonesia menumbuhkan
pemikiran-pemikiran bahwa orang Indonesia adalah orang Jawa. Pembangunan yang tidak merata juga menjadi salah satu penyebab
munculnya pandangan tersebut. Jikae menuturkan bahwa orang- orang Kalimantan merasa pembangunan hanya ada di Jawa dan
tidak sampai ke Kalimantan. Padahal seyogyanya pemerintah Indonesia tidak hanya memperhatikan Jawa saja, karena wilayah
yang lain pun juga termasuk Indonesia. Kesenjangan tersebut membuat orang lantas menyangsikan apakah daerahnya juga
dianggap sebagai bagian dari Indonesia. Persoalan pembangunan yang tidak merata berakar dari
pelaksanaan pembangunan di era Orde Baru. Pada masa itu, Orde Baru gagal mewujudkan pembangunan yang merata bagi seluruh
wilayah Indonesia. Pembangunan cenderung sentralistik, karena sebagian besar pendapatan daerah juga ditarik ke pusat. Sehingga
30
Berdasarkan wawancara dengan Frisen pada tanggal 10 Juni 2016 di Kampus UKSW. 45
pada akhirnya pembangunan tidak dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia dan menyisakan berbagai persoalan lainnya, salah
satunya adalah menipisnya nilai nasionalisme di kalangan luar Jawa. Sutaryo dkk, 2015: 251 Maka tak heran jika mereka
menganggap Indonesia adalah Jawa. Kesan Indonesia milik Jawa diperkuat dengan letak pusat pemerintahan yang berada di wilayah
Jawa. Menurut Jikae, persepsi mengenai Indonesia milik Jawa inilah yang kemudian digambarkan pula oleh HT melalui iklan
“Siapakah Indonesia?”. Sehingga, iklan tersebut dibuat sebagai upaya mengubah mindset masyarakat bahwa Indonesia bukan
hanya milik orang Jawa.
“Kan kita ini kalo nggak salah yang ketiga..negara muslim terbesar di dunia yang mayoritas..kalo sesuai yang aku pelajari
yang mayoritas ya penduduk banyaknya misal agamanya yang paling banyak apa ya agama itulah yang mayoritas. Di luar
agama itu ya berarti minoritas. Begitu juga etnis, etnis yang paling banyak penduduknya misalnya yang menguasai
Indonesia kan. Contohnya di Jawa, nah Jawa itu bisa dikatakan itu adalah penduduk yang mayoritas di Indonesia, makanya
ada slogan Indonesia itu adalah orang Jawa, gitu kan. Mungkin… si ini juga, si siapa..si..HT juga mungkin
menyampaikan lewat iklannya Indonesia itu bukan cuma orang Jawa lho. Mungkin persepsinya aku orang Kalimantan kayak
‘itu Indonesia, terus kita yang di Kalimantan disebut orang mana?’ gitu kan. Jadi mungkin persepsi itu yang bisa
digambarkan sama HT.”
31
“Ada, aku baru inget.. Iya orang Jawa. Biasanya tu dilihat dari pembangunannya. Jadi kalo di sana tu sering ya bilang
pembangunan itu cuman ada di Jawa aja ya, nggak sampe ke Kalimantan. Mungkin nggak cuman di Kalimantan. Di bagian
Timur mungkin lebih parah lagi. Ada yang bilang kayak gitu malah. ‘Pemerintah tu cuma memperhatikan yang di Jawa-nya.
Jawa itu kah yang Indonesia? Atau kita juga Indonesia?’”
32
“Mungkin bahas etnis juga ya.. etnis Jawa, mungkin karna sejarahnya dulu kan Indonesia tu dibentuk juga pernah
dijadikan ibukotanya di Yogya kan pernah.. terus sekarang di
31
Berdasarkan wawancara dengan Jikae pada tanggal 6 Juli 2016 di Kos Kemiri I no 27.
32
Berdasarkan wawancara dengan Jikae pada tanggal 6 Juli 2016 di Kos Kemiri I no 27. 46
Jakarta kan masih lingkup Jawa juga. Jadi mungkin lebih kentalnya Indonesia itu ya terkenalnya orang Jawa.”
33
Menurut Tiara, iklan ini dibuat untuk merubah pikiran masyarakat bahwa tidak hanya orang Jawa yang bisa memimpin.
Hal ini dikaitkan dengan HT yang dianggap berkeinginan untuk maju ke pemilihan umum.
“Mungkin, karena mungkin gini kita kan nggak bisa.. ee aku.. mungkin, karena apa si ketua umumnya kan ingin beberapa
waktu lagi menjadi seorang..apa, mencoba untuk mencalonkan ya, mencalonkan jadi presiden..atau pemimpin kayak gitu..dan
itu yang coba ditampilkan, pemimpin nggak harus dari orang Jawa kok, nggak harus dari partai-partai lama kok.. partai-
partai baru pun juga bisa..misalnya kayak gitu. Dan itu ya, ya tidak masalah selama tidak..selama bakat politik atau
perpolitikannya dia sudah diakui, kalo aku gitu sih. Soalnya kalo misalnya duduk di pemerintahan itu adalah orang yang
harus pandai..pandai..tidak hanya di uang tapi harus pandai di politik.”
34
Demikian pula dengan Bella, menurutnya iklan “Siapakah Indonesia?” secara tidak langsung menggambarkan sosok HT.
Menurutnya kebanyakan orang tidak sadar bahwa iklan tersebut menggambarkan HT, iklan tersebut merupakan upaya HT untuk
masuk ke pemerintahan. Dalam hal ini menurut Bella HT yang beragama Kristen dan beretnis Tionghoa ingin dirinya dianggap
sama sebagai orang Indonesia pada umumnya tanpa membedakan sebagai minoritas atau pendatang.
“Ini pemikiran saya ya.. secara nggak langsung iklan itu menggambarkan dirinya gitu lho. Secara nggak langsung… ya
itu iklan untuk mempromosikan dia tentu menggambarkan dirinya tapi banyak masyarakat yang nggak sadar kalo iklan itu
menggambarkan dirinya itu, iklan itu melatarbelakangi.. apa namanya.. jalannya dia untuk masuk ke pemerintahan
tu..banyak masyarakat yang nggak sadar karena ya seperti yang tadi saya bilang, dia itu bukan suku pribumi, maksudnya
bukan suku asli Indonesia. Dia itu.. dan agamanya juga minoritas. Makanya tu, dia tu kayak.. ‘Janganlah ada
33
Berdasarkan wawancara dengan Jikae pada tanggal 6 Juli 2016 di Kos Kemiri I no 27.
34
Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW. 47
perbedaan di antara kita.. Saya ini sama, walaupun kulit saya berbeda, walaupun sejarah kita dari tempat yang berbeda,
budaya kita berbeda tapi tu saya besar di sini. Saya besar di Indonesia. Saya belajar di Indonesia.’, gitu lho. ‘Saya makan
dari Indonesia’, kaya gitu lho.”
35
Perjuangan HT untuk merekonstruksi pandangan
masyarakat terhadap agama maupun etnisnya dapat dikatakan sebagai bentuk politik identitas. Menurut Castells Buchari
2014:19, politik identitas merupakan partisipasi individual pada kehidupan sosial yang lebih ditentukan oleh budaya dan psikologis
seseorang. Identitas merupakan proses konstruksi dasar dari budaya dan psikokultural dari seorang individu yang memberikan
arti dan tujuan hidup dari individu tersebut, karena terbentuknya identitas adalah dari proses dialog internal dan interaksi sosial.
Kristianus Buchari, 2014:20 mengemukakan bahwa “politik identitas berkaitan dengan perebutan kekuasaan politik
berdasarkan identitas etnis maupun agama”. Perjuangan politik identitas dapat juga dimaknai sebagai perjuangan kelompok
minoritas baik secara politik, sosial, maupun budaya dan ekonomi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukannya, LSM Lembaga
Swadaya Masyarakat Kapal Perempuan
36
menemukan dua jenis politik identitas. Yang pertama, politik identitas yang bersumber
pada kehendak untuk mencapai dan mempertahankan atau memelihara hegemoni kelompok mayoritas. Kedua, politik
identitas yang dilancarkan oleh kelompok minoritas untuk bertahan dan dapat memelihara identitas kelompoknya.
37
35
Berdasarkan wawancara dengan Bella pada tanggal 23 Mei 2016 di Kampus UKSW.
36
Kapal Perempuan merupakan singkatan dari Lingkaran Pendidikan Alternatif untuk Perempuan. LSM ini didirikan sebagai bentuk keprihatinan terhadap situasi konflik dan kekerasan akibat
politik identitas berbasis suku dan agama yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia serta keprihatinan terhadap pelanggaran hak-hak asasi perempuan termasuk seksualitas dan kesehatan
reproduksi perempuan serta praktek diskriminasi terhadap kelompok marginal dan minoritas.
37
Rachman, Budhy Munawar. 2010. Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme. Jakarta: Grasindo. 60-61
48
• Kepemimpinan Indonesia
Beberapa informan menilai konsep Indonesia yang ditampilkan Perindo dalam iklan versi Siapakah Indonesia terkait
dengan persoalan kepemimpinan. Persoalan kepemimpinan yang dimaksud adalah menjadi seorang pemimpin dalam konteks politik,
terutama sebagai pemimpin bangsa. Menurut informan Frisen, selain menunjukkan keberagaman, iklan tersebut juga ingin
menunjukkan bahwa pemimpin bisa berasal dari semua golongan atau kelompok yang ada di Indonesia. Biasanya masing-masing
kelompok atau etnis akan mengusung salah satu wakilnya untuk menjadi pemimpin. Mereka merasa bahwa kelompoknya-lah yang
pantas menjadi pemimpin. Frisen menyebutkan orang Jawa terlihat berada di barisan depan Indonesia, dalam arti Indonesia dikenal
dengan Jawa. Berdiri di barisan depan juga dapat diartikan bahwa orang Jawa yang selama ini memimpin.
“Eee.. kalo untuk pertama kali saya lihat iklan itu yang muncul di pikiran itu biasa kan masing-masing kelompok atau etnis,
mereka mau mengusung salah satu wakil untuk jadi pemimpin, biasanya. Jadi mereka pikir dari kelompok ini, dari golongan
ini yang pantas jadi pemimpin atau dari golongan lain yang pantas karna berbagai macam alasan juga, mungkin
pendidikan, atau memang sudah dikenal juga. Misal kalo Jawa itu seperti di barisan depannya Indonesia. Jadi orang luar lihat
Indonesia melalui Jawa gitu. Akhirnya ketika ketemu suku lain, ‘Oh Indonesia gini juga to’”
38
“Yang pertama keberagaman..keberagaman, terus yang kedua eee.. semua golongan atau kelompok yang ada di Indonesia itu
bisa jadi pemimpin.”
39
Mitos mengenai presiden Indonesia yang selalu Jawa telah berkembang sejak lama. Isu etnisitas maupun agama memang
kerap diangkat sebagai isu politik, khususnya mengenai Presiden Jawa. Memang sejauh ini presiden Republik Indonesia selalu
38
Berdasarkan wawancara dengan Frisen pada tanggal 10 Juni 2016 di Kampus UKSW.
39
Berdasarkan wawancara dengan Frisen pada tanggal 10 Juni 2016 di Kampus UKSW. 49
berasal dari orang Jawa, kecuali BJ Habibie yang merupakan keturunan Bugis-Jawa. Isu mengenai Presiden Jawa pernah
mencuat menjelang pilpres 2009. Pada saat itu, Bachtiar Chamsyah yang digadang-gadang akan maju dalam pilpres 2009 membuat
sebuah pernyataan berkaitan dengan isu Presiden Jawa dalam wawancaranya dengan Rakyat Merdeka
40
“kalau mau saya, ya jadi presiden-lah. Tapi mana mungkin, saya kan bukan orang Jawa”
41
. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa etnisitas merupakan
salah satu variabel yang mempengaruhi elektabilitas seorang kandidat. Selain itu, pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
selama ini terjadi hegemoni dalam pembentukan pesan seolah-olah hanya orang Jawa yang pantas menjadi presiden. Widyawati,
2014: 11 Dalam persepsi Tiara, iklan “Siapakah Indonesia?”
membawa pesan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin, jiwa nasionalisme lebih penting daripada latar belakang etnis maupun
sosial ekonomi seseorang. Hal tersebut menurut Tiara berkaitan dengan keinginan HT sebagai Ketua Umum DPP Perindo untuk
terjun dalam pilpres 2019. Mengingat latar belakang HT yang bukan berasal dari etnis Jawa, iklan ini dimunculkan untuk
melawan isu Presiden Jawa. Sehingga dapat dikatakan iklan “Siapakah Indonesia?” merupakan bentuk counter hegemony
terhadap isu Presiden Jawa.
“He e.. Jadi Indonesia bukan orang Jawa, bukan misalnya dia bekerja sebagai supir, sebagai tukang jamu, misalnya kayak
gitu kan, tapi ya Indonesia ya apapun kamu..kamu merasa
40
Rakyat Merdeka merupakan surat kabar nasional yang tergabung dalam Jawa Pos Group. Sejak awal diterbitkan, fokus pemberitaan terletak pada isu-isu sosial dan politik. Rakyat Merdeka
dikenal sebagai koran politik yang menyajikan berita-berita yang keras. Hal tersebut dikarenakan sikap Rakyat Merdeka yang selalu menempatkan diri sebagai oposisi terhadap pemerintahan.
41
Widyawati, Etnisitas Dan Agama Sebagai Isu Politik: Kampanye JK-Wiranto Pada Pemilu 2009. Jakarta: Yayasan Obor, 2014, hlm. 8
50
Indonesia adalah bagian dari dirimu ya.. siapapun bisa jadi pemimpin, kayak gitu lho.”
42
“Mungkin, karena mungkin gini kita kan nggak bisa.. ee aku.. mungkin, karena apa si ketua umumnya kan ingin beberapa
waktu lagi menjadi seorang..apa, mencoba untuk mencalonkan ya, mencalonkan jadi presiden..atau pemimpin kayak gitu..dan
itu yang coba ditampilkan, pemimpin nggak harus dari orang Jawa kok, nggak harus dari partai-partai lama kok.. partai-
partai baru pun juga bisa..misalnya kayak gitu. Dan itu ya, ya tidak masalah selama tidak..selama bakat politik atau
perpolitikannya dia sudah diakui, kalo aku gitu sih. Soalnya kalo misalnya duduk di pemerintahan itu adalah orang yang
harus pandai..pandai..tidak hanya di uang tapi harus pandai di politik.”
43
Dalam persepsi Wahyu, iklan ini berupaya untuk ‘menjual’ HT. Secara tidak langsung Wahyu mengungkapkan bahwa ia
melihat keinginan HT untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Namun hal tersebut tidak ditunjukkan secara gamblang tetapi lebih
dengan menunjukkan bahwa HT adalah sosok yang peduli terhadap bangsa Indonesia.
“Memperkenalkan..kayak gini deh..nggak usah ngomongin Hary Tanoe. Kayak misalnya bentar lagi Salatiga mau
pemilihan wali kota. Sekarang di banner-banner di Salatiga itu nggak ngomongin ‘Ayo pilih saya untuk Wali Kota taun
2016’..endak.. tapi liat gambar gede, orang, namanya siapa terus bawahnya..ee..”orang ini peduli terhadap pembangunan
Salatiga.” Ibaratnya kayak gitu, nah ibaratnya tu sama kayak Hary Tanoe. Jadi enggak ‘Ayo pilih Hary Tanoe sebagai
presiden setelah Jokowi’, enggak. Tapi ‘Hary Tanoe peduli dengan Indonesia dan partainya itu partai Perindo’. Jadi
ibaratnya memperkenalkan wajahnya…wajahnya si Hary Tanoe.”
Frisen juga mengungkapkan bahwa iklan ini berkaitan dengan HT. Menurutnya, karena HT masuk dalam golongan yang
minoritas maka melalui iklan ini HT ingin menunjukkan bahwa siapa saja bisa menjadi pemimpin, terlepas dari latar belakang
golongan.
42
Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW.
43
Berdasarkan wawancara dengan Tiara pada tanggal 26 Mei 2016 di Kampus UKSW. 51
“Betul..ada sih..ada iya, mungkin dia masuk di golongan- golongan yang saya maksud itu. Maksudnya siapa saja bisa
jadi pemimpin, kayak tadi biasa kan kebanyakan parpol mereka fokusnya ke kelompok yang massanya banyak jadi
kemungkinannya besar untuk diangkat jadi pemimpin. Tapi sebenernya siapapun dia biarpun gak ada sama sekali yang
dukung seperti pak Ahok dimulai dari satu-satu orang seperti itu, KTP, tapi sebenernya sapa saja bisa.”
44
Menurut Jikae melalui iklan ini HT ingin menunjukkan bahwa meskipun berasal dari etnis Tionghoa namun HT bisa
berbaur dengan masyarakat. Selain itu, ia ingin membuktikan bahwa tidak hanya mayoritas yang bisa jadi pemimpin. Minoritas
yang selama ini kadang dilupakan juga bisa maju sebagai pemimpin.
“Ya bisa juga, karna dia kan etnisnya Chinese. Lewat iklannya dia menunjukkan, dia lho etnis yang minoritas tapi dia bisa
hadir gitu lho di tengah-tengah.. dan dia membuktikan juga mungkin nggak selamanya orang-orang yang mayoritas itu jadi
pemimpin tapi orang yang minoritas kadang dilupakan tapi bisa untuk maju ke depan. Contohnya kan HT itu sendiri lewat
partainya dia.”
Senada dengan Frisen dan Jikae, Favian pun mengatakan bahwa makna Indonesia yang ditampilkan dalam iklan ini
berkaitan dengan keinginan HT untuk terjun dalam bidang politik. Melalui iklan ini HT ingin menunjukkan bahwa meskipun dirinya
dipandang berbeda dalam hal ini karena minoritas namun dirinya juga mumpuni untuk menjadi seorang pemimpin. Favian
mencontohkan Ahok, menurutnya Ahok sudah menjadi icon sebagai minoritas yang bisa menjadi pemimpin. Hal itulah yang
ingin ditonjolkan di sini.
“Ya mungkin dia, mungkin berpikir to kalo minoritas ki. Nanti dia berpolitik pun pasti agak dipandang apa ya
namanya..dipandang berbeda lah karena ya tadi aku bilang kayak Ahok itu urusannya gimana ya mungkin sama antara ras
Tionghoa ataupun kristen itu tetep pasti nanti jadi masalah atau
44
Berdasarkan wawancara dengan Frisen pada tanggal 10 Juni 2016 di Kampus UKSW. 52
apa sebagian orang apalagi urusannya sama FPI pasti dihujat sekali to. Jadi dia tu ingin menonjolkan “Ini lho, aku bisa. Aku
nggak sama kalian pun..Aku yang berbeda dari kalian pun..em mumpuni akan hal ini” dan kita sudah punya icon satu yaitu
Ahok. Mungkin dia terinspirasi dengan itu. Tapi bagus ok.”
Secara umum, persepsi mahasiswa dalam konteks kepemimpinan mengarah pada upaya untuk menunjukkan bahwa
pemimpin itu bisa berasal dari golongan manapun, bukan hanya orang jawa atau dari golongan-golongan tertentu. Secara khusus
dalam iklan ini ingin menunjukkan bahwa minoritas bisa menjadi pemimpin. Seperti halnya HT yang minoritas pun bisa menjadi
pemimpin. Persepsi juga dikaitkan dengan karakteristik pemimpin sebagai sosok yang bisa berbaur, mempunyai kepedulian terhadap
bangsa. Hal ini berkaitan dengan pembahasan konsep mayoritas- minoritas di mana mayoritas-minoritas itu setara, sama-sama
Indonesia.
• Hubungan Antar Konsep
Dalam interpretasi para informan keempat konsep tersebut saling berkaitan satu sama lain. Peneliti mencoba menggambarkan
hubungan antara konsep-konsep yang muncul ke dalam bagan berikut.
Bagan 2 : Hubungan Antar Konsep Kunci
1 Bhinneka
Tunggal Ika Mayoritas-
minoritas Nasionalisme
konsep kebangsaan Kepemimpinan
Indonesia 2
3 4
6 5
53
Penjelasan peneliti jabarkan berdasarkan penomoran hubungan- hubungan yang peneliti gambarkan dalam bagan.
1. Sebagaimana kita ketahui, nasionalisme Indonesia merupakan
konsep nasionalisme yang lintas etnis. Sebagai konsekuensinya, nilai persatuan mutlak perlu dijunjung tinggi
di tengah perbedaan tersebut sehingga memunculkan gagasan semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai wujud konkrit dari
nilai persatuan tersebut. 2.
Informan mengaitkan konsep kebangsaan Indonesia yang ditampilkan dalam iklan tersebut dengan konsep
kepemimpinan. Nasionalisme menciptakan karakter kepemimpinan yang ideal, di mana dalam pandangan para
informan maupun masyarakat secara luas, pemimpin tentunya harus memiliki jiwa nasionalisme. Bahkan dalam persepsi
para informan untuk menjadi seorang pemimpin, terlepas dari apapun latar belakang suku maupun agamanya, yang lebih
penting adalah jiwa nasionalismenya. Dalam iklan tersebut HT dicitrakan sebagai sosok yang nasionalis. Informan melihat
adanya wacana HT untuk terjun dalam pemilihan umum yang akan datang.
3. Konsep kebangsaan Indonesia yang beraneka ragam,
meskipun tak dikehendaki, memunculkan dikotomi mayoritas- minoritas dan politik identitas.
4. Dari temuan peneliti, konsep mayoritas-minoritas berpengaruh
terhadap konsep kepemimpinan Indonesia. Dikotomi mayoritas-minoritas secara implisit menunjukkan posisi
dominan dan inferior. Tak dapat dipungkiri bahwa dominasi mayoritas dalam berbagai bidang termasuk politik masih
kental dalam pandangan masyarakat. Dalam penelitian ini, dominasi mayoritas dalam bidang politik tampak dalam
munculnya gagasan-gagasan seperti “Presiden Jawa” ataupun
54
“Presiden Islam”. Gagasan tersebut muncul dalam pernyataan para informan. Gagasan seperti “Presiden Jawa” ataupun
“Presiden Islam” merupakan bentuk karakterisasi pemimpin Indonesia, bahwa Presiden harus orang Jawa, atau harus
beragama Islam. Sementara HT merupakan bagian dari kelompok minoritas sehingga melalui iklan “Siapakah
Indonesia?” hal tersebut coba diubah melalui perumusan konsep Indonesia yang menyiratkan adanya persamaan hak
untuk semua etnis maupun agama. 5.
Berkaitan dengan hubungan yang dijabarkan dalam nomor 4, konsep Bhinneka Tunggal Ika dimunculkan dalam iklan
“Siapakah Indonesia?” sebagai bentuk politik identitas kaum minoritas. Penggambaran konsep bhinneka tunggal ika dalam
iklan tersebut dimaknai bahwa Indonesia bukan hanya milik satu dua suku bangsa saja namun Indonesia adalah milik
segala suku bangsa yang ada di dalamnya. Sehingga diharapkan masyarakat tak lagi membeda-bedakan baik dalam
segi etnis maupun agama, khususnya berkaitan dengan dikotomi mayoritas-minoritas.
6. Konsep bhinneka tunggal ika yang berarti ‘meskipun berbeda-
beda tetapi tetap satu’, selain melambangkan makna toleransi dan persatuan dari berbagai unsur yang berbeda juga
menunjukkan adanya kesetaraan. Bahwa di antara yang berbeda-beda tersebut tidak ada yang ‘lebih Indonesia’ atau
‘kurang Indonesia’, namun semuanya sama-sama Indonesia. Konsep ini merupakan counter hegemony
terhadap karakterisasi pemimpin Indonesia yang harus Jawa, atau harus
Islam. Jadi, siapa saja bisa menjadi seorang pemimpin di Indonesia, tanpa dibatasi oleh suku, agama, maupun golongan.
55
4.2.3. Reaksi